You are on page 1of 40

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan


Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, penginderaan terjadi


melalui pancaindera manusia, yakni: indera panglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga. Pengetahuan tersebut di peroleh baik dari pengalaman langsung maupun
pengalaman orang lain.(4)
Menurut Notoatmojo pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan
sebagai dorongan psikis dalam menumbuhkan rasa percaya diri sehingga dapat
dilakukan bahwa pengetahuan merupakan stimulus terhadap tindakan seseorang.(4)
2.1.1

Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 (enam)

tingkatan, yaitu : (4)


1. Tahu (Know)
Tahu berarti kemampuan suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya,
termasuk mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah yang dapat diukur dengan kemampuan yang
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk mempelajari secara
benar tentang objek yang telah diketahui dan dapat meng interprestasiakan materi
tersebut.
3. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan suatu
materi yang telah dipelajari pada setiap situasi atau kondisi yang real
(sebenarnya).
4. Analisis (Analysis)
Analisis diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek kedalam komponen, tetapi di dalam suatu struktur orginisasi dan
mempunyai kaitan satu sama lainnya.
5. Sintesis (Syntesis)
Menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6. Evaluasi (Evaluating)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan penelitian terhadap suatu materi
atau objek.
2.1.2

Faktor - faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

1. Pendidikan
Pendidikan merupakan penuntun manusia untuk berbuat dan mengisi
kehidupannya yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi sehingga yang
dapat meningkatkan kualitas hidup. Sebagaimana umumnya semakin tinggi

pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi dan semakin


pengetahuan yang dimiliki sehingga penggunaan komunikasi dapat secara efektif
akan dapat melakukannya.(4)
2. Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan oleh seorang ibu, baik
yang hidup ataupun dalam keadaan meninggal. Paritas dapat digolongkan menjadi
3 (tiga) bagian yaitu : (4)
1) Golongan primipara adalah ibu dengan paritas 1 (satu)
2) Golongan multipara adalah dengan paritas 2 -5
3) Golongan grande multipara adalah ibu dengan paritas > 5
3. Sumber Informasi
a. Sumber Informasi dokumenter merupakan informasi yang berhubungan
dengan dokumen resmi maupun tidak resmi. Dokumen resmi adalah bentuk
dokumen yang diterbitkan yang berada dibawah tanggung jawab instansi
resmi. Dokumen tidak resmi adalah segala bentuk dokumen yang berada atau
menjadi tanggung jawab dan wewenang badan instansi resmi atau perorangan.
(4)

1) Sumber primer (sumber data tangan pertama) adalah sumber informasi


langsung berasal dari yang mempunyai wewenang/tanggung jawab terhadap
data tersebut.
2) Sumber sekunder adalah sumber informasi yang bukan dari tangan pertama.

b. Sumber Kepustakaan
Di dalam perpustakaan tersimpan berbagai bahan bacaan dan informasi dari
berbagai disiplin ilmu. Dari buku laporan penelitian, majalah, ilmiah jurnal.(4)
c. Sumber Informasi Lapangan
Sumber informasi lapangan diperoleh langsung dari objek dilapangan.
objeknya adalah orang yang berlangsung berkecimpung dengan hal hal
yang ingin diketahui.(4)
Sumber informasi akan mempengaruhi bertambahnya pengetahuan
seseorang tentang sesuatu hal sehingga informasi diperoleh dapat diadopsi secara
keseluruhan ataupun hanya sebagian.(4)
d. Media Elektronik
Sumber informasi yang diperoleh dari media elektronik yaitu seperti TV,
televisi, radio, internet.(4)
e. Media Cetak
Sumber informasi dari media cetak yaitu majalah, koran, tabloid.3
f. Sumber Informasi Tenaga Kesehatan
Sumber informasi yang diperoleh dari tenaga kesehatan : dokter, bidan,
perawat dan tenaga kesehatan lainnya.(4)

2.2

Tinjauan Umum tentang Sikap

2.2.1

Pengertian Sikap
Louis Thurstone, Rensis Likert dan Charles Osgood dalam Azwar,

menyampaikan bahwa sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan.
Sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah perasaan mendukung atau memihak

(favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable)


pada objek tertentu. Secara lebih spesifik, Thurstone sendiri memformulasikan
sikap sebagai derajat efek positif atau efek negatif terhadap suatu objek
psikologis.(5)
La Pierre dalam Azwar mendefinisikan sikap sebagai suatu pola perilaku,
tendensi atau kesiapan antisipasif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam
situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respons terhadap stimuli sosial
yang telah terkondisikan.(5)
Pengertian lain sikap disampaikan oleh Zimbardo dan Leippe merupakan
kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek dengan cara tertentu serta
merupakan respon evaluatif terhadap pengalaman kognitif, reaksi afektif,
kehendak dan perilaku. Sikap meliputi rasa suka tidak suka, mendekati atau
menghindari situasi, benda, orang, kelompok dan aspek lingkungan yang dapat
dikenal lainnya termasuk gagasan abstrak dan kebijakan sosial.(5)
Berdasarkan definisi atau pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
sikap merupakan tanggapan atau reaksi seseorang terhadap obyek tertentu yang
bersifat positif atau negatif yang biasanya diwujudkan dalam bentuk rasa suka
atau tidak suka, setuju atau tidak setuju.(5)
2.2.2 Struktur Sikap
Menurut Robbins dalam Makmuri struktur sikap terdiri dari tiga
komponen penting dan saling menunjang yaitu komponen kognitif (cognitive),
komponen Afektif (affective) dan komponen konatif (conative).(5)
Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh
individu. Komponen ini berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku
atau apa yang benar bagi obyek sikap dan hal ini sudah terpolakan dalam
pikirannya. Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek

10

emosional atau evaluasi. Pada umumnya reaksi emosional sebagai komponen


afektif banyak dipengaruhi oleh kepercayaan atau apa yang dipercayai sebagai
sesuatu yang benar dan berlaku bagi objek temaksud. Komponen konatif adalah
aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh
seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapi. Kaitan ini didasari oleh
asumsi bahwa kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi perilaku.
Kecenderungan berperilaku secara konsisten, selaras dengan kepercayaan dan
perasaan ini membentuk sikap individu. Konsistensi antara kepercayaan sebagai
komponen kognitif, perasaan sebagai komponen afektif, dengan tendensi perilaku
sebagai komponen konatif menjadi landasan dalam upaya menyimpulkan sikap
yang dicerminkan oleh jawaban terhadap skala sikap. Bentuk perilaku yang
mencerminkan komponen konatif tidak hanya dilihat secara langsung saja tetapi
juga meliputi bentuk-bentuk perilaku berupa pernyataan atau perkataan yang
disampaikan seseorang.(5)
Seperti halnya pengetahuan,

sikap

juga

mempunyai

tingkatan

berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut : (5)


