Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
1. FATHONI FIRMANSYAH
2. ANGGITA HARDIASTUTY
3. NARENDRA RISWANTO
(6513040005)
(6513040010)
(6513040023)
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia kaya akan sumber daya alam yang dimilikinya. Sumber daya
alam yang meliputi sumber daya alam hayati maupun non hayati dan sumber daya
alam yang dapat diperbaharui maupun sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui.Sumber daya alam adalah lingkungan alam (environment) yang
memiliki nilai untuk memenuhi kebutuhan manusia (Rita, 2010).
Kekayaan alam di Indonesia terbentuk dari beberapa faktor.Dari segi
astronomi, Indonesia berada pada daerah tropis yang memiliki curah hujan sangat
cukup sehingga banyak ragam dan jenis tumbuhan yang tumbuh secara cepat.
Dari segi geologi, Indonesia tepat berada pada titik pergerakan lempeng tektonik
sehingga banyak terbentuk pegunungan yang kayak akan mineral. Dari segi
perairan di Indonesia yang kaya akan sumber daya alam hayati dan hewani,
seperti ikan, minyak bumi, dan mineral yang terkandung didalamnya.Berdasarkan
Peraturan Pemerintah (selanjutnya disebut PP) No.19/1999 tentang Pencemaran
Laut diartikan sebagai masuknya/dimasukkannya makhluk hidup, zat energi dan
atau komponen lain kedalam lingkungan laut oleh kegiatan manusia sehingga
kualitasnya turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan laut
tidak sesuai lagi dengan baku mutu atau fungsinya. Laut merupakan suatu
ekosistem yang kaya akan sumber daya alam termasuk keanekaragaman sumber
daya hayati yang dimanfaatkan untuk manusia. Sebagaimana diketahui bahwa
70% permukaan bumi didominasi oleh perairan atau lautan.Kehidupan manusia di
bumi ini sangat bergantung pada lautan, sehingga manusia harus menjaga
kebersihan dan kelangsungan kehidupan organisme yang hidup di
dalamnya.Berbagai jenis sumber daya yang terdapat di laut, seperti berbagai jenis
ikan, terumbu karang, mangrove, rumput laut, mineral, minyak bumi, dan
berbagai jenis bahan tambang yang terdapat di dalamnya.
Selain untuk keberlangsungan hidup manusia, laut juga merupakan tempat
pembuangan sampah dan pengendapan barang sisa yang diproduksi
manusia.Lautan juga menerima bahan-bahan yang terbawa oleh air yang
mengakibatkan pencemaran itu terjadi, diantaranya dari limbah rumah tangga,
sampah, buangan dari kapal, dan tumpahan minyak dari kapal tanker. Namun,
pencemaran yang sering terjadi adalah tumpahan minyak baik dari proses di
kapal, pengeboran lepas pantai, maupun akibat kecelakaan kapal.
Minyak dan gas bumi sampai saat ini masih merupakan merupakan
sumber energi yang menjadi pilihan utama untuk digunakan pada industri,
transportasi dan rumah tangga. Selain itu, pemanfaatan berbagai produk akhir atau
produk-produk turunan minyak bumi juga semakin meningkat sehingga
peningkatan akan permintaan minyak bumi di seluruh dunia telah mengakibatkan
pertumbuhan dan ekspansi pada kegiatan eksplorasi dan pengolahan minyak
mentah di berbagai negara, termasuk Indonesia. Namun demikian, kita selalu
dihadapkan pada dilema antara peningkatan produksi dengan pelestarian
sumberdaya alam lingkungan serta dampak yang ditimbulkan dari proses produksi
tersebut. Hal ini berarti perkembangan industri baik pengolahan minyak bumi
maupun industri yang menggunakan minyak bumi, ternyata merupakan salah satu
sumber pencemar lingkungan (Astri Nugroho, 2006).Industri minyak bumi
memiliki potensi sebagai sumber dampak terhadap pencemaran air, tanah dan
udara baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengelolaan limbah pada
kegiatan industri minyak pada dasarnya adalah untuk menyelamatkan lingkungan
dan kemungkinan penurunan kualitas lingkungan.Limbah padat dapat berupa
lumpur minyak, lumpur aktif, drum-drum bekas bahan kimia, sampah dan lainlain. Limbah minyak merupakan kotoran minyak yang terbentuk dari proses
pengumpulan dan pengendapan kontaminan minyak. Limbah minyak
mengandung minyak, zat padat, air, dan logam berat.Limbah minyak ini
merupakan bahan pencemar yang dapat menimbulkan dampak negatif bagi
lingkungan dan oleh sebab itu harus segera ditanggulangi.Berbagai upaya yang
dilakukan untuk mengatasi pencemaran lingkungan dengan perbaikan pada sistim
penambangan, pengolahan, penyaluran minyak dan pengolahn limbah.Upaya
pencegahan tumpahan minyak di lingkungan dapat dilakukan dengan mengusahan
sekecil mungkin tumpahan yang dapat terjadi (Dessy, Y., 2002).
Penanganan kondisi lingkungan yang tercemari minyak bumi dapat
dilakukan secara fisika, kimia, dan biologi.Penanganan secara fisika biasanya
dilakukan pada langkah awal yaitu dengan mengisolasi secara cepat sebelum
tumpahan minyak menyebar kemana-mana.Metode fisika yang dapat digunakan
ialah dengan mengambil kembali minyak bumi yang tumpah dengan oil
skimmer.Penanganan secara kimia lebih mudah dilaksanakan yaitu tinggal
mencari bahan kimia dan konsentrasi yang sesuai untuk mendegradasi kandungan
minyak bumi. Misalnya surfaktan sintetis seperti alkil-benzene sulfonat (ABS)
dan turunannya dapat digunakan sebagai bahan baku diterjen dan mengatasi
pencemaran minyak di daratan maupun dipermukaan laut. Namun.ini akan
membawa efek sampingan terhadap kehidupan lingkungan disekitar yang terkena
tumpahan minyak yaitu mencemari tanah dan air serta tidak dapat didegradasi
secara biologis. Penanganan secara kimia dan fisika merupakan cara penanganan
cemaran minyak bumi yang membutuhkan waktu yang relatif singkat, tetapi
metode ini dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Ini dapat dilakukan jika
tumpahan minyak bumi belum menyebar kemana-mana.Jika minyak bumi telah
mengendap dan menyebar sulit dilakukan dengan metode ini.Penanganan secara
biologi merupakan salah satu alternatif dalam upaya mendegradasi kandungan
minyak bumi di lingkungan.Surfaktan ramah lingkungan yang dapat dihasilkan
oleh mikroorgansime disebut biosurfaktan.Aplikasi biosurfaktan dapat digunakan
untuk recovery minyak bumi dan pembersihan tangki. Untuk itu, perlu dicari jenis
mikroorganisme yang aktif mendegradasi minyak bumi (Prince et.al.2003).
