You are on page 1of 54

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Rumah sakit adalah bagian penting dari suatu sistem kesehatan, karena
rumah sakit menyediakan pelayanan kuratif kompleks, pelayanan gawat
darurat,

berfungsi

pengetahuan

dan

sebagai
keahlian

pusat

rujukan

(teknologi).

dan

Untuk

merupakan
meningkatkan

pusat

alih

kepuasan

pemakai jasa, rumah sakit harus senantiasa meningkatkan mutu pelayanan


sesuai dengan harapan pelanggan yang dapat dilakukan melalui peningkatan
kualitas kerja. Salah satu indikator kinerja rumah sakit dapat diketahui melalui
kelengkapan pengisian rekam medis. Rekam medis pasien merupakan himpunan
data dan informasi tentang pasien yang terkait dengan administrasi, prosesproses klinis medis dan penunjang medis, manajemen mutu serta out come dari
proses-proses itu, yang didokumentasikan dan disimpan secara sistematis dan
aman untuk dapat digunakan oleh pihak-pihak yang berhak dan berkepentingan
(Wijono, 2000).
Rekam medis disebut lengkap apabila rekam medis tersebut telah
berisi seluruh informasi tentang pasien termasuk resume medis, keperawatan
dan seluruh hasil pemeriksaan penunjang serta telah diparaf oleh dokter yang
bertanggung jawab. Waktu maksimal masuk ke bagian rekam medis untuk pasien
rawat inap adalah 2x24 jam, dengan standar kelengkapan pengisian rekam medis
95% (Depkes RI, 2005).Upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan sangat
1

tergantung dari tersedianya data dan informasi yang akurat, terpercaya dan
penyajian yang tepat waktu. Upaya tersebut hanya dapat dilaksanakan
apabila faktor manusia sebagai pemeran kunci dalam pengelolaan rekam
medis dan informasi disiapkan secara seksama dan lebih profesional (Gafur,
2003).
Adapun tenaga

yang berhak mengisi rekam medis antara lain dokter

umum, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter gigi spesialis, dokter tamu
yang merawat pasien di rumah sakit, residens yang sedang melaksanakan praktek,
tenaga paramedis perawatan dan paramedis non perawatan (Depkes RI, 1997).
Menurut Ilyas (2001), kinerja adalah penampilan hasil karya personel dalam
suatu organisasi. Soeprihanto dalam Muhammad (2003), memberi pengertian
kinerja sebagai prestasi kerja atau suatu sistem yang digunakan untuk menilai dan
megetahui sejauhmana seorang perawat telah melaksanakan pekerjaannya secara
keseluruhan. Tenaga perawat, khususnya perawat pelaksana di rumah sakit
adalah tenaga kesehatan yang selama 24 jam harus berada disisi pasien,
dengan salah satu uraian tugasnya adalah melaksanakan sistem pencatatan dan
pelaporan asuhan keperawatan yang tepat dan benar, sehingga tercipta sistem
informasi rumah sakit yang dapat dipercaya atau akurat (Depkes RI, 1994).
Dalam menilai kualitas pelayanan keperawatan kepada klien, digunakan
standar praktik keperawatan yang merupakan pedoman bagi perawat dalam
melaksanakan

asuhan

keperawatan. Standar

praktik

keperawatan

telah

dijabarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) yang mengacu


dalam tahapan proses

keperawatan,

meliputi:

pengkajian, diagnosa

keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi (Nursalam, 2007).


Tenaga perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien,
didokumentasikan

dan

disimpan

pada

rekam medis asuhan keperawatan

(Depkes RI, 1997).


Menurut Gibson, dkk (1997), terdapat 3 (tiga) kelompok variabel
yang mempengaruhi kinerja dan perilaku seseorang, yaitu variabel individu
(meliputi: kemampuan dan keterampilan, latar belakang individu: tingkat
sosial, pengalaman, umur, etnis, jenis kelamin), variabel organisasi (meliputi:
sumber

daya, kepemimpinan,

imbalan,

struktur,

desain

pekerjaan)

dan

variabel psikologis (meliputi: persepsi, sikap, belajar, kepribadian, motivasi).


Darma (2005) menambahkan, bahwa terdapat beberapa karakteristik individu
yang mempengaruhi kinerja, meliputi: umur, jenis kelamin, pendidikan, lama
kerja, penempatan kerja dan lingkungan kerja (rekan kerja, atasan, organisasi,
penghargaan dan imbalan). Rumah Sakit Umum (RSU) HAJI Medan adalah
rumah sakit tipe B pendidikan yang merupakan pusat pelayanan tingkat
lanjutan (pusat rujukan) untuk pelayanan di Kota Medan khususnya, dan bahkan
dari kabupaten kota dan propinsi dekat lainnya. Untuk meningkatkan kepuasan
pelanggan atau pemakai jasanya, salah satu misi RSU HAJIadalah meningkatkan
upaya pelayanan medik, non medik dan perawatan secara profesional. Oleh
karena itu perlu untuk meningkatkan kualitas pelayanan melalui peningkatan dan
pemanfaatan sumber daya yang sesuai seoptimalmungkin, terutama sumber daya
manusia yang profesional (Pemerintah Kota Medan, 2002).

Data yang diperoleh dari Bidang Perencanaan dan Rekam Medis


RSU HAJI Medan pada tahun 2007, jumlah berkas rekam medis yang
sudah kembali menurut waktu pengembaliannya, yaitu: 1-2 hari sebesar 11,81%,
sedangkan tingkat persentase untuk kelengkapan isi berkas rekam medis
sebesar 40,6% (dari 12392 berkas rekam medis, hanya sebesar 5035 yang terisi
dengan lengkap). Sistem pengisian rekam medis di RSU HAJI harus sesuai
dengan pedoman ataupun prosedur tetap (protap), yang diantaranya berisi tentang
kebijakan-kebijakan yang berlaku (baik untuk pasien maupun tenaga kesehatan),
petunjuk atau prosedur pengisian rekam medis serta unit-unit terkait yang
berhubungan dengan kelengkapan rekam medis tersebut. Adapun isi atau
lembaran

berkas

rekam

medis yang disediakan RSU HAJIterdiri dari 20

lembaran, dengan perincian sebagai berikut: (1) RM 1a: Lembar masuk dan keluar
RS; (2) RM 1b: Diagnosa akhir dan tanda tangan dokter; (3) RM 2: Lembar
untuk penempelan surat; (4)RM 3: Status spesifikasi; (5) RM 4: Lembar
catatan harian dokter; (6) RM 5: Daftar masalah; (7) RM 6: Lembat Instruksi
Dokter dan Laporan Perawat/Bidan; (8) RM 7: Lembar Daftar

Kontrol

Instimewa; (9) RM 8: Grafik Pengawasan Tanda Vital; (10)RM 9: Lembar


Penempelan Hasil Pemeriksaan Lab; (11) RM 9a: Lembar Penempelan Hasil
Pemeriksaan PK. PA; (12) RM 9b: Lembar Penempelan Laporan EKG; (13) RM
9c: Lembar Penempelan Hasil Pemeriksaan Radiologis/USG; (14) RM 10:
Lembar Konsultasi; (15) RM 11: Lembar Discharge Summary; (16) RM 12: Surat
Persetujuan dan Penolakan Tindakan Medis; (17) RM 13: Pengkajian Awal
Keperawatan;

(18) RM 14: Asuhan Keperawatan; (19) RM 15: Catatan

Keperawatan; (20) RM 16: Resume Perawatan (RSU HAJIKota Medan, 2004).


Khusus untuk perawat, lembaran rekam medis yang harus diisi diantaranya
adalah: (1) RM 13: Pengkajian Awal Keperawatan; (2) RM 14: Asuhan
Keperawatan; (3) RM 15: Catatan Keperawatan; (4) RM 16: Resume Perawatan
(RSU HAJIKota Medan, 2004).
Sesuai dalam protap, seluruh item yang tercantum dalam lembaran
rekam medis harus diisi dengan lengkap dan pengembalian berkas rekam medis
harus tepat waktu. Prosedur pengembalian rekam medis pasien rawat inap
pada bidang rekam medis RSU HAJI dilakukan dengan cara petugas rekam
medislah yang mengambil berkas rekam medis setiap harinya ke seluruh ruang
rawat inap. Untuk itu dalam penelitian ini diasumsikan bahwa penyebab
rendahnya kelengkapan pengisian rekam medis disebabkan oleh kinerja tenaga
kesehatan di RS, khususnya perawat. Dari survey awal yang dilakukan, salah
satu penyebab ketidaklengkapan pengisian rekam medis dikarenakan para
perawat lebih mengutamakan melakukan perawatan terhadap pasien kemudian
mendokumentasikan hasil kerjanya setelah beberapa saat, bahkan tak jarang
dijumpai ketika petugas rekam medis akan mengambil status rekam medis dari
ruang rawat inap, para perawat langsung mengisi dan melengkapi kekurangan
berkas tersebut, hal inilah yang membuat para perawat menjadi lupa tindakan
apa yang telah dilakukan, sehingga berkas rekam medisdikembalikan pada
bidang rekam medis dalam keadaan tidak sempurna, tidak lengkap atau diisi
hanya seadanya. Dari hasil penelitian Lumbantobing (2004), diketahui bahwa
keseluruhan

