Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Gambar (b) Anatomi batang tanaman karet yang terdiri dari sel-sel gabus,
sel-sel batu, dan jaringan lateks
(Triwijoso, 1995).
2.2. Definisi Lateks
Lateks adalah suatu istilah yang dipakai untuk menyebut getah yang
dikeluarkan oleh pohon karet. Lateks terdapat pada bagian kulit, daun dan
integument biji karet. Lateks diperoleh dari tanaman Hevea brasiliensis,
diolah dan diperdagangkan sebagai bahan industri dalam bentukkaret sheet,
crepe, lateks pekat dan karet remah (Crumb rubber). Lateks merupakan
suatu larutan koloid dengan partikel karet dan bukan karet yang tersupensi di
dalam suatu media yang banyak menganding bermacam-macam zat. Bagianbagian yang terkandung tersebut tidak larut sempurna, melainkan terpencar
secara atau merata di dalam air. Partikel-partikel koloidal ini sedemikian kecil
dan halusnya sehingga dapat menembus saringan (Tim Penulis PS, 1999).
Susunan bahan lateks dapat dibagi menjadi dua komponen.
Komponen yang pertama adalah bagian yang mendispersikan atau
memancarkan bahan-bahan yang terkandung secara merata, biasa disebut
serum. Bahan-bahan bukan karet yang larut dalam air, seperti protein,
garam-garam mineral, enzim dan lainnya termasuk ke dalam serum.
Komponen kedua adalah butir-butir karet yang dikelilingi lapisan tipis protein.
sampai 4,7. Pada kemasaman ini tercapai titik isoelektris atau keseimbangan
muatan listrik pada permukaan pertikel pertikel karet, sehingga partikel
partikel karet tersebut dapat menggumpal menjadi satu. Penurunan pH ini
terjadi dengan membubuhi asam semut 1% atau asam cuka 2% ke dalam
lateks yang telah diencerkan(Lukman. 1985).
4.Penggilingan
Koagulum yang didapatkan dari lateks tersebut di ambil dan digiling
dengan mesin penggiling manual atau otomatis. Mesin penggiling tersebut
terdiri dari mesin penggiling halus dan mesin penggiling cetakan. Tujuan dari
gilingan ini adalah:
Mengubah koagulum menjadi lembaran lembaran yang mempunyai
lebar,panjang dan tebal tertentu
Untuk mengeluarkan serum yang terdapat di dalam koagulum
5.Pengeringan
Pengeringan bertujuan untuk mengawetkan sheet supaya tahan lama
saat disimpan karena dengan menggunakan asap yang mengandung fenol
akan dapat mencegah tumbuhnya mikroorganisme dalam sheet, untuk
mengeringkan sheet supaya tida mudah diserang mikroorganisme, untuk
memberikan warna coklat muda dengan asap sehingga mutunya meningkat.
Pengeringan dapat dilakukan dengan menggunakan kayu bakar dan panas.
Perlu pengaturan sirkulasi udara dan jumah asap untuk mendapatkan hasil
pengeringan yang baik.
Lembaran lembaran yang telah dihasilkan dari mesin penggiling
selanjutnya akan dikeringkan dengan cara dijemur pada selayan selayan di
pabrik. Salah satu alasan kenapa di pabrik selalu tinggi bertujuan sebagai
penjemuran lembaran sheet. Lembaran lembaran yang telah dihasilkan dari
mesin penggiling selanjutnya akan dikeringkan dengan cara dijemur pada
selayan selayan di pabrik. Salah satu alasan kenapa di pabrik selalu tinggi
bertujuan sebagai penjemuran lembaran sheet (Williams, 1975).