1) Menerima, artinya seseorang menerima stimulus yang diberikan.
2) Menanggapi, artinya seseorang akan memberikan jawaban atau tanggapan
terhadap pertanyaan atau obyek yang dihadapi.
3) Menghargai, artinya seseorang memberikan nilai yang positif terhadap obyek
atau stimulus, dalam arti, mau membahas dengan orang lain bahkan
mempengaruhi orang lain untuk ikut merespons.
4) Bertanggungjawab, artinya seseorang yang telah mengambil sikap tertentu
berdasarkan keyakinannya dia harus berani menghadapi resikonya.
2.2.3 Pembentuk Sikap
Sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh
individu. Dalam interaksi sosial terjadi hubungan saling mempengaruhi diantara

11

individu yang satu dengan yang lain, terjadi hubungan timbal balik yang
mempengaruhi pola perilaku masing-masing individu. Individu bereaksi
membentuk pola sikap tertentu terhadap obyek psikologis yang dihadapi. Faktor faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap diantaranya adalah pengalaman
pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi
pendidikan atau agama dan faktor emosi dalam diri individu.(5)
Apa yang telah dan sedang dialami seseorang akan membentuk dan
mempengaruhi penghayatan seseorang terhadap stimulus, yang kemudian akan
membentuk sikap positif atau negatif. Di samping itu, orang-orang di sekitar kita
juga mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita anggap penting, seseorang
yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah dan pendapat kita,
akan mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. Penyampaian
pesan melalui media pun telah memberi dasar afektif pada seseorang dalam
menilai sesuatu sehingga terbentuklah sikap tertentu. Institusi pendidikan
memberikan dasar pengertian dan konsep moral sehingga mempunyai pengaruh
dalam pembentukan sikap seseorang.(5)
2.3

Tinjauan Umum tentang Kontrasepsi


Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah konsepsi atau terjadinya

kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen.
Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi
fertilitas.(6,7)
Metode-metode dengan efektivitas bervariasi yang saat ini digunakan
adalah : (6,7,8)

12

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Pantang berkala atau pantang berhubungan seksual di sekitar saat ovulasi.


Koitus interuptus.
Metode sawar ( barrier methods)
Kontrasepsi hormonal.
Alat kontrasepsi dalam rahim.
Menyusui.
Sterilisasi permanen.
Saat ini, berbagai kontrasepsi yang digunakan oleh pria dan wanita

disajikan bermacam-macam. Penyuluhan yang efektif, serta motivasi, jelas akan


mengurangi angka kegagalan yang tercantum tersebut. Wanita dewasa yang terus
menggunakan salah satu metode tersebut untuk jangka waktu panjang biasanya
memperlihatkan angka kegagalan yang sangat rendah. (7)

2.3.1

Pantang Berkala (Ritmik)


Secara ideal, pantang seks selama dan sekitar waktu ovulasi dapat

mencegah kehamilan, prinsipnya ialah tidak melakukan persetubuhan pada masa


subur istri, pasangan suami istri dilarang melakukan hubungan selama 6 hari
selama 1 bulan untuk mencegah konsepsi. Karena ovulasi seorang wanita sulit
untuk ditentukan secara pasti, maka diperlukan beberapa metode.(6,8,9,10,11,12,13)
Yang pertama adalah metode kalender, dengan metode ini periode pantang
berkala

ditentukan

dengan

perhitungan

kalender

berdasarkan

siklus

menstruasinya. Metode ini berpatokan pada: pembuahan bisa terjadi hanya 24 jam
setelah ovulasi; spermatozoa dapat bertahan hidup selama 48 jam setelah coitus
atau diejakulasikan; ovulasi terjadi pada hari ke 12 16 (14 2 hari) sebelum
haid selanjutnya.(6,8,9,10,11,12,13)

13

Yang kedua adalah metode irama suhu. Metode ini mengandalkan


perubahan suhu tubuh basal yaitu peningkatan menetap 0,4F (0,2C) pada pagi
hari yang biasanya terjadi tepat sebelum ovulasi. Sejak hari pertama kenaikan
suhu tersebut hingga hari ketiga pasangan suami-istri tidak dianjurkan untuk
melakukan aktivitas seksual.(6,8,9,10,11,12,13)
Yang ketiga adalah metode irama mukus serviks. Metode ini bergantung
pada kemampuan mengetahui perubahan pada jumlah dan konsistensi mukus
serviks dalam siklus haid. Aktivitas seksual tidak diperbolehkan selama 4 hari
setelahnya, hal ini disebut sebagai peak mucus day.(6,8,9,10,11,12,13)
Yang keempat adalah metode simpotermal. Metode ini mengkombinasikan
pemakaian metode kalender, metode irama suhu, dan metode irama mukus
serviks. Karena banyak hal yang harus diawasi, metode ini lebih sulit jika
dibandingkan dengan metode sebelumnya, sehingga aplikasinya masih sulit.
(6,8,9,10,11,12,13)

Keuntungan
Metode kalender atau pantang berkala mempunyai keuntungan sebagai
berikut: (6,8,9,10,11,12,13)
1. Metode kalender atau pantang berkala lebih sederhana.
2. Dapat digunakan oleh setiap wanita yang sehat.
3. Tidak membutuhkan alat atau pemeriksaan khusus dalam penerapannya.
4. Tidak mengganggu pada saat berhubungan seksual.
5. Kontrasepsi dengan

menggunakan metode

kalender dapat

menghindari

resiko kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi.

14

6. Tidak memerlukan biaya.


7. Tidak memerlukan tempat pelayanan kontrasepsi.
Kerugian
Sebagai metode

sederhana dan

alami, metode

kalender atau pantang

berkala ini juga memiliki keterbatasan, antara lain: (6,8,9,10,11,12,13)


1. Memerlukan kerjasama yang baik antara suami istri.
2. Harus ada motivasi dan disiplin pasangan dalam menjalankannya.
3. Pasangan suami istri tidak dapat melakukan hubungan seksual setiap saat.
4. Pasangan suami istri harus tahu masa subur dan masa tidak subur.
5. Harus mengamati sikus menstruasi minimal enam kali siklus.
6. Siklus menstruasi yang tidak teratur (menjadi penghambat).
7. Lebih efektif bila dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain.
Efektifitas
Metode kalender akan lebih efektif bila dilakukan dengan baik dan benar.
Sebelum menggunakan metode kalender ini, pasangan suami istri harus
mengetahui masa subur. Padahal, masa subur setiap wanita tidaklah sama. Oleh
karena itu, diperlukan pengamatan minimal enam kali siklus menstruasi. Selain
itu, metode ini juga akan lebih efektif bila digunakan bersama dengan metode
kontrasepsi lain. Berdasarkan penelitian metode kalender akan efektif tiga kali
lipat bila dikombinasikan dengan metode simptothermal. Angka kegagalan
penggunaan metode kalender adalah 14 per100 wanita pertahun. (6,8,9,10,11,12,13)
Hal yang dapat menyebabkan metode kalender menjadi tidak efektif
adalah: (6,8,9,10,11,12,13)

15

1.

Penentuan masa

tidak

subur didasarkan

pada

kemampuan

hidup

sel sperma dalam saluran reproduksi (sperma mampu bertahan selama 3 hari).
2.

