You are on page 1of 22

Tiga perusahaan jadi tersangka

kasus kebakaran lahan


clippingtoday / August 11, 2014
Jumat, 8 Agustus 2014
Pekanbaru (ANTARA News) Tiga perusahaan sudah ditetapkan menjadi tersangka dalam kasus kebakaran
lahan di Riau tahun 2014, kata Pelaksana Tugas Deputi Penegakan Hukum Lingkungan Kementerian
Lingkungan hidup, Imam Hendargo Abu Ismoyo.
Ketiga perusahaan sudah ditetapkan sebagai tersangka sejak kasusnya ditingkatkan ke tahapan penyidikan,
katanya ketika dihubungi melalui telepon dari Pekanbaru, Jumat.
Dua perusahaan yang ditetapkan sebagai tersangka, menurut dia, beroperasi di Kabupaten Siak. Perusahaan
dengan PT TFDI dan PT TKWL itu bergerak dalam bidang usaha perkebunan kelapa sawit.
Sementara tersangka perusahaan yang lain, PT SGP yang beroperasi di Kota Dumai, bergerak di sektor industri
kehutanan atau hutan tanaman industri.
Semuanya perusahaan domestik, katanya.
Menurut dia, penyidik Kementerian Lingkungan Hidup sudah mendapatkan bukti-bukti permulaan cukup kuat
sehingga ketiga kasus itu statusnya ditingkatkan ke tahap penyidikan.
Ini tentunya pelanggaran pidana dong, namun kami juga mempertimbangkan kemungkinan juga dijerat dengan
perdata, katanya.
Kementerian Lingkungan Hidup memulai penyelidikan terhadap perusahaan-perusahaan setelah kebakaran
lahan kembali mengakibatkan bencana asap di Riau pada awal 2014.
Kementerian sebelumnya menyelidiki sekitar 43 perusahaan, lalu mengerucut jadi 26 perusahaan dengan 29
kasus dugaan kebakaran hutan dan lahan di Riau dengan pertimbangan kelengkapan barang bukti.
Proses penyelidikan dilakukan dengan meminta keterangan saksi dari perusahaan serta ahli kebakaran hutan dan
lahan serta kerusakan lingkungan.
Hingga akhir Juni lalu sudah ada 18 perusahaan dengan 67 saksi yang telah diperiksa, katanya.
Ia juga mengatakan bahwa keterbatasan jumlah penyidik serta sarana dan prasarana pendukungnya menjadi
kendala kementerian dalam menyelidiki kasus-kasus kebakaran lahan dan hutan.
Sumber : http://cgclipping.wordpress.com/2014/08/11/tiga-perusahaan-jadi-tersangka-kasus-
kebakaran-lahan/

Pengembangan Manajemen Keselamatan Berbasis Potensi Bahaya
Kebakaran Pada Bangunan Gedung Dan Industri
27/09/2006
Pengembangan Manajemen Keselamatan Berbasis Potensi Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung Dan Industri
ditulis oleh :
Dr. Ir. Suprapto MSc.(FPE).APU.IPM*
Pusat Litbang Permukiman Dep. PU
Kebakaran senantiasa menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan, baik menyangkut kerusakan harta benda, kerugian materi,
gangguan terhadap kelestarian lingkungan, terhentinya proses produksi barang serta jasa, serta bahaya terhadap keselamatan
jiwa manusia. Kebakaran yang terjadi di permukiman padat penduduk bisa menimbulkan akibat-akibat sosial, ekonomi dan
psikologi yang luas. Kebakaran di gedung tinggi sering berakibat fatal akibat sulitnya upaya pemadaman dari luar gedung.
Kebakaran di kawasan kumuh padat bisa langsung memiskinkan masyarakat korban kebakaran. Kebakaran di industri bisa
mengakibatkan stagnasi usaha dan kerugian investasi yang berdampak pada pemutusan hubungan kerja. Konon harga
minyak dunia yang melambung disebabkan oleh terbakarnya kilang minyak milik British Petroleum di Teluk Meksiko dan di
Mumbai, India, pertengahan tahun 2005. Oleh karena itu aspek pencegahan dan penanggulangan kebakaran dan terutama
aspek manajemen keselamatan terhadap kebakaran (fire safety management) baik di bangunan maupun di industri
merupakan suatu hal yang mutlak harus dilakukan. Hal ini menjadi semakin penting dan bersifat strategis dengan mengingat
kondisi saat ini yang ditandai dengan meningkatnya kebakaran baik secara kuantitas maupun kualitasnya, seringnya terjadi
bencana yang berujung pada kejadian kebakaran serta meningkatnya kecenderungan kejadian kebakaran akibat unsur
kesengajaan (arson fire). Diperlukan peningkatan upaya penanganan kebakaran termasuk manajemen keselamatan kebakaran
(FSM) yang memperhitungkan perkembangan teknologi, analisis risiko bahaya kebakaran, serta tuntutan dan paradigma baru
proteksi kebakaran dalam antisipasi permasalahan kedepan.
BAHAYA KEBAKARAN
Menganalisis kebakaran tidak lepas dari teori timbulnya api. Api adalah persenyawaan antara suatu bahan / bahan
bakar dengan oksigen pada temperatur tertentu yang pada prosesnya timbul nyala, suara dan cahaya, sebagaimana
ditunjukkan dalam persamaan berikut : Bhn bakar + oksigen (di udara) ? CO2 + CO + kalor + cahaya. Kebakaran adalah api
yang tidak dikehendaki. Dengan demikian kebakaran sebenarnya adalah kondisi natural akibat bersentuhannya bahan bakar
(fuel), oksigen dan panas atau kalor, namun bukan yang dikehendaki. Bedakan dengan api di tanur atau di pabrik peleburan
baja, yang memang dikehendaki dan dikendalikan. Kebakaran dapat dibedakan berdasarkan kondisi di mana lokasi sumber
api berada. Kebakaran pada bangunan umumnya berawal dari kebakaran dalam suatu ruangan, yang sering disebut sebagai
kebakaran dalam ruangan tertutup (compartment fire).
Sifat kimia dan fisika yang terjadi saat penyulutan, dilanjutkan dengan pembakaran (combustion) ditambah dengan
tersedianya beban api (fire load) dengan kuantitas yang cukup termasuk perletakannya, dimensi ruangan serta faktor
ventilasi yang menunjang, maka kebakaran meningkat intensitasnya, ditandai dengan kecepatan penjalaran dan panas yang
tinggi dalam waktu yang relatif singkat. Kebakaran dalam ruangan bisa mengarah kepada terjadinya flashover dengan
temperatur ruangan mencapai 500oC di atas ambient dalam waktu kurang dari 5 menit, atau ledakan asap (backdraft) apabila
ruangan yang minim ventilasi tetapi cukup tahan terhadap tekanan yang timbul akibat kebakaran. Kedua fenomena tersebut
harus diwaspadai karena bisa berakibat fatal. Menurut NFPA (USA) asap merupakan pembunuh terbesar. Sebanyak 72%
korban kebakaran diakibatkan oleh asap. Dengan kecepatan asap berkisar antara 1.0 1.4 m/detik, maka dengan mudah
asap bisa melampaui kecepatan jalan anak-anak, wanita hamil dan orang-orang tua saat dilakukan evakuasi. Selain bisa
melumpuhkan kesadaran seseorang, asap pekat bisa menimbulkan gangguan dalam mengurangi jarak pandang (visibility).
Selain itu produk non-termal kebakaran lainnya selain asap, yakni gas-gas hasil pembakaran (selain CO2 dan CO) seperti
HCl dan HCN yang kerap tidak berwarna dan tidak berbau namun sangat beracun (toxic) sehingga banyak menimbulkan
korban baik di kalangan penghuni / pengguna bangunan maupun dari kalangan petugas pemadam kebakaran, saat dilakukan
operasi pemadaman. Kebakaran bisa berakibat fatal terhadap bahan dan konstruksi bangunan akibat temperatur maupun
tekanan yang ditimbulkannya. Pada suhu sekitar 400oC bahan padat seperti kayu, plywood mengalami dekomposisi lewat
proses pirolisis menimbulkan gas-gas flammable yang setiap saat bisa menyulut meluasnya kebakaran. Kebakaran bisa
meningkatkan temperatur dalam ruang melebihi 500oC. Pada kondisi seperti ini akan terjadi tekanan berlebih
(overpressures) dalam ruang hingga mencapai 1.64 atm. Apa yang terjadi pada situasi overpressures ini dapat kita
bayangkan. Kaca-kaca jendela akan pecah pada tekanan kurang lebih 0.067 atm, dan kerangka kayu dalam bangunan akan
rusak pada tekanan berlebih 1.002 atm, struktur bangunan bisa runtuh pada pada tekanan yang semakin meningkat. Begitu
kaca jendela terbuka, udara luar masuk, api semakin membesar dan meningkat intensitasnya sampai berhenti saat bahan
habis terbakar atau dihentikan oleh upaya pemadaman. Urutan proses pertumbuhan kebakaran, bahaya yang ditimbulkan dan
tindakan yang perlu dilakukan.
TIPOLOGI KEBAKARAN DI INDONESIA
Secara umum ada 2 (dua) jenis kebakaran yakni kebakaran karena unsur kesengajaan (arson fire) dan kebakaran yang bukan
karena unsur kesengajaan atau disebut kebakaran nyata (real fire). Arson fire merupakan garapan instansi kepolisian untuk
pengungkapannya antara lain melalui forensic investigation. Real fire memiliki berbagai jenis seperti kebakaran dalam
bangunan (building fire), kebakaran di lingkungan industri (industrial fire), dan kebakaran hutan (forest fire). Di Indonesia
terdapat pula jenis kebakaran yang cukup langka yakni lahan gambut (peat fire) yang memerlukan penanganan tersendiri.
Kebakaran hutan meliputi kebakaran pada semak belukar (di Australia dikenal sebagai bush-fire) dan kebakaran lebih luas
yang terjadi di seluruh kawasan hutan. Penanganan kebakaran hutan dilakukan oleh Direktorat Penanggulangan Kebakaran
Hutan, Departemen Kehutanan. Kebakaran di lingkungan industri berbeda karakteristiknya sesuai dengan jenis industri
tersebut. Beberapa diantaranya adalah kebakaran minyak dan gas (oil & gas fire), kebakaran pada industri tekstil (textile
fire), kebakaran di pabrik semen (coal fire), kebakaran di bangunan gudang (warehouse fire), sampai pada industri
telekomunikasi dan perhubungan. Termasuk pula disini kebakaran pada industri aviasi (aviation fire) dan kendaraan
bermotor. Sedang kebakaran pada
bangunan meliputi kebakaran pada berbagai jenis bangunan seperti rumah tinggal, perkantoran , hotel, bangunan pertokoan
dan pusat perbelanjaan, bangunan umum dan rumah sakit. Kebakaran pada bangunan disebut pula sebagai kebakaran
ruangan atau compartment fire dimana unsur beban api (fire load), faktor ventilasi dan sifat termal dinding menentukan
intensitas kebakaran yang mungkin terjadi. Karena dalam bangunan banyak digunakan bahan-bahan seperti
kayu, kertas dan kain maka kebakaran dalam bangunan dikategorikan sebagai cellulosic fire. Ini jauh berbeda dengan
kebakaran di lingkungan industri yang pada umumnya bersifat hydrocarbon fire. Beda sifat ini membedakan pula gejala
atau fenomena yang paling kritis yang terjadi pada suatu fasa pertumbuhan api. Pada cellulosic fire gejala yang perlu
diperhatikan adalah terjadinya flashover dan backdraft. Flashover adalah kondisi dimana semua benda mudah terbakar
(combustibles) dalam ruang serentak terbakar sehingga menimbulkan panas tinggi dalam ruangan (500 600oC) , sedang
backdraft adalah ledakan asap (smoke explosion) dalam ruangan akibat masuknya secara mendadak udara segar ke dalam
ruangan yang dipenuhi asap kebakaran. Pada hydrocarbon fires yang perlu diperhatikan adalah gejala peledakan (explosion),
boil-over dan BLEVE. Pemahaman mengenai tipologi kebakaran ini penting dalam mengevaluasi potensi kebakaran dan
pada gilirannya menentukan sistem proteksi yang paling tepat dan cost effective.
KONDISI PENANGANAN TERHADAP KEBAKARAN
Penanganan terhadap masalah kebakaran di Indonesia masih menghadapi berbagai kendala baik yang bersifat kebijakan,
kinerja institusi, peraturan dan perundang-undangan, mekanisme operasional dan kelengkapan pranatanya. Masalah lain
adalah kesulitan dalam memperoleh data kejadian kebakaran. Akibatnya kejadian kebakaran sering berakibat fatal dan
berulang. Dalam kondisi perekonomian nasional yang belum sepenuhnya pulih serta tingginya angka pengangguran maka
setiap terjadi peristiwa kebakaran akan sangat terasa dampaknya. Berbagai hal yang kurang mendukung dan perlu diperbaiki
dikaitkan dengan efektivitas penanganan terhadap bahaya kebakaran antara lain adalah :