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan
Tujuan makalah ini adalah :
1. Mengetahui permasalahan apa saja yang terjadi apabila tumpahnya
minyak di laut.
2. Mengetahui penyebab terjaidnya tumpahan minyak dilaut.
3. Mengetahui cara menangani permasalahan yang terjadi di
padaekosistem mangrove dan biota di laut apabila terjadi tumpahan
minyak di laut.
1.4. Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan gambaran atas permasalahan dampak
tumpahan
minyak
terhadap
ekosistem
mangrove
dan
biota
laut.danpenanggulangan yang tepat atas permasalahan yang terjadi.
1. Makalah ini dapat memberikan literatur mengenai permasalahan
tumpahan minyak dan penanggulangan yang tepat bagi kalangan
akademisi dan peneliti.
2. Makalah ini dapat menambah wawasan dan memberikan inspirasi
dalam penanggulangan atas permaslahan tumpahan minyak di laut.
3. Makalah ini dapat memberikan inspirasi atas kebijakan hukum dalam
mengelola sumber daya pesisir secara lestari dan terpadu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Lingkungan
Pengeboran dalam lingkup lingkungan terdiri dari pengboran
geoteknik dan susmur air untuk memonitor kualita air tanah dan
membantu dalam kontrol/ remediasi polusi air tanah.
Minyak dan Gas
Pegeboran dalam industri minyak dan gas bertujuan untuk
eksplorasi baik onshore maupun offshore, injeksi, dan produksi sumur
minyak dan gas.
2.1.1 Rig pengeboran
Katrol di rig dapat mengangkat ratusan ton pipa. Peralatan lain dapat mendorong
asam atau pasir ke dalam reservoir untuk mengambil contoh minyak dan mineral;
akomodasi untuk kru yang bisa berjumlah ratusan. Rig lepas pantai dapat
beroperasi ratusan hingga ribuan kilometer dari pinggir pantai.
Pada umumnya RIG pengeboran dapat dibagi menjadi beberapa jenis sesuai
daerah
Sekitar 25% minyak dan gas dunia yang diproduksi sekarang berasal dari
lapangan offshore (lepas pantai) seperti North Sea dan Gulf of Mexico. Meskipun
memiliki prinsip yang sama dengan pengeboran di darat, ada beberapa
penyesuaian tertentu pada prosedur and peralatan yang digunakan untuk
mengatasi bahaya dari lingkungan yang menantang dan berat. Berbagai macam rig
offshore dibagi berdasarkan kedalaman air dimana rig tersebut bisa beroperasi.
Berikut adalah pembagiannya :
1. Rig Darat
Rig ini beroperasi di darat. Tidak dibahas detail di postingan ini. Perbedaan
dengan rig offshore bisa dibaca di sini.
2. Barge/kapal tongkang
Kapal berpermukaan datar dan rata, mengapung di perairan dangkal yang
dilengkapi dengan rig pengeboran. Biasa beroperasi di perairan dangkal seperti
sungai atau laut dangkal.
3. Jack up Rig
Rig yang memiliki tiga kaki yang bisa digerakkan ke bawah hingga dasar laut
untuk menopang rig pengeboran di suatu posisi yang tetap. Jack up rig didesain
untuk beroperasi di lautan hingga kedalaman 350 feet (107 meter). Beberapa foto
rig jenis ini bisa dilihat di sini.
4. Fixed platform (steel jacket)
Fixed platform adalah jenis platform offshore yang digunakan untuk produksi
minyak atau gas. Platform ini dibangun pada beton dan / atau kaki baja yang
berpondasi langsung di dasar laut. Platform ini bisa dimuati dek dengan ruang
untuk rig pengeboran, fasilitas produksi dan akomodasi personel.
5. Rig Semi-submersible
Rig Semi-submersible adalah rig yang tidak memiliki penopang di bawah tetapi
mengapung di air (rig seperti ini biasa disebut floaters). Rig ini bisa beroperasi
di kedalaman laut hingga 3500 feet (1007 meter).
6. Drillships
Untuk pengeboran di kedalaman laut hingga 7500 feet (2286 meter) digunakanlah
drillship
Semi-submersible vessel
Sistem produksi terapung
Self elevating jack-up
Single point mooring
umum
menurut
Nusa
Idaman
1. Limbah padat, limbah padat adalah limbah yang berwujud padat. Limbah
padat bersifat kering, tidak dapat berpindah kecuali ada yang
memindahkannya. Limbah padat ini misalnya, sisa makanan, sayuran,
potongan kayu, sobekan kertas, sampah, plastik, dan logam
2. Limbah cair, limbah cair adalah limbah yang berwujud cair. Limbah cair
terlarut dalam air, selalu berpindah, dan tidak pernah diam. Contoh limbah
cair adalah air bekas mencuci pakaian, air bekas pencelupan warna
pakaian, dan sebagainya.
