You are on page 1of 48

Tujuan

Mampu menganilisis senyawa vitamin C


secara kualitatif.
Mampu menetapkan kadar vitamin C dalam
sampel serbuk dengan metode
spektrofotometri UV.

Dasar Teori
Struktur Vitamin C:
Pemerian: serbuk hablur putih,
berbau khas.
Kelarutan:mudah larut dalam air,
agak sukar larut dalam
etanol, tidak larut dalam
kloroform, eter dan benzena
Dirjen POM, 1995
Fungsi Vitamin C : untuk pembentukan kolagen dan zat antar sel
bagi pertumbuhan tulang rawan, tulang dan gigi, dan dalam
penyembuhan luka, mencegah penyakit skorbut, dan sebagai
antioksidan (Pudjaatmaka, 2002).

Alat dan Bahan
Skema Kerja (Uji Kualitatif)
Sampel
Pereaksi
barfoed
Pereaksi
Fehling
AgNO
3
KMnO
4

Skema Kerja


Aquadest
Sampel NaHCO
3
FeSO
4

H
2
SO
4

Skema Kerja (Uji Kuantitatif)
Pembuatan
kurva baku
Penetapan
kadar vitamin
C
Skema Kerja
Pembuatan larutan
stok vitamin C
Pembuatan larutan
intermediet
vitamin C
Pembuatan seri
larutan baku
vitamin C
Penetapan panjang
gelombang
maksimum
Penetapan
absorbansi
Pembuatan Larutan Stok
Ditimbang seksama lebih
kurang 50 mg baku vitamin C
Dimasukkan kedalam labu
takar 50 mL
Dilarutkan dengan metanol
p.a.
Pembuatan larutan intermediet
Diambil 5 mL larutan stok
vitamin C
Dimasukkan kedalam labu
takar 50 mL
Diencerkan dengan metanol
p.a.
Pembuatan seri larutan baku vitamin C
Diambil 1;2;3;4;5 mL larutan
intermediet vitamin C
Dimasukkan ke dalam labu
takar 10 mL
Diencerkan dengan metanol
p.a.
Penetapan panjang gelombang
maksimum
Diambil 1;3;5 mL intermediet vitamin
C
Dimasukkan ke dalam labu takar 10
mL
Diencerkan dengan metanol p.a.
Discan absorbansinya pada panjang
gelombang 220-400 nm
Penetapan absorbansi
Masing-masing seri larutan
baku diukur pada panjang
gelombang maksimum yang
telah ditetapkan
Dibuat kurva hubungan
antara konsentrasi
(sumbu x) dan intensitas
absorbansi (sumbu y)
Penetapan Kadar Vitamin C
Ditimbang seksama 50 mg sampel vitamin C dan
dimasukkan kedalam gelas beker 100 mL.
Dilarutkan dalam kurang lebih 10 mL metanol
kemudian diaduk. Dimasukkan ke dalam labu takar 50
mL.
Sisa sampel dalam gelas beker dibilas dengan 2x10 mL
metanol dan dimasukkan kedalam labu takar yang sama
diencerkan dengan metanol p.a. (disebut larutan sampel A).
Diambil 1 mL larutan sampel A, dimasukkan ke dalam
labu takar 10 mL diencerkan dengan metanol hingga
batas tanda (disebut larutan sampel B).
Diambil lagi 5 mL larutan sampel B, dimasukkan ke
dalam labu takar 10 mL, diencerkan dengan metanol
hingga batas tanda (disebut larutan sampel C).
Larutan sampel C diukur absorbansinya pada panjang
gelombang serapan maksimum yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Kadar vitamin C dalam sampel ditetapkan dengan
memplotkan absorbansi terukur dengan persamaan
kurva baku yang telah diperoleh sebelumnya.
Dilakukan replikasi sebanyak tiga kali.
Data dan Analisis Data
Hasil uji kualitatif vitamin C

Hasil Uji kuantitatif Vitamin C
y = 54.789x - 0.1084
R = 0.9787
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
0 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025
A
b
s
o
r
b
a
n
s
i

Konsentrasi
Kurva Baku Absorbansi vs Konsentrasi
Kurva Baku Absorbansi vs Konsentrasi
Linear (Kurva Baku Absorbansi vs Konsentrasi)
Pembahasan
Tujuan Percobaan:
Mampu melakukan uji kualitatif vitamin C dan
Mampu menetapkan kadar vitamin C dalam
sampel dengan spektrofotometer UV.



