You are on page 1of 17

Analisis Kualitas Akustik dan Pencahayaan

Ruang Kuliah
Studi Kasus Ruang TN 2 Jurusan Teknik Fisika
Universitas Gadjah Mada







DISUSUN OLEH

Chairil Linggabinangkit (38760)
Rifqi Fadhilillah (39734)
Futikhatun Rohmah (39931)
Khairiatuna (38896)


Program Studi Teknik Fisika
Jurusan Teknik Fisika
Fakultas Teknik
Universitas Gadjah Mada
2014



Pendahuluan
Ruang kelas merupakan salah satu wujud fasilitas fisik yang memiliki fungsi sebagai sarana belajar
mengajar, diskusi, dan kegiatan akademis lainnya. Tata akustik dan pencahayaan dapat mempengaruhi
kenyamanan penghuni di dalam ruang kelas.Untuk itu kualitas akustik dan pencahayaan yang baik
diperlukan guna terpenuhinya fungsi ruang kelas yang ideal.
Teknik Fisika UGM memiliki ruang kelas sebanyak 6 ruang. Pada makalah kali ini akan dibahas mengenai
analisis tata akustik dan pencahayaan di ruang TN 2.

Metode
Metode pada makalah kali ini meliputi pengumpulan data, simulasi dan pemodelan ruang dengan software
CATT untuk akustik dan software Dialux 4.12 untuk pencahayaan, pengolahan data, dan pembuatan
kesimpulan.

Asumsi
Pada analisis kali ini asumsi yang digunakan, antara lain :
Faktor refleksi cahaya sebesar 50%
Simulasi Daylight digunakan cahaya matahari pada tgl 21 April 2014 pukul 10.28
Dimensi ruang sesuai aslinya.
Tidak ada sumber suara lain selain manusia
Tidak ada batasan finansial

Hipotesis
Ruang TN 2 memiliki kualitas akustik dan pencahayaan sesuai dengan standar SNI.

Pembahasan
Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengukuran langsung dimensi ruangan TN 2. Didapatkan dimensi
ruangan seperti gambar dibawah ini.

























Simulasi dan Pemodelan pada CATT

Kondisi Awal
A. Hal pertama yang kita lakukan adalah mendesain ruangan pada geo file.
Masukan nilai absorbsi dari bahan yang kita masukan,

Setelah itu masukan setiap titik pada ruangan yang kita desain,


Lalu buat dalam bidang setiap titik tersebut, dan masukan nama sesuai nilai absorber dari
bahan tersebut


B. Lalu masukan nilai source, pada source file.


Pada source file masukan nilai titik x,y,z, setelah mendeklrasikan nama titik tersebut misal
A0. Lalu OMNI masukan berdasarkan x,y,z nilai jangkauan suara yang dihasilkan. Lalu
masukan juga dibaris selanjutnya nilai desibel pada rentang frekuensi tertentu.
Pada natural source adalah sumber suara utama, contohnya suaraa manusia. Lalu electro
source adalah sumber tambahan seperti speaker.
Pada kasus ini ruangan kelas hanya terdiri dari natural source

C. Lalu masukan nilai pada recevier file.

Masukan titik-titik penerima pada recevier file

D. Keadaan sebelum diubah (asumsi suara manusia dikisaran 500Hz)
Geo file







Pada rentang frekuensi 500 Hz


pada rentang frekuensi 500 hz didapatkan T-30 yaitu 1.66 dan C-50 yaitu -2. Hal ini tidak
sesuai dengan standar ruangan dengan volume kurang dari 283 m
3
yaitu T-30 = 0.6 dan C-50
yang merata positif.

Keadaan setelah di ubah
Geo file







Pada 500 khz


Pertama yang dilakukan untuk mendapatkan T-30 yang baik adalah mengganti bahan atap
dengan Fiber
Berikan wallpaper pada seluruh dinding ruangan untuk menghasilkan efek adsorber yang
optimal berupa karpet tipis
Lalu berikan beberapa panel absorber disekitar ruangan tersebut
Dinding samping, bagian belakang, dan beberapa pada atap ruangan.
Maka setelah menambah bahan, dihasilkan T-30 yang optimal sekitar 0.62. dan dihasilkan C-
50 yang tidak minus dan rentang yang lebih kecil.
Tetapi pada gambar warna penyebaran kurang merata, sebenarnya hal ini dapat di
tanggulangi dengan menambahkan electronic source berupa speaker. Akan tetapi pada TN2
hal ini juga harus menambahkan perangkat akustik eletronik untuk menghasilkan suara
tambahan dari mic yang disuarakan oleh pembicara.