(1)Sistem proteksi kebakaran masih bertumpu pada sistem aktif, sedang sistem pasif seperti pemakaian bahan dan konstruksi
tahan api, kompartemenisasi serta fire safety management kurang diperhatikan
(2)Infrastruktur kota seperti sumber air untuk pemadaman, hidran kota, jalan-jalan lingkungan dan sistem komunikasi
emergency masih belum sepenuhnya mendukung terhadap operasi pemadaman kebakaran yang efektif.
(3)Belum semua daerah memiliki master plan penanganan kebakaran, sementara pembangunan fisik kota meningkat ditandai
dengan bertambahnya gedung tinggi, bangunan umum, industri, pusat
perbelanjaan, bangunan transportasi dsb, namun sering bertambah pula kawasan permukiman
padat penduduk termasuk kawasan kumuh yang rentan terhadap bahaya kebakaran.
(4)Kinerja dan kewenangan institusi pemadam kebakaran (IPK) masih belum optimal menyangkut
SDM, peralatan dan fasilitas pendukung-nya. Termasuk kurangnya jumlah pos-pos pemadam
kebakaran yang mempengaruhi waktu tanggap dan bobot serangan. Sementara itu tuntutan akan
tindakan penyelamatan (rescue) terhadap kebakaran dan bencana perkotaan lainnya semakin
meningkat seiring dengan meningkatnya kejadian bencana.
(5)Belum semua daerah memiliki Peraturan (Perda) tentang teknis pencegahan dan
penanggulangan terhadap bahaya kebakaran
(6)Pengetahuan dan pemahaman akan peraturan, standar dan pedoman teknis yang ada mengenai
pencegahan dan penanggulangan kebakaran masih terbatas.
(7)Masih lekatnya persepsi sebagian masyarakat bahwa kebakaran adalah suatu musibah yang
harus diterima
(8)Partisipasi masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan kebakaran masih relatif rendah
atau kurang diberdayakan.
(9)Diseminasi dan penyebar-luasan standar-standar dan pedoman teknis mengenai proteksi
kebakaran masih perlu ditingkatkan, disamping kualitas dari substansi standar-standar
tersebut masih perlu disempurnakan.
(10)Upaya penanganan kebakaran selama ini lebih banyak ditekankan kepada aspek
penanggulangan, sedangkan aspek pencegahan kurang banyak mendapat perhatian.
(11)Public education masih belum banyak menyoroti mengenai masalah kebakaran dan berbagai
aspeknya termasuk cara-cara mencegah dan menanggulanginya.
(12)Masalah proteksi kebakaran masih belum banyak disentuh secara keilmuan yang dipelajari
dan dikembangkan lewat jalur pendidikan formal maupun informal.
(13)Asosiasi profesi mengenai proteksi kebakaran di Indonesia masih belum secara mantap
terbentuk dan dirasakan gaungnya di masyarakat termasuk afiliasinya dengan badan /
organisasi / asosiasi internasional.
(14)Antisipasi terhadap meningkatnya kejadian kebakaran akibat unsur kesengajaan (arson
fire) masih perlu ditingkatkan lewat pengembangan teknik-teknik fire investigation dan
kerjasama internasional.
(15)Peran asuransi kebakaran di Indonesia masih belum banyak terlibat langsung dalam
menunjang upaya pencegahan terhadap bahaya kebakaran. Bandingkan dengan peran FM atau UL
yang memberikan label aman kebakaran pada produk / peralatan.
SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN YANG BERLAKU SAAT INI
Sesuai Kepmen PU no 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Umum Pengamanan Kebakaran pada Bangunan
dan Lingkungan dan Kepmen no 11/KPTS/2000 mengenai Manajemen Pengamanan Kebakaran di
Perkotaan maka sistem proteksi kebakaran (khususnya) pada bangunan memiliki prinsip sebagai
berikut :
(1)Sistem proteksi kebakaran harus sudah diperhitungkan dari semenjak awal tahapan
penyelenggaraan pembangunan bangunan hingga bangunan di operasikan
(2)Persyaratan yang harus dipenuhi mengacu kepada peraturan dan standar-standar (SNI, SKBI)
termasuk pedoman-pedoman teknis yangf berlaku
(3)Elemen-elemen sistem proteksi kebakaran mencakup sistem proteksi aktif, pasif dan
penerapan manajemen keselamatan terhadap kebakaran (FSM)
A. Sistem Aktif
a. Sistem deteksi & alarm kebakaran (konvensional atau non-konvensional)
b. Sistem pemadam basis air (sprinkler otomatis, hidran, hose-reel)
c. Sistem pemadam basis bahan kimia (APAR, pemadam khusus) yang harus mempertimbangkan aspek
keamanan lingkungan
d. Sarana penunjang operasi sistem aktif (sumber air pemadam, pompa kebakaran, sumber daya
darurat)
B. Sistem Pasif
a. Sarana jalan ke luar dan komponen-komponennya (exit sign, lighting, sumur tangga
bertekanan, pintu kebakaran, fire shutter, alat bantu evakuasi dsb)
b. Pertimbangan / pembatasan bahan mudah terbakar (combustibility)
c. Konstruksi atau struktur tahan api (fire rating) dan kompartemenisasi termasuk
komponen-nya (fire damper, fire stopping dan fire seal)
d. Sistem pengendalian & manajemen asap baik natural maupun mekanikal
C. Fire Safety Management (FSM)
a. Pemeriksaan dan pemeliharaan peralatan proteksi kebakaran
b. Pembentukan tim fire & emergency
c. Pembinaan dan pelatihan tim fire & emergency
d. Penyusunan Fire Emergency Plan (FEP)
e. Latihan kebakaran dan evakuasi (fire & evacuation drill)
f. Penyusunan SOP pelaksanaan kerja yang aman (hot works dll)
g. Pelaksanaan fire safety audit (walk-through, preliminary, comprehensive)
h. Penetapan Pusat Kendali keadaan darurat (fire & emergency command post)
Peraturan yang harus diperhatikan menyangkut masalah keamanan terhadap bahaya kebakaran dan
bencana umum lainnya antara lain adalah :
1.UU no 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
2.Kepmen PU no 10/KPTS/2002 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan terhadap kebakaran pada
Bangunan Gedung dan Lingkungan
3.Kepmen PU no 11/KPTS/2002 tentang Ketentuan Teknis tentang Manajemen penanggulangan
Kebakaran di Perkotaan
4.Kepmen PU no 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
5.SKBI tentang Pencegahan Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung
6.SNI tentang Proteksi Kebakaran (32 judul),
Meskipun peraturan dan standar-standar telah disusun namun perkembangan kemajuan perlu
senantiasa diikuti dengan mengingat antisipasi peningkatan masalah kebakaran kedepan yang
semakin kompleks menyangkut kebakaran di perkotaan, gedung tinggi, konstruksi bawah tanah
dan industri termasuk kebakaran di bangunan dan fasilitas transportasi umum (terowongan,
sarana transportasi masal cepat dsb).
PARADIGMA BARU SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN
Sementara itu sebagai dampak dari globalisasi dan keikut-sertaan Indonesia dalam forum-forum
perdagangan, ekonomi dan industri muncul berbagai tuntutan termasuk paradigma baru dalam
sistem proteksi kebakaran. Pemahaman mengenai tuntutan dan paradigma baru kiranya dapat
digunakan sebagai acuan dalam meningkatkan efektivitas pencegahan dan penanggulangan
kebakaran baik di bangunan gedung maupun industri. Tuntutan dan paradigma baru tersebut
antara lain adalah sebagai berikut :
(1) Penerapan Sistem Proteksi Kebakaran berbasis Potensi Bahaya
Tuntutan akan sistem proteksi kebakaran yang memperhitungkan pula aspek biaya yang ekonomis namun tetap handal
