You are on page 1of 11

CLOSED FRAKTUR HUMERUS DEXTRA 1/3

MIDLLE OBLIQUE DISPLACED

Oleh
Farhat Galib Azis

Pembimbing :
dr. Risa Indrawan, Sp.OT M.kes
dr. Arif Wibowo, Sp.OT M.kes

BAGIAN ORTHOPEDI
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
RSUD 45 KUNINGAN TAHUN 2014

BAB I
KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN
Fraktur adalah patah tulang yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik (Brunner & Suddart, 2000)
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang
umumnya disebabkan oleh ruda paksa (Mansjoer, 2000: 75)
Fraktur Tulang Humerus Adalah diskontinuitas atau hilangnya struktur dari tulang
humerus yang terbagi atas Fraktur Suprakondilar Humerus, Fraktur Interkondiler
Humerus, Fraktur Batang Humerus, Fraktur Kolum Humerus.
Berdasarkan mekanisme terjadinya fraktur :
1) Tipe Ekstensi
Trauma terjadi ketika siku dalam posisi hiperekstensi, lengan bawah dalam posisi
supinasi.
2) Tipe Fleksi
Trauma terjadi ketika siku dalam posisi fleksi, sedang lengan dalam posisi pronasi.
(Mansjoer, Arif, et al, 2000)
Untuk memperbaiki posisi fragmen tulang pada frakturterbuka yang tidak dapat di
reposisi tapi sulit dipertahankan dan untuk memberikan hasil yang lebih baik maka
perlu dilakukan tindakan operasierasi ORIF (Operasien Reduction With Internal
Fixation).
ORIF adalah suatu tindakan untuk melihat fraktur langsung dengan tehnik
pembedahan yang mencakup di dalamnya pemasangan pen, skrup, logam atau
protesa untuk memobilisasifraktur selama penyembuhan (Depkes, 1995: 95).

B. PENYEBAB
Fraktur dapat terjadi oleh beberapa faktor yaitu trauma kecelakaan lalu lintas, jatuh
dari ketinggian dengan posisi berdiri atau duduk sehingga terjadi fraktur tulang
belakang, patologis dari metastase dari tumor, degenerasi karena proses
kemunduran fisiologis dari jaringan tulang itu sendiri, spontan karena tarikan otot
yang sangat kuat (Corwin, E.J, 2000: 298).

