You are on page 1of 40

MAZHAB FIQH

MAZHAB FIQH

PENGERTIAN MADZHAB
Bahasa:

= pergi
= tempat pergi.
Istilah:
Pendapat, kelompok, aliran, yg bermula dr pemikiran/
ijtihad seorang Imam dlm memahami sesuatu
(filsafat, fiqh, teoogi, politik, dll).

Pemikiran ini kemudian diikuti oleh kelompok atau


pengikut & dikembangkan menjadi suatu aliran,

SEBAB-SEBAB PERBEDAAN
PENDAPAT ULAMA
Lahirnya Mazhab-mazhab:
1.
Perbedaan pemikiran
2.
Ketidakjelasan masalah yg menjadi tema
permasalahan
3.
Perbedaan kecenderungan
4.
Perbedaan cara pandang
5.
Krn mengikuti pendahulunya (taqlid)
6.
Perbedaan kemampuan
7.
Masalah kepemimpinan dan cinta kpd
penguasa
8.
Fanatisme kelompok yg berlebihan

MADZHAB-MADZHAB FIKIH
1. Hanafi
2. Maliki
3. Syafi`I
4. Hanbali

SUNNI

5.Jafari

SYIAH

Mazhab lain:

Zhahiriyyah
Dll.

IMAM HANAFI
(80-150 H/ 660-728 M)
Lahir
: Kufah
Wafat
: Baghdad
Penghidupan : Berdagang
PENDIDIKAN:

Hafal Al-Quran usia 6 th, berguru kpd Imam


Ashim

Belajar hadits dan fiqh kepada para pakar


terkemuka waktu itu.

Bidang fiqh kepada:


Secara Khusus kpd:
Hammad bin Abi Sulaiman yang murid
Ibrahim al-Nakha`i.

AKHLAK SERTA KEPRIBADIANNYA:

Ia seorang zahid.
Berakhlak mulia
Ahli ibadat
Tidak tertarik pada jabatan-jabatan
kenegaraan.

DASAR-DASAR istinbath
(Cara Menetapkan Hukum):

Al-Quran
Sunnah
Ijma`
Qiyas
Istihsan, dan adat yang berlaku di
kalangan umat Islam

Murid-murid yg Terkenal
1. Abu Yusuf (113 182 H.)
2. Muhammad bin al-Hasan al-Syaibani
(132 189 H.)
3. Zufar bin Hudzail (110 158 H.)
4. Ibnu Ziyad al-Lului

Daerah Penyebaran Mazhab Hanafi


Mesir,
Syria,
Libanon,
Turki,
Tunisia,
Turkistan,
India,
Pakistan,
Afghanistan,
Cina,
Rusia
dan Irak.

IMAM MALIK
(93-179 H./712 795 M.)
Lahir : di Madinah
Wafat : Madinah

PENDIDIKAN
Hafal al-Quran sejak anak-anak.
Ahli hadits dan fikih.
Banyak belajar dari ulama-ulama
terkemuka di Madinah, al:

Abdurrahman bin Hurmuz (guru I dan


terlama, bidang hadits).
Nafi` mawla Abdullah bin Umar ra (hadits).
Ibnu Syihab al-Zuhri (hadits).
Rabi`ah bin Abdirrahman (fiqh)

Murid-muridnya:
Imam Syafi`i yang menghafal kitab
al-Muwaththa karya Imam Malik
setelah menghafal al-Quran.

Dasar-dasar Mazhab Maliki:


1. Al-Quran
2. Sunnah (mendahulukan hadits
mutawatir kemudian hadits masyhur
dan hadits ahad)
3. Ijmak (seandainya tidak ada di dalam
al-Quran dan hadits shahih).
4. Qiyas
5. Mashalih mursalah (kemaslahatan)

Buku Karya Imam Malik:

Kitab al-Muwaththa, kitab hadits


yang disusun sesuai dengan bab-bab
fiqh.

Tempat-tempat tersebarnya mazhab Maliki


Andalusia (Spanyol), Afrika Utara,
Tunisia, Aljazair, Maroko, Mesir,
Palestina, Hijaz dll.

