You are on page 1of 34

STEP I

1. Bising : suara yang mengganggu atau dengan kata lain suara yang tidak
dikehendaki dimana bunyi memiliki frekuensi dan intensitas. Frekuensi berarti
getaran per satuan detik (hertz) dan intensitas berarti arus energi per satuan luas
(desibel).


















STEP II
1. Apa yang dimaksud dengan dokter perusahaan? Serta meliputi apa saja
ruang lingkupnya?
2. Bagaimana langkah-langkah diagnosis untuk penyakit akibat kerja?
3. Apa saja gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh pekerjaan? Serta apa
jenis pajanan yang mungkin ada pada lingkungan kerja?
4. Apa saja macam-macam Alat Pelindung Diri (APD)?
5. Berapa ambang batas kebisingan? Dan apa saja jenis bising serta
bagaimana pengendalian kebisingan?
6. Bagaimana syarat lingkungan kerja yang sehat sehingga mencegah
penyakit akibat kerja?












STEP III
1. Dokter perusahaan adalah seorang tenaga medis yang bekerja dalam
lingkup suatu perusahaan yang menangani kegiatan promotif, preventif,
kuratif serta rehabilitatif sehingga mencapai kesejahteraan bagi tenaga
kerja dan produktivitas perusahaan dapat meningkat. Dokter perusahaan
sebaiknya mampu menjembatani hubungan antara tenaga kerja dengan
pemimpin perusahaan.
Melakukan intervensi dari segi Primer
Sekunder
Tersier

Ruang lingkup bagi dokter perusahaan mencakup :
a) Layanan kesehatan
b) Identifikasi
c) Tindakan pencegahan
d) Monitoring medis
Tugas dokter perusahaan itu sebagai berikut :
a) Medis
b) Teknis lingkungan kerja
c) Administratif
d) Sosial

2. Langkah-langkah diagnosis penyakit akibat kerja :
1) Melakukan pemeriksaan kesehatan pada tenaga kerja
2) Mengidentifikasi jenis pajanan di lingkungan kerja
3) Mencari hubungan antara pajanan dan penyakit yang timbul
4) Menyelidiki proses sampai terjadinya penyakit
5) Menggali riwayat pada individu yang sakit
6) Mencari tahu faktor lain selain pajanan
7) Penentuan diagnosis
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan laboratorium
Rontgen
Okupasi


3. Jenis-jenis pajanan :
Fisik
Kimia
Biologi
Ergonomi
Psiko-sosial
Ketidakseimbangan yang mungkin terjadi :
Beban kerja
Beban tambahan
Kapasitas kerja
Kecelakaan akibat kerja :
Kondisi tidak aman di lingkungan kerja yang tidak memenuhi
syarat
Tindakan tidak aman para pekerja yang tidak menggunakan alat
pelindung dir
Serta lain_lain

4. Macam macam alat pelindung diri :
Kepala : helm, topi
Muka : masker
Mata : kacamata
Telinga : sumbat telinga
Tangan, kaki : boots, sarung tangan
Lain-lain : pakaian pelindung
Manajemen penggunaan alat pelindung diri (APD):
Disesuaikan dengan pekerjaan
Disesuaikan dengan kemungkinan bahaya yang mungkin timbul
Dilakukan pelatihan terlebih dahulu pada pekerja
Ditentukan tempat penyimpanan dan perawatan untuk APD
Pelaporan ketika hendak menggunakan APD

5. Bising meruapakan bunyi yang tidak diharapkan yang menghasilkan efek
akut seperti masalah komunikasi, penurunan konsentrasi yang dapat
mengganggu job performance tenaga kerja.

Jenis bising terdiri dari:
Occupational noise
Audible noise
Impuls noise
Pengendalian bising dilihat dari segi:
Individu: penggunaan APD
Transmisi: menghalang frekuensi bunyi
Sumber bising: digunakan peredam agar frekuensi menjadi lebih
kecil

6. Syarat lingkungan kerja yang sehat:
Terdapat ruang isolasi
Ventilasi udara
Ventilasi keluar
Sanitasi tempat kerja
Pengaturan suhu
Alat penolah limbah























STEP IV
1. Dokter perusahaan adalah seorang tenaga medis yang bekerja dalam
lingkup suatu perusahaan yang menangani kegiatan promotif, preventif,
kuratif serta rehabilitatif sehingga mencapai kesejahteraan bagi tenaga
kerja dan produktivitas perusahaan dapat meningkat. Dokter perusahaan
sebaiknya mampu menjembatani hubungan antara tenaga kerja dengan
pemimpin perusahaan. Serta mampu sebagai ujung tombak kesehatan
tenaga kerja yang pada akhirnya mampu mengoptimalkan kinerja dan
produksi suatu perusahaan. Dalam dunia Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3), dokter perusahaan memiliki peranan penting dalam tim K3
perusahaan. Karena K3 sendiri disusun atas dua poin yang saling
berkorelasi-Keselamatan kerja (safety) dan Kesehatan Kerja (Occupational
Health). Bersama dengan ahli di bidang lain seperti ahli higiene industri,
ahli K3 umum, perawat perusahaan, teknisi keselamatan serta manajer.
Banyak orang mengira, bahkan praktisi kesehatan sekalipun, bahwa
seorang dokter perusahaan memiliki tugas dan peranan yang relatif sama
denga dokter klinik pada umumnya. Sederhananya, banyak orang
cenderung mengeneralisir bahwa dokter perusahaan adalah dokter yang
bekerja di klinik perusahaan. Pemahaman ini tidak sepenuhnya salah, pun
juga tidak sepenuhnya tepat. Faktanya itu hanyalah satu bagian dari
keseluruhan tugas dokter perusahaan.

