You are on page 1of 132

KABUPATEN

MAGELANG II
STUDIO
ANALISIS
WILAYAH

ANALISIS STUDIO WILAYAH


KABUPATEN MAGELANG II
Aryasa 36320 | Joobu 36328 | Nurlina 36391 | Grace 36522 |
Ardina 36912 | Maulidina 36950 | Adnan 37488

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan Analisis
Kabupaten Magelang pada waktu yang telah ditentukan. Dalam
penyusunan laporan ini kami mendapatkan banyak masukan dan
kritik membangun dari berbagai pihak yang sangat membantu kami
dalam pengembangan ide. Untuk itu kami mengucapkan terimakasih
kepada:
1.

Retno Widodo Dwi Pramono, ST, M.Sc

2.

Eko Heri Supriyanto, ST, MT.

3.

Ir. Suryanto, MSP

4.

Ir. Gunung Radjiman, M.Sc

Selaku dosen pengampu mata kuliah studio yang telah banyak


membimbing dan mengarahkan kami dalam proses penyusunan
laporan ini. Selain itu kami juga mengucapkan terimakasih
kepada Dinas Kabupaten Magelang serta masyarakat Kabupaten
Magelang secara luas yang telah membantu pengerjaan laporan ini.
Selanjutnya kami mengucapkan terimakasih kepada teman-teman
Program Studi PWK angkatan 2010 yang telah bekerjasama dengan
kami dalam proses kompilasi data dan analisis yang kami lakukan.

Kami berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak dan
dapat menjadi pertimbangan dalam pengembangan Kabupaten
Magelang di masa yang akan datang. Kami menyadari bahwa dalam
laporan memiliki banyak kekurangan, untuk itu kami menerima kritik
serta saran pembaca.
Yogyakarta, 6 Januari 2013
Penyusun

daftar isi
DAFTAR

!
"
#
$

ISU & POTENSI

Isi
Tabel
Gambar

('

Tingginya Tingkat Kemiskinan

$"

Dampak Kerentanan Bencana


di Kabupaten Magelang

)*

Rendahnya Kualitas Pendidikan

)'

Rendahnya Aksesibilitas &


Mobilitas Kabupaten Magelang

PENDAHULUAN

%"
%&
%&

Tujuan & Sasaran

%'

Ruang Lingkup Analisis

%'

Metode Pencarian &


Pengumpulan Data

%#
%#
%(

Latar Belakang
Rumusan Masalah

Metode Analisis Data


Dasar Hukum
Ketahanan Pangan

KARAKTERISTIK
& KECENDERUNGAN

Karakteristik Fisik Dasar

!%
"#
&(

Karakteristik Ekonomi

'(

Karakteristik Sarana
& Prasarana

%*!

Dilema Pertambangan Pasir


Kabupaten Magelang

%*#

Rendahnya Kesejahteraan Petani

%%&

Krisis Aksesibilitas Sektor Air


Bersih di Kabupatern Magelang

GAGASAN
PENGEMBANGAN

%!"
%!"
%!&
%!&
%!'
%!'

Agropolitan
Agrowisata
Agro - Forestry
Agroindustri
Industri
Keterkaitan Dengan Isu
di Kabupaten Magelang

Karakteristik Penduduk

$"
%!&

DAFTAR TABEL
!"
!'
!'
!#
!$

Tabel 2.1 Kemiringan Lahan di Kabupaten Magelang

!)

Tabel 2.6 Luas Lahan Kabupaten Magelang Tahun 2011

&%

Tabel 2.7 Data Kelahiran dan Kematian Penduduk Kabupaten Magelang


Tahun 2007 2010

&!

Tabel 2.8 Sex Ratio di Kabupaten Magelang Tahun 2007 2011

&"

Tabel 2.9 Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan Tahun 2007 - 2011

&&

Tabel 2.10 Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas menurut Jenis Kegiatan


Tahun 2007 2011

&'

Tabel 2.11 Dependency Ratio Kabupaten Magelang Tahun 2007 2011

&#

Tabel 2.12 Komponen Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten


Magelang Tahun 2007 2010

&&

Tabel 2.13 PDRB Kabupaten Magelang ADHK (dalam juta rupiah) tahun
2007-2011

'%

Tabel 2.14 Produktivitas Tenaga Kerja Kabupaten Magelang

'"

Tabel 2.15 Penentuan Sektor Unggulan Kabupaten Magelang

''

Tabel 2.16 Penentuan Lokasi Sektor Unggulan Kabupaten Magelang

'&

Tabel 2.17 Sektor Unggulan setiap Kecamatan Kabupaten Magelang


37

''

Tabel 2.18 Perkembangan Jumlah SD, SMP, dan SMA di Kabupaten


Magelang tahun 2007 2011

Tabel 2.2 Struktur Tanah di Kabupaten Magelang


Tabel 2.3 Kedalaman Lahan di Kabupaten Magelang
Tabel 2.4 Daerah Aliran Sungai Utama Kabupaten Magelang
Tabel 2.5 Curah Hujan dan Hari Hujan Kabupaten Magelang Tahun 2003 2008

DAFTAR TABEL
#(

Tabel 2.19 Keadaan Jalan Menurut Status

(*
((

Tabel 2.20 Jumlah Kecelakaan di kabupaten Magelang Tahun 2010


Tabel 3.1 Pendapatan Perkapita Penduduk Kabupaten Magelang

$*

Tabel 3.2 Angka Partisipasi Sekolah (APrS) Menurut Kelompok Umur dan
Angka Partisipasi Murni (APM) Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2009
-2011

$"

Tabel 3.3 Sebaran Bencana Alam di Kabupaten Magelang

$#

Tabel 3.4 Kejadian Bencana Tanah Longsor di Kabupaten Magelang Tahun


2008-2011

$$

Tabel 3.5 Kejadian Bencana Banjir di Kabupaten Magelang Tahun 2008-2011

$)

Tabel 3.6 Kejadian Bencana Angin Puting Beliung di Kabupaten Magelang


Tahun 2008-2011

)*

Tabel 3.7 Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas menurut Jenis Kegiatan


Selama Seminggu yang lalu Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan

)!

Tabel 3.8 Komponen IPM di Kabupaten Magelang Tahun 2007 2011

)"

Tabel 3.9 Jumlah Bangkitan Perjalanan, Jumlah Pertanian Serta PDRB Kabupaten Magelang Tahun 2010

)#

Tabel 3.10 Korelasi Bangkitan Perjalanan, Jumlah Pertanian Serta PDRB Kabupaten Magelang Tahun 2010

)( Tabel 3.11 Jumlah Kecelakan di Kabupaten Magelang Tahun 2010


)) Tabel 3.12 Pola Perjalanan Kabupaten Magelang Tahun 2012
%*% Tabel 3.13 Proyeksi Pola Perjalanan Kabupaten Magelang Tahun 2022
3.14 Jumlah uang yang dikeluarkan untuk makanan pokok
%*% Tabel
perkeluarga per bulan

%*# Tabel 3.15 Jumlah Luas Lahan Pertanian setiap petani




DAFTAR TABEL
%*$

Tabel 3.16 Perkiraan Pendapatan Petani dalam Setahun

%*)
%%'

Tabel 3.17 Perbandingan Pendapatan Petani dalam Setahun

%%#

Tabel 3.19 Strategi dan Sasaran Penanggulangan Krisis Sektor Air Bersih
Kabupaten Magelang

Tabel 3.18 Kebutuhan Air Virtual

DAFTAR GAMBAR

!!
!"

Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Magelang tahun 2012

!&

Gambar 2.3 Peta Kabupaten Magelang tahun 2012

!(
"*

Gambar 2.4 Peta Hidrologi Kabupaten Magelang 2012

"%

Gambar 2.6 Peta Kesesuaian Lahan tahun 2012

""

Gambar 2.7 Peta Daya Tampung Kabupaten Magelang tahun 2012

"&
"'
"(
")
'$
#'

Gambar 2.8 Peta Struktur Ruang 2012

##

Gambar 2.14 Peta Persebaran Pasar Kabupaten Magelang 2012

(*
(#

Gambar 2.15 Skema Teori Doxiadis

((

Gambar 3.2 Peta Kepadatan Penduduk Bruto Kabupaten Magelang tahun 2011

($
$%

Gambar 3.3 Peta Aksesibilitas Kabupaten Magelang tahun 2011

$&

Gambar 3.5 Peta Permukiman Rawan Bencana Kabupaten Magelang

Gambar 2.2 Peta Kelerengan Kabupaten Magelang tahun 2012

Gambar 2.5 Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Magelang 2012

Gambar 2.9 Peta Pola Ruang Kabupaten Magelang 2012


Gambar 2.10 Jumlah Penduduk di Kabupaten Magelang Tahun 2011
Gambar 2.11 Peta Kepadatan Penduduk Bruti Kabupaten Magelang Tahun 2011
Gambar 2.12 Sekolah di Kecamatan Sawangan
Gambar 2.13 Peta Persebaran Permukiman Kabupaten Magelang 2012

Gambar 3.1 Peta Jumlah Kemiskinan Kabupaten Magelang tahun 2011

Gambar 3.4 Peta Rawan Bencana Kabupaten Magelang tahun 2012

DAFTAR GAMBAR
$'

Gambar 3.6 Peta Permukiman Rawan Bencana Kabupaten Magelang

$#

Gambar 3.7 Tanah Longsor di Desa Ngargoretno, Kecamatan Salaman,


Kabupaten Magelang

$(

Gambar 3.8 Peta Rawan Bencana Banjir Kabupaten Magelang

$$

Gambar 3.9 Peta


Kabupaten Magelang

$)

Gambar 3.10 Peta Sebaran Sekolah di Kabupaten Magelang Tahun 2011

)'
)$
))

Gambar 3.11 Peta Struktur Ruang 2012

Rawan

Bencana

Angin

Putting

Beliung

Gambar 3.12 Peta Aksesibilitas dan Mobilitas Kabupaten Magelang


Gambar 3.13 Kondisi Jalan Kabupaten Magelang

%** Gambar 3.14 Peta Pola Perjalanan Kabupaten Magelang tahun 2012
%*% Gambar 3.15 Timbunan Komoditas yang tidak terangkut
%*!

Gambar 3.16 Kegiatan penambangan pasir di Kecamatan Dukun

%*"

Gambar 3.17 Skema Resiko Pertambangan Pasir

%*&
%%*

Gambar 3.18 Kegiatan Penambangan Pasir di Kecamatan Srumbung

%%%
%%"
%%&

Gambar 3.20 Lahan pertanian Kabupaten Magelang

%%#

Gambar 3.23 Peta


Kabupaten Magelang

Gambar 3.19 Peta Sebaran Lokasi Pertambangan Kabupaten Magelang

Gambar 3.21 Peta Sawah Irigasi Teknis dan Non Teknis Kabupaten Magelang
Gambar 3.22 Peta Cadangan Produksi Beras Kabupaten Magelang
Overlay

Permukiman

dan

Daerah

Kemarau

%!# Gambar 4.1 Skema Gagasan Pengembangan




DAFTAR GRAFIK

!(

Grafik 2.1 Perbandingan Luas Lahan Kabupaten Magelang Tahun 2011

"!

Grafik 2.2 Perbandingan Jumlah Penduduk dan Daya Tampung Kabupaten


Magelang Tahun 2011

"(

Grafik 2.3 Jumlah Penduduk Kabupaten Magelang Tahun 2007-2011

"$

Grafik 2.4 Laju Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Magelang Tahun


2007/2008 2010/2011

")

Grafik 2.5 Kepadatan Netto Kabupaten Magelang Tahun 2007 2011

&*
&*
&%

Grafik 2.6 Kepadatan Fisiologis Kabupaten Magelang Tahun 2007 - 2011

&&

Grafik 2.9 Struktur Penduduk Menurut Lapangan Kerja

&#

Grafik 2.10 Indeks pembangunan Manusia di Kabupaten Magelang Tahun


2007-2010

&$
&)
'*

Grafik 2.11 PDRB per kapita Kabupaten Magelang

'%
'#
'$

Grafik 2.14 Perkembangan Penduduk Miskin Kabupaten Magelang

')

Grafik 2.17 Proyeksi Kebutuhan Sarana SD Kabupaten Magelang Tahun


2016 2021

#*

Grafik 2.18 Proyeksi Kebutuhan Sarana SMP Kabupaten Magelang Tahun


2016 2021

Grafik 2.7 Proyeksi Penduduk Kabupaten Magelang


Grafik 2.8 Struktur Penduduk Berdasarkan Umur Tahun 2007 2011

Grafik 2.12 Struktur Ekonomi Kabupaten Magelang 2011


Grafik 2.13 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Magelang

Grafik 2.15 Perkembangan Indeks Williamson Kabupaten Magelang


Grafik 2.16 Hasil Perhitungan Multiplier Effect Atas Dasar Harga Konstan

DAFTAR GRAFIK
!"

Grafik 2.19 Proyeksi Kebutuhan Sarana SMA Kabupaten Magelang Tahun


2016 2021

!#

Grafik 2.20 Jumlah Sarana Kesehatan Per Kecamatan di Kabupaten


Magelang tahun 2011

!$

Grafik 2.21 Jumlah Kebutuhan RSU Kabupaten Magelang Tahun 2011

!%

Grafik 2.22 Proyeksi Kebutuhan Sarana Puskesmas Kabupaten Magelang


Tahun 2016 - 2031

!&

Grafik 2.23 Jumlah Eksisting Dan Kebutuhan Puskesmas Pembantu Kabupaten

!'

Grafik 2.24 Jumlah Sarana Beribadah Per Kecamatan di Kabupaten


Magelang, 2011

("

Grafik 2.25 Kondisi Jalan Kabupaten Magelang


Grafik 2.26 Perkembangan Struktur Ekonomi tahun 2007-2011

(&

Grafik 3.1 Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Magelang Tahun 20032010

(!

Grafik 3.2 Jumlah Rumah Tangga Miskin per Kecamatan di Kabupaten


Magelang

()

Grafik 3.3 Kebutuhan Sarana Pendidikan Kabupaten Magelang tahun


2011

'!