3. Limbah gas, limbah gas adalah limbah zat (zat buangan) yang berwujud
gas. Limbah gas dapat dilihat dalam bentuk asap. Limbah gas selalu
bergerak sehingga penyebarannya sangat luas. Contoh limbah gas adalah
gas pembuangan kendaraan bermotor. Pembuatan bahan bakar minyakjuga
menghasilkan gas buangan yang berbahaya bagi lingkungan.
c. Berdasarkan Sumbernya menurut A. K. Haghi, 2011, jenis limbah dapat
dibedakan menjadi:
1. Limbah rumah tangga, limbah rumah tangga disebut juga limbah
domestik.
2. Limbah industri, limbah industri adalah limbah yang berasal dari industry
pabrik.
3. Limbah pertanian, limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan pertanian,
contohnya sisa daun-daunan, ranting, jerami, dan kayu.
4. Limbah konstruksi. Adapun limbah konstruksi didefinisikan sebagai
material yang sudah tidak digunakan yang dihasilkan dari proses
konstruksi, perbaikan atau perubahan.Material limbah konstruksi
dihasilkan dalam setiap proyek konstruksi, baik itu proyek pembangunan
maupun proyek pembongkaran (contruction and domolition). Limbah yang
berasal dari perobohan atau penghancuran bangunan digolongkan dalam
domolition waste, sedangkan limbah yang berasal dari pembangunan
perubahan bentuk (remodeling), perbaikan (baik itu rumah atau bangunan
komersial), digolongkan ke dalam construction waste.
5. Limbah radioaktif, limbah radioaktif berasal dari setiap pemanfaatan
tenaga nuklir, baik pemanfaatan untuk pembangkitan daya listrik
menggunakan reaktor nuklir, maupun pemanfaatan tenaga nuklir untuk
keperluan industri dan rumah sakit. Bahan atau peralatan terkena atau
menjadi radioaktif dapat disebabkan karena pengoperasian instalasi nuklir
atau instalasi yang memanfaatkan radiasi pengion.
d. Berdasarkan sifatnya menurut A. K. Haghi, 2011, limbah terdiri atas enam
jenis, yaitu:
1. Limbah mudah meledak, limbah mudah meledak adalah limbah yang
melalui proses kimia dapat menghasilkan gas dengan suhu tekanan tinggi
serta dapat merusak lingkungan.
2. Limbah mudah terbakar, bahan limbah yang mudah terbakar adalah
limbah yang mengandung bahan yang menghasilkan gesekan atau
percikan api jika berdekatan dengan api.
3. Limbah reaktif, limbah reaktif adalah limbah yang memiliki sifat mudah
bereaksi dengan oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak stabil
dalam suhu tinggi dan dapat menyebabkan kebakaran.
4. Limbah beracun, limbah beracun atau limbah B3 adalah limbah yang
mengandung racun berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Limbah ini
mengakibatkan kematian jika masuk ke dalam laut.
5. Limbah korosif adalah limbah yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit
dan
dapat
membuat
logam
berkarat.
Sumbeer : http://pengelolaanlimbah.wordpress.com/2012/06/16/pengertianlimbah-3/
2.3.1
Limbah cair
Limbah padat b3
toksik
yang
dihasilkan
oleh
limbah
B3
masuk
ke
tubuh
manusia melalui:
Oral yaitu melalui mulut dan kemudian saluran pencernaan, sulit mencapai
peredaran darah ;
Dampak
Pencemaran
Kesehatan
B3
Padat
di
Lingkungan
Terhadap
Manusia
A. Kadmium (Cd)
Sebagian Cd yang diabsorbsi tubuh akan mengumpul di dalam ginjal, hati
dan sebagian dibuang keluar melalui saluran pencernaan. Keracunan Cd dapat
jenis dan karakteristik limbah padat yang harus diketahui secara pasti agar
teknologi pengolahan dapat ditentukan dengan tepat; selain itu, antisipasi
terhadap jenis limbah di masa mendatang juga perlu dipertimbangkan
Teknologi Pengolahan
Terdapat banyak metode pengolahan limbah B3 di industri, tiga metode
yang
paling
populer
di
antaranya
ialah
chemical
conditioning,
Concentration thickening
digestion,
aerobic
digestion,
heat
treatment,
Disposal
Disposal ialah proses pembuangan akhir limbah B3. Beberapa
proses yang terjadi sebelum limbah B3 dibuang ialah pyrolysis, wet
air oxidation, dan composting. Tempat pembuangan akhir limbah
B3 umumnya ialah sanitary landfill, crop land, atau injection well.
2. Solidification/Stabilization
Di samping chemical conditiong, teknologi solidification/stabilization juga
dapat diterapkan untuk mengolah limbah B3. Secara umum stabilisasi
dapat didefinisikan sebagai proses pencapuran limbah dengan bahan
tambahan (aditif) dengan tujuan menurunkan laju migrasi bahan pencemar
dari limbah serta untuk mengurangi toksisitas limbah tersebut. Sedangkan
solidifikasi didefinisikan sebagai proses pemadatan suatu bahan berbahaya
dengan penambahan aditif. Kedua proses tersebut seringkali terkait
sehingga
sering
dianggap
mempunyai
arti
yang
sama.
Proses
Precipitation
mixing,
in-situ
solidifikasi/stabilitasi
mixing,
diatur
dan
oleh
plant
mixing.
BAPEDAL
Peraturan
mengenai
berdasarkan
Kep-
massa limbah hingga sekitar 90% (volume) dan 75% (berat). Teknologi ini
sebenarnya bukan solusi final dari sistem pengolahan limbah padat karena
pada dasarnya hanya memindahkan limbah dari bentuk padat yang kasat
mata ke bentuk gas yang tidak kasat mata. Proses insinerasi menghasilkan
energi dalam bentuk panas. Namun, insinerasi memiliki beberapa
kelebihan di mana sebagian besar dari komponen limbah B3 dapat
dihancurkan dan limbah berkurang dengan cepat. Selain itu, insinerasi
memerlukan lahan yang relatif kecil.