dipenuhi dengan penerapan sistem proteksi kebakaran berbasis potensi bahaya. Dalam hal ini setiap lokasi dalam bangunan
atau industri di-identifikasi dan di-analisis potensi bahayanya. Berdasarkan analisis potensi bahaya ini selanjutnya ditentukan
sistem proteksi yang paling tepat dan handal. Contohnya adalah pengunaan perhitungan hidraulik (hydraulic calculations)
dalam desain sistem sprinkler yang sebagai pengganti metoda pipe schedule systems. Juga penerapan Hazop, risk/hazard
analysis dan emergency response plan yang handal di lingkungan industri
(2) Penerapan Metoda Analisis Kebakaran
Sebagai konsekwensi dari penerapan sistem proteksi kebakaran adalah dilakukan-nya analisis dan evaluasi berdasarkan
teori-teori api. Kebakaran dianalisis lewat eksplorasi teori api
dan pembakaran (combustion) dengan memanfaatkan kurva pertumbuhan api, analisis flashover,
analisis kedahsyatan api (fire severity) didukung oleh solusi numerik baik secara
deterministik maupun probabilistik dan teori simulasi model zona (zone models) dan ruang
(field models) diperoleh solusi yang lebih rasional dan handal. Penggunaan fire modelling
dan simulasi komputer merupakan wujud dari penerapan metoda ini yang kini banyak
dikembangkan sebagai bagian dari rancangan sistem proteksi berbasis kinerja
(performance-based fire protection design).
(3) Penerapan Konsep Total Fire Protection
Sistem proteksi kebakaran harus bertumpu pada fire protection triangle, yakni sistem aktif
(energized systems), sistem pasif (built-in systems) dan fire safety management (human
systems). Sistem yang hanya mengandalkan semata pada sistem aktif terbukti kurang efektif.
Komposisi penekanan pada setiap sistem tentunya berbeda tergantung pada jenis penggunaan
bangunan. Bangunan rumah sakit misalnya memerlukan FSM yang spesifik dalam rangka menangani
penghuni atau pasien yang berbeda kondisi dan perlakuannya (ICU, bed-ridden-ambulatory).
Bangunan hotel memerlukan FSM yang handal. Pusat perbelanjaan memerlukan sistem pengendalian
asap dan sistem aktif yang handal untuk keselamatan penghuni dan pengunjungnya.
(4) Penghapusan pemadam jenis halon dalam upaya perlindungan lapisan ozon
Indonesia meratifikasi konvensi Wina dan Montreal Protocol lewat Keppres no 23 tahun 1992
menyangkut penghapusan CFC dan Halon. Akibatnya halon yang selama ini dikenal sebagai bahan
pemadam efektif untuk ruang komputer, data processing dan ruang-ruang khusus harus dihapus
(kecuali untuk essential uses). Pengganti halon baik untuk sistem terpasang tetap (fixed
systems) maupun sistem tabung telah tersedia baik dari jenis halogen, sistem gas inert,
basis air maupun sistem konvensional. Beberapa pertimbangan tentunya harus dilakukan antara
lain menyangkut karakteristik bahan pengganti dikaitkan dengan potensi merusak ozon (ODP)
dan pemanasan global (GWP), efektivitas pemadaman sesuai ruang / bahan yang diproteksi,
kecepatan pemadaman, ukuran ruangan untuk peralatan, availabilitas bahan pengganti,
kemungkinan re-ignition, dan post fire clean-up. Era pasca halon dihadapkan pada penentuan
bahan pengganti, pemenuhan kebutuhan untuk critical use, serta tuntutan perlunya dilakukan
fire risk & hazard analysis dalam penentuan sistem dan teknologi pengganti.
(4) Tuntutan akan kontrol & jaminan kualitas sistem proteksi kebakaran
Bahan-bahan bangunan, komponen struktur bangunan, pintu-pintu kebakaran, damper api/asap,
bahan penghambat api, serta peralatan sistem proteksi aktif harus dijamin kualitas dan
keandalan-nya. Sudah saatnya Indonesia mengembangkan suatu mekanisme quality control and
assurance-nya sendiri yang mengacu kepada standar-standar internasional dalam rangka
harmonisasi standar. Mekanisme yang dimaksud meliputi fasilitas pengujian (test facilities),
akreditasi, sertifikasi, penandaan (marking) dan labelisasi (labelling) dari bahan / produk
yang diuji menyangkut keselamatan terhadap bahaya kebakaran.
(5) Tuntutan akan harmonisasi standar (standard alignment)
Konsekwensi dari harmonisasi standar adalah perlunya ditingkatkan kegiatan penyusunan
standar, penyebar-luasan atau diseminasi standar, kerjasama standarisasi dengan lembaga
standarisasi internasional serta peningkatan kegiatan riset yang mendukung terciptanya
standar nasional yang mampu meng-akomodasi kondisi-kondisi tekno-ekonomis dan sosial di
Indonesia. Dalam bidang proteksi kebakaran, standar-standar yang diadopsi umumnya dari
National Fire Protection Association (NFPA), BS (British Standard), dan SA (Standard
Australia). Dalam hal ini BSN telah menandatangani MOU dengan NFPA yang memberikan jaminan
legal terhadap pemakaian standar NFPA.
MANAJEMEN KESELAMATAN KEBAKARAN
1. Peran FSM dalam pembentuk sistem proteksi total
Dengan mengacu kepada prinsip sistem proteksi total maka FSM merupakan salah satu unsur
utama yang memberi bingkai terhadap keselamatan total. Hal ini terjadi oleh karena sifatnya
yang paling humanis dibandingkan dengan sistem proteksi aktif (energized systems) dan sistem
proteksi passive (built-in systems). Oleh karena itu meski dalam kondisi apapun (given
condition) yang menyangkut sistem aktif maupun pasif, FSM bisa memposisikan atau memiliki
bentuknya yang spesifik. Dengan demikian FSM akan berbeda dari bangunan atau industrial
plant yang satu dengan yang lain. Walaupun demikian pembentukan FSM harus didasarkan pada
suatu prinsip yang sama yang menjamin efetifnya suatu sistem proteksi total melalui
pendekatan baru.
2. Pendekatan basis potensi bahaya
Pendekatan yang dimaksud adalah basis potensi bahaya dengan memperhatikan tipologi
kebakaran, analisis risiko bahaya kebakaran, tingkat keselamatan yang diharapkan serta
dengan memperhatikan perkembangan teknologi, standarisasi dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Analisis risiko dalam hal ini memperhitungkan tingkat kerentanan
(vulnerability) bangunan, lingkungan atau industri terhadap kemungkinan bahaya kebakaran
dibandingkan dengan kapasitas (capacity) atau kehandalan dari sistem proteksi terpasang
(baik aktif maupun pasif). Tingkat kerentanan ditentukan oleh bahan dan proses yang terjadi
serta kondisi manusia yang menggunakan atau menghuni bangunan atau industri. Sedangkan
kapasitas mencakup sistem proteksi yang ada baik terdiri atas sistem dan peralatan proteksi,
bahan dan konstruksi tahan api serta kesiagaan manusianya (human-ware) termasuk
peng-organisasiannya. Bangunan atau industri memiliki risiko yang tinggi apabila tingkat
kerentanan jauh melebihi kapasitas proteksi yang tersedia.
3. Common practises
Implementasi FSM berbasis potensi bahaya memerlukan pemahaman mengenai evaluasi tingkat
kehandalan bangunan / industri terhadap kebakaran dan keadaan darurat lainnya. Tidak selalu
harus melalui pendidikan khusus untuk mencapai hal tersebut. Melalui pemahaman
standar-standar dan pedoman teknis dipadu dengan pengalaman lapangan serta pengetahuan