Uji
Kualitatif
Uji
Kuantitatif
Kualitatif
Tujuan
untuk mengetahui apakah dalam
sampel uji terdapat Vitamin C dasar uji
kuantitatif.
Uji
Pendahuluan
Organoleptis
(Bau, Warna,
Bentuk)
Hasil : bentuk serbuk, warna putih,
berbau khas. Teori: ada yang berbentuk
kristal padat, ada yang serbuk, berbau
khas, rasa masam, warna putih, kadang
agak kuning (ScienceLab, 2005).
Kelarutan
Hasil: Tidak larut dalam air dingin,
dalam NaOH 3N dingin, dan dalam
H
2
SO
4
3N, namun sedikit larut
dalam air panas, dalam NaOH 3N
panas, dan dalam alkohol.
Teori: Larut dalam air panas, larut
sebagian dalam air dingin, tidak
larut dalam dietil eter, larut dalam
alkohol, tidak larut dalam klorofom,
benzena, petroleum eter, minyak,
dan pelarut lemak
fluoresensi
Hasil: Sampel tidak
berfluoresensi pada 254
nm dan 365 nm
begitupun dalam H
2
SO
4

pada 254 nm dan 365 nm
Pengarangan
Hasil: sebagian sampel meleleh
dan terbentuk endapan hitam
dan coklat. Endapan
hitam/coklat menunjukkan
adanya senyawa organik
Teori: Vitamin merupakan
senyawa organik yang terdapat
didalam makanan (Widjajanti,
2008).
Analisis Gugus
Hasil: sampel mengandung
senyawa yang mempunyai gugus
pereduksi berdasarkan uji
barfoed, fehling, AgNO
3
, dan
KMnO
4
.
Teori: Vitamin C memilki gugus
pereduksi yang dapat mereduksi
reagen barfoed pada keadaan
dingin, dapat mereduksi reagen
fehling, AgNO
3
, dan KMnO
4

(Watson, 2005).
Reaksi Kristal
Hasil: Terjadi pembentukan kristal
osazon
Teori: Bila direaksikan dengan
fenilhidrazin akan terbentuk kristal
osazon yang berwarna agak kuning
dengan bentuk kristal jarum
(shankara, 2008).
Kuantitatif
Tujuan
untuk menentukan kadar suatu
senyawa dalam sampel. Senyawa
uji pada percobaan ini adalah
Vitamin C.
Metode
Spektrofotometry
UV
Prinsip
Spektrofotome
ter UV

Hukum Lambert-Beer:

.b.C = A
T A log
Syarat Senyawa
dapat diukur
dengan
Spektrofotometer
UV
Punya
kromofor
Ikatan rangkap
terkonjugat
(ikatan
rangkap
selang-seling)
Punya
Auksokrom
gugus yang
mempunyai PEB
(Pasangan Elektron
Bebas) yang terikat
langsung pada
gugus kromofor
Tidak
berwarna
Senyawa yang dapat
diukur dengan
Spektrofotometer UV
harus mampu
menyerap cahaya
pada daerah sinar UV
( 200-400 nm)
Alasan Vitamin C dapat diukur
dengan Spektrofotometry
Kromofor
Auksokrom
Perbedaan Spektrofotometry UV dan
Titrimetry
Spektrofotometry
UV
Sumber cahayanya adalah
deuterium, xenon
= 200-400 nm
Larutan tidak berwarna
Kuvet dari kuarsa
Spektrofotometry
Visibel
sumber cahaya adalah
filamentungsten
= 400-800 nm
Larutan Berwarna
Kuvet dari gelas kaca

untuk membuat seri larutan baku
yang digunakan untuk
mendapatkan kurva baku.
Larutan Stok
untuk mendapatkan kurva baku
yang akan digunakan untuk
menghitung kadar Vitamin C
dalam sampel.
Seri larutan
baku
untuk mengetahui apakah
pelarut memberikan serapan
atau tidak sehingga akan
didapatkan absorbansi nol
Larutan Blanko
untuk memperoleh data yang
valid.
Replikasi
Untuk mendapatkan seri larutan
baku
Alasan
Pengenceran
Larutan Stok
methanol dapat melarutkan
Vitamin C dan methanol tidak akan
mengganggu absorbsi/penyerapan
cahaya pada yang digunakan (247
nm).
Alasan pemilihan
methanol sebagai
pelarut
dapat melarutkan sampel/analit
dan tidak menyerap sinar pada
yang digunakan.
Syarat Pelarut yang
baik
menghilangkan pengotor yang tidak
larut.
Penyaringan
Penentuan
max

Optimasi yang
dilakukan
dimana absorbansi
maksimum
max
absorbansi paling tinggi sehingga
lebih sensitive
konsentrasi paling linear dengan
absorbansi sehingga hasil akan
lebih akurat
Alasan
penggunaan
max

Eitenmiller et al., 1999 dalam Salkic et al., 2009 mengatakan bahwa pada
kebanyakan pH asam, Asam Askorbat atau Vitamin C mempunyai
max
sekitar 245
nm.
max
percobaan adalah 247 nm.