Ruang lingkup bagi dokter perusahaan mencakup :
a) Layanan kesehatan
Seorang dokter perusahaan harus mampu memegang prinsip
palayanan kesehatan secara promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif.
b) Identifikasi
Mencari tahu faktor-faktor yaang dapat membahayakan pekerja
dari segi bahan baku yang digunakan, produk yang dihasilkan,
hasil samping dari kegiatan produksi, alat-alat yang digunakan,
hingga limbah dari kegiatan produksi. Disamping itu juga melihat
kondisi ruang kerja dan sikap pekerja saat beraktivitas.
c) Tindakan pencegahan
Setelah mengidentifikasi maka selanjutnya mengajak para pekerja
untuk menggunakan alat pelindung diri agar terhindar dari penyakit
akibat kerja bahkan kecelakaan kerja. Memberi tahu cara
penggunaan APD, hal ini termasuk prinsip promotif dan preventif
dari dokter perusahaan.
d) Monitoring medis
Memantau kesehatan para pekerja dari waktu ke waktu, hal ini
dapat dilihat dari pemeriksaan kesehatan para pekerja di awal
ketika hendak memposisikan pekerja sesuai bakat dan pengetahuan
yang dimiliki serta melihat aspek kesehatan pekerja itu sendiri.
Dan biasanya diadakan pemeriksaan kesehatan rutin per enam
bulan sekali. Untuk memantau ada tidaknya gangguan kesehatan.
Tugas dokter perusahaan itu sebagai berikut :
a) Medis
Program kesehatan di tempat kerja
Fungsi dasar seorang dokter sebagai praktisi kesehatan adalah
untuk menjalankan program pelayanan kesehatan. Untuk
seorang dokter perusahaan, ruang lingkup kerjanya termasuk
pemeriksaan kesehatan, perawatan dan rehabilitasi, serta
pencegahan penyakit umum.



Jalin hubungan dengan tenaga kerja
Seorang dokter perusahaan juga dituntut untuk menampung
keluhan tenaga kerja saat konsultasi kesehatan dan membantu
melakukan koreksi lingkungan apabila diperlukan bersama tim
dari disiplin ilmu lain.
b) Teknis lingkungan kerja
Pengukuran
Seorang dokter perusahaan juga harus memiliki pengetahuan
tentang alat ukur standar dan standar keadaan lingkungan,
termasuk diantaranya keadaaan iklim, bising, pengcahayaan,
dll. Pengteahuan ini bermanfaat untuk mengetahui pengaruh
lingkungan terhadap kesehatan pekerja. Namun, seorang dokter
perusahaan juga harus mengetahui batas cakupan disiplin
ilmunya dan melakukan konsultasi pada ahli higiene industri
untuk melakukan pengukuran pada keadaan yang lebih
spesifik. Pengukuran dapat dilakukan secara kualitatif dan
kuantitatif.

Kebersihan dan Sanitasi
Seorang dokter perusahaan dituntut untuk mengoptimalkan dan
memantau kebersihan serta sanitasi di perusahaan, termasuk
ditempat kerja, kantin, WC, dan tempat pembuangan sampah.
Selain itu, usaha kebersihan lain yang harus dilakukan
termasuk pemberantasan insekta, kampanye kebersihan
perorangan, dan pemantaua sistem pengolahan limbah.

Penyesuian kemampuan fisik dan pekerjaan
Seorang dokter perusahaan harus mampu menilai kemampuan
fisik seorang pekerja dan membuat rekomendasi untuk
penyesuain di tempat kerja pekerja tersebut. Ini dilakukan
untuk menghindari terjadinya kelelahan dan mengoptimalkan
kinerja.

c) Administratif
seorang dokter perusahan berkewajiban untuk memenuhi tugas
administratif, termasuk diantaranya:
Pencatatan dan pelaporan medis ke instansi
Administrasi rutin bidang kesehatan
Perencanaan usaha pengembangan hiperkes di perusahaan

d) Sosial
Selain tugas-tugas diatas, seorang dokter perusahaan juga memiliki
peranan sosial sebagai Health Educator atau penyuluh kesehatan.
Materi yang harus disampaikan termasuk gaya hidup sehat, gizi
dan mutu makanan. Seorang dokter perusahaan juga harus mampu
berfungsi sebagai Health Counsellor (Komunikator) yang
menjembatani hubungan antara pekerja dengan pihak manajerial
perusahaan dalam bidang kesehatan. Seorang dokter perusahaan
juga sering dilibatkan dalam tugas kepanitian/tim seperti P2K3,
P3K atau regu Pemadam Kebakaran.

2. Langkah-langkah diagnosis penyakit akibat kerja :
1) Melakukan pemeriksaan kesehatan pada tenaga kerja
2) Mengidentifikasi jenis pajanan di lingkungan kerja
3) Mencari hubungan antara pajanan dan penyakit yang timbul
4) Menyelidiki proses sampai terjadinya penyakit
5) Menggali riwayat pada individu yang sakit
6) Mencari tahu faktor lain selain pajanan
7) Penentuan diagnosis
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan laboratorium
Rontgen
Okupasi
3. Jenis-jenis pajanan :
Fisik
Yaitu potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguan-
gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar misalnya
terpapar kebisingan, intensitas tinggi, suhu ekstrem, intensitas
penerangan kurang baik, getaran serta radiasi. Penyakit yang
mungkin timbul :
a) Suara tinggi/bising: ketulian
b) Temperature/suhu tinggi: heat cramp, heat exhaution
c) Temperature rendah: frosbite
d) Radiasi non mengion: inframerah (katarak), UV
(konjungtivitis)
e) Radiasi mengion: kerusakan sel tubuh manusia
f) Tekanan udara tinggi: Coison Disease
g) Getaran lokal: Reynauds Disease, Polineuritis
h) Getaran umum: gangguan proses metabolisme
Yang termasuk jenis pajanan fisik sebagai berikut:
Radiasi
Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau
ruang dalam bentuk panas, partikel atau gelombang
elektromagnetik/cahaya (foton) dari sumber radiasi. Ada
beberapa sumber radiasi yang kita kenal di sekitar
kehidupan kita, contohnya adalah televisi, lampu
penerangan, alat pemanas makanan (microwave oven),
komputer, dan lain-lain.
Selain benda-benda tersebut ada sumber-sumber radiasi
yang bersifat unsur alamiah dan berada di udara, di dalam
air atau berada di dalam lapisan bumi. Beberapa di
antaranya adalah Uranium dan Thorium di dalam lapisan
bumi; Karbon dan Radon di udara serta Tritium dan
Deuterium yang ada di dalam air.
Secara garis besar radiasi digolongkan ke dalam radiasi
pengion dan radiasi non-pengion.
Radiasi Pengion
Radiasi pengion adalah jenis radiasi yang dapat
menyebabkan proses ionisasi (terbentuknya ion positif dan
ion negatif) apabila berinteraksi dengan materi. Yang
termasuk dalam jenis radiasi pengion adalah partikel alpha,
partikel beta, sinar gamma, sinar-X dan neutron. Setiap
jenis radiasi memiliki karakteristik khusus. Yang termasuk
radiasi pengion adalah partikel alfa (), partikel beta (),
sinar gamma (), sinar-X, partikel neutron.
Radiasi Non Pengion
Radiasi non-pengion adalah jenis radiasi yang tidak akan
menyebabkan efek ionisasi apabila berinteraksi dengan
materi. Radiasi non-pengion tersebut berada di sekeliling
kehidupan kita. Yang termasuk dalam jenis radiasi non-
pengion antara lain adalah gelombang radio (yang
membawa informasi dan hiburan melalui radio dan
televisi); gelombang mikro (yang digunakan dalam
microwave oven dan transmisi seluler handphone); sinar
inframerah (yang memberikan energi dalam bentuk panas);
cahaya tampak (yang bisa kita lihat); sinar ultraviolet (yang
dipancarkan matahari).