Aspek penting dalam sistem insinerasi adalah nilai kandungan energi (heating
value) limbah. Selain menentukan kemampuan dalam mempertahankan
berlangsungnya proses pembakaran, heating value juga menentukan banyaknya
energi yang dapat diperoleh dari sistem insinerasi. Jenis insinerator yang paling
umum diterapkan untuk membakar limbah padat B3 ialah rotary kiln, multiple
hearth, fluidized bed, open pit, single chamber, multiple chamber, aqueous waste
injection, dan starved air unit. Dari semua jenis insinerator tersebut, rotary kiln
mempunyai kelebihan karena alat tersebut dapat mengolah limbah padat, cair, dan
gas secara simultan.
2.3.3
Penimbunan Terbuka
Terdapat dua cara penimbunan sampah yang umum dikenal, yaitu metode
penimbunan terbuka (open dumping) dan metode sanitary landfill. Pada
metode penimbunan terbuka, . Di lahan penimbunan terbuka, berbagai hama
dan kuman penyebab penyakit dapat berkembang biak. Gas metan yang
dihasilkan oleh pembusukan sampah organik dapat menyebar ke udara sekitar
dan menimbulkan bau busuk serta mudah terbakar. Cairan yang tercampur
dengansampah dapat merembes ke tanah dan mencemari tanah serta air.
2.
Sanitary Landfill
Pada metode sanitary landfill, sampah ditimbun dalam lubang yang dialasi
iapisan lempung dan lembaran plastik untuk mencegah perembesan limbah ke
tanah. Pada landfill yang lebih modern lagi, biasanya dibuat sistem Iapisan
ganda (plastik lempung plastik lempung) dan pipa-pipa saluran untuk
mengumpulkan cairan serta gas metan yang terbentuk dari proses pembusukan
sampah. Gas tersebut kemudian dapat digunakan untuk menghasilkan listrik.
3.
insinerasi
metode ini adalah dengan mengolah sampah organic seperti sayuran, daundaun kering, kotoran hewan melalui proses penguraian oleh mikroorganisme
tertentu. Pembuatan kompos adalah salah satu cara terbaik dalam penanganan
sampah organic. Berdasarkan bentuknya kompos ada yang berbentuk padat
dan cair. Pembuatannya dapat dilakukan dengan menggunakan kultur
mikroorganisme, yakni menggunakan kompos yang sudah jadi dan bisa
didapatkan di pasaran seperti EMA efectif microorganism 4.EMA merupakan
kultur campuran mikroorganisme yang dapat meningkatkan degaradasi limbah
atau sampah organic.
5.
Daur Ulang
Daur ulang adalah proses untuk menjadikan suatu bahan bekas menjadi bahan
baru dengan tujuan mencegah adanya sampah yang sebenarnya dapat menjadi
sesuatu yang berguna, mengurangi penggunaan bahan baku yang baru,
mengurangi penggunaan energi, mengurangi polusi, kerusakan lahan, dan
emisi gas rumah kaca jika dibandingkan dengan proses pembuatan barang
baru. Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang
terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian
dan pembuatan produk / material bekas pakai, dan komponen utama dalam
manajemen sampah modern dan bagian ketiga adalam proses hierarki sampah
3R (Reuse, Reduce, and Recycle).
2.3.4
Transportasi
Industri
Pembangkit listrik
Pembakaran (perapian, kompor, furnace, insinerator dengan berbagai jenis bahan
bakar) termasuk pembakaran biomassa secara tradisional[2][3]
Gas buang pabrik yang menghasilkan gas berbahaya seperti CFC
Sumber alami
Gunung berapi
Rawa-rawa
Kebakaran hutan
Denitrifikasi
Dalam kondisi tertentu, vegetasi dapat menghasilkan senyawa organik volatil
yang signifikan yang mampu bereaksi dengan polutan antropogenik membentuk
polutan sekunder[4]
Sumber-sumber lain
Transportasi
Kebocoran tangki gas
Gas metana dari tempat pembuangan akhir sampah
Uap pelarut organik
Karbon monoksida
Oksida nitrogen
Oksida sulfur
CFC
Hidrokarbon
Senyawa organik volatil[5]
Partikulat[6]
Radikal bebas[7][8]
Dampak
Dampak kesehatan
Substansi pencemar yang terdapat di udara dapat masuk ke dalam tubuh melalui
sistem pernapasan. Jauhnya penetrasi zat pencemar ke dalam tubuh bergantung
kepada jenis pencemar. Partikulat berukuran besar dapat tertahan di saluran
pernapasan bagian atas, sedangkan partikulat berukuran kecil dan gas dapat
mencapai paru-paru. Dari paru-paru, zat pencemar diserap oleh sistem peredaran
darah dan menyebar ke seluruh tubuh.
Dampak kesehatan yang paling umum dijumpai adalah ISNA (infeksi saluran
napas atas), termasuk di antaranya, asma, bronkitis, dan gangguan pernapasan
lainnya. Beberapa zat pencemar dikategorikan sebagai toksik dan karsinogenik.
Diperkirakan dampak pencemaran udara di Jakarta yang berkaitan dengan
kematian prematur, perawatan rumah sakit, berkurangnya hari kerja efektif, dan
ISNA pada tahun 1998 senilai dengan 1,8 trilyun rupiah dan akan meningkat
menjadi 4,3 trilyun rupiah pada tahun 2015.[butuh rujukan]
Dampak terhadap tanaman
Tanaman yang tumbuh di daerah dengan tingkat pencemaran udara tinggi dapat
terganggu pertumbuhannya dan rawan penyakit, antara lain klorosis, nekrosis, dan
bintik hitam. Partikulat yang terdeposisi di permukaan tanaman dapat
menghambat proses fotosintesis.
Hujan asam
pH biasa air hujan adalah 5,6 karena adanya CO2 di atmosfer. Pencemar udara
seperti SO2 dan NO2 bereaksi dengan air hujan membentuk asam dan
menurunkan pH air hujan. Dampak dari hujan asam ini antara lain:
Mempengaruhi kualitas air permukaan
Merusak tanaman
Melarutkan logam-logam berat yang terdapat dalam tanah sehingga memengaruhi
kualitas air tanah dan air permukaan
Bersifat korosif sehingga merusak material dan bangunan
Efek rumah kaca disebabkan oleh keberadaan CO2, CFC, metana, ozon, dan N2O
di lapisan troposfer yang menyerap radiasi panas matahari yang dipantulkan oleh
permukaan bumi. Akibatnya panas terperangkap dalam lapisan troposfer dan
menimbulkan fenomena pemanasan global.