6. Sortasi dan Pembungkusan
Setelah diasap dan dikeringkan, maka sheet dapat dipilih berdasarkan
beberapa macam kriteria mutu tertentu. Dasar penentuan mutu RSS secara
visual dan organoleptik adalah sebagai berikut:
jumlah kapang
keseragaman warna
noda oleh benda asing (kebersihan)
gelembung udara
kekeringan
- Beaker glass
- Spatula
- Saringan
- Botol plastik tempat lateks segar
- Alat press / penggiling
- Penangas / hot plate
- Neraca analitik
3.1.2 Bahan
- Lateks segar
- Asam format 1%
- Asam asetat 1%
- Amoniak
- CMC 1%
- Air
a gram
b gram
BG 1 ( + asam format
98,28
42,82
1%)
BG 2 (+ asam asetat
1%)
93,13
46,08
4.1.3
Perlakuan
KK (%)
KE (%)
N (ml)
42,85
46,1
15
15
100
100
Pendadih
Hari ke-4
Pemisahan
Hari ke-5
Hari ke-6
14
34
10
11
12
5
Hari ke-5
Hari ke-6
+2
+3
+4
+3
+4
+5
Hari ke-5
Hari ke-6
5 ml CMC
30
6 ml CMC
60
7 ml CMC
9
Semakin (+) semakin kental (padat)
Warna
Sampel
Hari ke-4
5 ml CMC
+1
6 ml CMC
+3
7 ml CMC
+2
Semakin (+) semakin gelap
Lama
Viskositas
Sampel
dan
Bau
Sampel
Hari ke-4
5 ml CMC
+2
6 ml CMC
+3
7 ml CMC
+1
Semakin (+) semakin menyengat
4.2 Hasil Perhitungan
4.2.1 Perhitungan KKK Lateks Segar
Perlakuan
FP (%)
+3
+4
+5
+4
+5
+6
KKK (%)
56,4
42,85
50,5
46,1
AT (ml)
185,67
207,33
BAB 5. PEMBAHASAN
5.1 Pengertian Lateks
Lateks adalah suatu istilah yang dipakai untuk menyebut getah yang
dikeluarkan oleh pohon karet. Lateks terdapat pada bagian kulit, daun dan
integument biji karet. Lateks diperoleh dari tanaman Hevea brasiliensis,
0,5%
Ion OH- tersebut dapat menetralkan adanya asam yang telah terbentuk pada lateks.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Lutoid yang terdapat pada lateks segar mengandung ion Mg2+ dan
Ca2+ yang dapat mengganggu kemantapan lateks. Ion-ion tersebut dapat
dipisahkan dengan membentuk kompleks pada reaksi antara ion fosfat yang secara
alamiah terkandung di dalam serum dengan amoniak yang telah ditambahkan
pada lateks segar. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Mg2+ + NH4+ PO43- MgNH4PO4
Kompleks tersebut mengendap dan dapat dipisahkan melalui penyaringan
(Handoko, 1995).
5.2.3 Penambahan CMC
Penambahan CMC menyebabkan sistem koloid lateks menjadi sangat
labil. Oleh karena itu, sistem segera memberikan reaksi untuk mencapai
kestabilan yang baru. Tingkat kestabilan yang lebih baik berangsur-angsur dicapai
sistem dalam periode waktu satu malam. Satu bagian atom hidrogen pada gugus
hidroksi dalam CMC diganti dengan gugus natriumkarboksimetil (-CH2COONa).
Kelarutan
CMC
dipengaruhi
oleh
derajat
substitusinya
(DS).
Karboksimetilselulosa dengan DS lebih kurang atau sama dengan 0,3 larut dalam
alkali, sedangkan pada DS lebih besar dari 0,4 Na-CMC bersifat larut dalam air.
Secara teoritis CMC memiliki DS maksimal tiga karena gugus anhidro glukosa
memiliki tiga buah gugus hidroksil yang dapat digantikan dengan gugus
natriumkarboksimetil (Loo, 1973).
5.3 Fungsi Perlakuan
5.3.1 Perhitungan KKK Lateks Segar
Pada acara perhitungan KKK lateks segar, pertama-tama diambil
lateks segarmasing-masing sebanyak 100 ml. Kemudian masing-masing
ditimbang dalam beaker glass sebagai a gram untuk mengetahui berat
bahan. Selanjutnya beaker glass satu diberi tambahan asam format 1%
sebanyak 10 ml untuk menggumpalkan lateks, sedangkan beaker glass yang
lain ditambahkan asam asetat 1% sebanyak 10 ml yang berfungsi untuk
menggumpalkan lateks. Penggunaan bahan tambahan yang berbeda
ini berfungsi untukmengetahui bahan formulasi tambahan yang lebih cepat
dan lebih baik untukmenggumpalkan lateks. Setelah itu, dipanaskan untuk
mempercepat
reaksi
getah
karet
dengan
asam yang
ditambahkan tersebut dan diaduk hingga menggumpal untuk memisahkan
serum dengan lateks. Lalu dilakukan pengepresan untuk menghilangkan air
dari gumpalan karet. Hal ini dilakukan selain untuk mengeluarkan sebagian
air juga
untukmemperluas
permukaan
sheet
dengan
menipiskannya. Kemudian karet dikeringkan untuk menghilangkan sisa-sisa
air yang keluar saat pengepresan. Setelah pengeringan selesai,dilakukan
penimbangan sebagai b gram untuk mengetahui berat bahan setelah
ke-4, ke-5, dan ke-6 secara berturut-turut +2, +4, dan +5. Dari data tersebut
dapat diketahui bahwa semakin lama waktu penyimpanan maka warna yang
dihasilkan semakin gelap, hal ini disebabkan karena saat penyimpanan
dimungkinkan terjadi kontak denganudara pada senyawa yang terdapat pada
lateks
sehingga
terjadi
proses
oksidasi
dan
menyebabkan
warna lateks menjadi coklat atau warnanya menjadi lebih gelap. Selain
itubanyaknya komponen pada karet yang rusak karena terhentinya proses
enzimatis pada karet juga dapat menyebabkan perubahan warna pada karet.