Ada dua macam sifat radiasi yang dapat digunakan untuk
mengetahui keberadaan sumber radiasi pada suatu tempat
atau bahan, yaitu sebagai berikut :
Radiasi tidak dapat dideteksi oleh indra manusia,
sehingga untuk mengenalinya diperlukan suatu alat
bantu pendeteksi yang disebut dengan detektor
radiasi. Ada beberapa jenis detektor yang secara
spesifik mempunyai kemampuan untuk melacak
keberadaan jenis radiasi tertentu yaitu detektor
alpha, detektor gamma, detektor neutron, dll.
Radiasi dapat berinteraksi dengan materi yang
dilaluinya melalui proses ionisasi, eksitasi dan
lain-lain. Dengan menggunakan sifat-sifat tersebut
kemudian digunakan sebagai dasar untuk membuat
detektor radiasi.

Pengaruh radiasi terhadap manusia

Sel dalam tubuh manusia terdiri dari sel genetic dan sel
somatic. Sel genetic adalah sel telur pada perempuan dan
sel sperma pada laki-laki, sedangkan sel somatic adalah sel-
sel lainnya yang ada dalam tubuh. Berdasarkan jenis sel,
maka efek radiasi dapat dibedakan atas efek genetik dan
efek somatik. Efek genetik atau efek pewarisan adalah efek
yang dirasakan oleh keturunan dari individu yang terkena
paparan radiasi. Sebaliknya efek somatik adalah efek
radiasi yang dirasakan oleh individu yang terpapar radiasi.

Waktu yang dibutuhkan sampai terlihatnya gejala efek
somatik sangat bervariasi sehingga dapat dibedakan atas
efek segera dan efek tertunda. Efek segera adalah kerusakan
yang secara klinik sudah dapat teramati pada individu
dalam waktu singkat setelah individu tersebut terpapar
radiasi, seperti epilasi (rontoknya rambut), eritema
(memerahnya kulit), luka bakar dan penurunan jumlah sel
darah. Kerusakan tersebut terlihat dalam waktu hari sampai
mingguan pasca iradiasi. Sedangkan efek tertunda
merupakan efek radiasi yang baru timbul setelah waktu
yang lama (bulanan/tahunan) setelah terpapar radiasi,
seperti katarak dan kanker.

Bila ditinjau dari dosis radiasi (untuk kepentingan proteksi
radiasi), efek radiasi dibedakan atas efek deterministik dan
efek stokastik. Efek deterministik adalah efek yang
disebabkan karena kematian sel akibat paparan radiasi,
sedangkan efek stokastik adalah efek yang terjadi sebagai
akibat paparan radiasi dengan dosis yang menyebabkan
terjadinya perubahan pada sel.

Efek Deterministi (efek non stokastik) Efek ini terjadi
karena adanya proses kematian sel akibat paparan radiasi
yang mengubah fungsi jaringan yang terkena radiasi. Efek
ini dapat terjadi sebagai akibat dari paparan radiasi pada
seluruh tubuh maupun lokal. Efek deterministik timbul bila
dosis yang diterima di atas dosis ambang (threshold dose)
dan umumnya timbul beberapa saat setelah terpapar radiasi.
Tingkat keparahan efek deterministik akan meningkat bila
dosis yang diterima lebih besar dari dosis ambang yang
bervariasi bergantung pada jenis efek. Pada dosis lebih
rendah dan mendekati dosis ambang, kemungkinan
terjadinya efek deterministik dengan demikian adalah nol.
Sedangkan di atas dosis ambang, peluang terjadinya efek
ini menjadi 100%.

Efek Stokastik Dosis radiasi serendah apapun selalu
terdapat kemungkinan untuk menimbulkan perubahan pada
sistem biologik, baik pada tingkat molekul maupun sel.
Dengan demikian radiasi dapat pula tidak membunuh sel
tetapi mengubah sel Sel yang mengalami modifikasi atau
sel yang berubah ini mempunyai peluang untuk lolos dari
sistem pertahanan tubuh yang berusaha untuk
menghilangkan sel seperti ini.

Semua akibat proses modifikasi atau transformasi sel ini
disebut efek stokastik yang terjadi secara acak. Efek
stokastik terjadi tanpa ada dosis ambang dan baru akan
muncul setelah masa laten yang lama. Semakin besar dosis
paparan, semakin besar peluang terjadinya efek stokastik,
sedangkan tingkat keparahannya tidak ditentukan oleh
jumlah dosis yang diterima. Bila sel yang mengalami
perubahan adalah sel genetik, maka sifat-sifat sel yang baru
tersebut akan diwariskan kepada turunannya sehingga
timbul efek genetik atau pewarisan. Apabila sel ini adalah
sel somatik maka sel-sel tersebut dalam jangka waktu yang
relatif lama, ditambah dengan pengaruh dari bahan-bahan
yang bersifat toksik lainnya, akan tumbuh dan berkembang
menjadi jaringan ganas atau kanker. Paparan radiasi dosis
rendah dapat menigkatkan resiko kanker dan efek
pewarisan yang secara statistik dapat dideteksi pada suatu
populasi, namun tidak secara serta merta terkait dengan
paparan individu.