Grafik 3.4 Kejadian Bencana Tanah Longsor Kabupaten Magelang

'(

Grafik 3.5 Kejadian Bencana Banjir Kabupaten Magelang

')

Grafik 3.6 Kejadian Bencana Angin Putting Beliung Kabupaten Magelang

)#

Grafik 3.7 Perkembangan Jumlah SD, SMP, SMA Kabupaten Magelang Tahun 2007-2011

)#

Grafik 3.8 Rasio Murid Terhadap Guru di Kabupaten Magelang Tahun


2011

)#

Grafik 3.9 Perkembangan Jumlah Guru dan Murid di Kabupaten Magelang


Tahun 2007 2011


DAFTAR GRAFIK



)&

Grafik 3.10 Struktur Ekonomi dan Lapangan Kerja di Kabupaten


Magelang Tahun 2011

)(

Grafik 3.11 Pertumbuhan Ekonomi

))

Grafik 3.12 Kondisi Jalan Kabupaten Magelang

%*#

Grafik 3.13 Pertumbuhan Produktivitas Tenaga Kerja Sektor Pertanian

%%'

Grafik 3.14 Perbandingan Kebutuhan Air Kaupaten Magelang dengan


Converaged Area PDAM

%%#

Grafik 3.15 Pemenuhan Kebutuhan Air Kabupaten Magelang

PENDAHULUAN

!"#$%&'()*)'%
1. Latar Belakang
Pembangunan suatu wilayah
sangat mempengaruhi
terbentuknya dinamika yang
terjadi di dalamnya. Dinamika
menciptakan suatu pola interaksi
serta pergerakan wilayah
tersebut. Pengaruh terjadinya
hal tersebut adalah terciptanya
potensi serta permasalahan yang
timbul pada suatu wilayah.
Dalam merencanakan suatu
wilayah perlu dilakukan suatu
proses perencanaan dimana dalam
proses tersebut harus dilakukan
secara berurutan dan kontinyu
agar tercipta suatu rencana yang

satu dari proses perencanaan

dimana analisis bertujuan
untuk memberikan gambaran
nyata dari suatu wilayah yang
diamati. Dalam melakukan
analisis dibutuhkan berbagai
macam data yang berhubungan
dengan wilayah tersebut. Datadata tersebut selanjutnya akan
dianalisis dan dicari keterkaitan
antara satu dengan yang lain.
Untuk lebih menyederhanakan
dalam melakukan analisis suatu
wilayah hendaknya dibuat
berbagai sektor yang terdiri dari


ekonomi dan sarana prasarana.


Kemudian dari keempat sektor di
analisis satu persatu kemudian
dicari keterkaitannya satu sama
lain sehingga menciptakan suatu
kesimpulan yang berupa masalah
maupun potensi.
Kabupaten Magelang yang saat
ini tengah berkembang menjadi
wilayah yang menuju kekotaan
yang dilihat dari perkembangan

sumber daya yang belum digali
dan dioptimalisasikan. Potensipotensi ini sebenarnya dapat
menunjang perkembangan
wilayah Kabupaten Magelang agar
tujuan pengembangan wilayah
dapat terlaksana dan berhasil
dengan baik sesuai dengan yang
diharapkan.
Dalam melakukan perencanan
wilayah juga tidak dapat lepas
dari munculnya masalahmasalah yang perlu diantisipasi
agar tidak menghambat proses
tersebut. Untuk itu diperlukan
sebuah analisis yang dapat
mengkorelasikan antara
masalah-masalah yang muncul
dalam pengembangan wilayah
dengan potensi-potensi wilayah
sebagai bahan dasar dalam
melakukan suatu perencanaan

6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE3HQGDKXOXDQ



wilayah agar dalam menyusun


gagasan pengembangan untuk
perencanaan yang akan datang
dapat berjalan secara efektif dan
berkelanjutan.

2. Rumusan Masalah
Berbagai potensi serta masalah
yang muncul dari hasil analisis
hendaknya memberikan gambaran
nyata bagaimana keadaan nyata
dari Kabupaten Magelang. Kondisi
ini diharapkan dapat menghasilkan
suatu analisis yang dapat
dipergunakan sebagai acuan dalam
perencanaan yang efektif dan
berkelanjutan dimasa yang akan
datang. Hasil yang diharapkan
dari analisis yang dilakukan adalah
sebagai berikut :
1. Hasil analisis kecenderungan
per sektor
2. Munculnya suatu masalah dari
analisis yang dilakukan
3. Munculnya potensi dari analisis
yang dilakukan

3. Tujuan dan Sasaran


3.1 Tujuan
Pembuatan laporan analisis
Kabupaten Magelang bertujuan
untuk mengetahui kondisi
Kabupaten Magelang secara
menyeluruh. Kondisi yang






kondisi sarana dan prasarana
yang tersedia. Laporan ini juga
bertujuan untuk menganalisa
berbagai kondisi tersebut dan
mengetahui berbagai masalah dan
potensi yang muncul terkait dalam
usaha pembangunan Kabupaten
Magelang agar dapat diantisipasi
maupun acuan dalam perencanaan
yang akan datang.
3.2 Sasaran
Dari analisis yang telah dibuat
hendaknya didapatkan berbagai
macam kesimpulan. Kesimpulan
tersebut dapat berupa
permasalahan maupun potensi
yang muncul sehingga nantinya
analisis tersebut dapat dijadikan
sebagai acuan dalam perencanaan

pengumpulan data serta analisis
yang dilakukan adalah :
1. Tersedianya data yang lengkap
yang kemudian berguna untuk
perencanaan kedepannya.
2. Adanya analisis kecenderungan
wilayah menggambarkan secara
nyata keadaan di Kabupaten
Magelang.
3. Adanya analisis yang saling
terkait antar sektor yang

6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE3HQGDKXOXDQ

kemudian didapatkan berbagai


macam masalah serta potensi
yang ada di Kabupaten
Magelang.

4. Ruang Lingkup Analisis


Ruang lingkup lokasi yang
dilakukan adalah Kabupaten
Magelang dan wilayah sekitarnya
yang terkait dengan Kabupaten
Magelang. Wilayah-wilayah yang
berbatasan dengan Kabupaten
Magelang secara tidak langsung
berpengaruh terhadap arah
pengembangan wilayah Kabupaten
Magelang. Hal ini dapat dilihat dari
bentuk pergerakan masyarakat
yang tidak hanya melakukan
pergerakan di dalam wilayah
Kabupaten Magelang namun juga
di wilayah sekitarnya.
Ruang lingkup waktu dari analisis
dilakukan pada data-data sekunder
selama lima tahun terakhir dan
pengamatan lapangan pada tahun
2012. Data-data Kabupaten
Magelang lima tahun terakhir
tersebut menjadi bahan analisis

dan menjadi dasar perencanaan

kedepannya.

5. Metode Pencarian dan


Pengumpulan Data

5.1 Sumber Data


Data yang dikumpulkan berupa
data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh dari
survei langsung ke lapangan
dan langsung dari narasumber.
Data sekunder diperoleh dari
pengumpulan data dari instansi
instansi terkait.
5.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data
menggunakan metode survei
dengan berbagai cara :
1. Metode observasi langsung ke

yang dilakukan langsung di
Kabupaten Magelang dengan
cara mengamati langsung
kondisi eksisting yang ada
pada Kabupaten Magelang.
Hasil dari pengamatan tersebut
kemudian akan dicatat dan
akan dianalisis lebih lanjut.
2. Metode wawancara langsung

metode ini bertujuan untuk
menunjang informasi yang
didapatkan dari berbagai
referensi yang tersedia.
Dengan adanya data langsung
dari berbagai responden
diharapkan mampu menjadi
perbandingan antara data yang
didapat dari data sekunder
dengan data yang didapat dari

6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE3HQGDKXOXDQ



hasil wawancara.
3. Pencarian referensi dari

pengumpulan data dilakukan
dengan cara mengunjungi
berbagai inatansi yang terkait
kemudian mengumpulkan data
yang telah dimiliki oleh instansi
tersebut. Jenis data yang
dikumpulkan sesuai dengan
kebutuhan untuk menganalisis
Kabupaten Magelang.