beberapa indikator thumb-rules dapat dilakukan evaluasi tersebut dalam rangka membentuk FSM
dan uraian kegiatan-nya yang tepat dan efektif. Secara umum apabila di-identifikasi bahwa
kondisi saat ini terutama pada sistem proteksi yang ada (baik sistem aktif maupun pasif)
belum memenuhi standar yang berlaku (SNI atau ketentuan lainnya) maka diperlukan kompensasi
penguatan, baik dari segi sistem aktif, pasif maupun FSM. Beberapa indikator thumb-rules
yang menunjukkan perlunya penguatan tersebut antara lain sebagai berikut :
a. Sistem proteksi aktif
Sistem deteksi & alarm kebakaran belum memenuhi (satu detektor panas untuk setiap 46 m2, dan
satu detektor asap melindungi setiap 92 m2)
Sistem daya listrik belum di-back-up dengan sumber daya darurat
Sistem deteksi & alarm masih kurang terpelihara dan sering terjadi alarm palsu
Tidak memiliki sistem sprinkler meskipun tinggi bangunan > 14 m atau 4 lantai atau lebih
dari 2 lantai untuk bangunan rumah sakit, memiliki luas lantai 3.500 m2 atau volume > 21.000
m3 untuk bangunan pertokoan, dan luas lantai 18.000 m2 atau volume > 108.000 m3 untuk
bangunan berukuran besar.
Jarak antar kepala sprinkler melebihi 4,6 m untuk klas bahaya ringan dan sedang, dan lebih
dari 3,7 m untuk klas bahaya berat.
Pemeliharaan sistem proteksi berbasis air (sprinkler dan hidran) masih dirasakan kurang
intens, disamping masih ada kekurangan dalam aspek perancangan
Kinerja pompa kebakaran kurang baik misalanya harus dipancing dulu
Kapasitas sumber air untuk pemadaman kebakaran kurang dari 30 menit
Hidran yang terpasang adalah dari jenis klas I (2,5 inch) dengan panjang selang 20 m
Jangkauan alat pemadam ringan tidak mencapai luas ruangan yang dilindungi
Penempatan alat pemadam ringan melebihi 1,5 m dari lantai
Ukuran huruf penunjuk arah ke luar kurang dari 50 mm
Tidak memiliki lift kebakaran untuk ukuran bangunan gedung tinggi
b. Sistem proteksi pasif
Penggunaan bahan-bahan mudah terbakar atau menyala (lihat Tabel-2)
Plafond dan dinding dari bahan kayu atau tripleks tanpa perlakuan (treatment)
Saluran udara (ducting) pendingin tidak dilengkapi dengan damper api / asap
Penembusan pipa / shaft di dinding atau lantai tidak dilengkapi dengan fire stopping
Menggunakan bahan mudah terbakar untuk membentuk sistem kedap suara / akustik
Menyimpan bahan kimia berbahaya atau tabung gas bertekanan dalam ruangan dengan konstruksi
yang tidak fire rated dan tidak berventilasi cukup
Bangunan dari struktur baja yang tidak dilapis bahan steel covering materials
Tidak memiliki sistem pembuangan asap atau curtain wall di atap
Dinding bangunan seluruhnya kaca (bukan dari jenis tempered glass)
Jarak antar bangunan terlalu rapat (< 3m untuk ketinggian bangunan s/d 8 m, atau < 8m untuk
ketinggian bangunan > 40m)
c. Sarana jalan ke luar
Koridor untuk jalur evakuasi tidak dilengkapi dengan pintu tahan api
Pintu pemisah terbuat dari kaca (bukan kaca tahan api)
Pintu tahan api tidak dilengkapi dengan self-closing devices
Tangga kebakaran tidak dalam konstruksi tahan api, minimal 2 jam
Exit discharge tidak langsung ke halaman luar
Jarak tempuh (dari titik terjauh ke tangga terlindung) melebihi 45 m untuk bangunan tanpa
sprinkler atau 30 m untuk industri yang tidak dilindungi sistem sprinkler
Tidak memenuhi prinsip 2 (dua) jalan ke luar yang berjauhan (> 0,5 diagonal)
d. Site plan bangunan / industri
? Akses masuk bagi petugas pemadam kebakaran sulit (konstruksi podium base, canopy,
halangan instalasi dan kecuraman lokasi termasuk akses masuk ke dalam bangunan (tangga,
bismen dsb)
? Site bangunan tidak memiliki keleluasaan untuk operasi mobil pemadam (tidak ada
hard-standing, kemiringan lokasi, ada portal dan polisi tidur)
? Radius terluar belokan jalan kurang dari 10,5 m
? Jalur akses keliling bangunan tidak sesuai dengan velume bangunan (untuk volume >
7000 m3 minimal 1/6 keliling bangunan, untuk volume > 115.000 m3 harus sekeliling bangunan)
? Pengaturan di areal parkir dikaitkan dengan luas areal dan jumlah kendaraan
e. Fire safety management
? Belum memiliki scheme kegiatan pemeriksaan & pemeliharan peralatan berkala
? Belum memiliki fire & emergency response manual yang selalu di-updated
? Belum membentuk tim fire & emergency internal dengan pembinaan intensif
? Belum terlaksananya latihan kebakaran & evakuasi minimal sekali setahun (bangunan)
atau 2 kali setahun (industri)
? Belum memiliki sistem komunikasi emergency yang handal
? Belum menyusun SOP-SOP pekerjaan hot-works dll
? Belum menerapkan fire-safe housekeeping
? Belum melakukan fire safety audit secara berkala dan berkesinambungan
? Belum memiliki progam fire safety campaign secara teratur
? Belum memiliki dokumentasi menyangkut gambar teknis (as-built drawings), spesifikasi
bahan & peralatan, piping systems, hazard mapping yang diperlukan dalam pencegahan dan
penanggulangan kondisi emergency
? Belum menetapkan lokasi pos komando dan tempat berkumpul (muster/assembly points)
4. Sistem Manajemen Keselamatan Kebakaran
Sistem manajemen memiliki pula dimensi waktu dikaitkan dengan kejadian kebakaran dan bencana
lainnya, yakni pada kondisi sebelum kejadian, saat kejadian dan setelah atau pasca kejadian
yang ditunjukkan pada Tabel-3. Apa yang diuraikan di atas lebih menekankan pada kondisi
setelah bangunan jadi atau di-operasikan dan sebelum kejadian kebakaran yang memang perlu
diberi penekanan dalam rangka pencegahan terhadap kejadian yang sebenarnya.
KESIMPULAN
(1) Meningkatnya permasalahan kebakaran dikaitkan dengan tipologi kebakaran, tuntutan
saat ini dan meningkatnya kompleksitas struktur bangunan dan industri semakin memberikan
indikasi perlunya penerapan sistem proteksi total meliputi sistem aktif, pasif dan fire
safety management (FSM).
(2) Dibandingkan dengan sistem aktif maupun pasif, FSM kurang di-apresiasi sebagai unsur
penting dalam penanganan kebakaran, namun perlahan tetapi pasti peran FSM semakin meningkat
dan telah dimasukkan dalam Peraturan Daerah tentang pencegahan dan penanggulangan kebakaran.
(3) Perkembangan saat ini memunculkan tuntutan dan paradigma baru proteksi kebakaran
yang meliputi harmonisasi standar, tuntutan akan kontrol dan kualitas, tuntutan sistem dan
bahan proteksi kebakaran ramah lingkungan, penerapan metoda rasional dan analisis risiko
dalam desain proteksi kebakaran perlu disikapi dengan seksama.
(4) Munculnya tuntutan dan paradigma baru proteksi kebakaran, dan perkembangan teknologi
dalam meng-antisipasi permasalahan yang berkembang di bidang proteksi kebakaran, membawa
dampak kepada perlunya suatu pendekatan potensi bahaya dalam penerapan FSM dalam rangka
peningkatan efektivitas penanganan kebakaran dan bencana lainnya di bangunan gedung dan
industri.
(5) Kegiatan FSM mencakup pula hal-hal sebelum (pra) kejadian, saat kejadian dan pasca
kejadian yang memerlukan pemahaman yang lebih komprehensif.