Radiasi infra merah dapat menyebabkan katarak.
Laser berkekuatan besar dapat merusak mata dan
kulit.
Medan elektromagnetik tingkat rendah dapat
menyebabkan kanker.
Contoh : Radiasi ultraviolet : pengelasan, Radiasi
Inframerah : furnacesn/ tungku pembakaran, Laser :
komunikasi, pembedahan .

Prinsip dasar yang harus dipatuhi dalam penggunaan
radiasi untuk berbagai keperluan
Dalam penggunaan radiasi untuk berbagai keperluan ada
ketentuan yang harus dipatuhi untuk mencegah penerimaan
dosis yang tidak seharusnya terhadap seseorang. Ada 3
prinsip yang telah direkomendasikan oleh International
Commission Radiological Protection (ICRP) untuk
dipatuhi, yaitu :
1. Justifikasi,
Setiap pemakaian zat radioaktif atau sumber
lainnya harus didasarkan pada azaz manfaat.
Suatu kegiatan yang mencakup paparan atau
potensi paparan hanya disetujui jika kegiatan
itu akan menghasilkan keuntungan yang lebih
besar bagi individu atau masyarakat
dibandingkan dengan kerugian atau bahaya
yang timbul terhadap kesehatan.
2. Limitasi
Dosis ekivalen yang diterima pekerja radiasi
atau masyarakat tidak boleh melalmpaui Nilai
Batas Dosis (NBD) yang telah ditetapkan.
Batas dosis bagi pekerja radiasi dimaksudkan
untuk mencegah munculnya efek
deterministik (non stokastik) dan mengurangi
peluang terjadinya efek stokastik.
3. Optimasi
Semua penyinaran harus diusahakan
serendah-rendahnya (as low as reasonably
achieveable - ALARA), dengan
mempertimbangkan faktor ekonomi dan
sosial. Kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir
harus direncanakan dan sumber radiasi harus
dirancang dan dioperasikan untuk menjamin
agar paparan radiasi yang terjadi dapat
ditekan serendah-rendahnya.

Kebisingan
Bising adalah campuran dari berbagai suara yang tidak
dikehendaki ataupun yang merusak kesehatan, saat ini
kebisingan merupakan salah satu penyebab penyakit
lingkungan (Slamet, 2006). Sedangkan kebisingan sering
digunakan sebagai istilah untuk menyatakan suara yang
tidak diinginkan yang disebabkan oleh kegiatan manusia
atau aktifitas- aktifitas alam (Schilling, 1981). Kebisingan
dapat diartikan sebagai segala bunyi yang tidak
dikehendaki yang dapat memberi pengaruh negatif terhadap
kesehatan dan kesejahteraan seseorang maupun suatu
populasi.
Aspek yang berkaitan dengan kebisingan antara lain :
jumlah energi bunyi, distribusi frekuensi, dan lama pajanan.
Kebisingan dapat menghasilkan efek akut seperti
masalah komunikasi, turunnya konsentrasi, yang
pada akhirnya mengganggu job performance tenaga
kerja.
Pajanan kebisingan yang tinggi (biasanya >85
dBA) pada jangka waktu tertentu dapat
menyebabkan tuli yang bersifat sementara maupun
kronis.
Tuli permanen adalah penyakit akibat kerja yang
paling banyak di klaim .
Contoh : Pengolahan kayu, tekstil, metal, dll.

Kualitas bunyi ditentukan oleh 2 hal yakni frekuensi dan
intensitasnya. Frekuensi dinyatakan dalam jumlah getaran per
detik yang disebut hertz (Hz), yaitu jumlah gelombang-
gelombang yang sampai di telinga setiap detiknya. Biasanya
suatu kebisingan terdiri dari campuran sejumlah gelombang
dari berbagai macam frekuensi. Sedangkan intensitas atau arus
energi per satuan luas biasanya dinyatakan dalam suatu
logaritmis yang disebut desibel ( DB ).

Berdasarkan frekuensi, tingkat tekanan bunyi, tingkat bunyi
dan tenaga bunyi maka bising dibagi dalam 3 kategori:
1) Occupational noise (bising yang berhubungan dengan
pekerjaan) yaitu bising yang disebabkan oleh bunyi mesin
di tempat kerja, misal bising dari mesin ketik.
2) Audible noise (bising pendengaran) yaitu bising yang
disebabkan oleh frekuensi bunyi antara 31,5 . 8.000 Hz.
3) Impuls noise (Impact noise = bising impulsif) yaitu
bising yang terjadi akibat adanya bunyi yang menyentak,
misal pukulan palu, ledakan meriam, tembakan bedil.

Selanjutnya dengan ukuran intensitas bunyi atau desibel ini
dapat ditentukan apakah bunyi itu bising atau tidak. Dari
ukuran-ukuran ini dapat diklasifikasikan seberapa jauh
bunyi-bunyi di sekitar kita dapat diterima / dikehendaki
atau tidak dikehendaki / bising.

Menurut SK Dirjen P2M dan Penyehatan Lingkungan
Pemukiman Departemen Kesehatan RI Nomor 70-
1/PD.03.04.Lp, (Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan
Kebisingan yang Berhubungan dengan Kesehatan Tahun
1992), tingkat kebisingan diuraikan sebagai berikut:
1) Tingkat kebisingan sinambung setara (Equivalent
Continuous Noise Level =Leq) adalah tingkat kebisingan
terus menerus (=steady noise) dalam ukuran dBA, berisi
energi yang sama dengan energi kebisingan terputus-putus
dalam satu periode atau interval waktu pengukuran.
2) Tingkat kebisingan yang dianjurkan dan maksimum
yang diperbolehkan adalah rata-rata nilai modus dari
tingkat kebisingan pada siang, petang dan malam hari.
3) Tingkat ambien kebisingan (=Background noise level)
atau tingkat latar belakang kebisingan adalah rata-rata
tingkat suara minimum dalam keadaan tanpa gangguan
kebisingan pada tempat dan saat pengukuran dilakukan,
jika diambil nilainya dari distribusi statistik adalah 95%
atau L-95.

