Professional Documents
Culture Documents
BIOLOGI LAUT
PLANKTON
OLEH :
KELOMPOK I
FITRIANI LAYUKAN
(H41112010)
SAKINAH JULIANTI F
(H41112275)
WIWIK ASPIANTI T
(H41112280)
SUCI ALFIAH
(H41112297)
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
BAB I
PENDAHULUAN
karena fitoplankton
sebagai
tumbuhan
produsen
sekunder
yang
membutuhkan
makanan
berupa
phytoplankton.
Untuk memahami lebih lanjut mengenai kehidupan plankton maka akan
dibahas lebih lanjut dalam makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Istilah plankton pertama kali digunakan oleh Victor Hensen direktur
Ekspedisi Jerman pada tahun 1889, yang dikenal dengan Plankton Expedition
yang khusus dibiayai untuk menentukan dan membuat sitematika organisme
laut, berasal dari bahasa Yunani planktos, yang berarti menghanyut atau
mengembara. Plankton adalah organisme renik yang melayang-layang dalam
air atau mempunyai kemampuan renang yang sangat lemah, pergerakannya
selalu dipengaruhi oleh gerakan masa air. Sebenarnya, plankton memiliki alat
gerak (misalnya flagelata dan ciliata) sehingga secara terbatas plankton akan
melakukan gerakan-gerakan tetapi gerakan tersebut tidak cukup mengimbangi
pergerakan air sekelilingnya, sehingga dikatakan bahwa gerakan plankton
sangat dipengaruhi oleh gerakan air (Djumanto, 2009).
Plankton merupakan organisme perairan pada tingkat trofik pertama
yang berfungsi sebagai penyedia energi. Secara luas plankton dianggap sebagai
salah satu organisme terpenting di dunia, karena menjadi bekal makanan untuk
kehidupan akuatik. Bagi kebanyakan makhluk laut, plankton adalah makanan
utama mereka. Plankton terdiri dari sisa-sisa hewan dan tumbuhan laut.
Ukurannya kecil saja. Walaupun termasuk sejenis benda hidup, plankton tidak
mempunyai kekuatan untuk melawan arus, air pasang atau angin yang
menghanyutkannya. Plankton hidup di pesisir pantai di mana ia mendapat
bekal garam mineral dan cahaya matahari yang mencukupi. Ini penting untuk
memungkinkannya terus hidup. Mengingat plankton menjadi makanan ikan,
tidak mengherankan bila ikan banyak terdapat di pesisir pantai. Itulah sebabnya
kegiatan menangkap ikan aktif dijalankan di kawasan itu. Penggerak utama
sistem kehidupan di bumi adalah energi matahari. Energi matahari kemudian
dimanfaatkan oleh organisme autotroph untuk membentuk bahan organik yang
akan dimanfaatkan oleh organisme herbivora. Fitoplankton merupakan
organisme autotroph utama dalam kehidupan di laut. Melalui proses
fotosisntesis yang dilakukannya, fitoplankton mampu menjadi sumber energy
bagi seluruh biota laut lewat mekanisme rantai makanan. Walaupun memiliki
ukuran yang kecil namun memiliki jumlah yang tinggi sehingga mampu
menjadi pondasi dalam piramida makanan di laut (Kasim, 2009).
B. Jenis-Jenis Plankton
Menrut nontji (2008), menyatakan bahwa penggolongn plankton Secara
fungsional, plankton digolongkan menjadi empat golongan utama, yaitu
fitoplankton, zooplankton, bakterioplankton, dan virioplankton. Berdasarkan
siklus hidupnya, plankton dapat dikenal sebagai Holoplankton yang seluruh
daur hidupnya bersifat planktonik, mulai dari telur, larva, hingga dewasa.
Contohnya adalah copepod, amfipod, salpa, kaetognat. Dan Meroplankton yang
sebagian hidupnya bersifat sebagai planktonik dimana plankton golongan ini
menjalani kehidupannya sebagai plankton hanya pada tahap awal dari daur
hidup biota tersebut, yakni pada tahap sebagai telur dan larva saja. Beranjak
dewasa ia berubah menjadi nekton, yakni hewan yang dapat aktif berenang
bebas atau sebagai bentos yang hidup menetap atau melekat di dasar laut.
Contohnya yaitu udang, krustacea, moluska, dan ikan.
Plankton juga dapat digolongkan berdasarkan ukurannya sebagai
berikut (Nontji, 2008) :
a. Megaplankton (20-200 cm)
Banyak ubur-ubur termasuk dalam golongan ini.