Pembahasan Data
Range Absorbansi larutan baku:
0,140-0,991
A
sampel
yaitu:
Replikasi 1 = 0,161
Replikasi 2 = 0,164
Replikasi 3 = 0,172
Intrapolasi yaitu absorbansi sampel masuk dalam range A
baku
. Ekstrapolasi yaitu
A
sampel
berada diluar range A
baku
.
Untuk memperkecil spektro error, maka A harusnya berada pada range 0,2-0,8.
A < 0,2 => sampel terlalu encer, perlu dipekatkan. A > 0,8 => Sampel terlalu pekat,
perlu diencerkan.
Persamaan kurva baku:
y = 54,789x 0,108. A = -0,108,
b = 54,789x, r = 0,989
Nilai r berfungsi untuk
melihat linearitas dari
kurva baku.
Kadar yang didapat:
replikasi 1 = 50,51% b/b
replikasi 2 = 50,46% b/b
replikasi 3 = 49,43% b/b
Kadar rata-rata = 50,13% b/b
Kadar sebenarnya = 34,92% b/b
% kesalahan = 43,56%.
Range kadar: 49,522- 50,738

%Kesalahan besar ???
SD yang diperoleh = 0,608. Nilai SD yang baik adalah yang
semakin kecil.
Nilai CV atau rSD yang di peroleh = 1,213%.

Persentasi relatif standar deviasi (%rSD) atau koevisien variansi
(CV) tidak lebih dari 2% (Bhopal dan Jaipur, 2012).

Faktor-faktor yang mempengaruhi analisa spektrum UV:
1. jenis pelarut (polar/ non-polar)
2. pH larutan
3. konsentrasi larutan
4. tebal kuvet dan lebar celah.
Kelebihan
Spektrofotometry
UV
Efektif dan efisien
Selektif dan sensitif
Digunakan untuk
analisa kualitatif dan
kuantitatif
Kekurangan
Spektrofotometry
UV
Absorbansi
dipengaruhi pH dan
suhu
Adanya zat
pengganggu
Kebersihan kuvet
Hanya dapat dipakai untuk
senyawa yang tidak berwarna
dan mampu menyerap sinar
pada daerah UV
Spektrofotometry
UV
linearitas antara A dan C
butuh kurva baku
larutan tidak berwarna
senyawa uji harus punya
kromofor dan auksokrom
data lebih valid
Titrimetry
linearitas antara mol
titran dan analit
tidak butuh kurva baku
larutan bisa berwarna bisa
tidak
tidak harus memiliki kromofor
dan auksokrom
data lebih bersifat subjektif
Perbedaan Spektrofotometry UV dengan
Titrimetry:
Fungsi Vitamin C yaitu untuk pembentukan
kolagen dan zat antar sel bagi
pertumbuhan tulang rawan, tulang dan
gigi, dan dalam penyembuhan luka,
mencegah penyakit skorbut, dan sebagai
antioksidan (Pudjaatmaka, 2002).

Kesimpulan
1. Vitamin C berbentuk serbuk, berwarna putih, rasa
masam, berbau khas, larut dalam air panas, NaOH 3N
panas, dan dalam alkohol. Meleleh pada pengarangan,
tidak berfluoresensi, mempunyai gugus pereduksi dan
dapat membentuk kristal osazon.
2. Kadar Vitamin C dalam sampel untuk replikasi 1= 50,51%
b/b, replikasi 2= 50,46% b/b, replikasi 3= 49,43% b/b.
Kadar rata-rata= 50,13% b/b, kadar sebenarnya= 34,92%
b/b, range kadar yaitu , %kesalahan= 43,56%, SD= 0,608
dan CV= 1,213%.

Daftar Pustaka
Bhopal, M.P., Jaipur, Raj., 2012, Der Pharma Chemica, An ecofriendly estimation of valsartan
and hydrochlorothiazide inpharmaceutical dosage form by absorption ratio method,
4(2), p. 4.
Dirjen POM, 1995, Farmakope Indonesia, edisi IV, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, hal.
39.
Griter, J.R., 1991, Kromatografi, Penerbit Institut Teknologi, Bandung, hal. 6.
Karinda, M., dkk., 2013, Analisis Kimia Kuantitatif, Erlangga, Jakarta, hal. 71.
Munson, J.R., 1991, Separation, Preconcentration and Spectrophotometry in Inorganoc
Analysis, Elsevier, Amsterdam, p. 49.
Pudjaatmaka, A.H., 2002, Kamus Kimia, Balai Pustaka, Jakarta, hal. 55.
Salkic, et.al., 2009, Original Scientific Paper, Determination of L-Ascorbic acid
inPharmaceutical Preparations Using Direct Ultraviolet Spectrophotometry, 74(3), p.
265.
ScienceLab, 2005, Material Safety Data Sheet Ascorbic Acid MSDS, Sciencelab.com, Inc.,
Texas, p. 3.
Sumardjo, D., 2006, Pengantar Kimia, EGC, Jakarta, hal.114.
Watson, D.G., 2005, Analisis Farmasi: Buku Ajar Untuk Mahasiswa Farmasi dan Praktisi
Kimia Farmasi, Edisi 2, EGC, Jakarta, hal. 351.
Widjajanti, Nuraini, 2008, Obat-obatan, Kanisius, Yogyakarta, hal. 64.

You might also like