Kebisingan mempengaruhi kesehatan antara lain dapat
menyebabkan kerusakan pada indera pendengaran sampai
kepada ketulian. Dari hasil penelitian diperoleh bukti
bahwa intensitas bunyi yang dikategorikan bising dan yang
mempengaruhi kesehatan (pendengaran) adalah diatas 60
dB. Oleh sebab itu para karyawan yang bekerja di pabrik
dengan intensitas bunyi mesin diatas 60 dB maka harus
dilengkapi dengan alat pelindung (penyumbat) telinga guna
mencegah gangguan pendengaran. Disamping itu
kebisingan juga dapat mengganggu komunikasi. Dengan
suasana yang bising memaksa pekerja berteriak didalam
berkomunikasi dengan pekerja lain. Kadang-kadang
teriakan atau pembicaraan yang keras ini dapat
menimbulkan salah komunikasi (miss communication) atau
salah persepsi terhadap orang lain.

Oleh karena sudah biasa berbicara keras di lingkungan
kerja sebagai akibat lingkungan kerja yang bising ini maka
kadang-kadang di tengah-tengah keluarga juga terbiasa
berbicara keras. Bisa jadi timbul salah persepsi di kalangan
keluarga karena dipersepsikan sebagai sikap marah. Lebih
jauh kebisingan yang terus-menerus dapat mengakibatkan
gangguan konsentrasi pekerja yang akibatnya pekerja
cenderung berbuat kesalahan dan akhirnya menurunkan
produktivitas kerja.

Kebisingan terutama yang berasal dari alat-alat bantu kerja
atau mesin dapat dikendalikan antara lain dengan
menempatkan peredam pada sumber getaran atau
memodifikasi mesin untuk mengurangi bising. Penggunaan
proteksi dengan sumbatan telinga dapat mengurangi
kebisingan sekitar 20-25 dB.
Tetapi penggunaan penutup telinga ini pada umumnya tidak
disenangi oleh pekerja karena terasa risih adanya benda
asing di telinganya. Untuk itu penyuluhan terhadap mereka
agar menyadari pentingnya tutup telinga bagi kesehatannya
dan akhirnya mau memakainya

Penerangan
Penerangan yang kurang di lingkungan kerja bukan saja
akan menambah beban kerja karena mengganggu
pelaksanaan pekerjaan tetapi juga menimbulkan kesan
kotor. Oleh karena itu penerangan dalam lingkungan kerja
harus cukup untuk menimbulkan kesan yang higienis.
Disamping itu cahaya yang cukup akan memungkinkan
pekerja dapat melihat objek yang dikerjakan dengan jelas
dan menghindarkan dari kesalahan kerja.

Berkaitan dengan pencahayaan dalam hubungannya dengan
penglihatan orang didalam suatu lingkungan kerja maka
faktor besar-kecilnya objek atau umur pekerja juga
mempengaruhi. Pekerja di suatu pabrik arloji misalnya
objek yang dikerjakan sangat kecil maka intensitas
penerangan relatif harus lebih tinggi dibandingkan dengan
intensitas penerangan di pabrik mobil. Demikian juga umur
pekerja dimana makin tua umur seseorang, daya
penglihatannya semakin berkurang. Orang yang sudah tua
dalam menangkap objek yang dikerjakan memerlukan
penerangan yang lebih tinggi daripada orang yang lebih
muda.

Akibat dari kurangnya penerangan di lingkungan kerja akan
menyebabkan kelelahan fisik dan mental bagi para
karyawan atau pekerjanya. Gejala kelelahan fisik dan
mental ini antara lain sakit kepala (pusing-pusing),
menurunnya kemampuan intelektual, menurunnya
konsentrasi dan kecepatan berpikir. Disamping itu
kurangnya penerangan memaksa pekerja untuk
mendekatkan matanya ke objek guna mmeperbesar ukuran
benda. Hal ini akomodasi mata lebih dipaksa dan mungkin
akan terjadi penglihatan rangkap atau kabur.
Untuk mengurangi kelelahan akibat dari penerangan yang
tidak cukup dikaitkan dengan objek dan umur pekerja ini
dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut :
Perbaikan kontras dimana warna objek yang
dikerjakan kontras dengan latar
belakang objek tersebut. Misalnya cat tembok di
sekeliling tempat kerja harus
berwarna kontras dengan warna objek yang
dikerjakan.
Meningkatkan penerangan, sebaiknya 2 kali dari
penerangan diluar tempat kerja.Disamping itu di
bagian-bagian tempat kerja perlu ditambah dengan
dengan lampu-lampu tersendiri.
Pengaturan tenaga kerja dalam shift sesuai dengan
umur masing-masing tenaga kerja. Misalnya tenaga
kerja yang sudah berumur diatas 50 tahun tidak
diberikan tugas di malam hari.

Disamping akibat-akibat pencahayaan yang kurang seperti
diuraikan diatas, penerangan / pencahayaan baik kurang
maupun cukup kadang-kadang juga menimbulkan masalah
apabila pengaturannya kurang baik yakni silau. Silau juga
menjadi beban tambahan bagi pekerja maka harus
dilakukan pengaturan atau dicegah.Pencegahan silau dapat
dilakukan antara lain :

a. Pemilihan jenis lampu yang tepat misalnya neon.
Lampu neon kurang menyebabkan silau
dibandingkan lampu biasa.

b. Menempatkan sumber-sumber cahaya /
penerangan sedemikian rupa sehingga
tidak langsung mengenai bidang yang mengkilap.

c. Tidak menempatkan benda-benda yang berbidang
mengkilap di muka jendela yang langsung
memasukkan sinar matahari.

d. Penggunaan alat-alat pelapis bidang yang tidak
mengkilap.

