You are on page 1of 5

Tugas Kelompok 11

PROSEDUR PASIEN UNTUK PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


PADA PEMERIKSAAN PUNGSI LUMBAL
SISTEM PERSARAFAN











Oleh :
Arni Jamaluddin NH 0213121
Dewi Nuryanti NH 0213180
M. Agung. W NH 0213085
Moh Zulfakri B NH 0213196




PROGRAM STUDI S1ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
SOP
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN STIKES NANI
HASANUDDIN MAKASSAR T.A 2014/ 2015
MATA KULIAH
SISTEM NEUROBEHAVIOR 1
K O M P E T E N S I
.
PROSEDUR TETAP
Pengertian Adalah suatu cara pengambilan cairan cerebrospinal melalui pungsi
pada daerah lumbal

Tujuan Mengambil cairan cerebrospinaluntuk kepentingan pemeriksaan /
diagnostik maupun kepentingan therapy

Indikasi a. Untuk diagnostik
kecurigaan meningitis
Kecurigaan perdarahan sub arachnoid
Pemberian media kontras pada pemeriksaan myelografi
Evaluasi hasil pengobatan
b. Untuk Therapi
Pemberian obat anti neoplastik atau anti mikroba intra tekal
Pemberian anesthesi spinal
Mengurangi atau menurunkan tekanan CSF

Persiapan Pasien a. Memberi penyuluhan kepada pasien dan keluarga tentang lumbal
pungsi meliputi tujuan, prosedur, posisi, lama tindakan, sensasi-
sensasi yang akan dialami dan hal-hal yang mungkin terjadi
berikut upaya yang diperlukan untuk mengurangi hal-hal tersebut
b. Meminta izin dari pasien/keluarga dengan menadatangani
formulir kesediaan dilakukan tindakan lumbal pungsi.
c. Meyakinkan klien tentang tindakan yang akan dilakukan

Persiapan Alat a. Bak streil berisi jarum lumbal, spuit dan jarum, sarung tangan,
kassa dan lidi kapas, botol kecil (bila akan dilakukan pemeriksaan
bakteriologis), dan duk bolong.
b. Tabung reaksi tiga buah
c. Bengkok
d. Pengalas
e. Desinfektan (jodium dan alkohol) pada tempatnya
f. Plester dan gunting
g. Manometer
h. Lidokain/Xilocain
i. Masker. Gaun, tutup kepala
Prosedur Kerja a. Posisi pasien lateral recumbent dengan bagian punggung di
pinggir tempat tidur. Lutut pada posisi fleksi menempel pada
abdomen, leher fleksi kedepan dagunya menepel pada dada
(posisi knee chest)
b. Pilih lokasi pungsi. Tiap celah interspinosus vertebral dibawah L2
dapat digunakan pada orang dewasa, meskipun dianjurkan L4-L5
atau L5-S1 (Krista iliaca berada dibidang prosessus spinosus L4).
Beri tanda pada celah interspinosus yang telah ditentukan.

c. Dokter mengenakan masker, tutup kepala, pakai sarung tangan
dan gaun steril.

d. Desinfeksi kulit degan larutan desinfektans dan bentuk lapangan
steril dengan duk penutup.

e. Anesthesi kulit dengan Lidokain atau Xylokain, infiltrasi jaringan
lebih dapam hingga ligamen longitudinal dan periosteum

f. Tusukkan jarum spinal dengan stilet didalamnya kedalam
jaringan subkutis. Jarum harus memasuki rongga interspinosus
tegak lurus terhadap aksis panjang vertebra.

g. Tusukkan jarum kedalam rongga subarachnoid dengan perlahan-
lahan, sampai terasa lepas. Ini pertanda ligamentum flavum telah
ditembus. Lepaskan stilet untuk memeriksa aliran cairan
serebrospinal. Bila tidak ada aliran cairan CSF putar jarumnya
karena ujung jarum mungkin tersumbat. Bila cairan tetap tidak
keluar. Masukkan lagi stiletnya dan tusukka jarum lebih dalam.
Cabut stiletnya pada interval sekitar 2 mm dan periksa untuk
aliran cairan CSF. Ulangi cara ini sampai keluar cairan.