Anggapan bahwa perdarahan yang datang bersamaan dengan ovulasi,


diinterpretasikan sebagai menstruasi. Hal ini menyebabkan perhitungan masa
tidak subur sebelum dan setelah ovulasi menjadi tidak tepat.

3.

Penentuan masa

tidak

subur tidak

didasarkan

pada siklus

menstruasi sendiri.
4.

Kurangnya

pemahaman

tentang

hubungan masa

subur

ovulasi dengan perubahan jenis mukus / lendir serviks yang menyertainya.


5.

Anggapan

bahwa

hari

pertama menstruasi dihitung

dari

berakhirnya perdarahan menstruasi. Hal ini menyebabkan penentuan masa


tidak subur menjadi tidak tepat.
2.3.2

Coitus Interuptus
Coitus interuptus atau pengeluaran penis dari vagina sebelum ejakulasi

adalah salah satu metode kontrasepsi lama. Dengan metode ini, sebagian besar
semen yang diejakulasikan di luar dari rongga vagina, sehingga akan mencegah
terjadinya fertilisasi. Akan tetapi tingkat kegagalan coitus interuptus cukup tinggi
dibandingkan dengan bentuk-bentuk kontrasepsi lainnya, hal ini dapat dikaitkan
dengan pengendapan semen (pra-ejakulasi) ke dalam vagina sebelum orgasme
atau pengendapan semen di dekat introitus setelah hubungan seksual. Penyebab
utama tingginya tingkat kegagalan coitus interuptus adalah sulitnya mengontrol
diri untuk menarik penis sebelum ejakulasi.(11,12,13)
Efektifitas

16

Metode coitus interuptus akan efektif apabila dilakukan dengan benar dan
konsisten. Angka kegagalan 4-27 kehamilan per 100 perempuan per tahun.
Pasangan yang mempunyai pengendalian diri yang besar, pengalaman dan
kepercayaan

dapat

Coitus interuptus

menggunakan

metode

memberikan manfaat baik

ini

menjadi

lebih

efektif.

secara kontrasepsi maupun

non kontrasepsi.(11,12,13)
Manfaat kontrasepsi
1.

Alamiah.

2.

Efektif bila dilakukan dengan benar.

3.

Tidak mengganggu produksi ASI.

4.

Tidak ada efek samping.

5.

Tidak membutuhkan biaya.

6.

Tidak memerlukan persiapan khusus.

7.

Dapat dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain.

8.

Dapat digunakan setiap waktu.

Manfaat non kontrasepsi


1.

Adanya peran serta suami dalam keluarga berencana dan kesehatan


reproduksi.

2.

Menanamkan sifat saling pengertian.

3.

Tanggung jawab bersama dalam ber-KB.

Keterbatasan
Metode coitus interuptus ini mempunyai keterbatasan, antara lain:

17

1.

Sangat

tergantung

dari

pihak pria dalam

mengontrol ejakulasi dan

tumpahan sperma selama senggama.


2.

Memutus kenikmatan dalam berhubungan seksual (orgasme).

3.

Sulit mengontrol tumpahan sperma selama penetrasi, sesaat dan setelah


interupsi coitus.

4.

Tidak melindungi dari penyakit menular seksual.

5.

Kurang efektif untuk mencegah kehamilan.

2.3.3

Metode Sawar (Barrier Methods)


Metode ini aman dipakai, cukup mudah didapatkan, dan cukup efektif bila

digunakan dengan benar, serta dapat mencegah penyebaran penyakit menular


seksual dan hepatitis B HIV/AIDS. Akan tetapi angka kegagalan tinggi yaitu 5-20
dari 100 wanita per tahun.
Metode ini terbagi atas beberapa jenis, kondom pria, kondom wanita,
diafragma, dan sumbat serviks (cervical cap): (6,8,9,10,11,12,13)
1) Kondom Pria
Kondom pria dibuat dari 3 bahan dasar, latex, polyurethan, dan jaringan
hewan. Kondom lateks adalah metode kontrasepsi yang paling efektif untuk
mencegah penularan infeksi menular seksual. Kondom dibuat dari jaringan hewan
seperti usus domba tidak mencegah penularan infeksi menular seksual, akan tetapi
kondom yang terbuat dari polyurethan dapat mencegah penularan, sayangnya
kondom polyurethan memperlihatkan angka kebocoran yang secara bermakna
lebih tinggi dibandingkan dengan kondom latex. Dalam penggunaannya kondom
sebaiknya tidak terlalu ketat, ujungnya harus lebih besar dari ujung penis sekitar

18

setengah inci untuk mengumpulkan cairan ajaculat dan juga harus diperhatikan
pada saat penarikan agar tidak menumpahkan cairan ejakulat.

Gambar 2.1 Kondom Pria (14)


2) Kondom Wanita
Kondom ini lembut, longgar dan memiliki dua cincin polyurethan
fleksibel. Satu cincin terletak di dalam vagina pada ujung luar serviks dan
berfungsi sebagai pelindung dan juga penahan. Cincin lainnya luar berada di luar
vagina, sehingga memberikan perlindungan terhadap labia dan pangkal penis
selama hubungan seksual. Kondom ini adalah alat yang penggunaannya satu kali
saja. Pemasangan oleh seorang profesional kesehatan tidak diperlukan, karena
dapat dilakukan sendiri.

Gambar 2.2 Kondom Wanita (15)


3) Diafragma

19

Diafragma vagina, yang berupa kubah karet sirkular dengan garis tengah
bervariasi dan diperkuat dengan cincin logam melingkar. Alat ini dimasukkan ke
dalam vagina sehingga serviks, forniks lateral, dan dinding vagina anterior
dipisahkan secara efektif dari bagian vagina lainnya dan penis. Apabila
ditempatkan dengan benar, cincin bagian superior akan terletak di forniks
posterior, dan cincin inferior terletak dengan bagian dalam simpisis pubis tepat di
bawah uretra. Apabila terlalu kecil, diafragmanya tidak akan mantap berada di
tempatnya. Apabila terlalu besar, akan menimbulkan rasa kurang nyaman saat
didorong masuk. Diafragma jangan dikeluarkan selama paling sedikit 6 jam
setelah hubungan seksual.