IMAM SYAFI`I
(150 H / 769 M - 204 H / 820 M.)
Lahir : di Gaza (Palestina)
Tempat tinggal:
Mekah (hingga berusia 20 th).
Madinah, belajar kpd Iamam Malik + 7 tahun.
Baghdad bertemu dengna murid-murid Imama Hanafi, juga ke
Persia, Turki, dan Palestina (+ 2 thn)
Kembali ke Madinah.
Yaman, diangkat menjadi wali daerah Najran
Di Yaman:
Berusia 30 th menikah dengan Hamidah bint NafiI (keturunan
Usman bin Affan)
Ditangkap oleh Khalifah Harun al-Rasyid karena difitnah
menyebarkan ajaran syiah, tetapi tidak terbukti, maka
dibebaskan.
Kembali ke Mekkah II (+ 17 th.)
Kembali ke Baghdad.
Ke Mesir (tempat penyebaran qawl jadid)) hingga wafat dlm usia
55 th.

PENDIDIKAN

hafal al-Quran dalam usia 7 tahun (sumber lain


9 tahun).
Hafal kitab al-Muwaththa karya Imam Malik
pada usia 10 tahun. Diangkat menjadi mufti (ahli
fatwa) dalam usia yang relatif muda yakni 20
tahun (sumber lain 15 tahun).
Di Mekah berguru pada guru besar Masjidil
Haram saat itu, Muslim bin Khalid al-Zanji,
di Madinah pada Imam Malik bin Anas.
Guru yg lain adalah Muslim bin Khalid (iImu fiqh)
kemudian Sufyan bin `Uyainah (ilmu hadits).

MURID

Imam Ahmad bin Hanbal (Imam mazhab


Hanbali).
Secara garis besar, mazhab Imam Syafi`i
terbagi dua, mazhab lama (qawl qadim) yang
tersebar di Irak dam mazhab baru (qawl jadid)
yang tersebar di Mesir.
Di Mesir, menyelesaikan kitab al-Risalah alUmm.Beliau disebut-sebut sebagai orang
pertama yang membukukan ilmu Ushul Fiqh
melalui karyanya al-Risalah.

Dasar-dasar mazhab
Imam Syafi`I:

Al-Quran
Sunnah
Ijma` ulama
Qiyas

Tempat-tempat penyebaran
mazhab Syafi`i:

Mesir, Syria, Yaman, Indonesia, Malaysia,


Hijaz (Mekah), Bahrein, Afrika Timur dan
sebagian Asia Tengah.

IMAM HANBALI

Ahmad bin Hilal bin Hanbal al-Syaibani


(241 H / 855 M- 164 H / 780 M)

lahir dan dibesarkan di Baghdad


wafat tahun Seorang faqih (ahli fiqh) dan
lebih popular sebagai muhaddits (ahli
hadits), juga seorang mujtahid (ahli dalam
ijtihad).

PENDIDIKAN:

Dididik kedua orangtuanya


Hafal al-Quran, pada usia 14 tahun

Bidang Fikih:

Mula-mula belajar fikih Madzhab Hanafi.


Belajar fiqh dan ushul fiqh dari Imam Syafi`i

Bidang Hadits:

Menerima hadits dari lapisan terkemuka ahli hadits seperti


Husyaim dan Sufyan bin `Uyainah. Di antara yang
meriwayatkan hadits dari Imam Ahmad adalah Imam
Bukhari dan Imam Muslim.
Menyusun Kitab hadits Musnad Imam Ahmad bin Hanbal

Murid-muridnya:

al-Atsram (penyusun kitab al-Sunnah fil


Fiqh)
Ahmad bin Muhammad bin Hajjaj alMarwazi
Ishaq bin Hanbal
dll.

Dasar-dasar mazhab Hanbali:

Nash (Quran dan Sunnah). w.