Dampak dari pemanasan global adalah:
BAB III
DESKRIPSI KEGIATAN
3.1 Pengeboran
3.1.1 Pencarian sumber minyak
Pengeboran untuk mengambil minyak bumi (dan gas alam) di lepas pantai
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
Menanam jalur pipa di dasar laut dan memompa minyak (dan gas
alam) ke daratan. Cara ini digunakan apabila jarak ladang minyak
cukup dekat ke daratan.
3.1.2
3.1.3
Pengiriman ke pengolahan
Terdapat 2 jenis kegiatan usaha di industri migas yakni usaha inti (core
business) dan usaha penunjang (non core business). Usaha inti terdiri
dari kegiatan hulu dan hilir, sementara usaha penunjang terdiri dari jasa
penunjang/services dan industri penunjang.
Kegiatan Hulu
Kegiatan eksplorasi adalah kegiatan yang bertujuan memperoleh informasi
mengenai kondisi geologi untuk menemukan dan memperoleh perkiraan cadangan
migas di Wilayah Kerja yang ditentukan, sedangkan kegiatan eksploitasi
merupakan rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk memproduksi migas yang
terdiri atas pengeboran dan penyelesaian sumur, pembangunan sarana
pengangkutan, penyimpanan, dan pengolahan untuk pemisahan dan pemurnian
Minyak dan Gas Bumi di lapangan serta kegiatan lain yang mendukungnya.
Kegiatan Hilir
Pengangkutan
Adalah kegiatan pemindahan Minyak Bumi, Gas Bumi, dan/atau hasil
olahannya dari Wilayah Kerja atau dari tempat penampungan dan Pengolahan,
termasuk pengangkutan Gas Bumi melalui pipa transmisi dan distribusi.
Penyimpanan
Adalah kegiatan penerimaan, pengumpulan, penampungan, dan
pengeluaran Minyak Bumi dan/atau Gas Bumi, Bahan Bakar Minyak, Bahan
Bakar Gas, dan atau hasil olahan pada lokasi diatas/dibawah tanah untuk tujuan
komersial, misalnya depot dan tangki timbun terapung (floating storage).
Niaga
meliputi kegiatan pembelian, penjualan, ekspor, impor Minyak Bumi,
Bahan Bakar Minyak, Bahan Bakar Gas dan/atau Hasil Olahan, termasuk gas
melalui pipa. Untuk Kegiatan Usaha Niaga dibagi menjadi 2 macam yaitu:
1. Usaha Niaga Umum (Wholesale) yaitu suatu kegiatan usaha
pembelian, penjualan, ekspor dan impor Bahan Bakar Minyak
(BBM), Bahan Bakar Gas (BBG), Bahan Bakar Lain (BBL) dan
Hasil Olahan dalam skala besar yang menguasai atau memiliki
fasilitas dan sarana niaga dan berhak menyalurkannya kepada
semua pengguna akhir dengan menggunakan merk tertentu.
2. Usaha
Niaga
Terbatas (Trading) merupakan
usaha
penjualan (Trading) produk-produk niaga migas dalam hal ini
adalah Minyak Bumi, BBM, BBG, BBL, Hasil Olahan, Niaga gas
bumi yang tidak memiliki fasilitas dan Niaga terbatas LNG.
Jasa Penunjang (Services)
Adalah kegiatan usaha jasa layanan dalam kegiatan usaha hulu dan
kegiatan usaha usaha hilir. Kegiatan Jasa Penunjang meliputi Jasa Konstruksi
Migas dan Jasa Non-Konstruksi Migas. Pada Jasa Konstruksi Migas terdiri dari
Jasa Perencanaan (design engineering),Pelaksanaan (EPC, Instalasi dan
PLATFORM
WELLHEAD
CASING
TUBING
BAB IV
PEMBAHASAN
laut mati.Para nelayan yang menggantungkan hidup dari mencari ikan di laut tidak
bisa meraih hasil tangkapan, ujarnya.
Karim menjelaskan, minyak dan air laut tidak bisa menyatu.Karena berat masanya
lebih ringan.Akibat ini pula minyak yang mengambang menutupi permukaan laut
sehingga karang-karang sebagai tempat tinggal dan sumber makanan ikan mati.
Seperti yang terjadi di Balikpapan. Akibat tumpahan minyak selama enam bulan
nelayan di sana tidak bisa mencari ikan. Ini karena tumpahan minyak yang mereka
kenal Lantung, katanya.Menurut Karim, wilayah yang paling rentan dari
pencemaran lingkungan akibat tumpahan minyak adalah di masyarakat
pesisir.Sebab 70 persen pengeboran minyak ada di lepas pantai.Selain itu, jalur
laut yang biasa dilalui kapal-kapal tanker yang mengangkut berjuta-juta ton barel
minyak, seperti di wilayah Selat Malaka dan Teluk Jakarta.
Pencemaran lingkungan yang harus bertanggung jawab adalah
Kementerian Perhubungan, Kementerian Kelautan dan Kementerian Lingkuhan
Hidup (KLH), Kementerian Perindustrian dan Perdagangan, DKP, TNI AL,
Pertamina dan pemerintah daerah. Mereka menjadi ujung tombak dalam
pencegahan dan penanggulangan polusi laut.Banyak kasus-kasus seperti ini hanya
menjadi catatan pemerintah tanpa penanggulangan tuntas. Contohnya adalah
kasus pencemaran di Teluk Jakarta dan Kepulauan Seribu.Diketahui pencemaran
ini sudah terjadi sejak 2003 dan dalam kurun waktu 2003-2004 tercatat
berlangsung 6 kali kejadian.Namun sampai saat ini pemerintah belum mampu
mengangkat kasus ini ke pengadilan untuk menghukum pelaku apalagi membayar
ganti rugi kepada masyarakat sekitar.Ini menunjukkan lemahnya koordinasi antar
instansi pemerintah dan kepolisian dalam menuntaskan kasus.Harus diakui
Indonesia tertinggal dari negara-negara lain dalam hal pencegahan dan
penanggulangan bencana tumpahan minyak di laut.