Indikasi dilakukannya operasierasi ORIF yaitu fraktur yang tidak bisa


sembuh, fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup,fraktur yang
dapat direposisi tapi sulit dipertahankan, frakturyang berdasarkan pengalaman
memberi hasil yang lebih baik dengan operasi (Reksoperasirodjo. S, 1995: 513).
C. TANDA DAN GEJALA
Gambaran yang sering muncul pada pasien dengan frakturadalah patah tulang
traumatik dan cedera jaringan lunak biasanya disertai nyeri, mungkin tampak jelas
posisi tulang atau ekstremitas yang dialami, pembengkakan disertai fraktur akan
menyertai proses peradangan, dapat terjadi gangguan sensasi atau rasa
kesemutan, yang mengisaratkan kerusakan syaraf,krepitus (suara gemertak), dapat
terdengar sewaktu tulang digerakan akibat pergeseran ujung-ujung patahan tulang
satu sama lain (Crowin, 2000: 299).
Tanda dan gejala pada pasien post ORIF yaitu edema, nyeri, pucat, otot tegang dan
bengkak, menurunnya pergerakan, menolak bergerak, deformitas (perubahan
bentuk), eritema, parestesia atau kesemutan (Apley, 1995: 266).
D. ANATOMI PATOLOGI
a. Struktur Tulang
Tulang sangat bermacam-macam baik dalam bentuk ataupun ukuran, tapi mereka
masih punya struktur yang sama. lapisan yang paling luar disebut periosteum
dimana terdapat pembuluh darah dan saraf. lapisan dibawah periosteum mengikat
tulang dengan benang kolagen disebut benang sharpey, yang masuk ke tulang
disebut korteks. karena itu korteks sifatnya keras dan tebal sehingga disebut tulang
kompak. korteks tersusun solid dan sangat kuat yang disusun dalam unit struktural
yang disebut sistem haversian. tiap sistem terdiri atas kanal utama yang disebut
kanal haversian. lapisan melingkar dari matriks tulang disebut lamellae, ruangan
sempit antara lamellae disebut lakunae (didalamnya terdapat osteosit) dan
kanalikuli. tiap sistem kelihatan seperti lingkaran yang menyatu. kanal haversian
terdapat sepanjang tulang panjang dan di dalamnya terdapat pembuluh darah dan
saraf yang masuk ke tulang melalui kanal volkman. pembuluh darah inilah yang
mengangkut nutrisi untuk tulang dan membuang sisa metabolisme keluar tulang.
lapisan tengah tulang merupakan akhir dari sistem haversian, yang didalamnya
terdapat trabekulae (batang) dari tulang.trabekulae ini terlihat seperti spon tapi
kuat sehingga disebut tulang spon yang didalam nya terdapat bone marrow yang
membentuk sel-sel darah merah. bone marrow ini terdiri atas dua macam yaitu
bone marrow merah yang memproduksi sel darah merah melalui proses
hematopoiesis dan bone marrow kuning yang terdiri atas sel-sel lemak dimana jika
dalam proses fraktur bisa menyebabkan fat embolism syndrom (fes).
Tulang terdiri dari tiga sel yaitu osteoblast, osteosit, dan osteoklast. Osteoblast
merupakan sel pembentuk tulang yang berada di bawah tulang baru. Osteosit

adalah osteoblast yang ada pada matriks. Sedangkan osteoklast adalah sel
penghancur tulang dengan menyerap kembali sel tulang yang rusak maupun yang
tua. Sel tulang ini diikat oleh elemen-elemen ekstra seluler yang disebut matriks.
Matriks ini dibentuk oleh benang kolagen, protein, karbohidrat, mineral, dan
substansi dasar (gelatin) yang berfungsi sebagai media dalam difusi nutrisi,
oksigen, dan sampah metabolisme antara tulang daengan pembuluh darah. Selain
itu, didalamnya terkandung garam kalsium organik (kalsium dan fosfat) yang
menyebabkan tulang keras.sedangkan aliran darah dalam tulang antara 200 400
ml/ menit melalui proses vaskularisasi tulang
(Black,J.M,et al,1993 dan Ignatavicius, Donna. D,1995).
Tulang Panjang
Adalah tulang yang panjang berbentuk silinder dimana ujungnya bundar dan sering
menahan beban berat (Ignatavicius, Donna. D, 1995). Tulang panjang terdiriatas
epifisis, tulang rawan, diafisis, periosteum, dan medula tulang. Epifisis (ujung
tulang) merupakan tempat menempelnya tendon dan mempengaruhi kestabilan
sendi. Tulang rawan menutupi seluruh sisi dari ujung tulang dan mempermudah
pergerakan, karena tulang rawan sisinya halus dan licin. Diafisis adalah bagian
utama dari tulang panjang yang memberikan struktural tulang. Metafisis merupakan
bagian yang melebar dari tulang panjang antara epifisis dan diafisis. Metafisis ini
merupakan daerah pertumbuhan tulang selama masa pertumbuhan. Periosteum
merupakan penutup tulang sedang rongga medula (marrow) adalah pusat dari
diafisis (Black, J.M, et al, 1993)
Tulang Humerus
Tulang humerus terbagi menjadi tiga bagian yaitu kaput (ujung atas), korpus, dan
ujung bawah.
1) Kaput
Sepertiga dari ujung atas humerus terdiri atas sebuah kepala, yang membuat sendi
dengan rongga glenoid dari skapla dan merupakan bagian dari banguan sendi bahu.
Dibawahnya terdapat bagian yang lebih ramping disebut leher anatomik. Disebelah
luar ujung atas dibawah leher anatomik terdapat sebuah benjolan, yaitu Tuberositas
Mayor dan disebelah depan terdapat sebuah benjolan lebih kecil yaitu Tuberositas
Minor. Diantara tuberositas terdapat celah bisipital (sulkus intertuberkularis) yang
membuat tendon dari otot bisep. Dibawah tuberositas terdapat leher chirurgis yang
mudah terjadi fraktur.
2) Korpus
Sebelah atas berbentuk silinder tapi semakin kebawah semakin pipih. Disebelah
lateral batang, tepat diatas pertengahan disebut tuberositas deltoideus (karena
menerima insersi otot deltoid). Sebuah celah benjolan oblik melintasi sebelah