h. Bila akan mengetahui tekananCSF, hubungkan jarum lumbal
dengan manometer pemantau tekanan, normalnya 60 180
mmHg dengan posisi pasien berrbaring lateral recumbent.
Sebelum mengukur tekanan, tungkai dan kepala pasien harus
diluruskan. Bantu pasien meluruskan kakinya perlahan-lahan.

i. Anjurkan pasien untuk bernafas secara normal, hindarkan
mengedan.

j. Untuk mengetahui apakah rongga subarahnoid tersumbat atau
tidak, petugas dapat melakukan test queckenstedt dengan cara
mengoklusi salah satu vena jugularis selama I\10 detik. Bila
terdapat obstruksi medulla spinalis maka tekanan tersebut tidak
naik tetapi apabila tidak terdapat obstruksi pada medulla spinalis
maka setelah 10 menit vena jugularis ditekan, tekanan tersebut
akan naik dan turun dalam waktu 30 detik.

k. Tampung cairan CSF untuk pemeriksaan. Masukkan cairan tesbut
dalam 3 tabung steril dan yang sudah berisi reagen, setiap tabung
diisi 1 ml cairan CSF. Cairan ini digunakan untuk pemeriksaan
hitung jenis dan hitung sel, biakan dan pewarnaan gram, protein
dan glukosa. Untuk pemeriksaan none-apelt prinsipnya adalah
globulin mengendap dalam waktu 0,5 jam pada larutan asam
sulfat. Cara pemeriksaanya adalah kedalam tabung reaksi
masukkan reagen 0,7 ml dengan menggunakan pipet, kemudian
masukkan cairan CSF 0,5. diamkan selama 2 3 menit perhatikan
apakah terbentuk endapan putih. Cara penilainnya adalah sebagai
berikut :
( - ) Cincin putih tidak dijumpai
( + ) Cincin putih sangat tipis dilihat dengan latar belakang
hitam dan bila dikocok tetap putih





























( ++ ) Cincin putih sangat jelas dan bila dikocok cairan
menjadi opolecement (berkabut)
( +++ ) Cincin putih jelas dan bila dikocok cairan menjadi
keruh
( ++++ ) Cincin putih sangat jelas dan bila dikocok cairan
menjadi sangat keruh
Untuk test pandi bertujuan untuk mengetahui apakah ada
peningkatan globulin dan albumin, prinsipnya adalah protein
mengendap pada larutan jenuh fenol dalam air. cAranya adalah
isilah tabung gelas arloji dengan 1 cc cairan reagen pandi
kemudian teteskan 1 tetes cairan CSF, perhatikan reaksi yang
terjadi apakah ada kekeruhan.

l. Bila lumbal pungsi digunakan untuk mengeluarkan cairan liquor
pada pasien dengan hydrocepalus berat maka maksimal cairan
dikeluarkan adalah 100 cc.

m. Setelah semua tindakan selesai, manometer dilepaskan masukan
kembali stilet jarum lumbal kemudian lepaskan jarumnya. Pasang
balutan pada bekas tusukan.


Daftar Pustaka

Hendarto, S.K. & Ismael, S. 1979. Kejang Pada Anak.Jakarta : Yayasan Dharma Graha.
Jevon Philip, dkk. 2008. Pemantauan Pasien Kritis. Edisi : 2. Jakarta : Erlangga.
Oen, L.H. dkk. 1978. Simposium Ilmu Kedokteran Darurat. Surabaya : Bina Pustaka
Purwanto Agus. 2000. Kedaruratan Medik. Jakarta. Bina Rupa Aksara.

You might also like