6. Metode Analisis Data


Data yang diperoleh dari berbagai
metode kemudian dianalisis
secara kualitatif untuk diketahui
keterkaitannya satu sama lain.
Analisis data bertujuan untuk
mengetahui keadaan eksisting
dari Kabupaten Magelang. Analisis
data yang dilakukan yaitu berupa
analisis:
a. Deskriptif
atau mengelaborasi dan
mengaitkan keadaan wilayah
Kabupaten Magelang baik
secara umum maupun khusus
kawasan tertentu.
b. Keruangan atau spasial
berguna untuk menganalisa
gejala-gejala yang bersifat





c. Normatif
tanggapan atas kondisi yang
berlaku maupun rencana
pengembangan Kabupaten
Magelang.

7. Dasar Hukum
Dalam proses penyusunan laporan
dan buku Analisis Kabupaten
Magelang kami menyertakan
berbagai sumber terkait untuk

dijadikan landasan dan pedoman
dalam proses analisis data
serta penyusunannya. Untuk
menganalisis kami menggunakan
beberapa dasar utama seperti

itu kami juga menggunakan
UU Penataan Ruang Nomer 26

tentang Tata Cara Perencanaan





Ketahanan Pangan.

pakai dalam proses analisis dan
penyusunan buku ini beberapa
diantaranya adalah: Provinsi Jawa
Kabupaten

Kabupaten Magelang. RTRW
Kabupaten Magelang mencakup

6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE3HQGDKXOXDQ


Kepala Daerah yang memuat




lintas satuan kerja perangkat

disertai dengan rencana kerja
dalam kerangka regulasi dan
kerangka pendanaan yang bersifat
indikatif.

c. Ketiga ketahanan yang



keseimbangan antara

pengaman sosial.
d. Keempat
manakala ketahanan pangan




Merupakan kondisi terpenuhinya
pangan bagi rumah tangga yang
tercermin dari ketersediaan



}~
ketahanan pangan adalah:
a. Pertama

jumlah kalori yang dibutuhkan
untuk kehidupan yang aktif
dan sehat.
b. Kedua

hak (entitlements) untuk

menukarkan (exchange)
pangan ataupun menerima
sebagai pemberian (transfer).

6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE3HQGDKXOXDQ





6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE3HQGDKXOXDQ

karakteristik &
kecenderungan

w i l aya h

!!"#$%$#&'%!(&!#)*
#'+',-'%.,/$,)0!1$2$3)
1. Karakteristik Fisik Dasar
1.1 Keadaan Umum
Kabupaten Magelang merupakan

secara administrasi termasuk




dan menguntungkan karena
terletak pada jalur persimpangan





Kabupaten Magelang merupakan




Solo.

}
~

fungsional Kabupaten Magelang

Salaman, Kecamatan Borobudur,

Salam, Kecamatan Srumbung,

Muntilan, Kecamatan Mungkid,




Tempuran, Kecamatan Kajoran,


Kecamatan Kaliangkrik, Kecamatan
Bandongan, Kecamatan Windusari,
Kecamatan Secang, Kecamatan
Tegalrejo, Kecamatan Pakis,
Kecamatan Grabag, Kecamatan
Ngablak. 21 kecamatan tersebut







2}
Ha). Batas batas administratif

sebagai berikut:
 
Temanggung dan Kabupaten
Semarang
 
Semarang dan Kabupaten

 

 
Wonosobo dan Kabupaten
Temanggung
 

6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE.DUDNWHULVWLNGDQ.HFHQGHUXQJDQ:LOD\DK



Gambar2.1 Peta Administrasi Kabupaten Magelang tahun 2012


Sumber : Analisa Kelompok, 2012



cakup 21 kecamatan. Kecamatan


km2}z~


2 }z~


ada di Kabupaten Magelang pada

1

permukaan, model tiga dimensi,





tuk permukaan saja, tetapi juga











atas permukaan laut, ketinggian
permu
kaan laut,

6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE.DUDNWHULVWLNGDQ.HFHQGHUXQJDQ:LOD\DK

Gambar 2.2 Peta Kelerengan Kabupaten Magelang tahun 2012


Sumber : Analisa Kelompok 2012

Tabel 2.1 Kemiringan Lahan di Kabupaten Magelang


sedangkan Kecama



Kabupaten Magelang

permukaan laut.Beri

bandingan ketinggian



2011.

No
1

Kemiringan

Bergelom
bang sam
pai berom
bak

Bergelom
bang sam
pai berbukit

Berbukit
sampai

gunung



}z
~
Sebagian besar kecamatan (17
~z

Kecamatan Windusari, Kaliangkrik,


Kajoran, Srumbung, sebagian Ngab

}z
~
Kecamatan Windusari, Kaliangkrik,

}z~

Sumber: RTRW Kabupaten Magelang

6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE.DUDNWHULVWLNGDQ.HFHQGHUXQJDQ:LOD\DK



1.3 Analisis Geologi dan Jenis Tanah



Kabupaten Magelang terdiri dari
batuan sedimen, batuan gunung
api, batuan beku terobosan dan

merupakan formasi andesit tua


andesit. Formasi ini menempati sisi


dan Borobudur bagian selatan.
Batuan ini mengandung potensi
}
batuan andesit), dimana pada

pada pertambangan.

Batuan gunung api merupakan




Merbabu, dan Gunung Sumbing

lereng dan puncak gunung
api tersebut terdiri dari breksi



batuan gunung api merupakan


Sumbing, dan Merbabu. Sebaran



Magelang, terbagi menjadi:

Gambar 2.3 Peta Kabupaten Magelang tahun 2012


Sumber : Analisa Kelompok 2012



6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE.DUDNWHULVWLNGDQ.HFHQGHUXQJDQ:LOD\DK

Tabel 2.2 Struktur Tanah di Kabupaten Magelang


!"

#$%&'$&%()*+*,

-./*0*,

2//&3.*/(45/*6&

<DDD
!7/&8*%9

2//&3.*/(;"'/*$()&*

45<*=*$*+(>*+?"+7*+@(>"%"6&?&%@(;*+?.=&/0"@(A5%$"0&?*+@(
DD^dd

<Z<C
>

<<t^
D&'&+9

<><C
>d
>

45<*=*$*+(#*/*=*+(?*+(>"%"6&?&%9

<>
>

<^<^d
t

<<
d>

<EW^

><

45<*=*$*+(I%*6*7(?*+(!7*6/*'9

Z

<^DD^
#*/*=@(?*+(!7/&8*%9



45<*=*$*+(I%*6*7(?*+(!7*6/*'9

1L



<'EW^

11

>

^<D
'^d>
<t<<^C
^'Wd^
<D

1:

<Z<C
>

<t<<

Sumber: RTRW Kabupaten Magelang




Tabel 2.3 Kedalaman Lahan di Kabupaten Magelang
!"