belakang, batang, dari sebelah medial ke sebelah lateral dan memberi jalan kepada
saraf radialis atau saraf muskulo-spiralis sehingga disebut celah spiralis atau
radialis.
3) Ujung Bawah
Berbentuk lebar dan agak pipih dimana permukaan bawah sendi dibentuk bersama
tulang lengan bawah. Trokhlea yang terlatidak di sisi sebelah dalam berbentuk
gelendong-benang tempat persendian dengan ulna dan disebelah luar etrdapat
kapitulum yang bersendi dengan radius. Pada kedua sisi persendian ujung bawah
humerus terdapat epikondil yaitu epikondil lateral dan medial. (Pearce, Evelyn C,
1997)
Fungsi Tulang
Fungsi tulang antara lain memberi kekuatan pada kerangka tubuh, tempat
mlekatnya otot, melindungi organ penting, tempat pembuatan sel darah, tempat
penyimpanan garam mineral (Ignatavicius, Donna D, 1993).
E. PATOFISIOLOGI
1. Proses Terjadinya Fraktur
Fraktur terjadi bila tulang dikenai stres yang lebih besar dari yang dapat
diabsorbsinya. Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk,
gerakan puntir mendadak dan bahkan kontraksi otot esktrem. Meskipun tulang
patah dan jaringan sekitarnya juga akan terpengaruh, mengakibatkan edema
jaringan lunak, perdarahan ke otot dan sendi, dislokasi sendi, ruptur tendo,
kerusakan saraf dan kerusakan pembuluh darah (Brunner dan Suddarth, 2001:
2357).
Fraktur sering terjadi pada tulang rawan, jika tulang mengalami fraktur,
maka periosteum darah dari korteks marrow dan jaringan sekitarnya rusak, terjadi
perdarahan dan kerusakan jaringan di ujung tulang. Terbentuklah hematomadi kanal
medulla, jaringan ini merangsang kecenderungan untuk terjadi peradangan yang
ditandai dengan vasodilatasi, pengeluaran plasma dan leukosit dan infiltrasi dari
sel-sel darah putih yang lain (Corwin, 2000: 299).
2. Penyembuhan Fraktur
Fraktur dapat terjadi pada tulang dan jaringan disekitarnya. Jika satu tulang patah,
maka jaringan lunak sekitarnya juga rusak, periosteum juga terpisah dari tulang dan
terjadi perdarahan yang cukup berat. Bekuan darah terbentuk pada daerah
tersebut, akan membentuk jaringan ganulasi dimana sel-sel pembentuk tulang
primitif(osteogenik) berdiferensiasi
menjadi kondroblas danosteoblas kemudian kondroblas akan mensekresi fosfat
yang merangsang reabsorpsi kalsium sehingga terbentuklah lapisan tebal (kalus) di