Gambar 5. Ostrakod
d. Mikroplankton (20-200 m)
Fitoplankton adalah yang paling umum ditemukan yang termasuk dalam
golongan ini seperti diatom dan dinoflagelat.
e. Nanoplankton (2-20 m)
Kelompok ini terlalu kecil untuk dapat ditangkap dengan jaring plankton.
Misalnya kokolitoforid dan berbagai mikroflagelat.
sendiri
clorofil
dipengaruhi oleh
dengan
dalam
cara
proses
selnya.
phosintesis
Dengan
karena
mereka
kemampuan
tersebut
zooplankton
merupakan
pemangsa
pertama
terhadap
Gambar 2. Zooplankton (left to right): Valdiviella sp. and Sapphirina metalina (Copepoda);
Cyphlocaris sp. (Amphipoda); row 2: Clio cuspidate (Pteropoda); Pyrosoma sp. (Thaliacea);
Histioteuthis sp. (Cephalopoda); row 3: Oxygyrus keraudreni (Heteropoda); Conchoecissa
plinthina (Ostracoda), Aglantha sp. (Hydrozoa); row 4: unidentified Chaetognatha with a
copepod; Athorybia rosacea (Siphonophora); Lucicutia sp. (Copepoda). Photograph credits
R.R. Hopcroft and C. Clarke (University of Alaska Fairbanks) and L.P. Madin (Woods Hole
Oceanographic Institution).
fitoplankton
dan
adaptasi seperti tipe kantong/gelembung, tipe jarum atau rambut, tipe pita, tipe
bercabang. Adaptasi ini pada plankton diatom ada beberpa tipe:
1) Tipe kantong, yakni berukuran relative besar dengan kandungan cairan
yang ringan dalam selnya. Contohnya adalah Coscinodiscus. Bentuknya
dapat juga mendekati bentuk cakram seperti pada Planktoniella, hingga
kalaupun tenggelam akan membentuk jalur zigzag, tidak langsung terjun ke
dasar laut.
2) Tipe jarum atau rambut, berbentuk ramping atau memanjang seperti pada
Rhizosolenia dan Thallasiothrix. Bentuknya yang demikian menghambat
untuk tenggelam pada posisi melintang. Dapat juga berupa rantai yang
saling bertautan panjang seperti pada Nizschia seriata.
3) Tipe pita, seperti terdapat pada Fragillaria dan Climacodium. Sel-selnya
melebar pipih, saling bertautan membentuk pita.
4) Tipe bercabang seperti terdapat pada Chaetoceros dan Corethron. Di sini
cabang-cabangnya banyak, kadang-kadang membentuk rantai bentuk spiral
untuk menghambat penenggelaman.
Selain itu plankton dapat dijumpai pada siang hari jenis phyto dan
temperature berkisar antara 24-34oC plankton dapat bertahan
dengan
temperature 28-34o C.
Selain adaptasi morfologi
memiliki kandungan minyak (fatty oil) yang ringan di dalam selnya, hingga
akan mengurangi berat jenisnya atau menambah daya apungnya. Minyak ini,
lebih kecil dari berat jenis air laut merupakan produk dari fotosintesis.
Viskosisitas air laut juga berpengaruh terhadap. penenggelaman plankton
(bergantung pada suhu dan salinitas). Sedangkan pola adaptasi secara fisiologi
yaitu dengan mengurangi berat lebih; Membentuk pelampung-pelampung yang
berisi gas, karena kerapatan gas jauh lebih kecil daripada air, maka terjadi
kemampuan mengapung; mengubah hambatan permukaan; mengubah bentuk
tubuh; pembentukan bermacam duri atau tonjolan.
Zooplankton melakukan adaptasi berupa migrasi vertikal, migrasi
vertikal merupakan migrasi harian yang dilakukan oleh organisme tertentu ke
arah dasar laut pada siang hari dan ke arah permukaan laut pada malam hari.
Zooplankton melakukan migrasi vertikal bertujuan untuk menghindari
pemangsaan oleh para predator yang mndeteksi mengsa secara verikal dan
perairan yang lebih dalam pada saat fajar. Saat tengah malam sebagian
dari hewan tersebut bergerak ke arah yang lebih dalam, disebabkan oleh
komposisi zooplankton lebih padat dari pada air maka ketika aktivitas
berkurang, menyebabkan cenderung tenggelam.