Gambar 2.3 Diafragma (16)


4) Sumbat Serviks
Sumbat serviks (cervical cap) berupa rongga bercincin, fleksibel
berbentuk mangkuk yang terbuat dari karet alami. Alat ini dipasang melingkari
pangkal serviks. Alat ini dapat dipasang sendiri dan dibiarkan di tempatnya
selama tidak lebih dari 48 jam. Sumbat serviks harus digunakan bersama dengan
spermatisida.(6,8,9,10,11,12,13)

20

Gambar 2.4 Sumbat Serviks (17)


2.3.4

Kontrasepsi Hormonal

1) Hormon Seks
Hormon seks dibagi dalam tiga kelompok besar, yaitu steroid seks,
gonadotropin, dan neurohormon. Hormon steroid seks berfungsi mengatur fungsifungsi organ reproduksi, baik pada perempuan maupun pada laki-laki, serta
berperan terhadap pembentukan sifat seks sekunder pada manusia. Hormon
steroid seks yang terpenting adalah estrogen, gestagen (progesteron), dan
androgen. Estrogen dan gestagen adalah hormon seks wanita yang dalam jumlah
kecil juga ditemukan pada laki-laki, sedangkan androgen adalah hormon seks lakilaki yang juga dalam jumlah kecil dijumpai pada perempuan.(18)
Estrogen dibagi menjadi dua jenis, yaitu estrogen alamiah dan sintetik.
Jenis estrogen alamiah terpenting adalah estradiol (E2), estriol (E3), dan estron
(E4). Untuk penghantaran dalam darah, estrogen diikat oleh protein yang khas,
yaitu Sex Hormone Binding Globulin (SHBG). Estrogen baru akan dapat bekerja
secara aktif setelah terlebih dahulu diubah menjadi estradiol. Estrogen dibentuk
tidak hanya pada fase folikuler, melainkan juga pada fase luteal oleh sel-sel yang
terdapat pada dinding folikel. Dalam jumlah yang sangat kecil estrogen

21

diproduksi juga oleh kelenjar suprarenal oleh jaringan lemak dan sistem saraf
pusat. Estrogen yang dibentuk di adrenal disebut juga sebagai estrogen residu.
Selain itu, estrogen dibentuk juga oleh plasenta, dan sel-sel Leydig testis. Pada
jaringan lemak dan sistem saraf pusat, estrogen yang terbentuk tersebut berasal
dari proses aromatisasi steroid seks yang lain. Pada wanita, estrogen memicu
pertumbuhan payudara. Pada endometrium, estrogen menyebabkan perubahan
proliferatif, sedangkan pada vagina, tuba, dan uterus estrogen akan meningkatkan
kemampuan kerja organ-organ tersebut. Di vagina, estrogen, terutama estradiol,
menyebabkan perubahan pada selaput lendir, memperbanyak sekresi, dan
meningkatkan kadar glikogen sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya
infeksi. Estradiol mengubah konsistensi lendir serviks, terutama pada saat
menjelang ovulasi, sehingga dapat meningkatkan perjalanan sperma dan
meningkatkan kelangsungan hidupnya. Estradiol mengatur kecepatan perjalanan
ovum dan mempersiapkan sperma dalam genitalia wanita agar dapat masuk ke
dalam pembungkus ovum (kapasitasi). Estrogen juga ikut berperan dalam
pengeluaran hormon gonadotropin. Dalam kehamilan, estrogen diproduksi oleh
plasenta dan berfungsi membantu adaptasi uterus terhadap embrio yang sedang
dalam pertumbuhan.(18)
Gestagen alamiah yang terpenting adalah progesteron, yang dihasilkan
oleh corpus luteum dan plasenta dalam kehamilan. Progesteron menyebabkan
perubahan sekretorik pada endometrium dan mengurangi kontraksi miometrium.
Perubahan

ini sangat

penting

bagi uterus

untuk mempersiapkan

dan

mempertahankan kehamilan. Pada serviks, progesteron meyebabkan perubahan

22

konsistensi lendir serviks menjadi lebih kental, sehingga sulit untuk ditembus oleh
sperma, menghambat kapasitasi sperma, menghambat perjalanan ovum dalam
tuba, apabila diberikan sebelum konsepsi, menghambat implantasi bila diberikan
sebelum ovulasi.(6,9,18)
2) Hormon yang Terdapat dalam Kontrasepsi
Kontrasepsi hormonal merupakan salah satu metode kontrasepsi yang
paling efektif dan reversibel untuk mencegah terjadinya konsepsi. Kebanyakan
jenis hormon yang terkandung dalam kontrasepsi hormonal adalah jenis hormon
sintetik, kecuali yang terkandung dalam depo medroksiprogesteron asetat (depo
MPA), yang jenis hormonnya adalah jenis progesteron alamiah. Kebanyakan
kontrasepsi hormonal diberikan secara oral (kontrasepsi oral). Sediaan yang
mengandung progesteron saja dapat berupa pil, depo dalam bentuk injeksi,
AKDR, atau implan. Kontrasepsi oral yang mengandung progesteron saja adalah
minipil.(6,8,9,10,11,13,18)
Estrogen alamiah seperti estradiol jarang digunakan sebagai bahan
kontrasepsi hormonal karena hormon jenis ini cepat sekali diserap oleh usus dan
mudah dihancurkan oleh hati. Agar tidak mudah dihancurkan oleh hati,
ditambahlah gugusan etinil pada C17 sehingga terbentuklah jenis estrogen sintetik
dengan nama etinilestradiol.(9,18)
Gestagen

adalah

hormon

steroid

yang

menyebabkan

terjadinya

transformasi sekretorik pada endometrium dan memiliki fungsi mempertahankan


kehamilan. Progesteron alamiah banyak digunakan untuk mempertahankan
kehamilan meskipun manfaatnya masih diragukan dan bahkan di beberapa negara

23

maju penggunaan progesteron alamiah dalam kehamilan sudah tidak dianjurkan


lagi.(18)
Seperti halnya estrogen alamiah, progesteron alamiah pun pada pemberian
peroral akan sangat mudah diserap oleh usus dan dimetabolisme oleh hati
sehingga jarang sekali digunakan sebagai kontrasepsi oral. Agar dapat digunakan
secara oral, maka dilakukan perubahan pada molekul progesteron dengan
menambah gugus ester, klor, atau gugus metil pada atom C17. Gestagen sintetik
yang umumnya digunakan dalam kontrasepsi oral dapat berasal dari turunan
progesteron dan turunan testosteron. Yang paling banyak digunakan sebagai
kontrasepsi oral maupun sebagai bagian dari kontrasepsi oral adalah progesteron
turunan testosteron yang disebut juga sebagai progesteron sintetik. Jenis-jenis
gestagen sintetik yang banyak digunakan adalah noretisteron, norgestrel,
levonorgestrel, desogestrel, gestoden, dienogest, norgestimat, klormadinon asetat,
sipprotero lasetat, medroksiprogesteron asetat, mifepriston, dan danasol.(8,9,10,12,13,18)
3) Kontrasepsi Hormonal
Kebanyakan kontrasepsi hormonal mengandung estrogen dan gestagen
sintetik, tetapi ada juga kontrasepsi hormonal yang mengandung gestagen saja.
Pemberiannya dapat berbentuk tablet dan berupa depo injeksi. Kontrasepsi oral
biasanya dikemas dalam satu kotak yang berisi 21 atau 22 tablet, dan sebagian
kecil ada yang berisi 28 tablet dengan 6 atau 7 tablet terakhir berupa plasebo
sehingga tidak perlu lagi masa istirahat 6 atau 7 hari. Minipil digunakan tanpa
masa istirahat yang terdiri dari 35 tablet. Sediaan estrogen-gestagen dibagi
menjadi kombinasi monofasik, yang bertingkat, dan sekuensial.(9,18)