sekitar lokasi fraktur. Lapisan ini terus menebal dan meluas, bertemu dengan
lapisan kalus dari fragmen satunya dan menyatu. Fungsi dari kedua fragmen
(penyembuhan fraktur) terus berlanjut dengan
terbentuknyatrabekula oleh osteoblas, yang melekat pada tulang dan meluas
menyebrangi lokasi fraktur. Persatuan tulangprovisional ini akan
terorganisasi. Kalus tulang akan menjalani transformasi metaplastik untuk menjadi
lebih kuat dan lebih terorganisasi. Kalus tulang akan
mengalamiremodelling dimana osteoblas akan membentuk tulang baru
sementara osteoblas akan menyingkirkan bagian yang rusak sehingga akan
terbentuk tulang yang menyerupai tulang aslinya (Price, S.A, 1996: 1187).
a. Rekognisi
Rekognisi menyangkut diagnosis fraktur pada tempat kejadian kecelakaan dan
kemudian di rumah sakit.
Riwayat kecelakaan, derajat keparahannya, jenis kekuatan yang berperan dan
deskripsi tentang peristiwa yang terjadi oleh penderita dilakukan pemeriksaan
spesifikasi untuk mencari adanya fraktur, nyeri pada tulang panjang sangat
khas. Krepitus menyatakan perasaan sekan-akan seperti ada dua amplas yang
digesekan. Kerusakan jaringan lunak yang nyata dapat juga dijadikan petunjuk
kemungkinan adanya fraktur, dan dibutuhkan pemasangan bidai segera dan
pemeriksaan lebih lanjut.
b. Reduksi
Reduksi adalah usaha dan tindakan manipulasi fragmen. Fragmen tulang yang
patah sedapat mungkin untuk kembali seperti letak asalnya untuk mengurangi
nyeri selama tindakan, penderita dapat diberi narkotika intervena, sedatif atau blok
syaraf lokal. Karena segala anestesia baru mencapai efek maksimum sesudah
berapa menit, maka cukup ada waktu untuk re-evaluasi sifat-sifat cedera.
c. Retensi dari Reduksi
Sebagai aturan umum, maka gips yang dipasang untuk
mempertahankan reduksi harus melewati sendi di atas raktur. Gips sebaiknya tetap
mulus dilaminasi dan sesuai dengan geometri ekstremitas yang patah tersebut.
d. Rehabilitasi dan Komplikasi Fraktur
Sebagian besar penderita patah tulang akan mengalami proses penyembuhan
segera apabila menggunakan teknik penatalaksanaan yang standar, tetapi ada
sejumlah penderita yang mengalami komplikasi.
Komplikasinya yaitu:

1) Malunion adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam
posisi yang tidak seharusnya, membentuk sudut atau miring. Komplikasi dapat
dicegah dengan melakukan analisa yang cermat sewaktu melakukan reduksi dan
mempertahankan reduksi dengan baik dan benar, terutama pada masa awal
penyembuhan.
2) Delayed union dan non union adalah sambungan tulang yang terlambat dan
tulang patah yang tidak menyambung kembali. Delayed union adalah proses
penyembuhan terus berjalan tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat dari
keadaan normal.Non union dari tulang yang patah dapat menjadi komplikasi yang
membahayakan bagi penderita. Banyak keadaan yang merupakan
aktor predisposisidari non union diantaranya adalah reduksi yang tidak benar akan
menyebabkan bagian-bagian tulang yang patah tetapi tidak menyatu, imobilisasi
yang kurang tepat, baik dengan cara terbuka maupun tertutup,
adanya interposisi jaringan yang sangat berat, infeksi, pola spesifik peredaran
darah dimana tulang yang patah tersebut dapat merusak suplai darah ke satu atau
lebih fragmen tulang (Price, A.S, 1996: 1187).