Dari pengamatan terhadap aroma untuk penambahan CMC 5 ml
didiketahui pada hari ke-4, ke-5, dan ke-6 secara berturut-turut +2, +3, dan
+4, untuk penambahan CMC 6 ml didapatkan pada hari ke-4, ke-5, dan ke-6
secara berturut-turut +3, +4, dan +5, dan untuk penambahan CMC 7 ml
didapatkan pada hari ke-4, ke-5, dan ke-6 secara berturut-turut +1, +5, dan
+6. Dari data tersebut didaptkan bahwa semakin lama penyimpanan
maka aroma lateks menjadi semakin menyengat. Hal ini dikarenakan serum
C yang mengandung zat yang terlarut yaitu asam amino, karbohidrat, inositol
dan asam organik misalnya asam nukleat pirofosfat dan askorbat terpisah
dan saling bereaksi sehingga menimbulkan aroma (bau)yang menyengat.
BAB 6. PENUTUP
1.
2.
3.
4.
5.
6. 1 Kesimpulan
Karet alam merupakan hidrokarbon yang merupakan makro molekul
poliisoprene (C5H8)n yang tergabung secara ikatan kepala ke ekor (head to
tail)
Lateks adalah getah kental, seringkali mirip susu, yang dihasilkan banyak
tumbuhan dan membeku ketika terkena udara bebas.
Lateks banyak digunakan untuk bahan baku pembuatan karet kering yang
selanjutnya menjadi bahan mentah untuk industri pembuatan ban, pipa karet,
selang, sepatu/sandal, komponen otomotif, komponen engineering, lem, dan
beberapa peralatan rumah tangga.
Adapun tahap-tahap proses pengolahan karet alam adalah Penerimaan
Lateks Kebun, Pengenceran Lateks, Pembekuan, Penggilingan, Pengasapan
dan Pengeringan, Sortasi dan Pengemasan.
Nilai KKK pada penambahan asam asetat 1% lebih besar daripada
penambahan asam format 1% dan semakin kecil FP maka KKK akan
semakin besar.
6.
Dari hasil praktikum nilai KE dan KK yang dihasilkan jauh dari nilai standar
karena penggilingan yang tidak merata dan semakin besar nilai KK maka air
yang ditambahkan untuk pengenceran semakin banyak.
7. Semakin banyak penambahan CMC 1% maka viskositas lateks akan
semakin meningkat dan semakin lama penyimpanan viskositasnya juga
semakin meningkat.
8. Semakin
banyak
penambahan
CMC
1% dan lama waktu
penyimpanan maka warna yang dihasilkan semakin gelap.
9. Semakin sedikit penambahan CMC 1% dan semakin lama penyimpanan
maka aromalateks menjadi semakin menyengat.
6.2 Saran
Mas, nanti pas responsi soalnya jangan banyak-banyak dan jangan
sulit-sulit yo...
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2011. Manfaat
Karet. http://www.goodwayintegrated.com/indo/rci.php [diakses 15Desember 2012].
Cahyono. 2010. Karet. Medan: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan AlamUniversitas Sumatera Utara.
Djumarti. 2011. Diktat Kuliah Teknologi Pengolahan Tembakau, Gula, dan
Lateks. Jember : FTP UJ.
Handoko, B dan Kosasih. 1995. Penuntun Analisis Lateks. Bogor : Balai Penelitian
Perkebunan Bogor.