REFERENSI
1. Beyler, C.L (2001), Fire Safety Challenges in the 21st Century, Journal of Fire
Protection Engineering, Vol 11, Number 1, 2001.
2. BPSI (1999), Buku Petunjuk Penanggulangan Keadaan Darurat Kebakaran, PT. Pauwels
Trafo Asia, Cileungsi, Bogor
3. Custer, RLP & Meacham, B.J (2001), Introduction to Performance-based Fire Safety,
NFPA, Quincy, MA.
4. Departemen PU (2000) , Keputusan Menteri PU no 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan
Teknis Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran pada Bangunan dan Lingkungan
5. Galea, et all (1998), Principle of Fire Modelling, Text book for Student, Centre
for Numerical and Process Analysis, University of Greenwich, London, UK
6. KEPMENEG PU no 10 / KPTS / 2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan terhadap Bahaya
Kebakaran pada Bangunan dan Lingkungan
7. KEPMENEG PU no 11 / KPTS / 2000 tentang Ketentuan Teknis Manajemen Pengamanan
Kebakaran di Perkotaan
8. Meacham, B.J (2004), A Consultants Perspective on the Role of Risk Analysis in
Fire Engineering, APEC Fire Safe of Timber in Construction Seminar, Asia Pacific Economic
Cooperation, Wellington, New Zealand, 24 26th May, 2004.
9. Olesen, F.B (1990), Fire Engineering Education, A Survey on University Educational
Activities within Fire Techynology and Fire Engineering, 2nd Edition, Instituttet for
Bygningsteknik, Aalsborg Universitetscenter.
10. Puslitbang Permukiman (2004), Laporan Akhir Kajian tentang Kebakaran Besar di
Indonesia, Proyek Penelitian dan Pengembangan Permukiman, Tahun 2004
11. Suprapto dan Nugraha, B.R (1997) , Tinjauan mengenai riset kebakaran di Indonesia,
Seminar Manajemen dan Teknologi Proteksi Kebakaran, Jakarta, 5-6 September 1997,
diselenggarakan oleh Inkindo-DKI, Jakarta.
12. Suprapto (2003), Sistem Proteksi Kebakaran dan Antisipasi Tantangan Pembangunan
Perkotaan Masa Depan, Orasi Pengukuhan Ahli Peneliti Utama, Jakarta, Agustus, 2003.
13. Suprapto (2003), Hal-hal pokok Dalam Penyusunan Fire Emergency Plan (FEP) pada
Bangunan Gedung dan Industri, Pelatihan Proteksi Kebakaran Level-B untuk PT. Astra, BPSI,
Jakarta
14. Suprapto (2006), Perkembangan Teknologi Proteksi Kebakaran & Rancangan Perda DKI
tentang Penanggulangan Kebakaran, Seminar DPP Inkindo DKI dan Masyarakat Profesi Proteksi
Kebakaran Indonesia (MP2KI), Jakarta, 28 Maret 2006.
Gambar-1 Urutan bahaya kebakaran dan upaya penanggulangannya
BAHAN KEBAKARAN ATAU LEDAKAN BAHAYA TERHADAP KESEHATAN TINDAKAN DARURAT SAAT
KEBAKARAN
1. Karbon di-oksida (CO2)
Dapat menyulut bahan kombustibel lainnya (kayu, kertas, minyak dsb)
Campuran dengan bahan bakar dapat menimbulkan ledakan
Silinder dapat meledak akibat panas kebakaran
Kontak dengan CO2 dapat menimbulkan frosbite
Uap atau gas dapat menyebabkan pusing-pusing atau tercekik.
Kebakaran dapat menimbul-kan gas beracun atau menimbulkan rasa pedih
Jauhkan orang-orang yang tidak berkepentingan dari lokasi, isolasi daerah bahaya dan cegah
orang masuk
Gunakan alat bantu pernapasan (SCBA)
Kebakaran kecil : Gunakan bubuk kimia kering (dry chemical)
Kebakaran besar : Gunakan semburan air butiran kecil atau busa reguler
2. Asetilin Sangat mudah menyala
Dapat tersulut oleh panas, loncatan bunga api atau nyala api
Gas dapat mengalir menuju sumber penyulutan dan terjadi kilatan nyala balik
Kontainer / tangki dapat meledak dengan dahsyat akibat panas tinggi / kebakaran
Beracun apabila terhirup
Kulit atau mata yang terkena bisa terluka atau terbakar
Uap dapat menyebabkan pusing dan sesak napas
Jauhkan orang-orang yang tidak berkepentingan dari lokasi, isolasi daerah
bahaya dan cegah orang masuk
Upayakan berada pada hulu aliran angin dan bukalah lubang ventilasi sebelum memasuki
ruangan
Kebakaran kecil : Gunakan bubuk kimia kering atau CO
Kebakaran besar : Gunakan semburan air butiran kecil , kabut air atau busa reguler
3. Hidrogen
khlorida Beberapa bahan ini dapat terbakar tetapi tidak mudah tersulut
Kontainer / tangki dapat meledak akibat panas tinggi / kebakaran
Beracun, jika terhirup atau terserap melalui kulit
Kontak dengan kulit atau mata dapat menyebabkan luka atau terbakar
Kontak dengan cairan zat ini bisa menimbulkan frosbite
Aliran bahan ini yang disebabkan oleh upaya pemadaman kebakaran atau pelarutan dalam
air dapat menimbulkan pencemaran lingkungan
Jauhkan orang-orang yang tidak berkepentingan dari lokasi, isolasi daerah
bahaya dan cegah orang masuk
Upayakan berada pada hulu aliran angin dan keluarlah dari tempat yang rendah
Gunakan alat bantu pernapasan (SCBA) dalam pemadaman api
Kebakaran kecil : Gunakan bubuk kimia kering atau CO
Kebakaran besar : Gunakan semburan air butiran kecil atau busa reguler
4. Hidrogen
fluorida Beberapa bahan ini dapat terbakar tetapi tidak ada yang mudah
tersulut
Kontainer / tangki dapat meledak akibat panas tinggi / kebakaran
Sangat beracun, jika terhirup atau terserang melalui kulit
Kontak dengan kulit atau mata dapat menyebabkan luka atau terbakar
Kontak dengan cairan ini dapat menyebabkan luka bakar dingin (frosbite)
Aliran bahan ini yang disebabkan oleh upaya pemadaman kebakaran atau pelarutan dalam
air dapat menimbulkan pencemaran lingkungan
Jauhkan orang-orang yang tidak berkepentingan dari lokasi, isolasi daerah
bahaya dan cegah orang masuk
Upayakan berada pada hulu aliran angin dan keluarlah dari tempat yang rendah
Gunakan alat bantu pernapasan (SCBA) dalam pemadaman api.
Kebakaran kecil : Gunakan bubuk kimia kering atau CO
Kebakaran besar : Gunakan semburan air butiran kecil atau busa reguler
5. Kerosene
Bahan mudah menyala, dapat tersulut oleh panas, bunga api atau nyala api
Uap dapat menjalar ke sumber penyulutan dan terjadi kilatan nyala balik
Kontainer / tangki dapat meledak akibat panas tinggi / kebakaran
Bahaya kebakaran / ledakan uap bahan dalam ruang tertutup, ruang terbuka atau dalam
parit
Uap dapat menyebabkan pusing dan sesak napas
Beracun apabila terhirup atau terserap kulit
Kontak dengan kulit atau mata dapat menyebabkan iritasi atau luka bakar
Kebakaran dapat menimbul-kan gas beracun atau menimbulkan rasa pedih
Jauhkan orang-orang yang tidak berkepentingan dari lokasi, isolasi daerah
bahaya dan cegah orang masuk
Upayakan berada pada hulu aliran angin dan keluarlah dari tempat yang rendah
Gunakan alat bantu pernapasan (SCBA) bertekanan positif dan memakai pakaian
pelindung bagi petugas.
Kebakaran kecil : Gunakan bubuk kimia kering atau CO
Kebakaran besar : Gunakan semburan air butiran kecil atau busa reguler
6. Minyak
solar Bahan mudah menyala, dapat tersulut oleh panas, bunga api atau nyala
api
Kontainer / tangki dapat meledak akibat panas tinggi / kebakaran
Uap dapat menyebabkan pusing dan sesak napas
Kontak dengan kulit menye-babkan iritasi atau luka bakar
Kebakaran dapat menimbul-kan gas beracun atau menimbulkan rasa pedih
Jauhkan orang-orang yang tidak berkepentingan dari lokasi, isolasi daerah
bahaya dan cegah orang masuk
Upayakan berada pada hulu aliran angin dan keluarlah dari tempat yang rendah
Kebakaran kecil : Gunakan bubuk kimia kering atau CO
Kebakaran besar : Gunakan semburan air butiran kecil atau busa reguler
7. Gas LPG
Sangat mudah menyala dapat tersulut oleh panas, bunga api atau nyala api
Kontainer / tangki dapat meledak akibat panas tinggi / kebakaran
Uap dapat menyebabkan bahaya kebakaran / ledakan dalam ruangan, luar ruangan atau dalam
parit
Uap dapat menyebabkan pusing atau sesak napas
Kontak dengan LPG cair dapat menyebabkan luka bakar dingin (frosbite)
Kebakaran dapat menghasilkan gas yang bida menimbulkan iritasi dan beracun
Jauhkan orang-orang yang tidak berkepentingan dari lokasi, isolasi daerah bahaya dan cegah
orang masuk
Upayakan berada pada hulu aliran angin dan keluarlah dari tempat yang rendah
Pindahkan kontainer dari daerah kebakaran, jika hal ini dapat dilakukan tanpa menim-bulkan
bahaya Kebakaran kecil : Gunakan bubuk kimia kering atau CO
Kebakaran besar : Gunakan semburan air butiran kecil atau busa reguler
8. Karbon monoksida
Campuran CO dan udara dalam perbandingan tertentu bersifat flammable (mudah menyala)
Wadah dapat meledak akibat kebakaran
Uap dapatr menjalar ke sumber penyulutan dan menjilat balik
Uap mudah meledak dan beracun baik dalam ruang tertutup, di luar ruangan dan dalam parit
Beracun dapat mematikan bila terhirup, tertelan atau terserap melalui kulit
Kontak langsung dapat menyebabkan luka kulit dan mata
Kontak dengan CO cair dapat menyebabkan luka bakar dingin (frosbite)
Jauhkan orang-orang yang tidak berkepentingan dari lokasi, isolasi daerah bahaya dan cegah
orang masuk
Jagalah tetap di hulu angin, keluarlah dari ruang dan beri ventilasi pada ruang tertutup
sebelum masuk
Kebakaran kecil : Biarkan terbakar jika kebocoran tidak dapat diatasi segera
Kebakaran besar : Gunakan semburan air atau busa
9. Cat thinner
Bahan mudah menyala / terbakar, dapat tersulut oleh panas, loncatan bunga api atau nyala
api
Uap bahan ini dapat bergerak menuju ke sumber penyulutan dan terjadi kilatan api balik
Aliran terbuang ke paritdapat menimbulkan kebakaran atau ledakan /eksplosi
Bahan beracun bila terhirup atau terserap melalui kulit
Uap bahan ini dapat menyebabkan pusing dan sesak napas
Kontak dengan kulit menye-babkan iritasi atau luka bakar
Kebakaran dapat menimbul-kan gas beracun atau menimbulkan rasa pedih
Jauhkan orang-orang yang tidak berkepentingan dari lokasi, isolasi daerah bahaya dan cegah orang masuk
Upayakan berada pada hulu aliran angin dan keluarlah dari tempat yang rendah
Gunakan alat bantu pernapasan (SCBA) dalam pemadaman api
Kebakaran kecil : Gunakan bubuk kimia kering, CO2, semburan air butiran kecil, atau bisa reguler
Kebakaran besar : Gunakan semburan air butiran kecil atau busa reguler
(*Profesor Riset bidang Fisika & Keselamatan Bangunan)
Sumber : http://www.jakartafire.net/berita/index.php?act=detil&idb=610
Kerugian Kebakaran Pabrik B3 Batam Rp20 Miliar
Rabu, 13 Maret 2013 19:30 WIB | Kesra | Dibaca 539 kali
Oleh: Larno
Batam (Antara Kepri) - Kerugian akibat kebakaran yang terjadi pada pabrik penampungan dan pengelolahan
limbah minyak PT Mega Green Teknologi di Kawasan Industri Kabil, Kota Batam, Kepulauan Riau, ditaksir
mencapai Rp20 miliar.