e. Mengusahakan agar tempat-tempat kerja tidak
terhalang oleh bayangan suatu benda. Dalam
ruangan kerja sebaiknya tidak terjadi bayangan-
bayangan.
Penerangan yang silau buruk (kurang maupun silau) di lingkungan
kerja akan menyebabkan hal-hal sebagai berikut :
Kelelahan mata yang akan berakibat berkurangnya daya
dan efisiensi kerja.
Kelemahan mental
Kerusakan alat penglihatan (mata).
Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar
mata.
Sehubungan dengan hal-hal tersebut diatas maka dalam
mendirikan bangunan tempat kerja (pabrik, kantor, sekolahan, dan
sebagainya) sebaiknya mempertimbangkan ketentuan-ketentuan
antara lain sebagai berikut :
Jarak antara gedung dan abngunan-bangunan lain tidak
mengganggu masuknya cahaya matahari ke tempat kerja,
Jendela-jendela dan lubang angin untuk masuknya cahaya
matahari harus cukup,
Seluruhnya sekurang-kurangnya 1/6 daripada luas
bangunan, Apabila cahaya matahari tidak mencukupi
ruangan tempat kerja, harus diganti
dengan penerangan lampu yang cukup, Penerangan tempat
kerja tidak menimbulkan suhu ruangan panas (tidak
melebihi 32 derajat celsius), Sumber penerangan tidak
boleh menimbulkan silau dan bayang-bayang
yang mengganggu kerja.
Sumber cahaya harus menghasilkan daya penerangan yang
tetap dan menyebar serta tidak berkedip-kedip .Efek
pencahayaan yang buruk:
mata tidak nyaman, mata lelah, sakit kepala, berkurangnya
kemampuan melihat, dan menyebabkan kecelakaan.
Keuntungan pencahayaan yang baik : meningkatkan
semangat kerja, produktivitas, mengurangi kesalahan,
meningkatkan housekeeping, kenyamanan lingkungan
kerja, mengurangi kecelakaan kerja.

Getaran
Getaran mempunyai parameter yang hampir sama dengan
bising seperti: frekuensi, amplitudo, lama pajanan dan
apakah sifat getaran terus menerus atau intermitten.
Metode kerja dan ketrampilan memegang peranan
penting dalam memberikan efek yang berbahaya.
Pekerjaan manual menggunakan powered tool
berasosiasi dengan gejala gangguan peredaran darah
yang dikenal sebagai Raynauds phenomenon
atau vibration-induced white fingers(VWF).
Peralatan yang menimbulkan getaran juga dapat
memberi efek negatif pada sistem saraf dan sistem
musculo-skeletal dengan mengurangi kekuatan
cengkram dan sakit tulang belakang.
Contoh : Loaders, forklift truck, pneumatic tools,
chain saws.
Efek getaran terhadap tubuh tergantung besar kecilnya
frekuensi yang mengenai tubuh:
3 . 9 Hz : Akan timbul resonansi pada dada dan
perut.
6 . 10 Hz : Dengan intensitas 0,6 gram, tekanan
darah, denyut jantung, pemakaian O2 dan volume
perdenyut sedikit berubah. Pada intensitas 1,2 gram
terlihat banyak perubahan sistem peredaran darah.
10 Hz : Leher, kepala, pinggul, kesatuan otot dan
tulang akan beresonansi.
13 . 15 Hz : Tenggorokan akan mengalami
resonansi.
< 20 Hz : Tonus otot akan meningkat, akibat
kontraksi statis ini otot menjadi lemah, rasa tidak
enak dan kurang ada perhatian.

Kimia
Yaitu potensi bahaya yang berasal dari bahan-bahan kimia yang
digunakan dalam proses produksi. Potensi bahaya ini dapat
memasuki atau mempengaruhi tubuh tenaga kerja melalui
inhalation (melalui pernapasan), ingestion(melalui saluran
pencernaan), skin contact(melalui kulit). Terjadinya pengaruh
potensi kimia terhadap tubuh tenaga kerja ini sangat bergantung
dari jenis bahan kimia atau kontaminan, bentuk potensi bahaya
debu, gas, uap, asap; daya racun bahan serta cara masuk ke dalam
tubuh.
Asal: bahan baku, bahan tambahan, hasil proses produksi
Bentuk: padat, cair, gas, uap maupun partikel
Masuk ke tubuh: melalui saluran pernapasan, pencernaan,
kontak langsung dengan kulit
Waktu masuk: secara akut atau kronis
Efek terhadap tubuh: iritasi, alergi, korosif, asfiksia,
keracunan sistemik, kanker, pengaruh genetik
Adapun potensi bahaya yang bisa ditimbulkan oleh bahan
kimia adalah
a) Korosi
Bahan kimia yang bersifat korosif menyebabkan kerusakan pada
permukaan tempat dimana terjadi kontak. Kulit, mata dan sistem
pencernaan adalah bagain tubuh yang paling umum terkena.
Contoh : konsentrat asam dan basa , fosfor.

b) Iritasi
Iritasi menyebabkan peradangan pada permukaan di tempat kontak.
Iritasi kulit bisa menyebabkan reaksi seperti eksim atau dermatitis.
Iritasi pada alat-alat pernapasan yang hebat dapat menyebabkan
sesak napas, peradangan dan oedema ( bengkak )
Contoh :
Kulit : asam, basa,pelarut, minyak .
Pernapasan : aldehydes, alkaline dusts, amonia, nitrogen
dioxide, phosgene, chlorine ,bromine, ozone.

c) Reaksi Alergi
Bahan kimia alergen atau sensitizers dapat menyebabkan reaksi
alergi pada kulit atau organ pernapasan
Contoh :
Kulit : colophony ( rosin), formaldehyde, logam seperti
chromium atau nickel, epoxy hardeners, turpentine.
Pernapasan : isocyanates, fibre-reactive dyes,
formaldehyde, nickel.