24

Kontrasepsi hormonal yang mengandung komponen gestagen saja adalah


minipil, suspensi mikrokristal medroksiprogesteron asetat yang disuntikkan
intramuskular dengan lama kerja 3 bulan-depoestrogen-progesteron, noretisteron
enantat yang disuntik intramuskular dengan lama kerja 2-3 bulan, dan implan
dibawah kulit dengan lama kerja bertahun-tahun. (9,18)
4) Efek Kontrasepsi
Semua organ tubuh wanita yang berada dibawah pengaruh hormon seks
tentu dengan sendirinya akan dipengaruhi oleh kontrasepsi hormonal. Pada organorgan tersebut akan terjadi perubahan-perubahan tertentu, tergantung pada dosis,
jenis hormon, dan lama penggunaan. Pada endometrium terjadi perubahan
sekretorik dan penggunaan pil kombinasi monofasik jangka panjang dan dapat
menyebabkan atrofi endometrium, pembuluh darah tidak tumbuh lagi, atau dapat
dikatakan bahwa sediaan kombinasi menyebabkan endometrium tidak aktif.(18)
Kontrasepsi hormonal dengan dosis yang besar akan menambah jumlah
haid dan siklus haid yang tidak teratur, dapat pula terjadi pendarahan bercak dan
pada miometrium biasanya terjadi penebalan, terhadap serviks pemberian pil
sekuensial membuat lendir serviks jernih dengan viskositas yang rendah,
sedangkan pemberian pil kombinasi lendir serviks menjadi kental dan porsio
terlihat livid. Tidak jarang pula wanita mengeluh keputihan dan gatal-gatal selama
penggunaan kontrasepsi hormonal.(18)
2.3.5

Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

25

Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) merupakan metode unik untuk


mengendalikan kehamilan. Saat ini tersedia tiga macam AKDR yang sering
digunakan, berikut ini adalah jenis-jenis AKDR : (6,9,10,11,13,19)
1) Progestasert
Progestasert. Ko-polimer etilen vinil asetat berbentuk T ini memiliki
batang vertikal yang mengandung 38 mg progesteron dan barium sulfat dalam
dasar silikon. Alat ini mengeluarkan progesteron sekitar 65 g/hari ke dalam
rongga uterus selama 1 tahun. Jumlah ini tidak memengaruhi kadar progesteron
plasma. Alat ini memiliki panjang 36 mm dan lebar 32 mm, dan terdapat benang
hitam atau biru tua yang melekat ke pangkal batang. (9,10,11,13,19)

Gambar 2.5 Progestasert 20


2) AKDR Levonorgestrel
AKDR Levonergestrel. Alat ini serupa dengan progestasert, tatapi
mengandung levonergestrel. Alat ini berisi 52 mg levonergestrel dalam bentuk
polietillen T dengan ukuran 32 mm x 32 mm dan yang memiliki benang
monopilament vertikal di ujungnya.(9,10,11,13,19)

26

Gambar 2.6 AKDR Levonoegestrel (21)


3) Copper T 380A
Copper T 380A. Alat ini terdiri dari polietilen dan barium sulfat.
Batangnya dibalut oleh 314 mm2 kawat tembaga halus, dan kedua lengan masingmasing mengandung 33 mm2 gelang tembaga, sehingga total tembaga adalah 380
mm2. Dari pangkal batang menjulur 2 helai benang berwarna putih kekuningan.
(9,10,11,13,19)

Gambar 2.7 Coppert T 380A (22)


Ketiga alat ini yang kerjanya memberikan respon peradangan lokal intens,
terutama alat yang mengandung tembaga memicu aktifasi lisosom dan peradangan
yang bersifat spermisidal. Endometrium juga menjadi sangat tidak rama bagi
inflatasi sekalipun pembuahan dan transfor tuba sudah berhasil. (9,11,19)
Efek Samping Minor

27

Gabungan kontrasepsi hormonal mempengaruhi hampir setiap sistem


dalam tubuh. Kontrasepsi steroid dimetabolisme oleh hati dan mempengaruhi
metabolisme karbohidrat, lipid, plasma protein, asam amino, vitamin dan faktor
pembekuan.(9,11,19)
Banyak efek samping yang dilaporkan, khususnya sakit kepala,
penambahan berat badan dan kehilangan libido, adalah umum di kalangan wanita
tidak menggunakan kontrasepsi hormonal. Mereka mungkin berkaitan langsung
dengan kontrasepsi steroid termasuk retensi cairan, mual dan muntah, chloasma,
mastalgia dan pembesaran payudara. Semua kecuali chloasma (yang semakin
buruk dengan bertambahnya waktu) meningkat dalam waktu 3 sampai 6 bulan.
Dosis estrogen yang berbeda atau jenis progestogen atau cara pemberian yang
berbeda dapat membantu jika waktu saja tidak dapat memecahkan masalah. Untuk
wanita penggunan pil dengan keluhan mual yang persisten, menjadi indikasi
pemberian patch. Efek samping (nyata atau dirasakan) sering mengakibatkan
penghentian penggunaan; 73% wanita Inggris pada semua umur mengeluhkan
terjadinya penambahan berat badan sebagai suatu kelemahan dari penggunaan pil.
(9,11,19)

Penyakit Kardiovaskuler
Telah lama diketahui bahwa risiko terjadinya emboli deep-venous
thrombosisandpulmonary meningkat pada wanita yang menggunakan pil oral
kombinasi. Ini berhubungan dengan dosis estrogen, dan jumlahnya secara
substansial telah diturunkan dengan formulasi yang mengandung dosis rendah
estradiol ethinyl yaitu 20-35 g. Bahkan dengan risiko yang meningkat, kejadian

28

dengan menggunakan pil oral kombinasi hanya 3-4 per 10.000 perempuan per
tahun. Selain itu, risikonya lebih rendah dari taksiran kehamilan 5-6 per 10.000
wanita per tahun. Risiko terjadinya tromboemboli berkurang dengan cepat ketika
pil oral kombinasi dihentikan. (9,11,19)
Mereka yang paling berisiko untuk terjadinya trombosis vena dan emboli
ialah wanita dengan defisiensi protein C atau S. Faktor klinis lain yang
meningkatkan risiko trombosis vena dan emboli dengan menggunakan pil oral
kombinasi adalah hipertensi, obesitas, diabetes, merokok, dan gaya hidup kurang
gerak. Penggunaan kontrasepsi selama sebulan sebelum dilakukannya operasi
besar meningkatkan dua kali lipat risiko tromboemboli pasca operasi. The
American College of Obstetricians and Gynecologists (2007c) merekomendasikan
menyeimbangkan risiko tromboemboli dengan wanita dengan kehamilan yang
tidak diinginkan selama 4 sampai 6 minggu diperlukan untuk membalikkan efek
trombogenik dari pil oral kombinasi sebelum operasi. (9,11,19)
Penggunaan pil oral kombinasi meningkatkan resiko dari stroke iskemik
yang berlipat ganda, namun terjadinya resiko stroke perdarahan tetap tidak
berubah. Merokok dan hipertensi meningkatkan resiko stroke tiga sampai sepuluh
kali. Namun, stroke juga jarang terjadi pada wanita usia reproduksi. (9,11,19)
Neoplasia Ganas
Pil oral kombinasi dapat mengurangi resiko beberapa kanker dan dapat
juga meningkatkan resiko beberapa kanker lainnya pula. Sebagian besar data yang
didapat berhubungan dengan penggunaan pil oral kombinasi dengan dosis tinggi
estrogen dan progestin yang tinggi, namun penelitian menunjukkan bahwa sediaan