"Untuk sementara kerugian kemungkinan mencapai Rp20 miliar. Nanti akan dihitung detilnya," kata Direktur
PT Mega Green Teknologi Kabil, David di Batam, Rabu.

Ia mengatakan, kebakaran hampir menghabiskan seluruh bangunan dan instalasi pengelolaan limbah minyak
satu-satunya di Batam yang mampu mengolah sekitar 30 ribu kiloliter limbah per hari tersebut.

"Hingga gedung tersebut dibangun kembali dan difungsikan untuk mengolah limbah, sementara limbah-limbah
minyak dari Batam akan dikirim ke Cileungsi Bogor karena tidak ada pengolahan lain," kata dia.

David belum bisa memastikan kapan bangunan tersebut bisa dibangun kembali.

"Kami belum tahu akan makan waktu berapa lama untuk beroperasi lagi," kata David.

Ia mengatakan, saat kejadian ada 10 karyawan yang sedang melakukan penyulingan. Semua selamat dan tidak
ada yang terluka.

Kepala Badan pengendali Dampak Lingkungan Kota Batam, Dendi Purnomo mengatakan perusahaan pengelola
limbah tersebut berada pada Kawasan Pengelolaan Limbah Industri yang dikelola BP Batam seluas 20 hektare.

"Perusahaan tersebut sudah mengantungi seluruh izin yang harus dimiliki untuk beroperasi," kata dia.

Ia mengatakan, akan memeriksa kondisi udara di sekitar Batam karena kebakaran tersebut mengakibatkan asap
tebal yang pekat.

"Kami sudah melakukan uji udara. Namun hasilnya belum bisa diumumkan," kata Dendi.