d) Asfiksiasi
Asfiksian yang sederhana adalah inert gas yang mengencerkan
atmosfer yang ada, misalnya pada kapal, silo, atau tambang bawah
tanah. Konsentrasi oksigen pada udara normal tidak boleh kurang
dari 19,5% volume udara.
Asfiksian kimia mencegah transport oksigen dan oksigenasi
normal pada darah atau mencegah oksigenasi normal pada kulit.
Contoh :
Asfiksian sederhana : methane, ethane, hydrogen, helium
Asfiksian kimia : carbon monoxide, nitrobenzene, hydrogen
cyanide, hidrogen sulphide

e) Kanker
Karsinogen pada manusia adalah bahan kimia yang secara jelas
telah terbukti pada manusia.
Kemungkinan karsinogen pada manusia adalah bahan kimia yang
secara jelas sudah terbukti menyebabkan kanker pada hewan .
Contoh :
Terbukti karsinogen pada manusia : benzene (
leukaemia); vinylchloride ( liver angiosarcoma) ; 2-
naphthylamine, benzidine (kanker kandung kemih ); asbestos
(kanker paru-paru , mesothelioma);
Kemungkinan karsinogen pada manusia : formaldehyde, carbon
tetrachloride, dichromates, beryllium
f) Efek Reproduksi
Bahan-bahan beracun mempengaruhi fungsi reproduksi dan
seksual dari seorang manusia.
Perkembangan bahan-bahan racun adalah faktor yang dapat
memberikan pengaruh negatif pada keturunan orang yang terpapar,
sebagai contoh :aborsi spontan.
Contoh :
Manganese, carbondisulphide, monomethyl dan ethyl
ethers dari ethylene glycol, mercury. Organic mercury
compounds, carbonmonoxide, lead, thalidomide, pelarut.

g) Racun Sistemik
Racun sistemik adalah agen-agen yang menyebabkan luka pada
organ atau sistem tubuh.
Contoh :
Otak : pelarut, lead, mercury, manganese
Sistem syaraf peripheral : n-hexane, lead, arsenic, carbon
disulphide
Sistem pembentukan darah : benzene, ethylene glycol
ethers
Ginjal : cadmium, lead, mercury, chlorinated hydrocarbons
Paru-paru : silica, asbestos, debu batubara (
pneumoconiosis )

Biologi
Yaitu potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh kuman-
kuman penyakit yang terdapat di udara yang berasal atau
bersumber pada tenaga kerja yang menderita penyakit-penyakit
tertentu misalnya TBC, hepatitis A/B, AIDS, dll. Maupun yang
berasal dari bahan-bahan yang digunakan dalam proses produksi
Viral: rabies, hepatitis
Bakterial: anthrax, leptospirosis, brucellosis, TBC, tetanus
Fungi: dermatophytoses, histoplasmosis
Parasit: ancylostomiasis, schistosomiasis
Beberapa literatur telah menguraikan infeksi akibat organisme
yang mungkin ditemukan di tempat kerja, diantaranya :
Daerah pertanian
Lingkungan pertanian yang cenderung berupa tanah
membuat pekerja dapat terinfeksi oleh mikroorganisme
seperti : Tetanus, Leptospirosis, cacing, Asma bronkhiale
atau keracunan Mycotoxins yang merupakan hasil
metabolisme jamur.\

Di lingkungan berdebu (Pertambangan atau pabrik)
Di tempat kerja seperti ini, mikroorganisme yang mungkin
ditemukan adalah bakteri penyebab penyakit saluran napas,
seperti : Tbc, Bronchitis dan Infeksi saluran pernapasan
lainnya seperti Pneumonia.

Daerah peternakan terutama yang mengolah kulit hewan
serta produk-produk dari hewan
Penyakit-penyakit yang mungkin ditemukan di peternakan
seperti ini misalnya : Anthrax yang penularannya melalui
bakteri yang tertelan atau terhirup, Brucellosis, Infeksi
Salmonella.

Di Laboratorium
Para pekerja di laboratorium mempunyai risiko yang besar
terinfeksi, terutama untuk laboratorium yang menangani
organisme atau bahan-bahan yang megandung organisme
pathogen

Di Perkantoran : terutama yang menggunakan pendingin
tanpa ventilasi alami
Para pekerja di perkantoran seperti itu dapat berisiko
mengidap penyakit seperti : Humidifier fever yaitu suatu
penyakit pada saluran pernapasan dan alergi yang
disebabkan organisme yang hidup pada air yang terdapat
pada system pendingin, Legionnaire disease penyakit yang
juga berhubungan dengan sistem pendingin dan akan lebih
berbahaya pada pekerja dengan usia lanjut.


Cara penularan kedalam tubuh manusia
Banyak dari mikroorganisme ini dapat menyebabkan
penyakit hanya setelah masuk kedalam tubuh manusia dan
cara masuknya kedalam tubuh, yaitu :
1. Melalui saluran pernapasan
2. Melalui mulut (makanan dan minuman)
3. Melalui kulit apabila terluka

Mengontrol bahaya dari faktor biologi. Faktor biologi dan
juga bahaya-bahaya lainnya di tempat kerja dapat dihindari
dengan pencegahan antara lain dengan :

1. Penggunaan masker yang baik untuk pekerja yang
berisiko tertular lewat debu yang mengandung organism
patogen
2. Mengkarantina hewan yang terinfeksi dan vaksinasi
3. Imunisasi bagi pekerja yang berisiko tertular penyakit
di tempat kerja
4. Membersihkan semua debu yang ada di sistem
pendingin paling tidak datu kali setiap bulan
5. Membuat sistem pembersihan yang memungkinkan
terbunuhnya mikroorganisme yang patogen pada system
pendingin.

Dengan mengenal bahaya dari faktor biologi dan
bagaimana mengotrol dan mencegah penularannya
diharapkan efek yang merugikan dapat dihindari.

Ergonomi/fisiologi
Yaitu potensi bahaya yang berasal atau yang disebabkan
oleh penerapan ergonomi yang tidak baik atau tidak sesuai
dengan norma-norma ergonomi yang berlaku, dalam
melakukan pekerjaan serta peralatan kerja, termasuk: sikap
dan cara kerja yang tidak sesuai, pengaturan kerja yang
tidak tepat, beban kerja yang todak sesuai dengan
kemampuan tenaga kerja ataupun ketidaksesuaian antara
manusia dengan mesin.
Penyebab: cara kerja, posisi kerja, alat kerja, lingkungan
kerja, kontruksi tidak ergonomis
Efek terhadap tubuh: kelelahan fisik, nyeri otot, deformitas
tulang

