You are on page 1of 6

PTERIGIUM

1. Definisi
Pertumbuhan jaringan fibrovaskuler berbentuk segitiga yang tumbuh dari arah
konjungtiva menuju kornea pada daerah interpalpebra. Pterigium tumbuh menyerupai
bentuk sayap pada konjungtiva bulbi.
2. Faktor risiko
a. Faktor geneik
b. Radiasi ultraviolet
c. Faktor lain seperti inflamasi atau iritasi kronis
3. Patogenesis
Secara umumn etiologi penyakit ini belum diketahui tetapi banyak mengenai
orang dengan daerah beriklim panas. Sehingga faktor lingkungan seperti sinar UV,
daerah kering, debu, inflamasi, dan daerah angin kencang dicurigai berpengaruh pada
kejadian pterigium. Selain itu kelainan pada tear film menimbulkan pertumbuhan
fibroplastik baru pada orbital.
UV adalah mutagen dari p53 tumor supresor gene pada limbal basal stem cell.
Tanpa apoptosis, transforming growth factor-beta diproduksi dalam jumlah berlebihan
proses kolagenase meningkat sel2 bermigrasi dan angiogenesis perubahan
degenrasi kolagen dan terlihat jaringan subepitel fibrovaskuler. Pada jaringan
subkonjungtiva juga alami degenerasi elastoik proliferasi jaringan vaskuler bawah
epitheliumtembus kornea kornea rusak pada lapsan membran bowman akibat
pertumbuhan jaringan fibrovaskuler. Limbal stem cell merupakan sumber regenerasi
epitel kornea defisiensi pertumbuhan jaringan konjungtiva abnormal di
permukaan kornea.

4. Klasifikasi pterigium
Pterygium dibagi menjadi tiga bagian yaitu : body, apex (head) dan cap.
Bagian segitiga yang meninggi pada pterygium dengan dasarnya kearah kantus
disebut body, sedangkan bagian atasnya disebut apex dan ke belakang disebut cap. A
subepithelial cap atau halo timbul pada tengah apex dan membentuk batas
pinggir pterygium.2,7,8
Pembagian pterygium berdasarkan perjalanan penyakit dibagi atas 2 tipe, yaitu :
- Progresif pterygium : tebal dan vaskular dengan beberapa infiltrat di depan
kepala pterygium (disebut cap pterygium).
- Regresif pterygium : tipis, atrofi, sedikit vaskular. Akhirnya menjadi
membentuk membran tetapi tidak pernah hilang.4
Pada fase awal pterygium tanpa gejala, hanya keluhan kosmetik. Gangguan
terjadi ketika pterygium mencapai daerah pupil atau menyebabkan astigatisme karena
pertumbuhan fibrosis pada tahap regresi. Kadang terjadi diplopia sehingga
menyebabkan terbatasnya pergerakan mata.
Pembagian jenis lain ::
a. Tipe I : meluas kurang 2 mm dari kornea. Stoker's line atau deposit besi
dapat dijumpai pada epitel kornea dan kepala pterygium. Lesi sering
asimptomatis meskipun sering mengalami inflamasi ringan. Pasien dengan
pemakaian lensa kontak dapat mengalami keluhan lebih cepat.
b. Type II : menutupi kornea sampai 4 mm, bias primer atau rekuren setelah
operasi, berpengaruh dengan tear film dan menimbulkan astigmatisma.
c. Type III : mengenai kornea lebih 4 mm dan mengganggu aksis visual. Lesi
yang luas terutama yang rekuren dapat berhubungan dengan fibrosis
subkonjungtiva yang meluas ke fornik dan biasanya menyebabkan
gangguan pergerakan bola mata
Pembagian pterigium berdasarkan derajatnya:
a. Derajat 1 : jika pterygium hanya terbatas pada limbus kornea.
b. Derajat 2 : jika sudah melewati limbus kornea tetapi tidak lebih dari 2 mm
melewati kornea.
c. Derajat 3 : sudah melebihi derajat 2 tetapi tidak melebihi pinggiran pupil
mata dalam keadaan cahaya normal (pupil dalam keadaan normal sekitar 3
4 mm)
d. Derajat 4 : pertumbuhan pterygium melewati pupil sehingga mengganggu
penglihatan