45?*/*=*+

-./*0*,

C
=&'***+($*+*,

#56*7.*+(8./*0*,(?.(45<*=*$*+(#%&=6&+7(?*+(D&'&+(6*7.*+(
<

BL(C(GL(<=(?.(6*8*,(


#56*7.*+(8./*0*,(?.(45<*=*$*+(#%&=6&+7@(D&'&+@(>"%"6&?&%@(
<dt

M(GL(<=(?.(6*8*,(


^<D
Sumber: RTRW Kabupaten Magelang

6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE.DUDNWHULVWLNGDQ.HFHQGHUXQJDQ:LOD\DK



1.4 Analisis Hidrologi



distribusi air di permukaan


}~



}~

sungai.
Terdapat 10 sungai besar dan

 /detik pada

 /detik pada musim
kemarau, serta 55 mata air

detik. 


2

2.
Tabel 2.4 Daerah Aliran Sungai Utama
Kabupaten Magelang
!*=*(D*5%*,(
2/.%*+(#&+7*.(
ND2#O

>^

D2#P%"7"

B9:BJ@KL('=:(NK1QO

D2#P*65/*+$

1LB('=:(N:@JKQO


Angka 2011



Pada kabupaten magelang,




berada di sekitar gunung merapi
}
~

mendekati nol, namun sebagian
bersifat perrenial (mengalir
~
pada musim kemarau mengalami
penurunan debit.
Kondisi air di Kabupaten Magelang
sekitar Gunung Merapi pada lereng
barat merupakan akuifer bagus




}~


sumber irigasi dalam bercocok
tanam.
Namun, saat ini keadaan tepi

berbatasan langsung dengan



pertambangan pasir, terutama





lingkungan.

6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE.DUDNWHULVWLNGDQ.HFHQGHUXQJDQ:LOD\DK

Gambar 2.4 Peta Hidrologi Kabupaten Magelang 2012


Sumber : Analisa Kelompok 2012

1.5 Analisis Klimatologi






temperatur udara di Kabupaten


beserta kelembaban udara
z
di Kabupaten Magelang cukup


bencana longsor di beberapa

kabupaten Magelang.







erosi, dikarenakan air limpasan



6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE.DUDNWHULVWLNGDQ.HFHQGHUXQJDQ:LOD\DK



Tabel 2.5 Curah Hujan dan Hari Hujan Kabupaten Magelang


Tahun 2003 - 2008
!"
3
(
*
+
,
.
/
7
3)
33
3(

00

())*
11

00

())+
21

00

()),
11

00

())21

00

()).
21

00

())/
21

4&'$&56
89:5$&56;
2&59<
=>56%
296
4$'6
4$%6
=?$@<$@
A9><91:95
BC<":95
!"D91:95
E9@91:95

()
(,
3/
3,
3)
+
)
3
(
.
3.
(,

-/,
--,
(++
7(
3()
,3
)
3+
/
3)/
*(/
,3(

(3
(3
(,
3+
3,
(
33
)
,
,
((
(/

*(.
(/7
(.7
(),
(,*
3)
3,,
)
3+
3.
-3(
-)(

3.
((
()
3,
*
3)
/
*
3(
.
3)

+*/
-(*
+-7
3+.
3(
-(
7)
*,
373
3))
*-,
)

((3.
3/
3/
3
)
)
)
+
(/

+./
*.)
3,7
(/)
*)7
7
)
)
)
3(
3*)
,./

33
(,
(,
((
3(
)
)
)
+
3(7

3*)
+3-),
*+(
+7
/*
)
+
)
/)
(7,
+-/

37
(+
(3
3.
33
+
3
,
3,
((

+3(
+.*
*,3
(3*
3(.
+*
+7
3)
+*
-*
*++*(

Jumlah

144

2827

169

2763

133

2532

144

2325

150

2472

151

2562

#$%&'










longsor namun dapat juga sebagai

pertanian jika dibuat perencanaan






potensial untuk mengalirkan

gunung merapi, namun disisi


dingin terutama pada saat musim

6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE.DUDNWHULVWLNGDQ.HFHQGHUXQJDQ:LOD\DK

1.6 Analisis Tata Guna Lahan





Tabel 2.6 Luas Lahan Kabupaten Magelang Tahun 2011

Luas Lahan
(Ha)

Jenis Lahan

Persentase

Lahan Pertanian

a.

Irigasi teknis

6623

17,79

b.

Irigasi setengah teknis

5270

14,16

c.

Irigasi sederhana

8809

13,67

d.

Irigasi desa non PU

8263

22,20

e.

Tadah hujan

8255

22,18

Jumlah lahan sawah

37220

100,00

Lahan Kering

a.

Tegal kebun

36234

85,82

b.

Perkebunan

256

0,61

c.

Ditanami pohon/hutan rakyat

2971

7,04

d.

Kolam/Tebet/empang

152

0,36

e.

padang penggembalaan /rumput

0,00

f.

Lainnya (perkarangn yang ditanami tanaman pertanian, dll)

2603

6,17

Jumlah lahan bukan sawah

42218

100,00

Lahan Bukan Pertanian

a.

Rumah, bangunan dan halaman sekitarnya

17024

58,44

b.

Hutan negara

7874

27,03

c.

Lainnya

4234

14,53

Jumlah lahan bukan pertanian

29132

100,00

TOTAL (Luas wilayah kabupaten)

13045

28,20



6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE.DUDNWHULVWLNGDQ.HFHQGHUXQJDQ:LOD\DK



Gambar 2.5 Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Magelang 2012


Sumber : Analisa Kelompok 2012


























mendominasi dibandingkan


Kabupaten Magelang penggunaan

}~

semua kecamatan di Kabupaten


belum terencana.


6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE.DUDNWHULVWLNGDQ.HFHQGHUXQJDQ:LOD\DK

Gambar 2.6 Peta Kesesuaian Lahan Kabupaten Magelang 2012


Sumber : Analisa Kelompok 2012

bercirikan perkotaan (urban)




utama, meliputi Kecamatan
Mungkid, Kecamatan Muntilan,


kecamatan tersebut cukup



sepanjang sepanjang jalur utama
}~
1



dengan batasan perencanaan

dalam pengembangan kegiatan











analisa skoring tersebut, didapat







perindustrian. Secara spasial

kecamatan di Kabupaten Magelang
dapat dikembangkan kegiatan


6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE.DUDNWHULVWLNGDQ.HFHQGHUXQJDQ:LOD\DK



1.8 Analisis Daya Tampung











Magelang dapat dilakukan dengan




2011 dirinci menurut kecamatan,












 P
  H

Lw = 
 Dt0,01 + 
 Dt0,03
P + H
 P + H





dirinci menurut kecamatan,





2011, di Kabupaten Magelang


tampung Kabupaten Magelang





jika dibandingkan dengan

Kabupaten Magelang itu sendiri.




penduduk Kabupaten Magelang

Kabupaten Magelang:

Penduduk dan Daya Tampung
Kabupaten Magelang Tahun 2011

Keterangan:
}~


}~

}~


}~


Sumber : Kabupaten Magelang Dalam




6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE.DUDNWHULVWLNGDQ.HFHQGHUXQJDQ:LOD\DK

Gambar 2.7 Peta Daya Tampung Kabupaten Magelang tahun 2012




1.9 Analisis Struktur Ruang


Struktur ruang merupakan

dan sistem jaringan prasarana

sebagai pendukung kegiatan




ke dalam tata ruang bersama
dengan pola ruang. Struktur ruang
Kabupaten Magelang meliputi

jaringan prasarana. Kabupaten
Magelang sendiri merupakan



Wonosobo, Kota Magelang,

Kabupaten Magelang, dan


Kabupaten Temanggung. Sistem

memiliki fungsi pengembangan







permukiman beserta kelengkapan

ruang Kabupaten magelang terbagi
menjadi empat orde dengan

orde tersebut terbagi sebagai
berikut:

6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE.DUDNWHULVWLNGDQ.HFHQGHUXQJDQ:LOD\DK



Gambar 2.8 Peta Struktur Ruang 2012

Sumber : Analisis Kelompok 2012


Kecamatan Muntilan, dan
Kota Magelang


Kecamatan Kaliangkrik,
Kecamatan Secang,




Mungkid dilakukan dengan

Mungkid merupakan ibukota
Kabupaten Magelang, dimana di
kecamatan ini terdapat berbagai

mengurusi otonomi di kabupaten

Kecamatan Mungkid memiliki

di Kabupaten Magelang.