Kebakaran di perusahaan tersebut terjadi sejak sekitar pukul 08.00 WIB. Hingga sekitar pukul 15.00 WIB, api
masih belum bisa dipadamkan oleh petugas pemadam gabungan dari BP Batam, Pemkot Batam, dan PT
Ecogreen yang terletak di sekitar perusahaan tersebut. (Antara)

Editor: Rusdianto
COPYRIGHT 2013
Sumber : http://kepri.antaranews.com/berita/24206/kerugian-kebakaran-pabrik-b3-batam-rp20-miliar

MOJOKERTO
Pabrik Gitar Terbesar Terbakar, Rugi
Miliaran
Api Juga Lalap Pabrik Styrofoam
18 Mei 2014 04:50 WIB







MOJOKERTO Kebakaran hebat terjadi di kawasan Ngoro Industri Persada (NIP) di Blok G
Nomor 5-6. Pabrik PT Cort Indonesia yang memproduksi alat musik gitar elektrik dilalap api
pada Jumat malam (16/5).
Belum diketahui pasti penyebab kebakaran yang terjadi di pabrik alat musik terbesar kedua di
Asia Tenggara tersebut. Lebih dari separo bangunan pabrik itu ludes. Kerugian ditaksir mencapai
miliaran rupiah.
Menurut Mulyono, 40, salah seorang karyawan pabrik tersebut, kebakaran terjadi pukul 21.15.
Saat api mulai membesar, pabrik sedang tutup. Tidak ada karyawan yang beraktivitas di
dalamnya. Awalnya terdengar letusan dari salah satu ruangan pabrik, kemudian api membesar,
ujarnya, Sabtu (17/5).
Menurut Mulyono, api semakin membesar pukul 22.20. Bersamaan dengan itu, terdengar suara
ledakan kedua yang sangat keras. Api langsung membesar dari gudang bahan kayu, katanya.
Akibatnya, satu gudang serta sejumlah peralatan musik akustik dan amplifier ludes terbakar.
Kapolsek Ngoro Kompol Hariyanto membenarkan bahwa api kali pertama muncul dari gudang
akustik dan amplifier. Saat kebakaran, seluruh karyawan bagian produksi telah meninggalkan
pabrik. Jam produksi di pabrik milik perusahaan Korea Selatan tersebut berakhir pukul 20.00.
Gudang akustik dan amplifier habis terbakar. Api cepat membesar dan sulit dipadamkan karena
gudang dipenuhi bahan kayu yang mudah terbakar, ungkapnya.
Enam mobil pemadam kebakaran (damkar) dari NIP, Pemkab Mojokerto, dan sejumlah
perusahaan di Ngoro dikerahkan untuk menjinakkan api. Upaya pemadaman tertolong oleh
turunnya hujan di Kecamatan Ngoro. Api bisa dipadamkan beberapa jam kemudian. Tidak ada
korban jiwa dalam insiden itu, tuturnya.
Hariyanto belum bisa memastikan penyebab kebakaran tersebut. Sejumlah saksi menyatakan,
percikan api muncul dari kabel listrik di salah satu gudang pabrik. Tim Labfor Polda Jatim akan
turun untuk mencari tahu penyebab kebakaran, jelasnya.
Pihaknya juga masih mengantisipasi kemungkinan terjadinya kebakaran susulan. Sebab, masih
ada beberapa titik api yang belum sepenuhnya padam. Sampai saat ini, pembasahan masih
dilakukan petugas pemadam kebakaran, papar Hariyanto.
Selain perusahaan gitar elektrik, kebakaran melanda pabrik styrofoam di Dusun Wonoayu, Desa
Kalipuro, Kecamatan Pungging, kemarin siang. Dua mobil damkar dikerahkan untuk
menjinakkan api yang melalap PT Menara Cipta Indonesia itu. Tidak ada korban jiwa dalam
insiden tersebut. Namun, kerugian ditaksir mencapai ratusan juta rupiah.
Berdasar informasi, api kali pertama muncul dari gudang penyimpanan bahan produksi pukul
11.45. Saat api mulai membesar, tidak ada aktivitas karyawan di gudang pabrik. Api ditengarai
berasal dari gabus yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan styrofoam.
Kencangnya angin membuat api semakin besar dan menghanguskan isi gudang. Beberapa
perangkat alat produksi seperti mesin diesel ikut ludes. Sekitar sejam kemudian, petugas
pemadam kebakaran datang ke lokasi dan mampu menjinakkan api sehingga tidak menjalar ke
bangunan lainnya.
Api dengan cepat membakar mesin dan meruntuhkan atap gudang, ujar Didik Sudarsono,
salah seorang relawan SAR Mojokerto. Dia menyebutkan, kebakaran tersebut ditengarai karena
korsleting listrik di gudang bagian produksi.
Pabrik styrofoam itu merupakan milik warga Bratang, Surabaya, dan beroperasi sejak dua tahun
lalu. Pabrik tersebut memiliki 45 karyawan, termasuk tenaga keamanan dan sopir.
Kapolsek Pungging AKP Siswoyo menuturkan, kebakaran itu diduga disebabkan hubungan arus
pendek listrik di gudang produksi. Api diduga muncul dari barang jadi yang belum di-
packing dan kemungkinan besar karena korsleting, paparnya. (rdi/abi/JPNN/c15/dwi)

Sumber : http://www.jawapos.com/baca/artikel/1162/Pabrik-Gitar-Terbesar-Terbakar-Rugi-Miliaran-

Bermartabat
KEBAKARAN YANG HAMPIR MENGHANGUSKAN TIGA
PABRIK
Dirilis oleh BHAYU pada Jumat, 25 Nov 2011
Telah dibaca 511 kali

Kebakaran Pabrik PT Trilon di Jalan Raya Rancaekek-Majalaya, Kab. Bandung
BANDUNG (PAKUAN.COM) - Pabrik PT Trilon yang memproduksi bahan baku karpetdi kompleks industri tekstil dan
garmen Kaha Grup di Jalan Raya Rancaekek-Majalaya, Kab. Bandung, diamuk si jago. Puluhan ton bahan baku kain sisa
dan sejumlah mesin produksi serta mesin penggilingan ludes terbakar. Atap pabrik meleleh lalu ambruk. Tidak ada korban
jiwa maupun luka-luka dalam peristiwa tersebut. Namun akibat kebakaran itu, pemilik PT Trilon, Salim, diperkirakan
mengalami kerugian materi hingga miliaran rupiah.
Kobaran api yang membakar pabrik PT Trilon itu sempat merembet ke dinding pabrik PT Korin dan PT Novatek. PT Trilon
berada di tengah-tengah kedua pabrik tersebut, namun beruntung kedua perusahaan itu hanya mengalami kerusakan ringan,
kendati aktivitas dan operasionalnya lumpuh total. Bahkan dinding dua perusahaan tersebut dijebol warga untuk
memadamkan api di lokasi PT Trilon yang berukuran 40 x 90 meter.
Pemilik PT Novatek, Djeng dan pemilik PT Korin, Liem, belum mengetahui nilai kerugian. Pihak perusahan terpaksa
menghentikan operasional dan meliburkan pegawai.
Saat kejadian, para buruh PT Trilon yang mencapai 200 orang menyelamatkan diri dengan berlarian sambil berteriak.
Sedikitnya enam unit mobil dinas pemadam kebakaran dikerahkan. Petugas tidak mengalami kendala karena sumber air
berada tidak jauh dari lokasi, sekitar 200 meter. Petugas justru terhambat oleh perbaikan jalan di sejumlah titik saat mobil
melaju dari lokasi parkir menuju lokasi kebakaran.
Mobil pemadam kebakaran tersebut berasal dari UPTD Pemadam Kebakaran Ciparay, Cicalengka, Dinas Kebakaran Kab.
Bandung, PT Kahatek, Polypin Canggih, ditambah dua unit mobil pemadam di kawasan Kaha Grup. Menjelang pukul 18.00
WIB, sejumlah petugas pemadam kebakaran berhasil menjinakkan api.
Peristiwa itu memicu perhatian ribuan buruh yang sedang bekerja di kawasan industri garmen Kaha Grup. Di lokasi pabrik
terdapat lebih dari tiga perusahaan. Akibat kebakaran, aliran listrik ke kawasan garmen pun dipadamkan.
Peristiwa kebakaran itu, diduga berasal dari percikan api berasal dari arus pendek listrik pada sebuah dinamo mesin
produksi. Percikan api mengenai tumpukan kain bekas hingga menyebabkan kebakaran hebat.
Kapolres Bandung, AKBP Sony Sonjaya, S.I.K. melalui Kapolsek Solokanjeruk, AKP Umar Said mengatakan, penyebab
kebakaran di PT Trilon yang apinya turut menjilat bagian dinding besi PT Korin dan PT Novatek, belum diketahui pasti.
"Kami masih melakukan penyelidikan dan meminta keterangan dari sejumlah saksi. Kami belum bisa memastikan berapa
kerugian akibat kebakaran itu," katanya.
Guna menindaklanjuti peristiwa kebakaran ini, pihaknya berencana mendatangkan Tim Puslabfor Mabes Polri jika memang
sangat dibutuhkan untuk melakukan penyelidikan.
Sumber : http://www.hu-pakuan.com/fullpost/bermartabat/1322236861/kebakaran-yang-hampir-
menghanguskan-tiga-pabrik-.html

Arus Lalin di Rungkut Industri Dialihkan
Laporan Teguh Ardi Srianto | Sabtu, 15 Maret 2014 | 10:12 WIB
Terkait
Ledakan Masih Terdengar, Api Belum Padam
Lima Jam, Api di Pabrik PT SMI Masih Membesar
Pabrik di Rungkut Industri Surabaya Terbakar
Sulitnya Padamkan Kebakaran PT SMI. Ini Penyebabnya...
Delapan Jam Berkobar, Kebakaran PT SMI Berhasil Dipadamkan
suarasurabaya.net - Dampak kebakaran PT Surya Multi Indopack (SMI) Jl.
Rungkut Industri XIV No. 4 Surabaya, arus lalu-lintas di kawasan itu, dialikan
mulai Sabtu (15/3/2014) dini hari.