Sebagai contoh tumpahan minyak di Teluk Meksiko.Pemerintah Amerika Serikat
dengan tegas meminta ganti rugi kepada perusahaan yang bertanggung jawab,
mereka pun patuh, ujarnya.Yang terjadi di Indonesia sebaliknya.Mereka tidak
bisa menindak tegas bahkan menghitung kerugian, mulai dari jumlah ikan yang
mati, kerugian nelayan dan kerugian meteril lainnya.Kasus tumpahan minyak
Cevron di Balikpapan misalnya, justru masyarakat yang pro aktif.Mereka yang
melakukan pengawasan lingkungan laut.Karena mereka menggantungkan hidup di
sana, ujarnya.Karim menegaskan, tumpahan minyak kian waktu menjadi
kekhawatiran seluruh lapisan masyarakat atas ketersediaan lahan hidup bagi
warga pesisir.Karena itu kegiatan monitoring dan kontrol menjadi sangat penting
untuk mencegah dan menanggulangi bahaya pencemaran laut dari tumpahan
minyak.
Kasus kebocoran ladang minyak dan gas di lepas pantai memang telah menjadi
sesuatu yang akrab di telinga kita, terakhir terjadi di Laut Timor pada 21 Agustus
2009 pukul 04.30 WIB oleh operator kilang minyak PTTEP Australia yang
berlokasi di Montara Welhead Platform (WHP), Laut Timor atau 200 km dari
Pantai Kimberley, Australia. Kejadian seperti ini merupakan yang kesekian
kalinya terjadi di perairan Indonesia, tercatat sampai tahun 2001, telah terjadi 19
peristiwa tumpahan minyak di perairan Indonesia (Mukhtasor, 2007). Tumpahan
minyak tersebut telah memasuki wilayah perairan Nusa Tenggara Timur (NTT)
sejauh 51 mil atau sekitar 80 km tenggara Pulau Rote.
tersebut. Jadi sebelum tahun 1970 masalah Maritime Pollution baru pada tingkat
prosedur operasi.
Pada 1967 terjadi pencemaran terbesar, ketika tanker Torrey Canyon yang kandas
di pantai selatan Inggris menumpahkan 35 juta gallons crudel oil dan telah
merubah pandangan masyarakat International di mana sejak saat itu mulai
dipikirkan bersama pencegahan pencemaran secara serius. Sebagai hasilnya
adalah International Convention for the Prevention of Pollution from Ships pada
1973 yang kemudian disempurnakan TSPP (Tanker Safety and Pollution
Prevention ) Protocol pada 1978 dan konvensi ini dikenal dengan nama MARPOL
1973/1978.Konvensi ini berlaku secara International sejak 2 Oktober 1983. Isi dan
teks dari MARPOL 73/78 sangat komplek dan sulit dipahami bila tanpa ada usaha
mempelajari secara intensif.Implikasi langsung terhadap kepentingan lingkungan
Maritim dari hasil pelaksanaannya memerlukan evaluasi berkelanjutan baik oleh
pemerintah maupun pihak industri suatu negara.
Sebagai contoh Jepang, dalam hal pencegahan dan penanggulangan bencana
tumpahan minyak di laut, antara birokrasi, LSM, institusi penelitian dan
masyarakat telah terintegrasi dengan baik. Kasus kandasnya kapal tanker milik
Rusia Nakhodka (13.157 ton bermuatan 19.000 kilo liter heavy oil) pada Januari
1997, sebagai bukti keberhasilan negara tersebut dalam penanggulangan
tumpahan minyak. Mereka bekerja sama saling membantu dalam penanggulangan
bencana ini. Hanya dalam waktu 50 hari seluruh tumpahan dapat diselesaikan.
Pencemaran laut diartikan sebagai adanya kotoran atau hasil buangan aktivitas
makhluk hidup yang masuk ke daerah laut.Pencemaran lingkungan laut
merupakan masalah yang dihadapi oleh masyarakat bangsa-bangsa.Pengaruhnya
dapat menjangkau seluruh aktifitas manusia di laut dan karena sifat laut yang
berbeda dengan darat, maka masalah pencemaran laut dapat mempengaruhi semua
negara pantai baik yang sedang berkembang maupun negara-negara maju,
sehingga perlu disadari bahwa semua negara pantai mempunyai kepentingan
terhadap masalah pencemaran laut. Sumber dari pencemaran laut ini antara lain
adalah tumpahan minyak, sisa damparan amunisi perang, buangan sampah dari
transportasi darat melalui sungai, emisi trasportasi laut dan buangan pestisida dari
pertanian. Namun, sumber utama pencemaran lebih sering terjadi pada tumpahnya
minyak dari kapal tanker.Hasil ekspoitasi minyak bumi diangkut oleh kapal tanker
ke tempat pengolahan minyak bumi (crude oil).Pencemaran minyak bumi dilepas
pantai bisa diakibatkan oleh sistem penampungan yang bocor, atau kapal yang
tenggelam yang menyebabkan lepasnya crude oil ke badan perairan (laut
lepas).Dampak dari lepasnya crude oil di perairan lepas pantai mengakibatkan
limbah tersebut dapat tersebar tergantung kepada gelombang air laut.Penyebaran
limbah tersebut dapat berdampak pada beberapa negara. Dampak yang terjadi
akibat dari pencemaran tersebut adalah tertutupnya lapisan permukaan laut yang
dapat menyebabkan penetrasi matahari berkurang, menyebabkan proses
fotosintesis terganggu, pengikatan oksigen terganggu, dan dapat menyebabkan
kematian.