Kecamatan Salam,
Kecamatan Srumbung,
Kecamatan Pakis,
Kecamatan Ngablak,
Kecamatan Windusari,
Kecamatan Bandongan,
dan Kecamatan Kajoran


Kecamatan Muntilan, dilakukan

Kecamatan Muntilan ini merupakan
pusat kegiatan ekonomi di
Kabupaten Magelang. Pada
kecamatan ini terdapat berbagai


Kecamatan Salaman, dan




6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE.DUDNWHULVWLNGDQ.HFHQGHUXQJDQ:LOD\DK

macam sarana perekonomian








memadai dan saling terintegrasi


mendorong pengembangan

Kota Magelang merupakan



dengan Kabupaten Magelang.

merupakan ibukota dari Kabupaten

Magelang sebelum mendapat















Magelang diletakkan pada orde


Magelang.

1.10 Analisis Pola Ruang

Gambar 2.9 Peta Pola Ruang Kabupaten Magelang 2012


Sumber : Analisis Kelompok 2012

6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE.DUDNWHULVWLNGDQ.HFHQGHUXQJDQ:LOD\DK




peruntukan ruang dalam suatu

ruang untuk fungsi lindung dan
peruntukan ruang untuk fungsi



terkendali serta mampu mengatasi
problematika pada dinamika

magelang.



ruang di Kabupaten Magelang




di Kabupaten Magelang sendiri


Kabupaten Magelang sesuai untuk

peruntukan pertanian, berupa
tanaman semusimdengan sistem
panenbongkar pada beberapa
bulan sekali dengan proses
bongkar pada saat panen seperti
tembakau, padi, dan jagung.
Pada kondisi eksisting, Kabupaten

Tembakau serta surplus pada





magelang dalam pada bidang




2. Karakteristik Penduduk





Penduduk dapat berperan sebagai
subjek sekaligus objek dalam




pemegang kebijakan, penduduk
merupakan objek karena sasaran

Penduduk sebagai aktor


bila direncanakan dengan baik


Analisis kependudukan bertujuan




distribusi, komposisi serta
dinamika untuk menentukan
karateristik penduduk pada suatu



dalam perencanaan Kabupaten
Magelang
2.1 Jumlah dan Persebaran Penduduk

kabupaten Magelang, sangat






tinggal di kaki gunung tersebut.

6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE.DUDNWHULVWLNGDQ.HFHQGHUXQJDQ:LOD\DK

Gambar 2.10 Jumlah Penduduk


Kabupaten Magelang Tahun 2011
Sumber: Kabupaten Magelang dalam




difungsikan sebagai pusat
kegiatan baik itu permukiman





Sumber: Kabupaten Magelang dalam


Angka 2011









karena efek letusan gunung









Kecamatan Grabag, Secang dan






Sedangkan kecamatan Grabag

batas terluar Kabupaten Magelang
dengan Kabupaten Semarang



strategis juga suasana lingkungan





jelas di Kecamatan Windusari

aksesibilitas transportasi disana.
Selain itu kecamatan kecamatan

Merapi cenderung memiliki sedikit
penduduk seperti Kecamatan


6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE.DUDNWHULVWLNGDQ.HFHQGHUXQJDQ:LOD\DK



2.2 Laju dan Arah Perkembangan


Penduduk

berfungsi untuk menunjukkan
trend dari kependudukan di


itu social ekonomi, lingkungan




210 dimana bencana merapi



Namun bencana tersebut tidak
membuat penduduk trauma untuk
tinggal di kabupaten Magelang.


kembali meningkat

Kabupaten Magelang Tahun 2008 2011

Sumber: Kabupaten Magelang dalam Angka





penduduk di tiap kecamatan





sekitar gunung seperti Kajoran,


Kaliangkrik Windusari. Sedangkan




cenderung tetap.
2.3 Kepadatan Penduduk
2.3.1 Kepadatan Bruto

Kepadatan penduduk bruto





lingkungan. Adapun rumus

penduduk brutto:

!"#$%&'()*+"+",'-"%."'/0$%1%&
2"%-'/0$%1%&'3,#456%7
Kepadatan penduduk bruto di
Kabupaten Magelang terdapat di
Kecamatan Muntilan dan paling
sedikit di Kajoran. Meskipun

paling tinggi namun karena






pula. Kecenderungan kepadatan




maka semakin tinggi kepadatan
penduduk

6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE.DUDNWHULVWLNGDQ.HFHQGHUXQJDQ:LOD\DK

Gambar 2.11 Peta Kepadatan


Penduduk Bruto Kabupaten Magelang 2011
Sumber: Analisis Studio Magelang 2012

2.3.2 Kepadatan Penduduk Netto


Kepadatan penduduk netto




terbangun. Kepadatan netto





Magelang Tahun 2007 - 2011

Sumber: Analisis Kelompok 2012

Kepadatan Netto di Kabupaten












2.3.3 Kepadatan Penduduk Fisiologis



dengan cara membagi antara





bagus jika ditinjau dari kepemilikan





tidak diiringi dengan penggunaan
teknologi maka akan ulit


6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE.DUDNWHULVWLNGDQ.HFHQGHUXQJDQ:LOD\DK







memungkinkan untuk menjadi


Kabupaten Magelang
Tahun 2007 - 2011






penduduk sedikit demi sedikit di


Kabupaten Magelang

Sumber: Analisis Kelompok 2012


Sumber: Analisis Kelompok 2012

2.4 Proyeksi Penduduk




dengan menggunakan seperangkat

berfungsi untuk memperkirakan
penduduk di masa mendatang

perencanaan sarana prasarana,

lingkungan dsb. Adapun metode


dengan mempertimbangkan tren


2.5 Perkembangan Penduduk



penduduk merupakan indikasi



pembangunan. Perkembangan

bebrapa faktor seperti:
a.

b.



c.

Pergerakan Penduduk
(migrasi)







6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE.DUDNWHULVWLNGDQ.HFHQGHUXQJDQ:LOD\DK

Tabel 2.7 Data Kelahiran dan


Kematian Penduduk Kabupaten
Magelang Tahun 2007 2010
Tahun

Kelahiran

Kematian

2007

42,013

30

2008

63,310

32

2009

69,402

54

2010

53,336

58



Berdasarkan data diatas, dapat



kematian di kabupaten Magelang
cenderung meningkat. Meskipun




cenderung akan terus memiliki
peningkatan populasi penduduk.













2.6 Struktur dan Komposisi Penduduk
2.6.1 Struktur Penduduk Menurut Umur
Struktur penduduk menurut umur

konsentrasi umur, pada jenjang




berbentuk ekspansif, dimana




z
dari total penduduk sedangkan
z




Berdasarkan Umur Tahun 2007 - 2011



Struktur penduduk berdasar umur



tenaga kerja juga berkaitan












6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE.DUDNWHULVWLNGDQ.HFHQGHUXQJDQ:LOD\DK





pembangunan di kabupaten Magelang



Sedangkan untuk penduduk usia lanjut









tinggal di perkotaan.

2.6.2 Sex Ratio



berdasar jenis kelamin ini kemudian







z





pembangunan.

Tabel 2.8 Sex Ratio di Kabupaten Magelang Tahun 2007 - 2011


Kecamatan

2007

2008

2009

2010

2011

Salaman

98.95

97.44

97.08

99.74

99.83

Borobudur

123.01

101.79

101.43

100.74

100.76

Ngluwar

101.32

101.62

100.75

97.30

97.29

Salam

103.09

103.95

106.91

99.85

99.69

Srumbung

100.32

101.40

101.51

99.39

99.39

Dukun

96.46

99.01

98.25

99.11

99.08

Muntilan

98.94

98.36

98.17

100.21

100.29

Mungkid

93.36

95.60

94.36

99.05

98.99

Sawangan

100.05

98.73

98.46

102.65

103.29

Candimulyo

99.77

100.91

102.90

101.52

101.94

Mertoyudan

97.80

98.38

98.73

98.45

98.33

Tempuran

99.10

100.76

101.44

102.36

102.56

Kajoran

100.16

102.72

102.01

101.82

101.87

Kaliangkrik

96.85

99.34

98.93

102.17

102.38

Bandongan

100.24

100.87

100.87

102.33

102.64

Windusari

98.21

97.73

97.41

104.55

104.78

Secang

99.38

100.98

100.69

100.33

100.26

Tegalrejo

101.42

106.44

108.50

108.99

108.66

Pakis

97.87

97.65

98.78

100.00

100.43

Grabag

101.40

99.99

98.98

101.71

101.70

Ngablak

100.09

100.76

100.53

101.76

101.99

Sumber: Kabupaten Magelang dalam Angka 2011



6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE.DUDNWHULVWLNGDQ.HFHQGHUXQJDQ:LOD\DK

2.6.3 Struktur Penduduk Menurut


Tingkat Pendidikan
Pendidikan sebagai pilar utama


mencerdaskan penduduk di suatu

aktif dan pasif dalam perencanaan

disajikan data penduduk
berdasarkan tamatan pendidikan:

Berdasarkan tingkat pendidikan




}
~





sarana pendidikan lanjut seperti
SMA dan Perguruan Tinggi,

Tabel 2.9 Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas menurut


Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan Tahun 2007 - 2011

P5+?.?.'*+(0*+7(D.$*=*$'*+
).?*'()*=*$(#D
#D
#AP
#A2
^

:LLHR
F:9B1
G9L1
1J9LF
1F9B1
J9B

:LLJR
:G91B
BE9FH
1K9GH
1:9HK
G9JE

:LLK
:G91F
B:9F
:L9LE
1E9EH
G9JE

:L1L
1H9KK
E:9::
1K9L:
1F9KJ
E9J

:L11
:191E
BB9EJ
:19BB
1K9JE
E9:1








Selain faktor sarana pendidikan,


meneruskan ke tingkat lanjut.


uang (seperti bekerja) bukan
}
~




dengan kemampuan untuk bisa
terlepas dari jerat pengangguran





dengan dibarengi dengan






6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE.DUDNWHULVWLNGDQ.HFHQGHUXQJDQ:LOD\DK



2

secara garis besar terbagi dalam

pada angkatan kerja dan bukan
angkatan kerja. Berdasarkan tabel

z
berada pada angkatan kerja. Pada


mengalami penurunan seiring
dengan peningkatan bukan pada









produktif, ataupun lapangan kerja


Tabel 2.10 Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas


menurut Jenis Kegiatan Tahun 2007 - 2011

:<
<
19(#5'"/*,
DZd
B9(S*.++0*
<

DW

:LLH
1LL
119G
GL9GF
:H9HF
1LL
KJ9:H
19HB

:LLJ
1LL
1G91:
GF9HH
1J911
1LL
KG9LJ
B9K:

:LLK
:J9HH
G9JF
1E9J:
H91
H19:B
GK9:G
19KH

:L1L
:L9HE
E9LB
1:9JF
B9JG
HK9:G
HH9FG
19H

:L11
BJ9B:
G9E:
:B91J
J9H:
GE9GJ
G19GK
:9KK

Sumber: Kabupaten Magelang dalam Angka 2011

2

Menurut Lapangan Kerja


menurut lapangan kerja ini
mengikuti struktur ekonomi,


disamping

Sumber: Kabupaten Magelang dalam Angka 2011



6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE.DUDNWHULVWLNGDQ.HFHQGHUXQJDQ:LOD\DK



dominan di Kabupaten Magelang

perdagangan, jasa dan industri.




tenaga kerja di sektor pertanian
juga mengalami penurunan pula.


berdasar lapangan kerja ini
berfungsi sebagai tolak ukur dalam
mengembangkan sektor ekonomi.







2.7 Ketenagakerjaan
Tabel 2.11 Dependency Ratio Kabupaten Magelang
Tahun 2007 - 2011

)*,&+TU=&%
:LLH
:LLJ
:LLK
:L1L
:L11

LC1E
:JJ@BBK
:KF@:F:
B:J@FJ1
BLH@BLJ
BL:@KEL

1FCGE
HJ1@EEE
HJ1@1FK
HFE@E1K
HJ1@KG1
JLL@1FJ

GFV
K1@EKF
KE@EJB
KH@:1H
K:@EFE
K1@:FF

Z
EJ9GLH(Q
EK9JK:(Q
FG9EE1(Q
F191:B(Q
EK9:GF(Q

Sumber: Analisis Kelompok 2011


mengukur ketenagakerjaan


Ratio ini menunjukkan seberapa
besar beban tanggungan penduduk


sendiri, angka ketergantungan

z
z





ketergantungan semakin tinggi.






produktif kebupaten Magelang

z

semu mengingat tidak semua
penduduk mendaftarkan diri ke

6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE.DUDNWHULVWLNGDQ.HFHQGHUXQJDQ:LOD\DK




kerja. Tetapi dari sampel ini






z
lalu mengalami akumulasi dengan


ketimpangan antara pencari kerja


z



tidak terdaftar di dinas terkait.


lanjut menjadi pengangguran. Hal







2




kerangka demikian, pembangunan

menempatkan manusia sebagai
objek (tujuan) sekaligus



subjek (pelaku) pembangunan


atau menempatkan manusia
sebagai titik sentral.Kabupaten


keunggulan di beberapa sektor
ekonomi namun tidak dibarengi

Tabel 2.12 Komponen Indeks
Pembangunan Manusia di Kabupaten
Magelang Tahun 2007 - 2010

45$5%*+7*+
2+7'*(W*%*C
,
N$*,&+O
2+7'*(A5/5'(
W&%&X(NQO
Z
S*=*(#5'"/*,(
N$*,&+O
P5+75/&*%*+(

ZZ
YPA

:LLH

:LLJ

:LLK

:L1L

GK9K

HL

HL9LH

HL9LH

K19B

K19B

K19BF

K19BF

H91

H91

H9:G

H9:G

G:19F GBL9K GBB9:G


HL9G H19E H19HG




Manusia di Kabupaten Magelang




6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE.DUDNWHULVWLNGDQ.HFHQGHUXQJDQ:LOD\DK

GBG9KG
H:9LJ

3. Karakteristik Ekonomi








dengan angka pengeluaran riil


3.1 Kondisi Perekonomian


3.1.1 PDRB


}~



memberi kontribusi paling besar


gas, dan air minum. Kontribusi




penduduk.



