Professional Documents
Culture Documents
Eitenmiller et al., 1999 dalam Salkic et al., 2009 mengatakan bahwa pada
kebanyakan pH asam, Asam Askorbat atau Vitamin C mempunyai
max
sekitar 245
nm.
max
percobaan adalah 247 nm.
Pembahasan Data
Range Absorbansi larutan baku:
0,140-0,991
A
sampel
yaitu:
Replikasi 1 = 0,161
Replikasi 2 = 0,164
Replikasi 3 = 0,172
Intrapolasi yaitu absorbansi sampel masuk dalam range A
baku
. Ekstrapolasi yaitu
A
sampel
berada diluar range A
baku
.
Untuk memperkecil spektro error, maka A harusnya berada pada range 0,2-0,8.
A < 0,2 => sampel terlalu encer, perlu dipekatkan. A > 0,8 => Sampel terlalu pekat,
perlu diencerkan.
Persamaan kurva baku:
y = 54,789x 0,108. A = -0,108,
b = 54,789x, r = 0,989
Nilai r berfungsi untuk
melihat linearitas dari
kurva baku.
Kadar yang didapat:
replikasi 1 = 50,51% b/b
replikasi 2 = 50,46% b/b
replikasi 3 = 49,43% b/b
Kadar rata-rata = 50,13% b/b
Kadar sebenarnya = 34,92% b/b
% kesalahan = 43,56%.
Range kadar: 49,522- 50,738
%Kesalahan besar ???
SD yang diperoleh = 0,608. Nilai SD yang baik adalah yang
semakin kecil.
Nilai CV atau rSD yang di peroleh = 1,213%.
Persentasi relatif standar deviasi (%rSD) atau koevisien variansi
(CV) tidak lebih dari 2% (Bhopal dan Jaipur, 2012).
Faktor-faktor yang mempengaruhi analisa spektrum UV:
1. jenis pelarut (polar/ non-polar)
2. pH larutan
3. konsentrasi larutan
4. tebal kuvet dan lebar celah.
Kelebihan
Spektrofotometry
UV
Efektif dan efisien
Selektif dan sensitif
Digunakan untuk
analisa kualitatif dan
kuantitatif
Kekurangan
Spektrofotometry
UV
Absorbansi
dipengaruhi pH dan
suhu
Adanya zat
pengganggu
Kebersihan kuvet
Hanya dapat dipakai untuk
senyawa yang tidak berwarna
dan mampu menyerap sinar
pada daerah UV
Spektrofotometry
UV
linearitas antara A dan C
butuh kurva baku
larutan tidak berwarna
senyawa uji harus punya
kromofor dan auksokrom
data lebih valid
Titrimetry
linearitas antara mol
titran dan analit
tidak butuh kurva baku
larutan bisa berwarna bisa
tidak
tidak harus memiliki kromofor
dan auksokrom
data lebih bersifat subjektif
Perbedaan Spektrofotometry UV dengan
Titrimetry:
Fungsi Vitamin C yaitu untuk pembentukan
kolagen dan zat antar sel bagi
pertumbuhan tulang rawan, tulang dan
gigi, dan dalam penyembuhan luka,
mencegah penyakit skorbut, dan sebagai
antioksidan (Pudjaatmaka, 2002).
Kesimpulan
1. Vitamin C berbentuk serbuk, berwarna putih, rasa
masam, berbau khas, larut dalam air panas, NaOH 3N
panas, dan dalam alkohol. Meleleh pada pengarangan,
tidak berfluoresensi, mempunyai gugus pereduksi dan
dapat membentuk kristal osazon.
2. Kadar Vitamin C dalam sampel untuk replikasi 1= 50,51%
b/b, replikasi 2= 50,46% b/b, replikasi 3= 49,43% b/b.
Kadar rata-rata= 50,13% b/b, kadar sebenarnya= 34,92%
b/b, range kadar yaitu , %kesalahan= 43,56%, SD= 0,608
dan CV= 1,213%.
Daftar Pustaka
Bhopal, M.P., Jaipur, Raj., 2012, Der Pharma Chemica, An ecofriendly estimation of valsartan
and hydrochlorothiazide inpharmaceutical dosage form by absorption ratio method,
4(2), p. 4.
Dirjen POM, 1995, Farmakope Indonesia, edisi IV, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, hal.
39.
Griter, J.R., 1991, Kromatografi, Penerbit Institut Teknologi, Bandung, hal. 6.
Karinda, M., dkk., 2013, Analisis Kimia Kuantitatif, Erlangga, Jakarta, hal. 71.
Munson, J.R., 1991, Separation, Preconcentration and Spectrophotometry in Inorganoc
Analysis, Elsevier, Amsterdam, p. 49.
Pudjaatmaka, A.H., 2002, Kamus Kimia, Balai Pustaka, Jakarta, hal. 55.
Salkic, et.al., 2009, Original Scientific Paper, Determination of L-Ascorbic acid
inPharmaceutical Preparations Using Direct Ultraviolet Spectrophotometry, 74(3), p.
265.
ScienceLab, 2005, Material Safety Data Sheet Ascorbic Acid MSDS, Sciencelab.com, Inc.,
Texas, p. 3.
Sumardjo, D., 2006, Pengantar Kimia, EGC, Jakarta, hal.114.
Watson, D.G., 2005, Analisis Farmasi: Buku Ajar Untuk Mahasiswa Farmasi dan Praktisi
Kimia Farmasi, Edisi 2, EGC, Jakarta, hal. 351.
Widjajanti, Nuraini, 2008, Obat-obatan, Kanisius, Yogyakarta, hal. 64.