Menurut Benny 2002, pencemaran minyak di laut berasal dari:
1. Operasi Kapal Tanker
2. Docking (Perbaikan/Perawatan Kapal)
3. Terminal Bongkar Muat Tengah Laut
4. Tanki Ballast dan Tanki Bahan Bakar
a. Pengeboran di laut
Pada umumnya, pengeboran minyak bumi di laut menyebabkan terjadinya
peledakan (blow aut) di sumur minyak.Ledakan ini mengakibatkan semburan
minyak ke lokasi sekitar laut, sehingga menimbulkan pencemaran.Contohnya,
ledakan anjungan minyak yang terjadi di teluk meksiko sekitar 80 kilometer dari
Pantai Louisiana pada 22 April 2010.Pencemaran laut yang diakibatkan oleh
pengeboran minyak di lepas pantai itu dikelola perusahaan minyak British
Petroleum (BP).Ledakan itu memompa minyak mentah 8.000 barel atau 336.000
galon minyak ke perairan di sekitarnya.
b. Tumpahan minyak
Tumpahan minyak di laut berasal dari kecelakaan kapal tanker.Contohnya
tumpahan minyak terbesar yang terjadi pada tahun 2006 di lepas pantai
Libanon.Selain itu, terjadi kecelakaan Prestige pada tahun 2002 di lepas pantai
Spanyol.Bencana alam seperti badai atau banjir juga dapat menyebabkan
tumpahan minyak.Sebagai contoh pada tahun 2007, banjir di Kansas
menyebabkan lebih dari 40.000 galon minyak mentah dari kilang tumpah ke
perairan itu.
1.
Metode Penanggulangan Tumpahan Minyak Di Laut
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam penanganan tumpahan minyak (oil
spill) di laut adalah dengan cara melokalisasi tumpahan minyak menggunakan
pelampung pembatas (oil booms), yang kemudian akan ditransfer dengan
perangkat pemompa (oil skimmers) ke sebuah fasilitas penerima reservoar baik
dalam bentuk tangki ataupun balon. Langkah penanggulangan ini akan sangat
efektif apabila dilakukan di perairan yang memiliki hidrodinamika air yang
rendah (arus, pasang-surut, ombak, dll) dan cuaca yang tidak ekstrem.Beberapa
teknik penanggulangan tumpahan minyak diantaranya in-situ burning, penyisihan
secara mekanis, bioremediasi, penggunaan sorbent dan penggunaan bahan kimia
dispersan. Setiap teknik ini memiliki laju penyisihan minyak berbeda dan hanya
efektif pada kondisi tertentu.
1.
In-situ burning adalah pembakaran minyak pada permukaan air sehingga
mampu mengatasi kesulitan pemompaan minyak dari permukaan laut,
penyimpanan dan pewadahan minyak serta air laut yang terasosiasi, yang
dijumpai dalam teknik penyisihan secara fisik. Cara ini membutuhkan
ketersediaan booms (pembatas untuk mencegah penyebaran minyak) atau barrier
yang tahan api. Beberapa kendala dari cara ini adalah pada peristiwa tumpahan
besar yang memunculkan kesulitan untuk mengumpulkan minyak dan
mempertahankan pada ketebalan yang cukup untuk dibakar serta evaporasi pada
komponen minyak yang mudah terbakar. Sisi lain, residu pembakaran yang
tenggelam di dasar laut akan memberikan efek buruk bagi ekologi.
2.
Cara kedua yaitu penyisihan minyak secara mekanis melalui dua tahap
yaitu melokalisir tumpahan dengan menggunakan booms dan melakukan
pemindahan minyak ke dalam wadah dengan menggunakan peralatan mekanis
yang disebut skimmer. Upaya ini terhitung sulit dan mahal meskipun disebut
sebagai pemecahan ideal terutama untuk mereduksi minyak pada area sensitif,
seperti pantai dan daerah yang sulit dibersihkan dan pada jam-jam awal
4.3 Emisi
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesipulan
http://migaswisnuadik.blogspot.com/2013/07/jenis-jenis-sumur-pemboran-dan-rig.html
file:///I:/offshore/Rig%20pengeboran%20%20Wikipedia%20bahasa%20Indonesia,%20ensiklopedia%20bebas.htm
file:///I:/offshore/Jenisjenis%20rig%20pengeboran%20offshore%20%20%20Gugus%20Syuhada.htm
file:///I:/offshore/Jenis%20-%20Jenis%20Pengeboran.htm
file:///I:/offshore/Anjungan%20lepas%20pantai%20%20Wikipedia%20bahasa%20Indonesia,%20ensiklopedia%20bebas.htm
http://yashinta18005.blogspot.com/p/makalah-tentang-pembuangan-limbah-cair.html
file:///I:/offshore/BAHAN%20BERBAHAYA%20DAN%20BERACUN%20%28%20B3
%20%29%20PADAT%20%20%20erza%20diego.htm
file:///I:/offshore/Pencemaran%20udara%20%20Wikipedia%20bahasa%20Indonesia,%20ensiklopedia%20bebas.htm
file:///I:/offshore/Penanganan%20Limbah%20Padat,%20Cair%20Dan%20Gas%20Dan%
20B3%20%20%20Suhaeri.htm
Dalam dunia perminyakan, macam-macam sumur terbagi menjadi tiga macam yaitu:
Sumur Eksplorasi (Wildcat) merupakan sumur yang dibor pertama kali untuk
menentukan keterdapatan minyak dan gas pada lokasi yang masih baru.
Sumur Konfirmasi (Confirmation Well), merupakan sumur yang digunakan untuk
memastikan apakah hidrokarbonnya cukup untuk dikembangkan. Sumur ini akan
maupun L.
Sumur Horizontal, merupakan sumur yang memiliki bagian yang berarah horizontal,
dan merupakan bagian dari sumur berarah.