karakteristik

(individu,

organisasi

dan

psikologis)

secara

bersama-sama mempengaruhi

kinerja

bidan

di

desa

dalam

pencatatan

pelaporan program KIA di Kabupaten Aceh Timur tahun 2004. Megawati


(2005) menambahkan, bahwa terdapat pengaruh yang bermakna antara jenis
kelamin dan pendidikan terhadap kinerja perawat di RSU HAJI Medan.
Menurut Nugroho (1994), pengetahuan dan sikap tenaga kesehatan
tentang rekam medis akan mempengaruhi pendayagunaan dan informasi
yang terhimpun dalam rekam medis untuk pengembangan dan peningkatan
mutu pelayanan kesehatan. Pernyataan tersebut didukung dengan hasil penelitian
Hutagalung (2005), yang menyatakan bahwa pengetahuan dan sikap berpengaruh
terhadap pemanfaatan rekam medis di RS Santa Elisabeth tahun 2005.
Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk meneliti pengaruh karakteristik
individu (umur, jenis kelamin, lama kerja) dan psikologis (pengetahuan,
sikap, motivasi) terhadap kinerja perawat dalam kelengkapan rekam medis di
Ruang Rawat Inap RSU HAJI Medan Tahun 20014.

1.2. Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka permusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Apakah ada pengaruh yang signifikan karakteristik individu terhadap
kinerja perawat dalam kelengkapan rekam medis di ruang rawat inap RSU
HAJI Medan Tahun 2015?

2. Apakah

ada

pengaruh yang signifikan psikologis

terhadap kinerja

perawat dalam kelengkapan rekam medis di ruang rawat inap RSU HAJI
Medan Tahun 2015?
3. Apakah

ada

psikologis

pengaruh yang signifikan karakteristik

individu

dan

secara bersama-sama terhadap kinerja perawat dalam

kelengkapan rekam medis di ruang rawat inap RSU HAJI Medan Tahun
2015?
4. Manakah diantara karakteristik

individu

dan psikologis

yang

berpengaruh paling dominan terhadap kinerja perawat dalam kelengkapan


rekam medis di ruang rawat inap RSU HAJI Medan Tahun 2015?

1.3. Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan karakteristik
individu terhadap kinerja perawat dalam kelengkapan rekam medis di
ruang rawat inap RSU HAJI Medan Tahun 2015.
2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan psikologis
terhadap kinerja perawat dalam kelengkapan rekam medis di ruang rawat
inap RSU HAJI Medan Tahun 2015.
3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan karakteristik
individu dan psikologis secara bersama-sama terhadap kinerja perawat
dalam kelengkapan rekam medis di ruang rawat inap RSU HAJI Medan
Tahun 2015.

4. Untuk mengetahui manakah diantara karakteristik

individu

dan

psikologis yang berpengaruh paling dominan terhadap kinerja perawat


dalam kelengkapan rekam medis di ruang rawat inap RSU HAJI Medan
Tahun 2015.

1.4. Manfaat Penelitian


1. Untuk kepentingan pengembangan ilmu Administrasi dan Kebijakan
Kesehatan, khususnya Administrasi Rumah Sakit.
2. Sebagai bahan evaluasi dan masukan bagi pihak RSU HAJI Medan untuk
meningkatkan kinerja perawat, khususnya dalam pengisian rekam
medis.
3. Sebagai bahan perbandingan bagi peneliti lain yang ingin meneliti kinerja
perawat rumah sakit di masa mendatang.

1.5. Sistematika penulisan


Untuk memperoleh gambaran secara ringkas mengenai pembahasan
penelitian ini, maka penulisan ini dibagi dalam enam bab yang di gambarkan
sebagai berikut :
Bab I, merupakan bab pendahuluan yang menguraikan latar belakang,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika
penulisan.
Bab II, menguraikan mengenai landasan teori yang terdiri atas penelitian
terdahulu, landasan teori, kerangka pemikiran dan hipotesis

Bab III, merupakan metode penelitian yang menguraikan identifikasi


variabel, definisi operasional variabel, populasi dan sampel, teknik pengumpulan
data, teknik analisis data dan pengujian hipotesis.
Bab IV, merupakan gambaran umum objek penelitian
Bab V, adalah hasil penelitian dan pembahasan yang meliputi analisis data,
pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian.
Bab VI, merupakan bab penutup yang terdiri dari beberapa kesimpulan dan
saran.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Rumah Sakit


Rumah sakit adalah organisasi unik karena merupakan paduan antara
organisasi padat teknologi, padat karya dan padat modal sehingga pengelolaan
rumah sakit menjadi disiplin ilmu tersendiri

yang mengedepankan dua hal

sekaligus, yaitu teknologi dan perilaku manusia di dalam organisasi (Subanegara,


2005). American Hospital Association di tahun 1987 menyatakan bahwa rumah
sakit adalah suatu institusi yang fungsi utamanya adalah memberikan
pelayanan kepada pasien (diagnostik dan terapeutik) untuk berbagai penyakit
dan masalah kesehatan, baik yang bersifat bedah maupun non bedah. Rumah
sakit harus dibangun, dilengkapi dan dipelihara dengan baik untuk menjamin
kesehatan dan keselamatan pasiennya dan harus menyediakan fasilitas yang
lapang, tidak berdesak-desakan dan terjamin sanitasinya bagi kesembuhan
pasien (Aditama, 2003).
Massie dalam Aditama (2003) mengemukakan tiga ciri khas rumah sakit yang
membedakannya dengan industri lainnya, yaitu:
1. Kenyataan bahwa bahan baku dari industri jasa kesehatan adalah manusia.
Dalam industri rumah sakit, seyogyanya tujuan utamanya adalah melayani
kebutuhan manusia, bukan semata-mata menghasilkan produk degan proses dan
biaya yang seefisien mungkin. Unsur manusia perlu mendapat perhatian dan
tanggung jawab utama pengelola rumah sakit. Perbedaan ini mempunyai

10

11

dampak penting dalam manajemen, khususnya menyangkut pertimbangan


etika dan nilai kehidupan manusia.
2. Kenyataan bahwa dalam industri rumah sakit yang disebut sebagai
pelanggan (customer) tidak selalu mereka yang menerima pelayanan. Pasien
adalah mereka yang diobati di rumah sakit. Akan tetapi, kadang-kadang
bukan mereka sendiri yang menentukan di rumah sakit mana mereka harus
dirawat.

Bagi

karyawan ditentukan

oleh

kebijaksanaan

kantornya.

Jadi

jelaslah mereka yang diobati di suatu rumah sakit belum tentu kemauan pasien.
Selain itu, jenis tindakan medis yang akan dilakukan dan pengobatan yang
diberikan juga tidak tergantung pada pasiennya, tetapi tergantung dari dokter yang
merawatnya. Ini tentu amat berbeda dengan bisnis restoran di mana si
pelangganlah yang menentukan menunya yang akan dibeli.
3. Kenyataan menunjukkan bahwa pentingnya profesional tenaga kesehatan
termasuk dokter, perawat, ahli farmasi, fisioterapi, radiographer, ahli gizi
dan lain-lain. Para profesional ini sangat banyak sekali jumlahnya di rumah sakit.
Hal yang perlu mendapat perhatian adalah kenyataan bahwa para profesional
cenderung sangat otonom dan berdiri sendiri. Tidak jarang misi kerjanya
tidak sejalan dengan misi kerja manajemen organisasi secara keseluruhan tetapi
bekerja dengan standar profesi yang dianutnya. Akibatnya ada kesan bahwa
fungsi manajemen dianggap kurang penting.

12

2.2. Rekam Medis


2.2.1. Pengertian
Menurut Permenkes No. 749a Tahun 1989, rekam medis adalah berkas
yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan,
pengobatan, tindakan dan pelayanan lain (yang diberikan) kepada pasien (yang
dipergunakan serta tersedia) pada suatu sarana pelayanan kesehatan (Azwar,
2003). Brotowasisto (2003) menambahkan, rekam medis adalah catatan dan
dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan serta tindakan
dan pelayanan lain kepada pasien selama mendapatkan perawatan di rumah
sakit, baik rawat jalan maupun rawat nginap. Suatu rekam medis yang baik
memungkinkan rumah sakit untuk mengadakan rekonstruksi yang baik mengenai
pemberian pelayanan kepada pasien serta memberi gambaran

untuk

dinilai

apakah perawatan dan pengobatan yang diberikan dapat diterima atau tidak
dalam situasi dan keadaan demikian. Rekam medis harus diisi segera dan
secara langsung pada saat dilakukan tindakan dan pada pemberian instruksi
oleh dokter, atau oleh perawat pada saat dilakukan observasi telah timbul
suatu gejala atau suatu perubahan, dan sewaktu melakukan tindakan
(Guwandi, 2005).