Psiko-sosial
Yaitu potensi bahaya yang berasal atau ditimbulka oleh kondisi
aspek-aspek psikologis ketenagakerjaan yang kurang baik atau
kurang mendapat perhatian seperti penempatan tenaga kerja yang
tidak sesuai dengan bakat, minat, kepribadian, motivasi,
tempramen, atau pendidikannya, sistem selksi dan klasifikasi tenga
kerja yang tidak sesuai, kurangnya keterampilan tenaga kerja
dalam melakukan pekerjaannya sebagai akibat kurangnya latihan
kerja yang diperoleh, serta hubungan antara individuyang tidak
harmonis dan tidak serasi dalam organisasi kerja. Kesemua faktor
tersebut akan memicu stress.
Penyebab: organisasi kerja (kepemimpinan< hubungan
kerja, komunikasi, keamanan), type kerja (monoton,
berulang-ulang,kerja shif, berlebihan)
Akibat: stress, psikosomatis, somatis
Stress
Stress adalah tanggapan tubuh (respon) yang sifatnya non-spesifik
terhadap setiap tuntutan atasnya. Manakala tuntutan terhadap tubuh
itu berlebihan, maka hal ini dinamakan stress.
Gangguan emosional yang di timbulkan : cemas, gelisah, gangguan
kepribadian, penyimpangan seksual, ketagihan alkohol dan
psikotropika.
Penyakit-penyakit psikosomatis antara lain : jantung koroner,
tekanan darah tinggi, gangguan pencernaan, luka usus besar,
gangguan pernapasan, asma bronkial, penyakit kulit seperti
eksim,dll.
Ketidakseimbangan yang mungkin terjadi :
Beban kerja
Beban tambahan
Kapasitas kerja
Kecelakaan akibat kerja :
Kondisi tidak aman di lingkungan kerja yang tidak memenuhi
syarat
Tindakan tidak aman para pekerja yang tidak menggunakan alat
pelindung dir
Serta lain-lain
4. Macam macam alat pelindung diri :
Kepala : helm, topi
Muka : masker
Mata : kacamata
Telinga : sumbat telinga
Tangan, kaki : boots, sarung tangan
Lain-lain : pakaian pelindung
Manajemen penggunaan alat pelindung diri (APD):
Disesuaikan dengan pekerjaan
Disesuaikan dengan kemungkinan bahaya yang mungkin timbul
Dilakukan pelatihan terlebih dahulu pada pekerja
Ditentukan tempat penyimpanan dan perawatan untuk APD
Pelaporan ketika hendak menggunakan APD

5. Bising merupakan bunyi yang tidak diharapkan yang menghasilkan efek
akut seperti masalah komunikasi, penurunan konsentrasi yang dapat
mengganggu job performance tenaga kerja. Bunyi itu sendiri memiliki
frekuensi dan intensitas. Bunyi >85dBA dapat menyebabkan tuli kronis. Suatu
bunyi dapat menyebabkan bising dengan intensitas >60 dBA sehingga
memiliki pengaruh terhadap kesehatan. Hal ini dapat menimbulkan ketulian
sehingga timbul gangguan konsentrasi yang berdampak pada kesalahpahaman
bekerja dan menurunkan produkrivitas. Maka diperlukan alat pelindung diri
bagi pekerja berupa sumbat telinga yang mampu meredam bunyi 20-25dB.

Jenis bising terdiri dari:
Occupational noise : bising yang disebabkan oleh mesin di tempat
kerja.
Audible noise : bising yang disebabkan oleh frekuensi bunyi
sekitar 31,5-8000 hertz.
Impuls noise : bising akibat bunyi yang menyentak seperti pukulan
palu atau ledakan meriam.
Pengendalian bising dilihat dari segi:
Individu: penggunaan APD
Transmisi: menghalang frekuensi bunyi
Sumber bising: digunakan peredam agar frekuensi menjadi lebih
kecil

6. Syarat lingkungan kerja yang sehat:
Penerangan yang cukup di tempat kerja
Ventilasi udara cukup
Penataan dan desain tempat kerja yang baik
Pengaturan suhu udara ruangan yang memenuhi standar
Kamar mandi dan tempat pembuangan tinja yang memenuhi syarat
Sumber air bersih memenuhi syarat
Pembuangan limbah melalui pengolahan terlebih dahulu
Tempat pembuangan sampah khusus untuk bahan-bahan berbahaya
Kantin pekerja memenuhi syarat
Menyediakan ruang istirahat khusus dan tempat ibadah
Menyediakan ruang ganti pakaian
Memiliki ruang isolasi untuk bahan-bahan berbahaya
Upaya pencegahan penyakit akibat kerja:
Subsitusi
Ventilasi umum
Ventilasi keluar setempat
Isolasi
Pakaian/alat pelindung diri
Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja
Pemeriksaan kesehatan secara berkala
Penerangan peraturan-peraturan di tempat kerja
Pendidikan kesehatan




















STEP V
1. Pajanan dan pengendalian yang mungkin terjadi di tempat kerja
2. Penatalaksanaan penyakit akibat kerja
3. Peranan K3 jelaskan!
4. Pelayanan asuransi untuk kecelakaan kerja, jelaskan!


























DAFTAR PUSTAKA

Bung okles. 2008. Pengenalan Bahaya Di Lingkungan Kerja
http://okleqs.wordpress.com/2008/05/23/pengenalan-bahaya-di-lingkungan-kerja/.
Diakses 08 November 2011
Posted: Mei 23, 2008 in IDENTIFIKASI
BAHAYA. http://okleqs.wordpress.com/category/identifikasi-bahaya/ Diakses 08
November 2011

Rusli Mustar.2008. Pengaruh Kebisingan Dan Getaran Terhadap Perubahan
Tekanan Darah
Masyarakat Yang Tinggal Di Pinggiran Rel Kereta Api Lingkungan Xiv
Kelurahan Tegal Sari Kecamatan Medan Denai Tahun 2008.Managemen
Kesehatan Lingkungan Industri.USU. Sumatera Utara.
Aria Gusti. 7 Januari 2011 Manajemen Risiko dalam Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.http://ariagusti.wordpress.com/2011/01/07/manajemen-
risiko-dalam-keselamatan-dan-kesehatan-kerja/ Diakses 17 Desember 2011
http://id.shvoong.com/exact-sciences/physics/2016489-radiasi-pengertian-jenis-
jenis-dan/#ixzz1fpWSbEW8

You might also like