Dalam pembuatan sumur dalam dunia perminyakan tidak dapat dilepaskan dari alat yang
dinamakan dengan Rig.Rig itu sendiri merupakan serangkaian peralatan khusus yang
digunakan untuk membor suatu sumur atau pengakses sumur.Rig itu dicirikan dengan adanya
menara yang terbuat dari baja yang dapat digunakan untuk menaikan dan menurunkan pipapipa tubular pada sumur.
Berdasarkan lokasinya. Rig itu sendiri terbagi atas dua macam, yaitu:
Rig Darat (Land Rig), merupakan rig yang beroperasi di daratan dan dibedakan atas rig
besar dan rig kecil. Pada rig kecil biasanya hanya digunakan untuk pekerjaan
sederhana seperti Well Service atau Work Over. Sementara itu, untuk rig besar bisa
digunakan untuk operasi pemboran, baik secara vertikal maupun direksional. Rig darat
ini sendiri dirancang secara portable sehingga dapat dengan mudah untuk dilakukan
pembongkaran dan pemasangannya dan akan dibawa menggunakan truk. Untuk
wilayah yang sulit terjangkau, dapat menggunakan heliportable.
Rig Laut (Offshore Rig), merupakan rig yang dioperasikan di atas permukaan air
seperti laut, rawa-rawa, sungai, danau, maupun delta sungai.
Dari Rig Laut (Offshore Rig) sendiri terbagi atas berbagai macam jenis berdasarkan
kedalaman air yaitu:
Swamp Barge: merupakan jenis rig laut yang hanya pada kedalaman maksimum 7
meter. Dan, sangat sering dipakai pada daerah rawa-rawa dan delta sungai. Rig jenis
ini dilakukan dengan cara memobilisasi rig ke dalam sumur, kemudian
ditenggelamkan dengan cara mengisi Ballast Tanksnya dengan air. Pada rig jenis ini,
proses pengeboran dilakukan setelah rig duduk didasar dan Spud Cannya tertancap
didasar laut.
Tender Barge, merupakan jenis rig laut yang sama dengan model Swamp Barge,
namun dipakai pada kedalaman yang lebih dalam lagi.
Jack Up Rig, rig jenis ini menggunakan platform yang dapat mengapung dengan
menggunakan tiga atau empat kakinya. Kaki-kaki pada rig ini dapat dinaikan dan
diturunkan, sehingga untuk pengoperasiannya semua kakinya harus diturunkan hingga
ke dasar laut. Kemudian, badan dari rig ini diangkat hingga di atas permukaan air dan
memiliki bentuk seperti platform. Untuk melakukan perpindahan tempat, semua
kakinya harus dinaikan dan badan rignya akan mengapung dan ditarik menggunakan
kapal. Pada operasi pengeboran menggunakan rig jenis ini dapat mencapai kedalaman
lima hingga 200 meter.
Drilling Jacket, merupakan jenis rig yang menggunakan platform berstruktur baja.
Pada umumnya memiliki bentuk yang kecil dan sangat cocok berada di laut dangkal
maupun laut tenang. Rig jenis ini sering dikombinasikan dengan RigJack
Up maupun Tender Barge.
Semi-Submersible Rig, jenis rig yang sering disebut semis ini merupakan model rig
yang mengapung (Flooded atau Ballasted) yang menggunakan Hullatau semacam
kaki. Rig ini dapat didirikan dengan menggunakan tali mooringdan jangkar agar
posisinya tetap diatas permukaan laut. Dengan menggunakanThruster (semacam
baling-baling) yang berada disekelilingnya, dan Ballast Control System, sistem ini
dijalalankan dengan menggunakan komputer sehingga rig ini mampu mengatur
posisinya secara dinamis dan pada level diatas air sesuai keinginan. Rig ini sering
dipakai jika Jack Up Rig tidak mampu menjangkau permukaan dasar laut. Karena jenis
rig ini sangat stabil, maka rig ini sering dipakai pada lokasi yang berombak besar dan
memiliki cuaca buruk, dan pada kedalaman 90 hingga 750 meter.
Drill Ship, merupakan jenis rig yang bersifat mobile dan diletakan di atas kapal laut,
sehingga sangat cocok untuk pengeboran di laut dalam (dengan kedalaman lebih dari
2800 meter). Pada kapal ini, didirikan menara dan bagian bawahnya terbuka ke laut
(Moon Pool). Dengan sistem Thruster yang dikendalikan dengan komputer, dapat
memungkinkan sistem ini dapat mengendalikan posisi kapalnya. Memiliki daya muat
yang lebih banyak sehingga sering dipakai pada daerah terpencil maupun jauh dari
daratan.
Berdasarkan fungsi-fungsi dari rig itu sendiri, dapat terbagi menjadi dua macam, yaitu:
Drilling Rig, merupakan rig yang digunakan untuk melakukan proses pemboran pada
sumur, baik sumur baru, cabang sumur baru, maupun memperdalam sumur lama.
Workover Rig, rig ini memiliki fungsi untuk melakukan penutupan sesuatu terhadap
sumur yang telah ada, misalnya berupa perawatan, perbaikan, penutupan, dan
sebagainya.
Komponen-komponen pada rig itu sendiri pada umumnya terbagi menjadi lima dalam
Rotary System, merupakan komponen dari rig yang berfungsi sebagai pemutar pipapipa di dalam sumur. Pada pemboran konvesional, pipa pemboran (Drill Strings)
memutar mata-bor (Drill Bit) untuk penggalian sumur.
Power System, komponen ini berupa sumber tenaga yang berfungsi untuk
menggerakan semua sistem di atas dan juga untuk suplai listrik. Sebagai sumber
tenaga, biasanya menggunakan mesin diesel berkapasitas besar. Pada sebuah rig
untuk Power Systemnya, tergantung dari ukuran dan kedalaman sumur yang akan di
capai, biasanya akan membutuhkan satu atau lebih Prime Mover. Pada rig besar
biasanya memiliki tiga atau empat buah, bersama-sama mereka membangkitkan tenaga
sebesar 3000 atau lebih Horsepower. Dan, tenaga yang dihasilkan juga harus dikirim
ke komponen rig yang lain.