2.2.2. Tujuan dan Kegunaan Rekam Medis


Tujuan rekam medis adalah menunjang tercapainya tertib administrasi
dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan (Brotowasisto, 2003),
sedangkan kegunaan rekam medis dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu:

13

1. Aspek Administrasi
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai administrasi, karena isinya
menyangkut tindakan berdasarkan wewenang dan tanggung jawab sebagai tenaga
medis dan paramedis dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan.
2. Aspek Medis
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai medik, karena catatan tersebut
dipergunakan sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan/perawatan yang
harus diberikan kepada seorang pasien.
3. Aspek Hukum
Suatu

berkas

rekam

medis

mempunyai

nilai

hukum,

karena

isinya

menyangkut masalah adanya jaminan kepastian hukum atas dasar keadilan,


dalam rangka usaha menegakkan hukum serta penyediaan bahan bukti untuk
menegakkan keadilan.
4. Aspek Keuangan
Suatu

berkas

rekam

medis

mempunyai

nilai

uang,

karena

isinya

mengandung data/informasi yang dipergunakan sebagai aspek keuangan.


5. Aspek Penelitian
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai penelitian, karena isinya menyangkut
data/informasi

yang

dapat

dipergunakan

sebagai

aspek

penelitian

dan

pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan.


6. Aspek Pendidikan
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai pendidikan, karena isinya
menyangkut data/informasi tentang perkembangan kronologis dan kegiatan

14

pelayanan medis yang diberikan kepada pasien. Informasi tersebut dapat


dipergunakan sebahai bahan/referensi pengajaran di bidang profesi si pemakai.
7. Aspek Dokumentasi
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai dokumentasi, karena isinya
menyangkut sumber ingatan yang harus didokumentasikan dan dipakai
sebagai bahan pertanggungjawaban dan laporan rumah sakit (Depkes RI, 1997).

2.2.3. Penanggung Jawab Pengisian Rekam Medis


Adapun tenaga yang berhak membuat rekam medis adalah:
1. Dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter gigi spesialis yang
melayani pasien di rumah sakit.
2. Dokter tamu yang merawat pasien di rumah sakit.
3. Residens yang sedang melaksanakan kepaniteraan klinik.
4. Tenaga

paramedis

perawatan

dan

paramedis non

perawatan

yang

langsung terlibat di dalam, antara lain: perawat, perawat gigi, bidan, tenaga
laboratorium klinik, gizi, anestesi, penata roentgen, rehabilitasi medis dan lain
sebagainya.
5. Dalam hal dokter luar negeri melakukan alih teknologi kedokteran yang
berupa tindakan/konsultasi kepada pasien, yang membuat rekam medis adalah
dokter yang ditunjuk oleh direktur rumah sakit (Depkes RI, 1997).

15

2.2.4. Isi Rekam Medis Rumah Sakit


Rekam medis rumah sakit dipergunakan untuk mencatat data-data dari
pasienrawat jalan dan rawat inap. Untuk pasien rawat jalan termasuk pasien gawat
darurat,
rekam medis memuat informasi pasien, antara lain:
a. Identitas pasien.
b. Anamnesis

yang memuat keluhan utama pasien, riwayat

penyakit

sekarang, riwayat penyakit yang pernah diderita, riwayat keluarga tentang


penyakit yang mungkin diturunkan/kontak.
c. Pemeriksaan fisik, laboratorium dan pemeriksaan khusus lainnya.
d. Diagnosis kerja/diferensial diagnosis.
e. Pengobatan/tindakan; sedang untuk pasien rawat inap, rekam medis
memuat informasi pasien, antara lain:
1) Identitas pasien.
2) Anamnesis yang memuat keluhan utama pasien, riwayat penyakit
sekarang, riwayat penyakit yang pernah diderita, riwayat keluarga tentang
penyakit yang mungkin diturunkan/kontak.
3) Pemeriksaan fisik, laboratorium dan pemeriksaan khusus lainnya.
4) Diagnosis awal/diferensial diagnosis/diagnosis akhir.
5) Persetujuan pengobatan/tindakan.
6) Catatan konsultasi.
7) Catatan perawat dan tenaga kesehatan lain.
8) Catatan observasi klinik dan hasil pengobatan.

16

9) Resume akhir dan evaluasi pengobatan (Depkes RI, 1997).

2.2.5. Catatan Perawat/Bidan


Catatan perawat/bidan digunakan oleh petugas perawatan untuk mencatat
pengamatan mereka terhadap pasien dan pertolongan perawatan yang telah
mereka berikan kepada pasien. Catatan ini memberikan gambaran kronologis
pertolongan, perawatan, pengobatan yang diberikan dan reaksi pasien terhadap
tindakan tersebut. Catatan ini berfungsi sebagai alat komunikasi antara sesama
perawat, antara perawat dengan dokter.
Ada empat kegunaan catatan perawat/bidan:
1. Mencatat keadaan pasien selama tidak dilihat oleh dokter. Ini adalah catatan
hal-hal yang penting oleh perawat, yang memberikan gambaran perspektif yang
jelas tentang perkembangan seorang pasien selama tidak dilihat oleh dokter.
Rencana pengobatan seorang pasien ditentukan oleh informasi yang dicatat pada
lembaran ini dengan bantuan catatan perawat yang ditulis secara seksama.
Seorang dokter dapat mengikuti perkembangan pasiennya meskipun ia
mengunjungi pasien hanya sekali dalam satu hari.
2. Menghemat waktu bagi dokter dan mencegah timbulnya kekeliruan.
Tanpa adanya catatan tersebut, gambaran pasien dari waktu ke waktu kepada
petugas yang harus merawat pasien tersebut harus dijelaskan sendiri-sendiri. Hal
ini tidak saja makan waktu, tetapi juga memungkinkan banyak kesalahan dalam
pemberian medikasi dan pengobatan.

17

3. Sebagai bukti pelaksanaan pekerja. Sangat perlu sekali setiap perawat


mencatat apa-apa tindakan yang telah dilakukan sesuai dengan perintah
dokter,

sehingga dokter dapat melihat hasilnya dan menentukan tindakan

pengobatan selanjutnya. Untuk

pembuktian

secara

hukum,

catatan

perawat/bidan berguna sekali sebagai bukti pertolongan yang diberikan


maupun bukti reaksi pasien terhadap pertolongan tersebut.
4. Sebagai salah satu kelengkapan berkas rekam medis.
Catatan perawat/bidan dimulai pada saat pasien masuk ruang perawatan dan
meliputi:
a. Tanggal dan jam.
b. Catatan-catatan tentang keadaan pasien, gejala-gejala yang tampak.
c. Pengobatan yang dilakukan.
Selama seorang pasien dirawat di rumah sakit, catatan perawat harus
memuat observasi harian seorang pasien (Depkes RI, 1997).

2.3. Kinerja
2.3.1. Pengertian Kinerja
Menurut Ilyas (2001), kinerja adalah penampilan hasil karya personel dalam
suatu organisasi. Sedangkan, menurut Prawirosentono (1999), kinerja adalah
hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam
suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masingmasing,

dalamrangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara

legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.

18

2.3.2. Kinerja Perawat


Perawat adalah profesi yang terbanyak jumlahnya di rumah sakit. Dengan
jumlah besar inilah kekuatan kelompok dibentuk. Banyak bermunculan
pendapat kelompok perawat adalah profesi tersendiri dan bukan bawahan
dokter, perawat adalah profesi yang setara dengan dokter, dibutuhkan
pengakuan yang tepat bahwa memang demikian adanya, namun tidak sedikit
bahwa profesi ini secara tidak disadari seperti tunduk terhadap apapun yang
diperintahkan dokter. Ada beberapa teori yang mengatakan bahwa pasien
datang ke rumah sakit sebenarnya mencari perawat bukan mencari yang lain.
Namun secara tidak sadar kita lihat sehari-hari bahwa pasien datang ke
rumah sakit untuk mencari dokter, keduanya benar namun keduanya kurang
lengkap, secara tepat bahwa sebenarnya pasien datang ke rumah sakit ingin
mendapatkan pelayanan dokter, perawat dan pelayanan lainnya termasuk
pelayanan administrasi (Subanegara, 2005).
Menurut Nursalam (2007), dalam menilai kualitas pelayanan keperawatan
kepada klien, digunakan standar praktik keperawatan yang telah dijabarkan
oleh PPNI yang mengacu dalam tahapan proses keperawatan, yaitu:
1. Pengkajian Keperawatan
Perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan klien secara sistematis,
menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan, dengan kriteria meliputi:
a. Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnesis, observasi, pemeriksaan
fisik serta pemeriksaan penunjang.

19

b. Sumber data adalah klien, keluarga atau orang yang terkait, tim
kesehatan, rekam medis, dan catatan lain.
c. Data yang dikumpulkan, difokuskan untuk mengidentifikasi: status kesehatan
klien masa lalu, status kesehatan klien saat ini, status biologis-psikologissosial-spiritual, respons terhadap terapi, harapan terhadap tingkat kesehatan
yang optimal dan risiko-risiko tinggi masalah.
d. Kelengkapan data dasar mengandung unsur lengkap, akurat, relevan dan baru.
2. Diagnosa Keperawatan
Perawat menganalisis data pengkajian untuk merumuskan diagnosis keperawatan,
kriteria proses:
a. Proses diagnosis terdiri atas analisis, interpretasi data, identifikasi masalah
klien dan perumusan diagnosis keperawatan.
b. Diagnosis keperawatan terdiri atas: masalah, penyebab, dan tanda atau gejala,
atau terdiri atas masalah dan penyebab.
c. Bekerjasama dengan klien dan petugas kesehatan lain untuk memvalidasi
diagnosis keperawatan.
d. Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosis berdasarkan data terbaru.
3. Perencanaan Keperawatan
Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah
dan meningkatkan kesehatan klien, kriteria proses:
a. Perencanaan terdiri atas penetapan prioritas masalah, tujuan dan rencana
tindakan keperawatan.
b. Bekerjasama dengan klien dalam menyusun rencana tindakan keperawatan.

20

c. Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi atau kebutuhan klien.


d. Mendokumentasi rencana keperawatan.
4. Implementasi
Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam rencana
asuhan keperawatan, kriteria proses:
a. Bekerjasama dengan klien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.
b. Kolaborasi dengan tim kesehatan.
c. Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah kesehatan klien.
d. Memberikan pendidikan pada klien dan keluarga mengenai konsep,
keterampilan asuhan diri serta membantu klien memodifikasi lingkungan yang
digunakan.
e. Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan
respons klien.
5. Evaluasi Keperawatan
Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan keperawatan dalam
pencapaian tujuan, dan merevisi data dasar dan perencanaan, kriteria proses:
a. Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara komprehensif,
tepat waktu dan terus-menerus.
b.

Menggunakan

data

dasar

dan

respons

klien

dalam

mengukur

perkembangan ke arah pencapaian tujuan.


c. Memvalidasi dan menganalisis data baru dengan teman sejawat.
d. Bekerjasama dengan klien dan keluarga untuk memodifikasi rencana asuhan
keperawatan.

21

e. Mendokumentasikan hasil evaluasi dan modifikasi perencanaan.

2.3.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja


Menurut Bernardin dkk (1998), terdapat enam aspek yang dapat dinilai
sebagai kriteria kinerja, yaitu: mutu pekerjaan, kualitas pekerjaan, batas
waktu, efektivitas biaya, inisiatif dan dampak sosial. Sedangkan, menurut
Asad (1995),
Faktor yang berhubungan dengan kinerja adalah:
1.

Faktor psikologis, merupakan faktor yang berhubungan dengan kejiwaan

pegawai seperti minat, inteligensi, pendidikan, sikap terhadap kerja, bakat


dan keterampilan.
2. Faktor sosial, merupakan faktor yang berhubungan dengan interaksi sosial
antara tenaga kerja dengan atasan maupun sesama pegawai.

Gibson (1997),

menyatakan bahwa terdapat tiga kelompok variabel yang mempengaruhi


kinerja dan perilaku, yaitu:
a. Variabel individu, yang terdiri dari sub variabel kemampuan dan
keterampilan, fisik maupun mental, latar belakang keluarga, pengalaman,
tingkat sosial dan faktor demografis.
b. Variabel organisasi, terdiri sub variabel sumber daya, kepemimpinan,
imbalan, struktur dan disain pekerjaan.
c. Variabel psikologis, yang terdiri dari persepsi, sikap, kepribadian, belajar
dan motivasi.

22

2.3.4. Strategi untuk Meningkatkan Kinerja


Menurut Schuller, dkk (1999), ada beberapa strategi untuk meningkatkan
kinerja karyawan di Mrs. Fields Incorporated, sebuah perusahaan penjualan
kue, yaitu:
1. Dorongan Positif (Positive Reinforcement)
Dorongan

positif

melibatkan

penggunaan

penghargaan

positif

untuk

meningkatkan terjadinya kinerja yang diinginkan. Dorongan ini didasarkan pada


dua prinsip fundamental: (1) orang berkinerja sesuai dengan cara yang
mereka pandang paling menguntungkan bagi mereka, dan (2) dengan
memberikan penghargaan yang semestinya, orang dimungkinkan memperbaiki
kinerjanya. Sistem dorongan positif dapat dirancang berdasarkan prinsipprinsip teori dorongan:
a. Lakukan audit kinerja
Audit kinerja mengkaji seberapa baik pekerjaan dilaksanakan.
b. Tetapkan standar dan tujuan kinerja
Standar adalah tingkat minimum kinerja yang diterima, tujuan adalah tingkat
kinerja yang ditargetkan. Keduanya harus ditetapkan setelah audit kinerja dan
harus dikaitkan langsung dengan pekerjaan. Tujuan dan standar harus dapat
diukur dan dapat dicapai.
c. Berikan umpan balik kepada karyawan mengenai kinerjanya
Standar kinerja tidak efektif tanpa ukuran dan umpan balik terus menerus.
Umpan balik harus netral dan bahan evaluatif bersifat menilai dan bila
mungkin harus disampaikan secara langsung kepada karyawan, bukan kepada

23

penyelia. Umpan balik langsung yang tepat memberi pengetahuan yang


dibutuhkan pekerja untuk dipelajari. Umpan balik memungkinkan pekerja
mengetahui apakah kinerja mereka meningkat, tetap sama atau bertambah
buruk.
d. Beri karyawan pujian atau imbalan lain yang berkaitan langsung dengan
kinerja
Jika penghargaan berupa pujian, maka harus dinyatakan dalam bentuk
kuantitatif dan spesifik. Salah satu penghargaan yang umum adalah uang.
Meskipun uang sangat efektif sebagai motivator, banyak organisasi sering
tidak mampu menggunakannya. Walaupun begitu, penghargaan lainnya sama
efektifnya. Mereka memasukkan pujian dan pengakuan berkaitan dengan
perilaku pekerjaan spesifik, peluang untuk memilih kegiatan, peluang untuk
mengukur perbaikan kerja secara pribadi dan peluang untuk mempengaruhi
mitra kerja dan manajemen. Penghargaan untuk kinerja tertentu harus
diberikan sesegera mungkin setelah perilaku itu berlangsung.
2. Program Disiplin Positif
Program

ini

memberi

tanggung

jawab

perilaku

karyawan

di

tangan

karyawan sendiri. Bagaimanapun, program ini memberitahu karyawan bahwa


perusahaan peduli dan akan tetap mempekerjakan karyawan selama ia
berkomitmen untuk bekerja dengan baik. Jika karyawan membuat komitmen
tersebut,

perusahaan mempunyai

memutuskan
perusahaan.

untuk

keluar,

karyawan

yang

baik.

Jika

karyawan

ia tidak punya alasan riil untuk menyalahkan

24

3. Program Bantuan Karyawan


Program bantuan karyawan menolong karyawan mengatasi masalah-masalah
kronis pribadi yang menghambat kinerja dan kehadiran mereka di tempat kerja.
4. Manajemen Pribadi
Manajemen pribadi (self management) adalah suatu pendekatan yang relatif baru
untuk mengatasi ketidaksesuaian kinerja. Manajemen pribadi mengajari orang
mengamati perilaku sendiri, membandingkan outputnya dengan tujuannya,
dan memberikan dorongan untuk menopang komitmen pada tujuan dan kinerja.

2.4. Karakteristik Individu dan Psikologis


2.4.1. Karakteristik Individu
1. Umur
Tingkat perkembangan manusia ditentukan berdasarkan umur. Pengkategorian
umur tersebut adalah sebagai berikut (Suryabrata, 1998):
0 s/d 1 tahun

: bayi

2 s/d 5 tahun

: balita

6 s/d 12 tahun

: kanak-kanak akhir

13 s/d 17 tahun

: remaja awal

17 s/d 18 tahun

: remaja akhir

18 s/d 40 tahun

: dewasa awal

40 s/d 60 thun

: dewasa madya

25

> 60 tahun

: usia lanjut

Menurut Gibson, dkk (1997), karyawan yang lebih tua mungkin dianggap
lebih cakap dan diberi status atau posisi oleh suatu kelompok kerja.
2. Jenis Kelamin
Sejak awal 1970-an, semakin banyak kaum wanita yang bergerak memasuki
karier organisasi. Sebagai hasil dari perkembangan ini, timbul pertanyaan
berikut: adakah perbedaan agresivitas, kecenderungan menempuh resiko,
keikatan, dan etika kerja antara pria dan wanita. Yang diperlukan adalah
pengkajian ilmiah tentang pria, wanita dan lain-lain yang melakukan pekerjaan
manajerial dan bukan manajerial dalam organisasi, untuk itu dibutuhkan data
untuk mengkaji dan mengetahui perbedaan gaya dan karakteristik apabila
perbedaan itu memang ada (Gibson, dkk, 1997).
3. Lama Kerja
Menurut Gibson, dkk (1997), masa kerja seseorang akan menentukan prestasi
individu yang merupakan dasar prestasi dan kinerja organisasi. Semakin
lama seseorang bekerja di suatu organisasi, maka tingkat prestasi individu
akan semakinmeningkat yang dibuktikan dengan tingginya tingkat penjualan dan
akan berdampak kepada kinerja dan keuntungan organisasi yang menjadi
lebih baik, sehingga memungkinkan untuk mendapatkan promosi atau kenaikan
jabatan.

26

2.4.2. Karakteristik Psikologis


1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia, yakni penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata
dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Winkel (1996), pengetahuan mencakup akan hal-hal yang pernah
dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Hal-hal itu dapat meliputi fakta, kaidah
dan prinsip, serta metode yang diketahui. Pengetahuan yang disimpan dalam
ingatan, digali pada saat dibutuhkan melalui bentuk ingatan mengingat (recall)
atau mengenal kembali (recognition).
Pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yakni:
1. Tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya (recall) dan merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
2. Memahami (comprehension), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan

secata

benar

tentang

objek

yang

diketahui,

dan

dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar.


3. Aplikasi (aplication), diartikan sebagai kemampuan unutk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

27

4. Analisis (analysis), adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau


suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu
struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5.

Sintesis

meletakkan

(synthesis),

menunjuk

kepada

suatu

kemampuan

untuk

atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru.


6. Evaluasi (evaluation), berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek atau materi (Notoadmodjo,
2003).
2. Sikap
Secara

umum,

sikap

dapat

dirumuskan

sebagai

kecenderungan

untuk

berespons (secara positif atau negatif) terhadap orang, objek atau situasi
tertentu. Sikap mengandung penilaian emosional atau afektif (senang, benci,
sedih dan sebagainya), di samping komponen kognitif (pengetahuan tentang
objek tersebut) serta aspek konotif (kecenderungan bertindak) (Notoadmodjo,
2003). Sikap seseorang dapat

berubah

dengan

diperolehnya

tambahan

informasi tentang objek tersebut, melalui persuasi serta tekanan dari kelompok
sosialnya (Sarwono, 1997).
Berbagai tingkatan dalam sikap menurut Notoadmodjo (2003):
1. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang
diberikan objek.
2. Merespons (responding)

28

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas


yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
3. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah
adalah suatu indikasi dari sikap tingkat tiga.
4. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
3. Motivasi
Menurut kamus Bahasa Indonesia Modern, karangan Muhammad Ali, motif
diartikan sebagai sebab-sebab yang menjadi dorongan tindakan seseorang;
dasar pikiran dan pendapat; sesuatu yang menjadi pokok. Dari pengertian
motif tersebut dapat diturunkan pengertian motivasi sebagai sesuatu yang
pokok, yang menjadi dorongan bagi seseorang untuk bekerja (Arep dkk, 2003).
Secara singkat, manfaat motivasi yang utama adalah menciptakan gairah
kerja, sehingga produktivitas kerja meningkat. Sementara itu, manfaat yang
diperoleh karena

bekerja

dengan

orang-orang

yang

termotivasi

adalah

pekerjaan dapat diselesaikan dengan tepat. Artinya, pekerjaan diselesaikan sesuai


standar yang benar dan dalam skala waktu yang sudah ditentukan, serta orang
akan senang melakukan pekerjaannya (Arep dkk, 2003).
Sesuatu yang dikerjakan karena ada motivasi yang mendorongnya akan
membuat

orang

senang

melakukannya.

Orangpun

akan

merasa

dihargai/diakui. Hal ini terjadi karena pekerjaannya itu betul-betul berharga bagi

29

orang yang termotivasi, orang akan bekerja keras. Hal ini dimaklumi karena
dorongan yang begitu tinggi untuk menghasilkan sesuai target yang mereka
tetapkan. Kinerjanya akan dipantau oleh individu yang bersangkutan dan
tidak akan membutuhkan terlalu banyak pengawasan, semangat juangnya
akan tinggi. Hal ini akan memberikan suasana bekerja yang bagus di semua
bagian (Arep dkk, 2003). \

2.5. Landasan Teori


Rekam medis adalah rekaman catatan yang dibuat untuk setiap pasien pada
saat kunjungan pengobatan di suatu pelayanan kesehatan yang berisikan
riwayat penyakit, tindakan dan pengobatannya. Rekam medis harus diisi
segera dan secara langsung pada saat dilakukan tindakan dan pada pemberian
instruksi oleh dokter, atau oleh perawat pada saat dilakukan observasi telah
timbul suatu gejala atau suatu perubahan, dan sewaktu melakukan tindakan
(Guwandi, 2005).

Kelengkapan dari rekam medis sangat tergantung kepada

kinerja orang-orang yang bertanggung jawab dalam pengisian rekam medis, salah
satu diantaranya adalah perawat. Kinerja adalah suatu hasil yang dicapai dari
proses bekerja seseorang yangdapat dinilai atau diukur sesuai dengan standar
atau tata cara penilaian kinerja. Praktik keperawatan pada dasarnya adalah
memberikan asuhan keperawatan yang dimulai dari pengkajian keperawatan,
merumuskan

diagnosis

keperawatan,

menyusun

perencanaan

tindakan

keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan sampai evaluasi terhadap


tindakan dan akhirnya mendokumentasikan hasil keperawatan pada lembaran

30

rekam medis pasien. Ketidaklengkapan pengisian berkas rekam medis dapat


diakibatkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah karakteristik perawat
(meliputi: umur, jenis kelamin, lama kerja) dan karakteristik psikologis
(meliputi: pengetahuan, sikap dan motivasi).
Menurut Gibson, dkk (1997), terdapat 3 (tiga) kelompok variabel yang
mempengaruhi kinerja dan perilaku seseorang, yaitu variabel individu
(meliputi: kemampuan dan keterampilan, latar belakang individu: tingkat
sosial, pengalaman, umur, etnis, jenis kelamin), variabel organisasi (meliputi:
sumber

daya, kepemimpinan,

imbalan,

struktur,

desain

pekerjaan)

dan

variabel psikologis (meliputi: persepsi, sikap, belajar, kepribadian, motivasi),


seperti terlihat pada

Variabel Individu:
- Kemampuan dan
keterampilan
- Latar belakang
Individu:
Tingkat sosial
Pengalaman
- Demografi:
Umur
Etnis
Jenis Kelamin

Perilaku Individu
(Apa yang dikerjakan)
Kinerja
(Hasil yang dicapai)

Variabel
Psikologis:
- Persepsi
- Sikap
- Keperibadian
- Belajar

Variabel Organisasi:
- Sumber daya
- Kepemimpinan
- Imbalan
- Struktur
- Desain pekerjaan

Sumber: Gibson, dkk, 1997


Gambar 2.1. Variabel yang Mempengaruhi Perilaku dan Kinerja

31

2.6. Kerangka Konsep Penelitian


Variabel Independen

Variabel Dependen

Karakteristik Individu (X1)


Kinerja Perawat
dalam kelengkapan
rekam medis (Y)
Karakteristik Psikologis (X2)

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

2.7. Hipotesis
1. Diduga ada pengaruh yang signifikan karakteristik individu terhadap
kinerja perawat dalam kelengkapan rekam medis di ruang rawat inap RSU
HAJI Medan Tahun 2015.
2. Diduga ada pengaruh yang signifikan psikologis terhadap kinerja perawat
dalam kelengkapan rekam medis di ruang rawat inap RSU HAJI Medan
Tahun 2015.
3. Diduga ada
psikologis

pengaruh yang signifikan karakteristik

individu

dan

secara bersama-sama terhadap kinerja perawat dalam

kelengkapan rekam medis di ruang rawat inap RSU HAJI Medan Tahun
2015.
4. Diduga karakteristik individu yang berpengaruh paling dominan terhadap
kinerja perawat dalam kelengkapan rekam medis di ruang rawat inap RSU
HAJI Medan Tahun 2015.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian


Jenis penelitian adalah survei dengan tipe Explanatory Research, yaitu
penelitian yang bertujuan menjelaskan hubungan kausal antara variabelvariabel
melalui pengujian hipotesis (Singarimbun, dkk, 1995).

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian


3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di RSU HAJI Medan, yang merupakan Rumah Sakit
Umum milik Pemerintah Kota Medan, dengan alasan RSU HAJI merupakan
pusat pelayanan tingkat lanjutan (pusat rujukan) di Kota Medan khususnya,
dan bahkan dari kabupaten kota dan provinsi dekat lainnya serta berupaya untuk
meningkatkan kualitas pelayanan, salah satunya melalui peningkatan mutu
rekam medis.

3.2.2. Waktu Penelitian


Waktu penelitian dimulai dari bulan April 2008 sampai Januari 2009, dengan
perincian survei pendahuluan dilakukan pada bulan April 2008 dan pengumpulan
data dilakukan pada bulan Maret 2014 s/d September 2014.

32

33

3.3. Populasi dan Sampel


3.3.1. Populasi
Populasi adalah semua perawat pelaksana yang tercatat sebagai Pegawai
Negeri Sipil dan bertugas di ruang rawat inap RSU HAJIyang berjumlah 500
orang per Maret 2014.

3.3.2. Sampel
Menurut Arikunto (2002), apabila jumlah populasi kurang dari 100, lebih baik
diambil

semua

sehingga

penelitiannya

merupakan

penelitian

populasi.