3) Migrasi Reverse
Migrasi ini merupakan kebalikan dari migrasi nokturnal, yaitu
bermigrasi ke arah permukaan pada siang hari dan ke arah yang lebih
dalam pada malam hari. Migrasi ini dapat dicirikan oleh spesies
kopepoda dengan ukuran yang besar.
Terdapat dua hipotesis penyebab pola migrasi. Yang pertama adalah
factor metabolisme. Hipotesis ini mengasumsi bahwa suhu rendah membuat
suatu organism mengalami pertumbuhan yang maksimal (tidak dapat
berkembang lagi) ini berkenaan dengan kesuburan dalam hal reproduksi. Yang
kedua adalah untuk menghindari predator. Hipotesis yang kedua ini lebih
banyak di gunakan karena lebih berdasar, dimana faktor yang mempengaruhi
migrasi vertikal adalah cahaya, suhu dan untuk menghindari predator.
Pola migrasi vertical ini dapat berubah-ubah baik antar maupun intra
spesies, dan juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan perairan. Perbedaan pola
migrasi intra spesies disebabkan oleh faktor ukuran, umur dan jenis kelamin.
Setiap spesies memiliki pola kedalaman migrasi tersendiri yang akan berubah
setara dengan pertumbuhan, masa reproduksi dan waktu setiap tahun.
Sedangkan factor lingkungan yang mempengaruhi seperti kesedian makanan,
kedalaman
perairan,
penetrasi
cahaya,
dan
topografi
dasar
perairan
biomas
tinggi
fitoplankton
menunjukkan
kelimpahan
yang
penurunan salinitas, serta meningkatkan masukan unsur hara dari daratan yang
terbawa oleh luapan air sungai. Pada musim penghujan pertumbuhan populasi
fitoplankton cenderung tinggi dan melimpah, menyebabkan biota air lainnya,
misalnya
ikan,
melakukan
perkembangbiakan
karena tersedia
cukup
seperti
fitoplankton,
zooplankton
umumnya
mempunyai
h. Salinitas
Salinitas berperanan penting dalam kehidupan organisme, misalnya
distribusi biota akuatik. Nybakken (1992) menyatakan bahwa pada daerah
pesisir pantai merupakan perairan dinamis, yang menyebabkan variasi salinitas
tidak begitu besar. Organisme yang hidup cenderung mempunyai toleransi
terhadap perubahan salinitas sampai dengan 15 .
i. Nutrisi
Nutrisi sangat berperan penting untuk pertumbuhan plankton, nutrisi
yang paling penting dalam hal ini adalah nitrat ( no3 ) dan phosphat ( po4 )
phytoplankton mengkonsumsi nitrogen dalam banyak bentuk, seperti nitrogen
dari nitrat, ammonia, urea, asam amino. Tetapi phytoplankton lebih cendrung
mengkonsumsi nitrat dan ammonia. Nitrat lebih banyak didapati di dasar yang
banyak mengandung unsur organik ketimbang dari air laut, nitrat juga bisa
diperoleh dari siklus nitrogen. Nitrogen dari nitrat adalah salah satu unsur
penting untuk pertumbuhan blue green alga dan phytoplankton lainnya.
E. Peranan Plankton
Fitoplankton menempati tempat yang terendah sebagai produser primer.
Rantai makanan grazing di laut dimulai dari fitoplankton sebagai produser dan
zooplankton sebagai konsumer (grazer). Apabila terjadi kematian baik
fitoplankton maupun zooplankton maka akan menjadi mata rantai pertama
dalam rantai makan detritus (detritus food chain). Kedua rantai makanan
tersebut menjadi siklus dasar dalam produksi di laut.
Zooplankton merupakan biota yang sangat penting peranannya dalam
rantai makanan dilautan. Mereka menjadi kunci utama dalam transfer energi
dari produsen utama ke konsumen pada tingkatan pertama dalam tropik
ecologi, seperti ikan laut, mamalia laut, penyu dan hewan terbesar dilaut seperti
halnya paus pemakan zooplankton. Selain itu zooplankton juga berguna dalam
regenerasi nitrogen dilautan dengan proses penguraiannya sehingga berguna
bagi bakteri dan produktivitas phytoplankton dilaut. Peranan lainnya yang tidak
kalah penting adalah memfasilitasi penyerapan Karbondioksida (CO2) dilaut.
Zooplankton memakan phytoplankton yang menyerap CO2 dan
kemudian setiap harinya turun ke bagian dasar laut untuk menghindari
pemangsa di permukaan seperti ikan predator, sehingga carbon yang berada di
dalam zooplankton tersebut dapat terendapkan di sedimen yang kemudian
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA