Professional Documents
Culture Documents
:0902005086
Nama Penguji
Limfadenitis tb ditandai dengan masa yang kronis, tidak nyeri, biasanya tumbuh
seiring waktu, tidak ada perubahan warna atau hangat, disertai dengan demam,
menggigil, malaise penurunan berat badan, dan ada bukti keterlibatan Mycobacterium
tuberculosis. Massa dan dapat pecah, membentuk sinus dan luka terbuka.
5. Bila ada anemia, limfadenopati generalisata dan hepatosplenomegali, kemungkinan
diagnosanya:
Non Hodgkin Limfoma pada pemeriksaan lab sering ditemukan anemia
sekunder, trombositopenia, leukopenia atau pansitopenia akibat infiltrasi sumsum tulang,
limfositosis dengan sel malignan yang beredar dan trombositosis. Peningkatan lactate
dehydrogenase (LDH), tes fungsi hati yang abnormal, dan hiperkalsemia.
Hodgkin
limfoma
terjadi
anemia
limfopenia,
meutrofilia,
laboratorium
jarang
lainnya
yang
termasuk
seperti
hiperkalsemia,
dan ginjal, enzim ini terdapat dalam kadar yang relative rendah. Oleh karena itu
berfungsi sebagai indikator yang cukup spesifik pada penyakit hati.
Tes ini digunakan untuk menentukan apakah pasien memiliki kerusakan hati.
SGPT biasanya meningkat lebih tinggi dari SGOT pada obstruksi saluran empedu.
Ratio SGOT:SGPT lebih dari 3:1 ditemukan pada penyakit hati alkoholik. Untuk
penyakit hati, SGPT lebih spesifik daripada SGOT.
c. Bilirubin
Bilirubin merupakan pigmen kekuningan yang ditemukan pada cairan empedu,
yang dihasilkan oleh hati. Bilirubin diproduksi sebagai hasil pemecahan sel darah
merah dalam tubuh.
Kadar bilirubin dapat meningkat jika hati tidak berfungsi atau ada
kelebihan sel darah merah yang dihancurkan. Kadarnya juga dapat meningkat
jika ada sumbatan pada saluran yang mengalirkan cairan empedu dari hati.
Bilirubin tidak terkonjugasi adalah produk pemecahan heme, sangat hydrophobic,
dan bergantung pada transportasi albumin yang beredar di darah. Sehingga,
penambahan obat hidrophobik konsentrasi tinggi dapat menyebabkan peningkatan
bilirubin tidak terkonjugasi. Hati berperan dalam pembersihan darah dari bilirubin
tidak terkonjugasi dan sekitar 30% bilirubin diambil setiap kali melewati hati.
Peningkatan total bilirubin menyebabkan jaundice dan dapat mengindikasikan
beberapa masalah:
obstruksi empedu dan biasanya ditemukan pada dinding duktus intra dan
ekstra bilier di hati. Jika ditemukan dalam tulang dan plasenta sehingga terjadi
peningkatan kadar ALP, mungkin hal ini disebabkan karena masalah di luar hati
seperti keganasan. Pada kehamilan trimester ketiga, ALP dapat meningkat 2-3 kali.
f. AFP (Alpha-Fetoprotein)
Alpha-fetoprotein (AFP, -fetoprotein, alpha-1-fetoprotein, alpha-fetoglobulin
atau alpha fetal protein) adalah suatu protein yang pada kondisi normal diproduksi
oleh hati (liver) dan yolk sac ketika terjadi pembentukan bayi selama proses
kehamilan. Pengukuran AFP di dalam tubuh manusia umumnya dilakukan untuk
membantu mendeteksi adanya kelainan atau penyakit hati, pemantauan terapi
atau pengobatan beberapa jenis kanker, dan juga uji saring kelainan pada
perkembangan bayi selama masa kehamilan.
Pada pasien penderita kanker testis, kanker pankreas, kanker hati, kanker
ovarium, dan kanker saluran empedu, kadar AFP di dalam tubuh pasien akan
meningkat. Selain kanker atau tumor, kadar AFP yang meningkat di dalam darah
juga dapat disebabkan oleh beberapa penyakit sebagai berikut : infeksi virus
hepatitis dan sirosis hati.