Selanjutnya, jika jumlah populasi besar (lebih dari 100), dapat diambil antara 1015% atau 20-25% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya kemampuan peneliti
dilihat dari segi waktu, tenaga dan dana, sempit luasnya wilayah pengamatan serta
besar kecilnya resiko yang ditanggung peneliti. Berdasarkan pendapat Arikunto
tersebut, penulis mengambil sampel penelitian sebesar 15% dari jumlah populasi,
yaitu 15% x 500= 75 orang. Pengambilan sampel dilakukan secara acak
dengan

metode

Simple

Random

Sampling,

yaitu

mengambil

sampel

menggunakan metode acak dengan cara undian sampai memenuhi jumlah


sampel yang diinginkan.

3.4. Metode Pengumpulan Data


a. Data Primer
Untuk variabel independen, data primer diperoleh melalui wawancara
langsung

dengan

responden

menggunakan

kuesioner

yang

telah

34

dipersiapkansedangkan untuk variabel dependen diperoleh melalui observasi


dengan menggunakan daftar isian (check list).
b. Data Sekunder
Data sekunder diambil dari bidang atau unit yang ada hubungannya dengan
objek penelitian di RSU HAJIMedan, yaitu Bidang Rekam Medis berupa data
persentase kelengkapan isi rekam medis dan Bidang Keperawatan berupa
data jumlah perawat.

3.4.1. Uji Validitas dan Reliabilitas


Uji validitas digunakan

untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu

daftar (konstruk) pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel. Validitas


suatu pertanyaan dapat dilihat pada hasil output SPSS pada tabel dengan judul
Item-Total Statistik. Menilai dari nilai Corrected Item-Total Correlation
masing-masing butir pertanyaan. Suatu butir pertanyaan dinyatakan valid jika
nilai r hitung > r tabel. Nilai r tabel = 0,423. Reliabilitas (keandalan) merupakan
ukuran suatu kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab hal yang
berkaitan dengan konstruk-konstruk pertanyaan yang merupakan dimensi suatu
variabel dan dibentuk kuesioner. Reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan
baik jika memiliki nilai Alpha > dari 0,60. Uji validitas dan reliabilitas pada
kuesioner menggunakan responden sebanyak 30 orang perawat yang bekerja di
ruang rawat inap RSU Dr. Pirngadi. Hasil analisis menunjukkan semua butir
pertanyaan dapat digunakan karena r-hitung lebih besar dari r-tabel sehingga

35

dapat dikatakan memenuhi syarat validitas dan nilai Alphalebih besar dari 0,60
memenuhi syarat reliabilitas (Hasil output dapat dilihat pada lampiran).

3.5. Variabel dan Definisi Operasional


1. Umur adalah usia responden pada saat penelitian ini dilaksanakan dan
diukur dalam satuan tahun.
2. Jenis Kelamin adalah jenis kelamin responden yang membedakan antara lakilaki dan perempuan yang dilihat secara fisik.
3.

Lama

Kerja

adalah

masa

kerja

responden

yang

dimulai

sejak

pengangkatan menjadi PNS sampai dengan dilakukan penelitian ini.


4. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh perawat dalam
rekam medis meliputi: pengertian, tujuan, kegunaan, petugas yang berhak mengisi
rekam medis, isi dan manfaat rekam medis serta waktu pengembalian rekam
medis.
5. Sikap adalah reaksi atau respons perawat berupa tanggapan dalam rekam
medis, meliputi:

pengisian

pengkajian

awal

keperawatan,

diagnosa

keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan, evaluasi


keperawatan dan pengembalian rekam medis pada bidang rekam medis.
6. Motivasi adalah dorongan atau semangat untuk bekerja dengan sebaikbaiknya dalam melaksanakan tugas melakukan pengisian rekam medis.
7. Kinerja Perawat dalam kelengkapan rekam medis adalah tindakan atau
tingkat pencapaian

perawat

dalam

pelaksanaan

rekam

medis,

meliputi:

pengisian pengkajian awal keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan

36

keperawatan,implementasi keperawatan, evaluasi keperawatan dan pengembalian


rekam medis pada bidang rekam medis.

3.6. Metode Pengukuran


1. Variabel umur dan lama kerja menggunakan skala ordinal.
2. Variabel jenis kelamin menggunakan skala nominal.
3. Variabel pengetahuan terdiri dari 14 pertanyaan, menggunakan skala ordinal.
4. Variabel sikap terdiri dari 10 pertanyaan, menggunakan skala ordinal.
5. Variabel motivasi terdiri dari 6 pertanyaan, menggunakan skala ordinal.
6. Variabel kinerja perawat dalam kelengkapan rekam medis terdiri dari 10
pertanyaan, menggunakan skala ordinal.
Pengukuran variabel independen dan varibel dependen untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Aspek Pengukuran Variabel Independen dan Variabel Dependen
Variabel

Kategori

Nilai

Kategori

Skala

Jawaban

Interval

Variabel

Ukur

1. < Mean

Ordinal

Variabel
Independen
Umur (X1)

2. Mean
Jenis Kelamin (X2)

1. Laki-Laki
2. Perempuan

Nominal

37

Lama Kerja (X3)

1. < Mean

Ordinal

2. Mean
Pengetahuan (X4)

Sikap (X5)

Motivasi (X6)

1. Salah

14-18

1. Kurang

2. Benar

19-23

2. Sedang

24-28

3. Baik

1. Tidak

10-13

1. Kurang

Setuju

14-17

2. Sedang

2. Setuju

18-20

3. Baik

1. Tidak

6-7

1. Kurang

2. Ya

8-10

2. Sedang

11-12

3. Baik

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Lanjutan table 3.1


Variabel
Dependen
Kinerja Perawat

1. Tidak

10-15

1. Kurang

dalam

2. Ya

16-20

Baik

Kelengkapan

Ordinal

2. Baik

Rekam Medis (Y)

3.7. Metode Analisis Data


Metode analisa data dalam penelitian ini menggunakan uji regresi linier
berganda dengan pertimbangan teknik analisa ini dapat memberikan jawaban

38

mengenai besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen


pada taraf kepercayaan 95%.
Model regresi linier berganda: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 +
b6 X6
Keterangan:
Y = kinerja perawat

b1 = koefisien regresi umur

a = konstanta

b2 = koefisien regresi jenis kelamin

X1 = umur

b3 = koefisien regresi lama kerja

X2 = jenis kelamin

b4 = koefisien regresi pengetahuan

X3 = lama kerja

b5 = koefisien regresi sikap

X4 = pengetahuan

b6 = koefisien regresi motivasi

X5 = sikap
X6 = motivasi
Sebelum dilakukan pengujian terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik
sebagai syarat untuk uji regresi linier, yaitu:
1. Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel
yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak digunakan
dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal. Uji yang
digunakan adalah uji Kolmogorov Smirnov. Nilai Kolmogorov Smirnov =
3,567

dengan

probabilitas = 0,000 (Asymp.Sig.(2-tailed)). Persyaratan data

disebut normal jika probabilitas atau p > 0,05 pada uji Kolmogorov Smirnov.
Oleh karena nilai p = 3,567 atau p > 0,05, maka diketahui bahwa data variabel
normal.

39

2. Heterokedastisitas dapat diartikan sebagai ketidaksamaan variasi variabel


pada pengamatan, dan kesalahan yang terjadi memperlihatkan hubungan ynag
sistematis sesuai dengan besarnya satu atau lebih variabel bebas sehingga
kesalahan tersebut tidak random (acak). Interpretasi: suatu regresi dikatakan
terdeteksi heterokedastisitasnya apabila diagram pancar residual membentuk pola
tertentu. Tampak pada lampiran diagram pancar residual tidak membentuk
satu pola tertentu. Kesimpulannya, regresi linier pada penelitian ini bebas dari
kasus heterokedastisitas dan memenuhi persyaratan asumsi klasik tentang
heterokedastisitasnya.
3. Uji multikolinieritas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel
independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu
model. Interpretasi: hasil uji melalui variance inflation factor (VIF) pada masingmasing variabel independen memiliki VIF tidak lebih dari 5 dan nilai Tolerance
tidak kurang dari 0,1 maka dapat dinyatakan model regresi linier dalam penelitian
ini terbebas dari asumsi klasik statistik dan dapat digunakan dalam penelitian.

BAB IV
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

4.1 Sejarah Singkat rumah sakit

4.2 Visi Misi

4.3 Letak Geografis

4.4 Struktur Organisasi

4.5 Sarana dan Prasarana

40

BAB V
HASIL PENELITIAN, ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5.1

Hasil Penelitian

5.1.1

Karakteristik Responden Jenis Kelamin


Jenis kelamin responden perlu ditampilkan agar dapat mengetahui

komposisi Perawat berdasarkan jenis kelamin. omposisi jenis kelamin akan


dapat memberikan fakta tersendiri apakah rumah sakit didominasi oleh jenis
kelamin tertentu. Berdasarkan data primer yang dikumpulkan melalui
penyebaran kuesioner, diperoleh profil responden menurut Jenis kelamin
sebagaimana nampak dalam Tabel 5.1 di bawah ini.