29

dosis yang lebih rendah juga cenderung memiliki efek yang sama pada resiko
kanker. (9,11,19)
Kanker Payudara
Analisis dari 54 studi menemukan terjadinya peningkatan resiko kanker
payudara yang kecil (resiko relatif = 1,24). Resiko kelebihan tersebut terjadi pada
wanita dengan penyakit lokal, dan terdapat penurunan nilai pada penyakit
metastatik. (9,11,19)
Pengamatan bahwa durasi penggunaan pil oral kombinasi tidak
meningkatkan resiko kanker payudara menyangkal berpendapat sebelumnya.
Resiko kanker payudara menghilang setelah 10 tahun penghentian penggunaan
pil. Dengan demikian, wanita yang menggunakan pil dari usia 15 sampai usia 35
tahun memiliki resiko kanker payudara yang sama pada usia 50 sebagai wanita
sebanding dengan wanita yang tidak pernah menggunakan pil oral kombinasi.
Karena insiden kanker payudara masih rendah pada usia saat menggunakan pil
oral kombinasi adalah hal yang umum, sehingga efek yang kecil akan
mempengaruhi jumlah wanita yang relatif kecil. Misalnya, di antara wanita yang
berhenti menggunakan pil oral kombinasi pada usia 25 tahun, resiko kumulatif
dari usia 25 sampai 34 tahun diperkirakan didiagnosis kanker yaitu 1 per 10.000
wanita. Pada wanita yang menghentikan penggunaan pil oral kombinasi pada usia
40, ketika tingkat insiden lebih tinggi, diperkirakan akan terjadi 19 kasus kanker
yang didiagnosis pada usia 40 sampai 49 tahun. (9,11,19)
Kanker Serviks

30

Data resiko kanker serviks pada pengguna pil juga sulit diinterpretasikan
karena metode penghalang memberikan perlindungan dan setiap hubungan yang
diidentifikasi dalam studi epidemiologi berhubungan juga dengan hasil
penyesuaian perilaku seksual yang buruk. 10 studi kasus meta-analisis baru-baru
ini, wanita infeksi yang persisten dari infeksi virus papiloma manusia (HPV) yang
menggunakan kontrasepsi hormonal (terutama kombinasi) lebih dari 5 tahun
memiliki resiko relatif kanker serviks yang meningkat dari 2.8. Penggunaan
kontrasepsi hormonal selama lebih dari 10 tahun meningkatkan resiko relatif
sampai 4.0. Jadi, meskipun adanya kekhawatiran bahwa perilaku seksual yang
buruk di kalangan wanita yang menggunakan metode kontrasepsi berbeda
mungkin menjadi pengganggu, bukti yang terjadi dijumlahkan dan didapatkan
adanya asosiasi yang berarti antara penggunaan pil oral kontrasepsi dengan kanker
serviks. (9,11,19)
Bukti saat ini menunjukkan peningkatan resiko adenokarsinoma antara
pengguna jangka panjang tetapi ini adalah tumor yang langka. (9,11,19)
Kanker Ovarium, Endometrium Dan Colon
Terdapat bukti yang substansial menggunakan pil oral kombinasi dapat
melindungi terhadap kanker ovarium dan kanker endometrium. Terdapat juga
pengurangan 50% risiko kanker ovarium epitelial setelah 5 tahun penggunaan pil
oral kombinasi. Efek perlindungan berlangsung selama setidaknya 10 tahun
setelah penggunaan pil dihentikan. Efeknya mungkin berhubungan dengan
pengurangan jumlah ovulasi, dan oleh karena itu terdapat kasus ruptur kapsul
ovarium. Penggunaan pil oral kombinasi juga mengurangi risiko kanker

31

endometrium. Efeknya sangat berhubungan dengan lamanya penggunaan


(pengurangan resiko 20% setelah 1 tahun, 50% setelah 4 tahun) dan tetap
berlanjut selama 15 tahun setelah berhenti minum pil KB. Terdapat juga beberapa
bukti yang menyatakan bahwa pil oral kombinasi mungkin juga memberi
perlindungan terhadap kanker colon. (9,11,19)
Infeksi
Ada data yang bertentangan mengenai peran pil oral kombinasi dengan
kandidiasis vulvovaginal yang episodik, walaupun laporannya menyatakan
jumlahnya lebih rendah dari vaginosis bakteri. Sebagian besar tetapi tidak semua
studi menunjukkan peningkatan laju infeksi Chlamydia trachomatis pada
pengguna pil oral kombinasi, tetapi tidak dengan Neisseria gonorrhoeae,
ditemukan bahwa pil oral kombinasi tidak menurunkan kejadian penyakit radang
panggul (PID) tetapi memodifikasi keparahan klinis. Beberapa tetapi tidak semua
studi menunjukkan bahwa pil oral kombinasi meningkatkan kerentanan terhadap
infeksi virus human immunodeficiency (HIV) dan perjalanan penyakitnya
2.3.6

Amenorrhea Laktasi
Peningkatan kadar prolaktin dan penurunan GnRH dari hipotalamus

selama menyusui dapat menekan proses ovulasi. Hal ini menyebabkan pelepasan
dan penghambatan pematangan folikel. Durasi penekanan ini bervariasi dan
dipengaruhi oleh frekuensi dan lamanya menyusui dan lamanya waktu sejak lahir,
yaitu 6 bulan setelah persalinan. Ibu tidak bisa menggunakan metode ini bila
bayinya hanya disusui selama 3 4 jam siang hari dan mendapat makanan
tambahan sebagai pendamping ASI.(9,10,11,13)

32

Menyusui eksklusif merupakan suatu metode kontrasepsi sementara yang


cukup efektif, selama klien belum mendapat haid dan waktunya kurang dari enam
bulan pasca persalinan. Efektifnya dapat mencapai 98%. MAL efektif bila
menyusui lebih dari delapan kali sehari dan bayi mendapat cukup asupan per
laktasi. (9,10,11,13)
Pada wanita pospartum konsentrasi esterogen, progesteron, dan prolaktin
(PRL) yang tinggi selama kehamilan turun secara drastis. Tanpa menyusui, kadar
gonadotropin meningkat pesat, konsentrasi PRL kembali ke normal dalam waktu
sekitar 4 minggu dan pada minggu ke-8 pascapartum, sebagian besar wanita yang
memberi susu formula pada bayinya memperlihatkan tanda-tanda perkembangan
folikel

dan

akan

berevolusi

tidak

lama

kemudian.