Kompol Nur Halim Kapolsek Tenggilis mengatakan, awalnya arus lalu lintas
di depan lokasi pabrik yang terbakar masih dibuka untuk sepeda motor, tapi
akhirnya ditutup total.

Pengalihan arus lalu-lintas akibat kebakaran pabrik pengolah kemasan plastik dan
kertas itu, dilakukan penutupan dari Berbek ke arah Rungkut.

AKP Elik Kanit Lantas Polsek Tenggilis menambahkan, selain dilakukan sterilisasi
arus lalu-lintas, juga dilakukan pengalihan arus lalu-lintas dari Kendangsari ke arah
Sidoarjo diluruskan lewat Rungkut Industri.

"Sementara untuk para pekerja yang bekerja di Rungkut Industri, kendaraan
mereka diparkir diluar kawasan Rungkut Industri dan akan dijaga polisi," ujar Elik.

Upaya pegalihan arus lalu-lintas akibat kebakaran pabrik di Rungkut Industri, juga
dilakukan Kapolsek Waru.

Kompol Hendriyana Kapolsek Waru mengatakan, akibat kebakaran itu, polisi
sudah menghentikan semua kendaraan mulai dari SPBU Berbek. "Kalau tidak
dilakukan penutupan, maka akan sulit putar balik kalau sudah masuk Berbek
Industri," kata Hendriyana.

Informasi lain disampaikan Arie Bekti Kasi Pencegahan dan Pengendalian
Kebakaran Dinas Kebakaran Surabaya. Menurut Arie, karena semua arus lalu-
lintas ditutup polisi mulai dari Berbek ke arah Rungkut Industri, maka disarankan
pengguna kendaraan roda empat, bisa langsung turun lewat tol Berbek.

"Di sekitar lokasi kebakaran dilakukan penutupan, karena tingginya mobilitas
kendaraan PMK yang melakukan pembasahan di lokasi kebakaran," jelas Arie.

Untuk proses pembasahan kebakaran di Pabrik PT Surya Multi Indopack (SMI) Jl.
Rungkut Industri XIV No. 4 Surabaya, PMK sudah menurunkan 24 unit mobil
pemadamnya, dibantu sky walker dari Satpol PP dan mobil eskavator dari PU Bina
Marga Surabaya. (tas/ipg)

Teks Foto:
- Arus lalu lintas dialihkan dampak kebakaran di PT SMI di Jl. Rungkut Industri
XIV No. 4 Surabaya.
Foto: Yanuar Ipunc via twitter @e100ss
Editor: Iping Supingah
Sumber : http://www.suarasurabaya.net/fokus/155/2014/131629-Arus-Lalin-di-Rungkut-Industri-
Dialihkan

Human Error Pemicu Kebakaran Pabrik Swallow
"Saat mesin dinyalakan, tiba-tiba keluar lidah api yang mengenai bahan kimia dan karet."
ddd
Selasa, 16 Maret 2010, 08:57Antique, Sandy Adam Mahaputra

(VIVAnews/Nurcholis Anhari Lubis)
Follow us on
VIVAnews - Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana DKI Jakarta mensinyalir
penyebab kebakaran pabrik sandal Swallow di Jalan Kamal Raya No 34, Kalideres, Jakarta Barat
akibat human error.

Menurut Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana DKI Jakarta Paimin
Napitupulu, berdasarkan penyelidikan yang dilakukan dan keterangan korban luka, kebakaran diakibatkan
forklip yang terbakar.
"Saat mesin dinyalakan, tiba-tiba keluar lidah api yang mengenai bahan kimia dan karet di dekatnya,"
ujarnya di Jakarta, Selasa, 16 Maret 2010.

Sementara itu, kemarin, petugas Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana DKI yang
melakukan penyisiran di lokasi kembali menemukan tubuh yang telah menempel dengan bahan plastik dan
karet.
Setelah diidentifikasi, ternyata itu adalah bagian tubuh jenazah Parngat, petugas keamanan yang telah
ditemukan sebelumnya. "Indikatornya dari cincin, kunci motor dan kunci loker. Mungkin tubuhnya
terbelah saat proses evakuasi menggunakan esvakator, ujar Paimin.

Dijelaskan Paimin, hingga kini jenazah yang ditemukan di lokasi kebakaran berjumlah empat orang.
Keempat korban masing-masing bernama Andrew Anggrayani (29) yang diketahui tengah hamil lima
bulan, Liana yang merupakan staf administrasi, Rusli (70) kepala gudang, dan Parngat (60) petugas
keamanan.

Petugas sampai sekarang masih melakukan pendingin di lokasi, karena masih adanya beberapa titik api.
Petugas juga masih menyiagakan alat berat untuk mempermudah proses evakuasi.

Dalam kesempatan yang sama, Paimin menyesalkan kurangnya sistem pemadaman kurang baik. Hal itu,
diperparah sikap manajemen perusahaan yang kurang kooperatif, termasuk pendataan jumlah karyawan.

Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Boy Rafli Amar menuturkan, penyelidikan yang
rencananya dilakukan Puslabfor Mabes Polri akan dilakukan setelah pemadaman api ataupun bara di lokasi
dinyatakan telah selesai.

Sumber : http://metro.news.viva.co.id/news/read/136686-
human_error_pemicu_kebakaran_pabrik_swallow

KEBAKARAN KLATEN : Mesin Alami Korsleting, Pabrik
Kapas di Ceper Dilalap Jago Merah
Senin, 09/6/2014 Shoqib Angriawan/JIBI/Solopos Comments Off
Solopos.com, KLATENPabrik kapas yang ada di Dusun Kurung Baru, Desa Kurung, Kecamatan Ceper terbakar, Senin
(9/6/2014) siang. Beruntung, tidak ada korban jiwa dalam musibah tersebut, namun kerugian ditaksir mencapai belasan juta
rupiah.
Informasi yang dihimpun solopos.com, musibah tersebut terjadi sekitar pukul 11.30 WIB, Senin. Saat itu, salah satu pekerja,
Agus Hardiyanto, tengah bekerja seperti biasa bersama sejumlah rekannya di dalam pabrik.
Pria berusia 30 tahun tersebut menunggu mesin diesel mengolah kapas. Tanpa diduga, mesin diesel tersebut mengalami
korsleting dan mengeluarkan percikan api.
Kemudian, dengan cepat api menyambar kapas yang ada di sekitarnya. Api pun berkobar dengan sangat cepat.Lantaran
panik, warga Kauman, Kecamatan Pedan tersebut langsung berusaha memadamkan api dengan sapu ijuk yang ada di
dekatnya. Namun demikian, api justru semakin membesar.
Sejumlah pekerja lain pun juga berusaha memadamkan api sambil meminta bantuan pertolongan warga. Sejumlah petugas
kepolisian dari Polsek Ceper pun juga langsung ke lokasi. Lalu, mereka menelepon pemadam kebakaran Klaten untuk
mengatasi musibah tersebut.
Tidak lama kemudian, tiga unit mobil pemadam kebakaran datang ke lokasi. Butuh waktu hingga satu jam untuk
memadamkan api yang berkobar di pabrik kapas tersebut.
Sementara, petugas Polsek Ceper yang berada di lokasi langsung menggelar olah tempat kejadian perkara di lokasi.
Kapolsek Ceper, AKP Sugeng Handoko, mengatakan kebakaran tersebut murni akibat korsleting mesin diesel.
Penyebab kebakaran karena korsleting diesel pengolah kapas. Beruntung tidak ada korban jiwa akibat musibah tersebut.
Namun, kerugian diperkirakan mencapai Rp15 juta, katanya kepada solopos.com, Senin.
Sumber : http://www.boyolalipos.com/2014/kebakaran-klaten-mesin-alami-korsleting-pabrik-kapas-
di-ceper-dilalap-jago-merah-512259

You might also like