5. Diagnosis pterigium
a. Anamnesis
Menanyakan pasien tentang keluhan yang diderita, durasi keluhan, faktor
risiko seperti pekerjaan, paparan sinar matahari dan lain-lain.
b. Pemeriksaan Fisik
Melihat kedua mata pasien untuk morfologi pterygium, serta memeriksa visus
pasien. Diagnosa dapat didirikan tanpa pemeriksaan lanjut. Anamnesa positif
terhadap faktor risiko dan paparan serta pemeriksaan fisik yang menunjang
anamneses cukup untuk membuat suatu diagnosa pterygium.
c. Pemeriksaan Slit Lamp
Jika perlu, dokter akan melakukan Pemeriksaan Slit Lamp untuk memastikan
bahwa lesi adalah pterygium dan untuk menyingkirkannya dari diagnosa banding
lain. Pemeriksaan slit lamp dilakukan dengan menggunakan alat yang terdiri dari
lensa pembesar dan lampu sehingga pemeriksa dapat melihat bagian luar bola
mata dengan magnifikasi dan pantulan cahaya memungkinkan seluruh bagian luar
untuk terlihat dengan jelas.


6. Tatalaksana
a. Farmakologis:
Pada kasus ringan, kemerahan dan rasa perih dari pterygium dapat diatasi
dengan tetes mata (air mata buatan). Pasien dapat diberikan:
1) Air mata buatan (GenTeal)
Air mata artifisial dapat memberi lubrikasi okuler untuk pasien dengan kornea
yang irreguler akibat tumbuhnya pterygium.
2) Prednisolone acetate
Suspensi kortikosteroid untuk penggunaan topikal. Penggunaan dibatasi pada
mata dengan inflamasi yang signifikan dan tidak diatasi dengan lubrikan
topikal.
b. Non-Farmakologis - Terapi Bedah
Jika gejala mata merah, iritasi dan pandangan kabur tidak dapat ditangani
dengan terapi tetes mata, atau penglihatan terpengaruh oleh pertumbuhan
pterygium, maka terapi bedah perlu diusulkan. Dalam beberapa tahun, dokter
bedah telah menggunakan beberapa teknik untuk mengurangi terhadinya ulang
pterygium. Ini mencakup terapi radiasi dan penggunaan antimetabolite yang
dapat mencegah pertumbuhan jaringan. Setiap dari teknik ini mempunyai risiko
yang dapat mengancam kesehatan mata setelah terapi, seperti ulkus pada
permukaan mata dan melelehnya kornea (corneal melting).
1) Conjunctival Autograft with Stitches (Autograf conjunctiva dengan
penjahitan)
Metode autograph konjunctiva digunakan karena risiko terjadinya
pterygium ulang yang rendah. Dengan metode ini, pterygium dibuang dan
diganti dengan jaringan yang diambil dari bagian bawah kelopak mata
atas. Autograft dijahit dengan jahitan kecil yang akan larut setelah
beberapa minggu, atau dapat dibuka oleh dokter bedah. Karena jahitan
memberi pasien rasa tidak nyaman, telah dikembangkan teknik yang tidak
memerlukan jahitan.
2) No-Stitch Pterygium/Autograft Surgery(Autograf conjunctiva tanpa
penjahitan)
Pada teknik ini, pasien diberi anastesi local pada mata agar pasien
merasa nyaman. Jaringan korena abnormal diganti dengan graft tipis dari
jaringan normal. Metode ini dapat dilakukan karena adanya lem jaringan.
Lem ini terdiri dari protein pembeku darah.
c. Pencegahan
Secara teoritis, mengurangi paparan terhadap radiasi UV akan menurunkan
risiko terjadinya pterygium pada seorang individu. Pasien disarankan untuk
menggunakan topi yang memiliki pinggiran dan sebagai tambahan menggunakan
kacamata pelindung dari cahaya matahari. Tindakan pencegahan ini bahkan lebih
penting untuk pasien yang tinggal di daerah tropis dan subtropics, atau pada
pasien yang sering beraktifitas diluar

You might also like