Sebaliknya, pada wanita yang menyususi, konsentrasi PRL tetap meninggi selama
pengisapan sering terjadi dan pada setiap kali menyusui terjadi peningkatan
sekresi PRL secara akut. Walaupun konsentrasi Follicle Stimulating Hormone
(FSH) kembali ke normal dalam beberapa minggu pascapartum, namun
konsentrasi Luteinizing Hormone (LH) dalam darah tetap tertekan sepanjang
periode menyusui. Yang penting, pola pulsasi normal pelepasan LH mengalami
gangguan dan inilah yang diperkirakan merupakan penyebab mendasar terjadinya
penekanan fungsi normal ovarium. Wanita yang menyusui bayinya secara penuh
atau hampir penuh dan tetap amenore memiliki kemungkinan kurang dari 2 %
untuk hamil selama 6 bulan pertama setelah melahirkan. (9,10,11,13)
Keuntungan
Untuk Bayi :

33

1. Mendapat kekebalan pasif (mendapat antibody perlindungan lewat ASI).


2. Sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk tubuh kembang bayi
yang optimal.
3. Terhindar dari keterpurukan terhadap kontaminasi dari air susu lain atau
formula atau alat minum yang dipakai.
Untuk Ibu :
1. Mengurangi resiko anemia
2. Meningkatkan hubungan psikologi ibu dan bayi
3. Menghemat pengeluaran keluarga untuk membeli susu formula.

Kekurangan:
1. Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam 30
menit pasca persalinan
2. Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial
3. Efektifitas tinggi hanya sampai kembalinya haid sampai dengan 6 bulan
4. Tidak melindungi terhadap IMS termasuk hepatitis B/HBV dan HIV/AIDS
Kontraindikasi :
1.
2.
3.
4.

Wanita pasca melahirkan yang sudah mendapat haid.


Wanita yang tidak menyusui secara eksklusif.
Wanita yang bekerja dan terpisah dari bayinya lebih dari 6 jam.
Wanita yang harus menggunakan metode kontrasepsi tambahan.

2.3.7

Sterilisasi Permanen
Sterilisasi secara bedah adalah bentuk kontrasepsi yang populer pada

pasangan usia reproduksi. Prosedur untuk melakukan sterilisasi telah terkenal


dalam beberapa tahun terakhir. Jutaan pasangan telah memilih sterilisasi untuk
mengontrol kesuburan mereka, sehingga menjadi metode kontrasepsi yang paling
sering digunakan. Permintaan untuk sterilisasi wanita secara dramatis meningkat,
dan sekarang prosedur pembedahan ketiga yang paling umum dilakukan pada

34

perempuan. Sterilisasi tuba merupakan prosedur yang relatif sederhana dan


merupakan metode aman dan efektif. Prosedur ini dapat dilakukan secara rawat
jalan atau rawat inap, baik menggunakan pendekatan perut, vagina, histeroskopi,
atau laparoskopi dan dapat dilakukan baik sebagai postpartum atau operasi
interval. pilihan prosedur tergantung pada fasilitas yang tersedia, waktu, dan
pengalaman ahli bedah. Namun sterilisasi bisa dilakukan tidak hanya pada wanita
saja, pada pria pun bisa dilakukan sterilisasi.(8,9,10,11,12,23)
1. Sterilisasi Pria
Metode ini dilakukan melalui insisi kecil di skrotum, lumen vas deferens
dirusak untuk menghambat perjalanan sperma dari testis dengan cara melakukan
ligasi atau pengikatan pada vas deferens. Prosedur ini biasanya dilakukan dalam
20 menit dengan menggunakan anastesi lokal. Teknik yang di lakukan adalah
teknik tanpa pisau (no-scalpel vasectomy). Pilihan kontrasepsi ini diindikasikan
pada pria yang tidak mau memiliki anak lagi. Kontraindikasi pada pria dengan
kelainan anatomi, hydroceles dan varicoceles, paska trauma yang menyebabkan
jaringan parut pada skrotum, atau infeksi akut pada kulit skrotum. (7, 8,9,10,23)

Gambar 2.8 Vasektomi (25)


Keuntungan :
35

1) Tidak akan mengganggu ereksi, potensi seksual, produksi hormon.


2) Perlindungan terhadap terjadinya kehamilan sangat tinggi. Dapat digunakan
seumur hidup.
3) Tidak menggangugu kehidupan seksual suami istri.
4) Tidak mengganggu produksi ASI (untuk kontap wanita).
5) Lebih aman (keluhan lebih sedikit)
6) Lebih praktis (hanya memerlukan satu kali tindakan)
7) Lebih efektif (tingkat kegagalannya sangat kecil)
8) Lebih ekonomis (hanya memerlukan biaya untuk sekali tindakan)
9) Tidak ada mortalitas/kematian.
10) Pasien tidak perlu dirawat di rumah sakit.
11) Tidak ada resiko kesehatan.
12) Tidak harus diingat-ingat, tidak harus selalu ada persediaan.
13) Sifatnya permanen.
Kerugian
1) Memerlukan operasi bedah
2) Prosedur ini hanya untuk pasangan yang sudah memutuskan untuk tidak akan
punya anak lagi.
3) Harus dengan tindakan pembedahan.
4) Harus memakai kontrasepsi lain (kondom) selama beberapa hari atau minggu
sampai sel mani menjadi negatif.
5) Tidak dapat dilakukan dengan orang yang masih ingin mempunyai anak lagi.
Efek Samping dan Komplikasi :

36

1)

Efek Samping :
a) Timbul rasa nyeri.
b) Abses pada bekas luka.
c) Hematoma atau membengkaknya kantung biji zakar karena pendarahan.

2)

Komplikasi :
a) Pendarahan
b) Peradangan bila sterilisasi/ alat proses kurang

2. Sterilisasi Wanita
Teknik-teknik yang sedang populer atau digunakan dalam sterilisasi wanita
ada beberapa macam yang akan diuraikan di bawah ini: (10,24,27)
a) Teknik Irving
Teknik ini merupakan prosedur yang paling kecil kemungkinan
kegagalannya. Prosedurnya berupa pemutusan tuba fallopi dan pemisahan tuba
bagian medial dari mesosalping secukupnya sehingga membentuk suatu segmen
medial tuba. Puntung distal dari medial tuba ditanam di dalam suatu terowongan
di miometrium di belakang uterus, dan ujung proksimal segmen tuba distal
ditanam dalam mesosalping.

37

Gambar 2.9 Teknik Irving (28)

b) Teknik Pomeroy
Ini adalah metode pemisahan tuba yang paling sederhana dan cukup
efektif. Untuk mengikat lengkung tuba harus digunakan catgut polos, karena dasar
ilmiah prosedur ini adalah absorpsi cepat ligasi dan kemudian pemisahan ujungujung tuba yang terpotong.