Fatwa-fatwa sahabat Rasulullah saw , jika tak
ada dalil yang jelas dalam Quran dan sunnah.
Fatwa sahabat yang lebih dekat kepada Quran
dan sunnah jika didapatkan bahwa pendapat
para sahabat tersebut saling bertentangan.
Hadits Mursal (hadits yang tidak menyebutkan
nama sahabat yang meriwayatkannya dari
Rasul saw) dan hadits dha`if yang tidak terlalu
lemah derajatnya. Kedua jenis hadits tersebut
bisa digunakan bila tak ada yang menolaknya.
Qiyas.

Daerah Penyebaran Mazhab ini


mayoritas ulama dan masyarakat Islam
di Saudi Arabia.
Baghdad
Syiria
Mesir
Dikembangkan oleh Ibn Taimiyyah, Ibn
Qayyim, Muhammad Abdul Wahhab dll.

CONTOH-CONTOH MASALAH
PERBANDINGAN MAZHAB

BERSENTUHAN (PRIA DAN


WANITA YANG BUKAN
MAHRAM)

Imam Syafi`i dan pengikutnya (al-Syafi`iyyah):


Jika bersentuhannya dengan tanpa alas/batas,
hukumnya membatalkan wudhu,
Pendapat Imam Malik dan sahabatnya (alMalikiyyah):
Jika bersentuhannya disertai kenikmatan,
membatalkan wudhu, baik dengan atau tanpa
alas/batas

Imam Abu Hanifah:


Tidak membatalkan wudhu baik dilakukan
dengan atau tanpa alas/batas, kecuali apabila
disertai dengan kenikmatan.
Pendapat Imam Ahmad bin Hanbal dan
sahabatnya (al-Hanabilah):
Bersentuhan membatalkan wudhu secara mutlak,
baik dengan telapak tangan atau punggungnya.

Sebab perselisihan pendapat:


Dasar ayat:

Dalam memahami kata ( )
dalam ayat ) dapat berarti:
menyentuh dengan tangan
arti hakiki
jima` (bersenggama)
Arti majazi
Ayat tersebut bersifat umum tetapi maknanya yang
khusus (mengsyaratkan adanya kenikmatan syahwat
seksual; bersentuhan yang desertai kenikmatan)
) ,
Dalil dari kaedah ushul fiqhnya adalah (
sesuatu yang umum tetapi yang dimaksudkan darinya
adalah makna yang khusus.

Ayat tersebut bersifat umum yang


dimaksud juga umum
Tidak mengsyaratkan adanya kenikmatan
syahwat seksual; bersentuhan meskipun
tidak disertai kenikmatan. Dalil dari
kaedah ushul fiqhnya () ,

sesuatu yang umum dan dimaksudkan


darinya suatu makna yang umum pula.

Kesimpulan (tarjih):
Menurut Imam Ibnu Rusyd:
pendapat yang terkuat adalah pendapat yang
mengatakan bahwa kata ( )berarti jima`
(bersenggama), karena Allah swt seringkali
dalam al-Quran mengungkapkan arti jima`
dengan ( ) dan ( ) , dan keduanya
berarti menyentuh.

MENYENTUH MUSHHAF ALQURAN

Pendapat ulama dari keempat mazhab


(Hanafiyah, Malikiyah, Syafi`iyah dan
Hanabilah):
disyari`atkan berwudhu` jika akan
menyentuh mushhaf alQuran demi menjaga kesuciannya.
Pendapat al-Zhahiriyah (Imam Daud alZhahiri dan pengikutnya):
tidak disyari`atkan berwudhu ketika
akan menyentuh al-Quran.

Sebab perselisihan
pendapat:
Perbedaan memahami kata
= )hamba-hamba yang
(
disucikan:
)
(
tiada yang menyentuhnya (alQuran) kecuali hamba-hamba
yang disucikan.

Ayat tersebut dalam bentuk


kalimat berita (khabar), namun
dapat berarti:

kalimat berita berkonotasi larangan,


atau
kalimat berita yang tidak berkonotasi
larangan.

Kesimpulan (tarjih):
Menurut pendapat Imam Ibnu Rusyd,

jika tidak didapatkan dalil yang dapat


menguatkan satu di antara dua
pendapat tersebut di atas, maka
hukumnya adalah kembali kepada
hukum asalnya yaitu boleh (al-baraah
al-ashliyyah).

You might also like