f. fokus pengkajian
fokus pengkajian pada fraktur meliputi: aktivitas/istirahat dengan
tanda keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang terkena
(mungkin segera, fraktur itu sendiri, atau terjadi secara sekunder, dari
pembengkakan jaringan nyeri). sirkulasi dengan tanda hipertensi
(kadang-kadang terlihat sebagai respon nyeri (ansiefas) atau hipotensi
(kehilangan darah), takikardia (respon stress, hipovolemia)
penurunan/tak ada nadi pada bagian distal yang cedera, pengisian
kapiler,pucat pada bagian yang terkena pembengkakan jaringan atau
masahematoma pada sisi cedera, neurosensori gejala hilang
gerakan/sensori, spasme otot, kebas/kesemutan (parestesis) dengan
tanda deformitas lokal angurasi abnormal, pemendekan,rotasi
krepitasi (bunyi bederit) spasme otot, terlihat kelemahan atau hilang
fungsi, agitasi(mungkin berhubungan dengan nyeri atau
ansietas/trauma lain). nyeri/kenyamanan dengan gejala nyeri berat
tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi pada area jaringan
(kerusakan tulang: dapat berkurang pada imobilisasi), tidak ada nyeri
akibat kerusakan saraf,spasme atau kram otot (setelah imobilisasi).
keamanan dengan taanda laserasi, avulsi jaringan perdarahan,
perubahan warna pembengkakan lokal (dapat meningkat secara
bertahap/tiba-tiba)

(ignatavicius, donna d, 1999)


H. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinisnya antara lain nyeri terus menerus dan bertambah beratnya
samapi fragmen tulang diimobilisasi, hematoma, dan edema, deformitas karena
adanya pergeseran fragmen tulang yang patah, terjadi pemendekan tulang yang
sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur,
Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya, Pembengkakan dan
perubahan warna lokal pada kulit.
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Radiologi
Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah pencitraan menggunakan
sinar rontgen (x-ray). Untuk mendapatkan gambaran 3 dimensi keadaan dan
kedudukan tulang yang sulit, maka diperlukan 2 proyeksi yaitu AP atau PA dan
lateral. Dalam keadaan tertentu diperlukan proyeksi tambahan (khusus) ada
indikasi untuk memperlihatkan pathologi yang dicari karena adanya superposisi.
Perlu disadari bahwa permintaan x-ray harus atas dasar indikasi kegunaan
pemeriksaan penunjang dan hasilnya dibaca sesuai dengan permintaan.
Hal yang harus dibaca pada x-ray adalah bayangan jaringan lunak, tipis tebalnya
korteks sebagai akibat reaksi periosteum atau biomekanik atau juga rotasi,
trobukulasi ada tidaknya rare fraction, sela sendi serta bentuknya arsitektur sendi.
Selain foto polos x-ray (plane x-ray) mungkin perlu tehnik khususnya seperti
tomografi yang menggambarkan tidak satu struktur saja tapi struktur yang lain
tertutup yang sulit divisualisasi. Pada kasus ini ditemukan kerusakan struktur yang
kompleks dimana tidak pada satu struktur saja tapi pada struktur lain juga
mengalaminya. Myelografi: menggambarkan cabang-cabang saraf spinal dan
pembuluh darah di ruang tulang vertebrae yang mengalami kerusakan akibat
trauma. Arthrografi: menggambarkan jaringan-jaringan ikat yang rusak karena ruda
paksa. Computed Tomografi-Scanning: menggambarkan potongan secara
transversal dari tulang dimana didapatkan suatu struktur tulang yang rusak.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laborat yang dipwrluakan amtar lain pemeikssaan Kalsium Serum dan
Fosfor Serum meningkat pada tahap penyembuhan tulang, Alkalin Fosfat meningkat
pada kerusakan tulang dan menunjukkan kegiatan osteoblastik dalam membentuk
tulang, Enzim otot seperti Kreatinin Kinase, Laktat Dehidrogenase (LDH-5), Aspartat
Amino Transferase (AST), Aldolase yang meningkat pada tahap penyembuhan
tulang (Ignatavicius, Donna D, 1995).

J. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan fraktur adalah Reduksi fraktur terbuka atau tertutup : tindakan
manipulasi fragmen-fragmen tulang yang patah sedapat mungkin untuk kembali
seperti letak semula, Imobilisasi fraktur, dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna
atau interna, mempertahankan dan mengembalikan fungsi, reduksi dan imobilisasi
harus dipertahankan sesuai kebutuhan, pemberian analgetik untuk mengurangi
nyeri
K. FOKUS INTERVENSI
Fokus intervensi berdasarkan diagnosa keperawatan pada fraktur menurut NANDA
( 2007 )
1. Resiko Tinggi Terhadap Trauma Berhubungan dengan Kehilangan Integritas Tulang
Tujuan atau Kriteria evaluasi NOC yang diharapkan penulis adalah menunjukkan
Pengendalian Resiko ditandai dengan indikator 1 5 . tidak pernah, jarang, kadang
kadang, sering, atau terus menerus ). Dengan kriteria hasil, mematau lingkungan
dan faktor resiko prilaku pribadi, mengikuti strategi pengendalian resiko yang
terpilih, memodifikasi gaya hidup untuk menurunkan resiko, berpartisipasi dalam
penampisan untuk mengidentifikasi resiko, menggunakan sistem dukungan pribadi
dan sumber sumber komunitas untuk mengendalikan resiko.
Intervensi menurut NIC adalah Pengelolaan Lingkungan Keamanan yaitu Pantau dan
manipulasi lingkungan fisik untuk mendukung keamanan. Surveilans Kulit yaitu
Kumpulkan dan analisa data pasien untuk mempertahankan integritas kulit serta
membran mukosa.
Aktifitas Keperawatannya adalah pengkajian yaitu mengkaji Pengelolaan
Lingkungan Keamanan sesuai NIC berupa identifikasi kebutuhan keamanan pasien
berdasarkan tingkat fungsi fisik, kognitif dan riwayat perilaku sebelumnya,
identifikasi resiko keamanan di lingkungan ( fisik, biologi, dan kimia ).
Intervensi Pendidikan Kesehatan Untuk Pasien atau Keluarga, Ajarkan kepada
pasien/keluarga tindakan keamanan pada area yang spesifik, Berikan materi
pendidikan yang berhubungan dengan strategi untuk mencegah trauma, Berikan
informasi tentang bahaya lingkungan dan ciri cirinya ( misal tangga, jendela, kunci
pintu, kolam renang, jalan atau gerbang ).
Aktifitas Kolaborasi menurut NIC adalah Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan
bahaya dan resiko, berikan alat alat adaptif, Gunakan alat pelindung ( misal
restrain ).
2. Nyeri (Akut) Berhubungan dengan Spasme Otot, Gerakan Fragmen Tulang Edema
dan Cedera pada Jaringan Lunak, Alat Traksi / Imobilisasi, Stress ansietas