Simulasi dan Pemodelan dengan Dialux
Simulasi dan pemodelan bertujuan untuk mengetahui gambaran kondisi pencahayaan di Ruang TN 2.
Standar yang dipakai untuk pencahayaan dalam bangunan mengacu pada SNI 03-6197-2000. Berdasarkan
SNI 03-6197-2000 tingkat pencahayaan untuk ruang kelas adalah sebesar 250 lx. Berikut langkah-langkah
simulasi dan pemodelan dengan Dialux.
Hal yang pertama dilakukan adalah membuat geometri dari ruangan yang akan kita modelkan.
Ukuran geometri ruangan didapatkan melalui pengukuran langsung.Penggambaran geometri
ruangan di Dialux akan memberikan hasil seperti gambar dibawah ini.















Kemudian memasukan room element dan furniture, seperti jendela,kursi,meja,komputer,dan
pintu.







Simulasi pada keadaan Daylight


Pada simulasi pada keadaan Daylight dengan waktu simulasi pada 21 April 2014 pukul 10.28
menghasilkan gambaran kondisi pencahayaan seperti gambar diatas. Gambar diatas juga
menunjukan hasil dari pengolahan data Daylight yang diekspor menjadi file PDF. Terlihat bahwa
Iluminansi cahaya menunjukan nilai terbesar 1058 lx ,nilai terendah 14 lx, dan nilai rata-rata 249.
Pada hasil PDF terlihat pula bahwa nilai Ilmuninansi belum mencapai nilai SNI sebesar 250 dan juga
belum merata. Untuk itu diperlukan rekayasa pencahayaan, yakni dengan Rekayasa Pencahayaan
Alami menggunakan Skylight dan Pencahayaan Buatan dengan Lampu.

Simulasi setelah ditambah Skylight
Pada rekayasa pencahayaan alami dengan Skylight digunakan jendela yang diletakan pada langit-
langit. Hasilnya ditunjukan seperti gambar diatas. Hasil PDF seperti gambar dibawah ini
menunjukan nilai Iluminansi yang sudah memenuhi nilai SNI dan juga nilai tersebut terlihat cukup
merata.

Pencahayaan dengan Skylight ini memiliki kekurangan yakni menghasilkan glare. Kelebihan
pencahayaan alami adalah mampu menghemat penggunaan energi yang biasanya digunakan untuk
penerangan menggunakan lampu.


Simulasi setelah ditambah Luminaire
Selain menggunakan pencahayaan buatan, rekayasa pencahayaan juga dapat dilakukan dengan
menggunakan pencahayaan alami. Pada simulasi kali
ini digunakan Luminaire PHILIPS BBS460 W60L60
1xLED24/830 MLO-PC dengan datasheet seperti
berikut,
Luminous flux (Luminaire): 1800 lm
Luminous flux (Lamps) : 1800 lm
Luminaire Wattage : 23.0 W
Luminaire classification according to CIE : 100
CIE flux code : 72 95 99 100 100
Fitting: 1x LED24/830-(Correction Factor 1.000)




Hasil simulasi ditunjukkan dengan gambar dibawah ini.


Pada data PDF diatas menunjukkan nilai Iluminansi tertinggi yaitu 546 lx, nilai terendah 29 lx, dan
nilai rata-rata 321 lx. Nilai rata-rata tersebut telah memenuhi SNI dan juga persebaran
Iluminansinya cenderung merata.



Kesimpulan
Hipotesis tidak terbukti. Ruang TN 2 Jurusan Teknik Fisika UGM belum memenuhi standar SNI untuk
kualitas akustik dan pencahayaannya.
Untuk mencapai nilai T-30 sebesar 0.6 dan nilai C-50 yang merata positif, dapat dilakukan dengan
cara mengganti bahan atap dengan fiber, memberikan wallpaper pada seluruh dinding ruangan
untuk menghasilkan efek adsorber yang optimal berupa karpet tipis, serta berikan beberapa panel
absorber disekitar ruangan tersebut
Untuk memenuhi standar SNI sebesar 250 lx untuk ruang kelas, dapat dilakukan dengan dua cara
yakni dengan cara rekayasa pencahayaan alami dengan menggunakan Skylight dan rekayasa
pencahayaan buatan dengan menambah Luminaire.
Pada pencahayaan alami dengan menggunakan Skylight didapatkan nilai yang memenuhi nilai
SNI.Namun, pencahayaan alami menghasilkan Glare.
Pada pencahayaan buatan dengan menambahkan Luminare dari Philips didapatkan nilai yang
memenuhi nilai SNI. Namun, penggunaan Luminaire yang terus menerus dapat menambah
konsumsi energi.
Tiap solusi pencahayaan baik rekayasa pencahayaan alami dan buatan masing-masing memiliki
kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dan kekurangan tersebut dapat dipenuhi ataupun dihindari
dengan cara menyesuaikan kondisi permintaan konsumen dari bangunan.

You might also like