38

Gambar 2.10 Teknik Pomeroy (28)


c) Teknik Parkland
Teknik ini dirancang untuk menghindari aproksimasi ujung-ujung tuba
fallopi yang dipotong seperti pada teknik Pomeroy. Dibuat sebuah insisi kecil di
dinding abdomen infraumbilikus. Tuba fallopi diindentifikasi dengan menjepit
bagian tengah dengan sebuah klem Babcock dan memastikannya melalui
identifikasi langsung fimbria di bagian distal. Hal ini mencegah kesalahan
identifikasi ligamentum rotundum sebagai bagian tengah tuba fallopi. Apabila
secara tidak sengaja tuba fallopi terjatuh, prosedur identifikasi harus diulang
kembali dari awal.
Kemudian dilakukan perforasi di tempat avaskular di mesosalping dekat
tuba fallopi dengan sebuah hemostat kecil, dan rahang hemostat dibuka untuk
memisahkan tuba fallopi dan mesosalping di dekatnya sepanjang sekitr 2,5 cm.
Tuba fallopi yang sudah dibebaskan diikat di bagian proksimal dan distal dengan
benang kromik 0, dan segmen ditengah sekitar 2 cm dieksisi dan diperiksa untuk
melihat ada tidaknya perdarahan.

39

Gambar 2.11 Teknik Parkland (29)


d) Teknik Madlener
Teknik ini serupa dengan teknik Pomeroy, tetapi lengkung tuba
dihancurkan dan diligasi dengan benang yang tidak dapat diserap dan tidak
dilakukan reseksi.

Gambar 2.12 Teknik Madlener(30)


Keuntungan
1) Tekniknya mudah sehingga dapat dilakukan oleh dokter umum di rumah sakit

kabupaten atau puskesmas dengan perlengkapan dan peralatan bedah


sederhana.
2) Dapat dilakukan pasca persalinan, pasca keguguran, dan masa interval;

indikasi kontra yang mutlak tidak banyak; dilakukan dengan anestesi local
atau kombinasi dengan analgesia neuroleptik; prosedur dilakukan tanpa
tinggal di rumah sakit.
3) Luka pembedahan hanya kecil sehingga ketakutan akan pembedahan kurang,

parutnya kecil sehingga dapat diterima dari segi kosmetik.

40

4) Waktu pembedahan singkat, kegagalan teknik rendah.


5) Angka kegagalan pembedahan tubektomi rendah.

Kerugian
1) Pemberian anestesi yang kurang memadai;
2) Obesitas berlebihan sehingga irisan atau luka pembedahan tidak kecil lagi;
3) Adanya perlengketan yang tidak diduga sebelum melakukan pembedahan.

Komplikasi
Komplikasi pembedahan tubektomi minilap jarang terjadi, walaupun demikian
tindakan ini haruslah dilakukan dengan hati-hati karena merupakan pembedahan
intraperitoneal maka harus siap sedia untuk mengatasi komplikasi yang mungkin
terjadi.
1) Komplikasi pada waktu pembedahan: Perforasi rahim karena pemasangan atau
sewaktu memutar elevator rahim; perlukaan kandung kemih jika irisan supra
pubik terlalu rendah; perlukaan usus (sangat jarang); perdarahan biasanya
akibat robeknya mesosalping; komplikasi anestesi; dan syok;
2) Komplikasi pasca pembedahan tubektomi; rasa nyeri, hematoma subkutan,
infeksi pada luka irisan atau abses, luka pembedahan terbuka, dan perdarahan
intra abdominal.

41

2.4

Kerangka Teori

Pendidikan
Paritas
Sumber Informasi

Pengetahuan

Pengalaman
Orang Lain yang
dianggap Penting
Media Massa
Pendidikan atau
Agama
Emosi
Sikap

Kontrasepsi

Pantang Berkala
Coitus Interuptus
Metode Sawar (Barrier)
Hormonal
AKDR (IUD)
Amenorrhea Laktasi
Sterilisasi Permanen (Pembedahan)

Gambar 2.13
Kerangka Teori

42

2.5

Kerangka Konsep
Yang menjadi kerangka konsep pada penelitian Pengetahuan dan Sikap

Ibu Tentang Kontrasepsi adalah Pengetahuan dan Sikap Ibu sebagai variabel
independen, dan variabel dependen yaitu kontrasepsi. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar berikut ini
Gambar 2.14
Kerangka Konsep
VARIABEL INDEPENDENT

VARIABEL DEPENDENT

PENGETAHUAN

KONTRASEPSI
SIKAP IBU
2.6

Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

Variabel penelitian yang akan diteliti sebagai berikut :


1. Kontrasepsi merupakan upaya untuk mencegah konsepsi atau terjadinya
kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen.
Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi
fertilitas.

43

2. Pengetahuan
Definisi :
Apa yang diketahui responden mengenai kontrasepsi, metode metode dalam
kontrasepsi, keuntungan dan kerugian dari masing masing metode dalam
kontrasepsi.
Alat Ukur : Kuisioner
Cara Ukur : Subjek menjawab pertanyaan yang diberikan dan dinilai dengan
angka.
Penilaian tingkat pengetahuan tentang kontrasepsi diperoleh dari 10 nomor
soal yang disajikan dalam bentuk kuesioner. Untuk jawaban benar bernilai 1
dan untuk jawaban salah bernilai 0 sehingga skor maksimalnya adalah 10.
Kriteria Objektif :
Menurut (Arikunto, 2007) mengemukakan bahwa untuk mengetahui tingkat
pengetahuan yang dimiliki oleh seseoreng dapat dibagi menjadi empat
tingkatan yaitu : (31)
a. Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 76 100% dengan jumlah
nilai 8 10 dari 10 pertanyaan.
b. Tingkat pengetahuan cukup bila skor atau nilai 56 75% dengan jumlah
nilai 6 7 dari 10 pertanyaan.
c. Tingkat pengetahuan kurang bila skor atau nilai 40 55% dengan jumlah
nilai 4 5 dari 10 pertanyaan.
d. Tingkat pengetahuan buruk bila skor atau nilai < 40% dengan jumlah nilai
<4 dari 10 pertanyaan.

44

3. Sikap
Definisi :
Reaksi responden terhadap keuntungan dan kerugian dari masing masing
metode dalam kontrasepsi.
Alat Ukur : Kuisioner
Cara Ukur : Subjek menjawab pertanyaan yang diberikan dan dinilai dengan
angka.
Penilaian terhadap sikap tentang kontrasepsi diperoleh dari masing-masing 10
pertanyaan dan nilai yang diberikan tergantung dari jawaban responden
dimana :
Setuju
= 1
Tidak setuju
= 0
Sehingga skor tertingi yang dicapai responden adalah 10.
Kriteria objektif:
a. Sikap dianggap baik jika skor jawaban yang dimiliki responden lebih dari
55 % - 100 % dengan jumlah nilai lebih dari 5 atau sama dengan 5 dari 10
pertanyaan.
b. Sikap dianggap buruk jika skor dari jawaban yang dimiliki responden <55
%

dengan

jumlah

nilai

kurang

dari

dari

10

pertanyaan.

45

You might also like