Tujuan atau kriteria evaluasi menurut NOC adalah menunjukkan Nyeri berupa Efek
Merusak, dibuktikan dengan indikator 1 5 ekstrem, berat, sedang, ringan atau
tidak ada, dengan kriteria penurunan penampilan peran atau hubungan
interpersonal, gangguan kerja, kepuasan hidup atau kemampuan untuk
mengendalikan, penurunan konsentrasi, terganggunya tidur, penurunan nafsu
makan atau kesulitan menelan.
Menunjukkan Tingkat Nyeri, dibuktikan dengan indikator 1 5 ekstrem, berat,
sedang, ringan atau tidak ada, dengan kriteria, ekspresi nyeri lisan atau wajah,
posisi tubuh melindungi, kegelisahan atau ketegangan otot, perubahan dalam
kecepatan pernafasan, denyut jantung, atau tekanan darah.
Intervensi Prioritas NICnya adalah pemberian analgetik berupa penggunaan agen
agen farmakologi untuk mengurangi nyeri, Sedasi Sadar Pemberian sedatif,
memantau respons pasien dan pemberian dukungan fisiologis yang dibutuhkan
selama prosedur diagnostik dan terapeutik, penatalaksanaan Nyeri meringankan
atau mengurangi nyeri sampai pada tingkat kenyamanan yang dapat diterima oleh
pasien.
3. Kerusakan Mobilitas Fisik Berhubungan dengan Kerusakan Rangka Neusomuskuler
.
Tujuan atau kriteria evaluasi menurut NOC adalah, Menunjukkan Tingkat Moblitas,
ditandai dengan indikator 1 5 ketergantungan, membutuhkan bantuan orang lain
dan alat, membutuhkan bantuan orang lain, mandiri dengan pertolongan alat bantu,
atau mandiri penuh penampilan yang seimbang, Penampilan posisi tubuh,
Pergerakan sendi dan otot, Melakukan perpindahan, Ambulasi
Intervensi Prioritas NICnya adalah terapi aktifitas, Ambulasi Meningkatkan dan
membantu berjalan untuk mempertahankan atau memperbaiki fungsi tubuh, Terapi
Aktifitas, Mobilitas Sendi penggunaan pergerakan tubuh aktif untuk
mempertahankan atau memperbaiki fleksibilitas sendi, perubahan posisi
memindahkan pasienatau bagian tubuh untuk memberikan kenyamanan,
menurunkan resiko kerusakan kulit mendukung integritas kulit dan meningkatkan
penyembuhan.
4. Kerusakan Integritas Kulit Atau Jaringan Berhubungan dengan Fraktur Terbuka,
Bedah Perbaikan Pemasangan Pen, Kawat, Sekrup
Tujuan atau kriteria evaluasi menurut NOC adalah menunjukan Integritas Kulit dan
Membran Mokosa ditandai dengan indikator 1 5, ekstrem, berat, sedang, ringan,
atau tidak ada gangguan dengan kriteria suhu elastis, hidrasi, pigmentasi dan
jaringan dalam rentang yang diharakan, terbebas dari adanya lesi jaringan,
keutuhan kulit, menunjukkan Penyembuhan Luka.

Tujuan Utama di tandai dengan indikator 1 5 : tidak ada, sedikit, sedang, banyak
dan lengkap dengan kriteria penyatuan kulit, resolusi drainase dari luka dan atau
drain, resolusi dari bau luka.
Intervensi Prioritas menurut NIC adalah Perawatan Tempat Insisi pembersihan,
pemantaun, dan peningkatan proses penyembuhan pada luka yang ditutup dengan
jahitan, pengawasan kulit pengumpulan dan analisis data pasien untuk
mempertahankan integritas membran mukosa dan kulit, perawatan luka
pencegahan dan komplikasi luka dan peningkatan proses penyembuhan luka.
5. Resiko Tinggi Terhadap Infeksi Berhubungan dengan Prosedur Invasif dan Adanya
Luka Terbuka
Tujuan atau kriteria evaluasi menurut NOC adalah faktor resiko infeksi akan hilang
dengan dibuktikan dengan keadekuatan status imun pasien, pengetahuan yang
penting, pengendalian infeksi dan secara konsisten menunjukkan perilaku deteksi
resiko dan pengendalian resiko. Pasien Menunjukkan Pengendalian Resiko,
dibuktikan oleh indikator 1 5 tidak pernah, jarang, kadang kadang, sering,
konsisten menunjukkan
Dengan kriteria mendapat imunisasi yang tepat, memantau faktor resiko lingkungan
dan perilaku seseorang, menghindari pajanan terhadap ancaman kesehatan,
mengubah gaya hidup untuk mengurangi resiko, terbebas dari tanda gejala infeksi,
menunjukkan higiene yang adekuat
Intervensi Prioritas menurut NIC adalah pemberian imunisasi/vaksinasi : pemberian
imunisasi untuk mencegah penyakit menular, pengendalian infeksi : meminimalkan
penularan agens infeksius.

You might also like