Pemeriksaan AFP tidak boleh dilakukan pada populasi umum, tetapi sebaiknya
hanya dilakukan bila ada gejala atau hasil pemeriksaan lain menunjang kecurigaan ke
arah kanker tertentu. Sebagai penanda tumor, AFP bukanlah protein yang spesifik
terhadap keganasan penyakit tertentu dan nilanya dapat berbeda apabila diukur
dengan metode yang berbeda antar laboratorium. Oleh karena itu diperlukan
pendampingan dokter dalam menerjemahkan hasil AFP pasien
g. Total Protein
Mengukur albumin dan semua protein lain dalam darah, termasuk antibodi yang
dibuat untuk membantu melawan infeksi.
h. Globulin
Globulin alfa dan globulin gama disintesis dalam hati. Globulin berfungsi
sebagai pengangkut beberapa jenis hormon, lipid, logam, dan antibodi.
Globulin gama dapat meningkat pada infeksi kronik, penyakit hati, arthritis
rheumatoid, myeloma, dan lupus. Peningkatan ini terjadi karena peningkatan
sintesis antibodi. Penurunan kadar globulin dapat dijumpai pada pasien dengan
penurunan imunitas, malnutrisi, malabsorbsi, penyakit hati, dan penyakit ginjal.
Rasio albumin/globulin yang terbalik dijumpai pada keadaan sirosis.
i. Albumin
Albumin merupakan substansi terbesar dari protein yang diproduksi oleh hati dari
asam amino yang diambil dari makanan. Albumin tetap dalam darah untuk
jangka waktu yang lama sehingga perubahan jumlahnya hanya terjadi pada
4
penyakit hati yang kronis. Kadar albumin yang menurun dapat terjadi pada
penyakit hati kronis, seperti sirosis, atau pada sindrom nefrotik.
Albumin berfungsi dalam mengatur tekanan onkotik, sebagai pengangkut nutrisi,
hormon, asam lemak, dan zat sampah. Albumin juga membantu pergerakan molekulmolekul kecil dalam darah, termasuk bilirubin, kalsium, progesteron, dan obatobatan. Hal ini memainkan peran penting dalam menjaga cairan darah bocor keluar
ke jaringan. Konsekuensi dari albumin rendah dapat terjadi edema karena tekanan
intra-vaskular onkotik lebih rendah dari ruang ekstravaskuler.
j. Vit K
Tes PT dilihat pada protein khusus (faktor koagulasi) yang terlibat dalam
pembekuan darah, dan menilai kemampuan faktor ini dalam membantu pembekuan
darah. Faktor koagulasi tersebut yaitu : Faktor I (fibrinogen), Faktor II (protrombin),
Faktor V, Faktor VII, Faktor X. Ada faktor koagulasi yang tergantung pada
vitamin K (vitamin K dependent factor), yaitu faktor II, VII, IX, X.
Pada penyakit obstruksi bilier, dimana empedu tidak sampai ke usus, akan terjadi
kegagalan absorpsi lemak atau malabsorpsi lemak. Pada keadaan tersebut, kadar
vitamin A, D, E, dan K yang larut dalam lemak akan berkurang. Pada kekurangan
vitamin K, akan terjadi penurunan sintesis vitamin K dependent factor sehingga akan
terjadi pemanjangan PT
7. Kegunaan CT-Scan pada kasus kecurigaan limfoma malignaadalah untuk mendeteksi
pembesaran kelenjar getah bening, hepatosplenomegali, atau melihat filling defect
hati dan limpa. Saat ini, itu adalah tes yang paling banyak digunakan untuk staging
awal, menilai respon pengobatan, dan melakukan perawatan lanjutan.
8. Regimen kemoterapi CHOP
Cyclophosphamid
Doxorubicin
Oncovin/vincristin
Prednison
Bila GDs > 100 mg/dL sebanyak 3 berturut turut ,pemantauan GDs setiap 2
jam ,dengan protocol sesuai diatas ,bila GDs >200 mg/dL pertimbangkan
mengganti infuse dengan dekstrosa 5 % atau NaCI 0,9 %
bila pasien belum sadar ,GDs sekitar 200 mg / dL .hidrokortison 100 mg per 4
jam selama 12 jam atau deksametason 10 mg IV bolus dilanjutkan 2 mg tiap 6
jam dan manitol 1,5 - 2 g/kgBB IV setiap 6-8 jam ,cari penyebab lain penurunan
kesadaran