Tabel 5.1, Responden Menurut Jenis Kelamin


Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Sumber: data primer, diolah 2015
Berdasarkan

tabel 5.1 di atas ternyata

Persentase (%)
20
80

menunjukkan

bahwa

komposisi antara perawat laki-laki dan perempuan tidak memiliki perbedaan


yang besar. Hal ini menunjukkan bahwa ternyata manajemen rumah sakit
memberikan kesempatan yang lebih besar yaitu 8 0 %
dengan perawat laki-laki hanya 20%.

41

dibandingkan

42

5.1.2

Karakteristik Responden Menurut Usia


Terdapat suatu keyakinan yang meluas bahwa kinerja perawat akan

menjadi lebih baik dengan makin bertambahnya usia.

Keterampilan

perawat

terutama ketelitian mengalami peningkatan dengan bertambahnya usia. Sedangkan


intensitas kerja akan mengalami penurunan dengan bertambahnya usia.
Berdasarkan data primer yang dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner,
diperoleh profil responden menurut usia sebagaimana nampak dalam Tabel 5.2 di
bawah ini.
Tabel 5.2, Responden Menurut Usia
Usia (tahun)
20-30
31-40
40 >
Sumber : Data primer yang diolah, 2015

Persentase
42,36
37,64
20

Tabel di atas tersebut menunjukan: (1) manajemen rumah sakit


memberikan kesempatan karier kepada perawat-perawatnya yang masih
berusia muda (2) usia antara 20-40 merupakan usia-usia paling produktif di
dalam Rumah sakit. Hal ini karena karyawan

cenderung lebih mapan

dalam berpikir dan bertindak serta lebih terbiasa menghadapi persoalan


yang muncul ditempat kerja, sehingga mereka telah terbiasa dan lebih
mampu melakukan adaptasi dengan permasalahan yang muncul ditempat
kerja, oleh karena itu pengambilan keputusan cenderung lebih efektif.
Pada lingkup

kerja di Rumah sakit

masih banyak terdapat

karyawan yang muda usia karena manajemen Rumah sakit menganggap


mereka yang masih muda akan cenderung lebih baik dalam pola pikirnya
sehingga kinerja yang selama ini dihasilkan juga terlihat lebih baik
dibandingkan karyawan usia di atas 40. Kenyataan tersebut

juga

dapat

43

diunjukkan pada hasil tes IQ yang memberikan hasil bahwa karyawan


yang berusa 20-40 tahun mempunyai rata-rata skor IQ yang lebih tinggi
yaitu berkisar antara 100-120.

5.2

Analisis Hasil Penelitian

5.2.1

Uji Validitas Dan Reliabilitas


Uji validitas instrumen pengukuran dimaksudkan untuk mengetahui

ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.
Suatu alat ukur dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila alat tersebut
memberikan

hasil

ukur yang sesuai dengan maksud yang dilakukannya

pengukuran. Uji reliabilitas digunakan untuk melihat sejauh mana hasil suatu
pengukuran dapat dipercaya. Suatu alat ukur dikatakan reliabel apabila dalam
beberapa kali pengukuran terhadap kelompok subyek yang sama diperoleh hasil
yang relatif sama (Ghozali, 2005, p105).
Uji validitas dalam penelitian menggunakan analisis butir (item) yakni
dengan mengkorelasikan

skor tiap item dengan skor total per konstruk

(contruct) dan skor total seluruh item. Output SPSS for windows version 13
menyebutkan bahwa analisis item/butir tersebut dinyatakan sebagai Corrected
Item-Total Correlation dan batas kritis untuk menunjukkan item yang valid
pada umumnya adalah 0,230. Nilai Corrected Item-Total Correlation di atas
0,239 menunjukkan

item yang valid/sahih (Ghozali,

2005,

p.106).

Hasil

lengkap terlampir dan rangkumannya ditampilkan dalam tabel 5.3 di bawah ini.
Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan metode internal consistency,
yaitu metode untuk melihat sejauhmana konsistensi tanggapan responden terhadap
item-item pertanyaan dalam suatu instrumen penelitian. Penelitian ini menggunakan

44

pengukuran konsistensi tanggapan responden (internal consistency) dengan


koefisien alpha Cronbach. Ambang batas koefisien alpha yang digunakan
dalam penelitian ini adalah >0,60 sebagaimana disarankan oleh Hair et al.
(1995, p.79). Hasil lengkap terlampir dan rangkumannya ditampilkan dalam tabel
5.3 berikut ini.
Tabel 5.3, Validitas variabel karakteristik individu (X1)

Scale Mean if
Item Deleted
X1
X2
X3
X4
X5
X6
X7
X8
X9
X10
X11
X12
X13
X14
X15
X16
X17
X18

68.7000
68.8333
68.7000
69.1667
68.2000
68.7000
68.4667
68.1667
69.3000
68.3667
68.2333
68.1000
68.7667
68.8667
68.0667
68.2000
68.2000
69.1667

Item-Total Statistics
Scale Variance
Corrected
if Item Deleted
Item-Total
Correlation
67.114
.590
61.040
.820
67.114
.590
62.489
.595
67.338
.552
67.045
.431
66.533
.572
67.868
.630
63.321
.511
68.102
.525
68.737
.416
66.576
.621
62.530
.727
61.016
.854
66.064
.616
67.476
.450
68.441
.399
65.799
.328

Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
.895
.885
.895
.894
.895
.899
.895
.895
.898
.896
.899
.894
.889
.885
.893
.898
.899
.907

Sumber : Data primer yang diolah, 2015


Berdasarkan

tabel

5.3

nampak

bahwa

nilai

koefisien

(Cronbach's Alpha if Item Deleted ) untuk masing- masing


dalam

penelitian

dinyatakan

ini

berada

di

atas

ambang

batas

alpha

indikator/item

0,60, maka

dapat

bahwa instrumen pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini

adalah handal (reliabel).


Kolom corrected item-total correlation nampak bahwa koefisien korelasi
antara item/indikator dengan jumlah total item/indikator untuk masing-masing

45

variabel berada di atas nilai kritis 0,3, oleh karena itu instrumen pengukuran
yang digunakan dalam penelitian ini dinyatakan sahih atau valid. Hasil pengujian
reliabilitas dan validitas secara keseluruhan menunjukkan

bahwa

instrumen

pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah reliabel dan valid.

Tabel 5.4, Validitas variabel psikologis (X2)

Scale Mean if
Item Deleted
X1
X2
X3
X4
X5
X6
X7
X8
X9
X10
X11
X12
X13
X14
X15
X16
X17
X18
X19
X20
X21

75.2667
75.4667
75.3000
75.2000
75.5000
76.0000
76.0333
75.9333
75.5333
75.7667
75.5667
75.4667
75.5333
75.3000
75.3333
75.9667
76.0333
75.8667
75.4667
75.9667
75.5000

Item-Total Statistics
Scale
Corrected
Variance if
Item-Total
Item Deleted
Correlation
106.340
.749
108.878
.664
111.941
.400
110.717
.556
112.466
.430
108.000
.476
105.068
.604
103.444
.706
107.292
.471
111.495
.320
111.289
.486
104.740
.634
107.982
.543
112.769
.347
111.471
.479
107.757
.487
106.516
.554
102.533
.726
106.257
.536
110.723
.356
108.879
.643

Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
.893
.895
.901
.898
.900
.899
.896
.893
.900
.903
.899
.895
.897
.902
.899
.899
.897
.892
.898
.902
.896

Sumber : Data primer yang diolah, 2015


Berdasarkan

tabel

5.4

nampak

bahwa

nilai

koefisien

(Cronbach's Alpha if Item Deleted ) untuk masing- masing


dalam

penelitian

dinyatakan

ini

berada

di

atas

ambang

batas

alpha

indikator/item

0,60, maka

dapat

bahwa instrumen pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini

adalah handal (reliabel).


Kolom corrected item-total correlation nampak bahwa koefisien korelasi

46

antara item/indikator dengan jumlah total item/indikator untuk masing-masing


variabel berada di atas nilai kritis 0,3, oleh karena itu instrumen pengukuran
yang digunakan dalam penelitian ini dinyatakan sahih atau valid. Hasil pengujian
reliabilitas dan validitas secara keseluruhan menunjukkan

bahwa

instrumen

pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah reliabel dan valid.

Tabel 5.5, Validitas variabel Kinerja (Y)

Scale Mean if
Item Deleted
Y1
Y2
Y3
Y5
Y6
Y7
Y9
Y10
Y11
Y12

37.5000
37.7667
37.7667
37.8667
38.0000
37.8000
38.1000
37.5000
37.5333
37.5667

Item-Total Statistics
Scale
Corrected
Variance if
Item-Total
Item Deleted
Correlation
15.224
.614
15.633
.352
12.944
.614
16.464
.310
14.966
.529
15.407
.407
15.679
.380
15.017
.531
14.878
.627
15.151
.392

Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
.765
.791
.758
.793
.771
.785
.787
.770
.762
.788

Sumber : Data primer yang diolah, 2015

Berdasarkan

tabel

5.5

nampak

bahwa

nilai

koefisien

(Cronbach's Alpha if Item Deleted ) untuk masing- masing


dalam

penelitian

dinyatakan

ini

berada

di

atas

ambang

batas

alpha

indikator/item

0,60, maka

dapat

bahwa instrumen pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini

adalah handal (reliabel).


Kolom corrected item-total correlation nampak bahwa koefisien korelasi
antara item/indikator dengan jumlah total item/indikator untuk masing-masing
variabel berada di atas nilai kritis 0,3, oleh karena itu instrumen pengukuran
yang digunakan dalam penelitian ini dinyatakan sahih atau valid. Hasil pengujian

47

reliabilitas dan validitas secara keseluruhan menunjukkan

bahwa

instrumen

pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah reliabel dan valid.

5.2.2

Pengujian determinasi

Tabel 5.6, Model Summary


Model

R Square

.790

Adjusted R

Std. Error of the

Square

Estimate

.624

.614

.12730

a. Predictors: (Constant), Psikologis, Karakteristik Individu

Rumus koefisien determinasi berganda (R) atau R Square ialah KD = R2


x 100%. Berdasarkan tabel 5.6 nilai R Square sebesar 0,624, angka tesebut di
kalikan 100% sehingga menjadi 62,4 %, artinya besarnya pengaruh variabel
Karakteristik Individu dan Psikologis secara bersama-sama terhadap perubahan
kinerja Perawat sebesar 62,4 %. Sedangkan sisanya 37,6 % dipengaruhi atau dapat
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti.

5.2.3

Pengujian Simultan (Uji F)

Tabel 5.7, ANOVA


Model

Sum of

df

Mean Square

Sig.

Squares

Regression

1.940

.970

Residual

1.167

72

.016

Total

3.106

74

a. Dependent Variable: Kinerja


b. Predictors: (Constant), Psikologis, Karakteristik Individu

59.845

.000

48

Uji F atau uji koefisien regresi secara simultan, yaitu untuk mengetahui
pengaruh variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen, apakah
pengaruhnya signifikan atau tidak.
Nilai F hitung secara keseluruhan sebesar 59.845. Jika df1 = 2 dan df2 =
72 dengan tingkat signifikansi sebesar 5 % maka didapat nilai F tabel sebesar
3,12. sehingga jika F hitung (59.845) > F tabel (3,12) maka Ho ditolak dan Ha
diterima, artinya ada pengaruh yang signifikan antara variabel Karakteristik
Individu dan Psikologis secara bersama terhadap kinerja perawat.

Ho diterima

Ho ditolak

-3,12

Ho ditolak

3,12

59,845

Gambar 5.1. pengambilan keputusan secara simultan

Selain dengan uji F untuk mengetahui pengaruh simultan dapat juga


menggunakan nilai level of signifikan alpha (). Jika nilai signifikansinya > 0,05
(5%) maka Ho diterima, sedangkan Jika nilai signifikansinya <= 0,05 (5%) maka
Ho ditolak.
Dari tabel 5.7 dapat diketahui bahwa nilai signifikansinya sebesar 0.000
lebih kecil dari 0.05, sehingga hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif
diterima, artinya ada pengaruh yang signifikan antara variabel Karakteristik
Individu dan Psikologis secara bersama terhadap Kinerja Perawat.

49

5.2.4

Pengujian Parsial (uji t)


a

Tabel 5.8 Coefficients


Model
Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
B
Std. Error
Beta
(Constant)
.571
.133
1
Karakteristik Individu
.316
.059
.527
Psikologis
.167
.049
.332
a. Dependent Variable: Kinerja

4.292
5.374
3.383

Uji t atau uji koefisien regresi secara parsial, yaitu untuk mengetahui
pengaruh variabel independen secara sendiri-sendiri terhadap variabel dependen,
apakah pengaruhnya signifikan atau tidak.
a. Uji t untuk variabel Karakteristik Individu (X1) terhadap kinerja perawat (Y)
Didapat nilai t hitung variabel Karakteristik Individu sebesar

5.374.

Jika nilai

df = N k, maka df = 75 2 = 73 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.05,


maka didapat nilai t tabel sebesar 1,99 sehingga jika t hitung (5.374) > t tabel
(1,99) maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada pengaruh yang signifikan
antara variabel Karakteristik Individu terhadap kinerja perawat.

Ho diterima

Ho ditolak

-1,99

Ho ditolak

1,99

5,374

Gambar 5.2. variabel karakteristik individu terhadap kinerja

Sig.

.000
.000
.001

50

b. Uji t untuk variabel Psikologis (X2) terhadap kinerja perawat (Y)


Didapat nilai t hitung variabel karakteristik individu sebesar 3.383. Jika nilai
df = N k, maka df = 75 2 = 73 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.05,
maka didapat nilai t tabel sebesar 1,99 sehingga jika t hitung (3.383) > t tabel
(1,99) maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada pengaruh yang signifikan
antara variabel Psikologis terhadap kinerja perawat.

Ho diterima

Ho ditolak

-1,99

Ho ditolak

1,99

3,383

Gambar 5.3. variabel psikologis terhadap kinerja perawat

5.2.5

Persamaan Regresi
Persamaan regresi linear digunakan untuk menafsir atau meramalkan nilai

variabel dependen bila nilai independen dinaikkan atau diturunkan.


Dari tabel 5.8 dapat dituliskan persamaan regresinya sebagai berikut:
Y = 0,571+ 0,316 X1 + 0.167 X2
Dari persamaan regresi tersebut, diketahui bahwa:
1. Konstanta 0 = 0,571, artinya jika karakteristik individu dan psikologis
bernilai tetap, maka kinerja perawat akan mengalami peningkatan sebesar
0,571 satuan.

51

2. Koefisien 1 = 0,316, artinya jika variabel karakteristik individu (X1)


ditingkatkan sebesar satu satuan sedangkan variabel lainnya bernilai tetap,
maka kinerja perawat (Y) akan meningkat sebesar 0,316 satuan.
3. Koefisien 2 = 0,167, artinya jika variabel psikologis (X2) ditingkatkan
sebesar satu satuan sedangkan variabel lainnya bernilai tetap, maka kinerja
perawat (Y) akan meningkat sebesar 0,167 satuan.

5.3 Pengujian Hipotesis


Hipotesis pertama yang berbunyi diduga ada pengaruh yang signifikan
karakteristik individu terhadap kinerja perawat dalam kelengkapan rekam medis
di ruang rawat inap RSU HAJI Medan Tahun 2015.
Berdasarkan pengujian statistik didapat nilai t hitung > t tabel, maka
hipotesis pertama dapat diterima.
Hipotesis kedua yang berbunyi diduga ada pengaruh yang signifikan
psikologis terhadap kinerja perawat dalam kelengkapan rekam medis di ruang
rawat inap RSU HAJI Medan Tahun 2015.
Berdasarkan pengujian statistik didapat nilai t hitung > t tabel, maka
hipotesis kedua dapat diterima.
Hipotesis ketiga yang berbunyi diduga ada pengaruh yang signifikan
karakteristik individu dan psikologis secara bersama-sama terhadap kinerja
perawat dalam kelengkapan rekam medis di ruang rawat inap RSU HAJI Medan
Tahun 2015.

52

Berdasarkan pengujian statistik didapat nilai F hitung > F tabel, maka


hipotesis ketiga dapat diterima.
Hipotesis ke empat yang berbunyi diduga karakteristik individu yang
berpengaruh paling dominan terhadap kinerja perawat dalam kelengkapan rekam
medis di ruang rawat inap RSU HAJI Medan Tahun 2015.
Berdasarkan pengujian statistik didapat nilai t hitung untuk variabel
karakteristik individu mempunyai nilai lebih besar dibandingkan dengan variabel
lainnya, maka hipotesis keempat dapat diterima.

5.4 Pembahasan

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
1. Ada pengaruh yang signifikan karakteristik individu terhadap kinerja perawat
dalam kelengkapan rekam medis di ruang rawat inap RSU HAJIMedan Tahun
2015. Dengan besarnya pengaruh sebesar 52,7%.
2. Ada pengaruh yang signifikan psikologis terhadap kinerja perawat dalam
kelengkapan rekam medis di ruang rawat inap RSU HAJIMedan Tahun 2015.
Dengan besarnya pengaruh sebesar 33,2 %.
3. Ada pengaruh yang signifikan karakteristik individu dan psikologis secara
bersama-sama terhadap kinerja perawat dalam kelengkapan rekam medis di
ruang rawat inap RSU HAJIMedan Tahun 2015. Dengan besarnya pengaruh
sebesar 62,4 %.
4. Karakteristik individu yang berpengaruh paling dominan terhadap kinerja
perawat dalam kelengkapan rekam medis di ruang rawat inap RSU
HAJIMedan Tahun 2015. Dengan besarnya pengaruh sebesar 52,7%
sedangkan variabel lainnya hanya 33,2%

6.2 Saran-saran

53

54

You might also like