}~
Magelang terus mengalami












pengeluaran perkapita.




semakin menurun. Penurunan


semakin menurun. Sementara
itu, sektor jasa mengalami

Tabel 2.13 PDRB Kabupaten Magelang ADHK (dalam juta rupiah)


tahun 2007-2011
Lapangan Usaha
2007
1

Pertanian
Tanaman Bahan
Makanan
Tanaman
Perkebunan
Rakyat
Peternakan &
Hasil - hasilnya
Kehutanan

PDRB (dalam juta rupiah)


2008

2009

2010

2011

1.057.402,65

1.087.510,19

1.127.359,19

1.145.120,42

1.142.912,87

789.918,00

822.206,16

853.154,49

865.979,46

851.581,29

74.808,02

67.879,04

71.802,97

72.180,80

76.984,72

115.241,62

118.761,01

122.267,97

125.785,55

130.552,82

56.289,31

56.613,69

57.310,14

57.905,99

59.034,64

6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE.DUDNWHULVWLNGDQ.HFHQGHUXQJDQ:LOD\DK



Perikanan

21.150,70

22.043,29

22.823,62

23.268,68

24.759,40

Pertambangan
dan Penggalian

92.325,93

99.569,34

107.011,64

115.123,12

125.092,78

Industri Pengolahan

685.407,65

715.344,04

738.829,99

766.616,23

794.597,72

Listrik, Gas, dan


Air Minum

19.200,81

19.641,28

20.506,14

22.199,82

23.212,99

Bangunan /
Konstruksi

308.530,57

327.159,81

349.220,84

373.875,83

405.580,50

Perdagangan,
Restoran dan
Hotel

530.289,12

554.143,63

572.258,39

598.255,34

621.357,12

Pengangkutan
dan Komunikasi

197.854,96

208.198,11

218.606,40

232.009,52

245.909,74

Keuangan,
Persewaan dan
Jasa Perusahaan

100.342,61

104.070,61

107.757,65

112.121,22

117.687,44

Jasa - jasa

591.293,35

645.811,58

697.214,44

750.978,51

816.003,29

PDRB Kab Magelang

3.582.647,65

3.761.388,59

3.938.764,68

4.116.390,00

4.292.354,45

PDRB per kapita

3.086.174,72

3.220.248,39

3.351.395,72

3.481.023,26

3.607.405,54

Sumber : Kabupaten Magelang dalam Angka 2011


semakin berkemabng karena
lokasi Kabupaten Magelang


di pinggir jalan tersebut timbul


3.1.2 PDRB per Kapita



perkapita digunakan untuk

Kabupaten Magelang atas dasar






ekonomi perkapita di Kabupaten
Magelang. Berikut ini data dan

Kabupaten Magelang atas dasar


Kabupaten Magelang

Sumber : Kabupaten Magelang dalam




6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE.DUDNWHULVWLNGDQ.HFHQGHUXQJDQ:LOD\DK



mendorong kegiatan komersial



ada di sekitar jalan tersebut.





Peningkatan tingkat pendidikan




akan meningkatkan kegiatan



Kabupten Magelang, dan semakin



besar pada peningkatan tersebut.
3.2 Struktur Perekonomian
Kabupaten Magelang

Keberadaan Kabupaten Magelang





di Kabupaten Magelang menjadi
subur dan cocok untuk pertanian.

Magelang pintar bertani karena





Kabupaten Magelang. Kelengkapan

sumber mata air di Kabupaten





semakin mendorong peningkatan


Kabupaten Magelang sebagai
berikut :

Ekonomi Kabupaten Magelang


Kabupaten Magelang 2011








6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE.DUDNWHULVWLNGDQ.HFHQGHUXQJDQ:LOD\DK



3

ekonomi Kabupaten Magelang


Kabupaten Magelang memiliki







Ketergantungan pemasukan

Kerusakan jalan di beberapa titik

mengganggu proses distribusi



Magelang dan Kabupaten Magelang


ekonomi di Kabupaten Magelang.



termasuk di bidang ekonomi.
3.4 Disparitas Pendapatan


penduduk, antar sektor, dan antar








Miskin Kabupaten Magelang





Kabupaten Magelang termasuk
kemiskinan struktural. Kemiskinan




dan curam. Selain itu, tingkat

membuat presentase penduduk
miskin menurun. Tingkat


menggunakan pola pertanian

dan mobilitas terutama di





teknologi turut membantu dalam
pengentasan kemiskinan di
Kabupeten Magelang. Sementara
disparitas pendapatan antar


sektor.

6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE.DUDNWHULVWLNGDQ.HFHQGHUXQJDQ:LOD\DK


Tabel 2.14 Produktivitas Tenaga Kerja Kabupaten Magelang

Lapangan Usaha

Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas, dan Air Minum
Bangunan / Konstruksi
Perdagangan, Restoran dan Hotel
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Jasa - jasa

2007
2,33
18,39
6,27
7,65
8,34
3,32
6,41
83,03
4,88

Produktivitas Tenaga Kerja


(dalam juta rupiah)
2008
2009
2010
2,74
2,81
2,71
16,40
17,44
9,50
5,95
6,08
5,56
34,50
35,65
29,78
5,40
5,71
7,66
3,23
3,30
3,63
5,24
5,44
9,02
13,06
13,38
30,85
4,66
4,97
6,76

2011
2,93
14,17
7,08
13,01
7,00
3,24
8,48
21,99
6,05














penduduk bekerja di sektor



kualitas dan kuantitas sarana
dan prasarana untuk setiap










untuk mendorong beberapa sektor

semua sektor terutama pertanian.
Sementara analisa disparitas antar

berikut :

Williamson Kabupaten Magelang




6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE.DUDNWHULVWLNGDQ.HFHQGHUXQJDQ:LOD\DK



Angka indeks Williamson



menunjukkan jika di Kabupaten







berkegiatan ekonomi.





berjuang untuk meningkatkan



lereng gunung. Meskipun demikian
angka disparitas tersebut semakin

jenis pekerjaan setiap kecamatan
ratarata sama dengan teknologi


Programprogram pemerataan
pembangunan untuk mengurangi

3.5 Analisis Sektor Unggulan
Sektor unggulan merupakan

kompetitif dan keunggulan



}~
Keunggulan kompetitif

pengelolaan penggunaan
sumber sumber ekonomi dalam
proses produksi, distribusi, dan
konsumsi. Sementara keunggulan

pada kepemilikan ekonomi,
infrastruktur, sosial, politik,


keunggulan kompetitif atau
keunggulan komparatif saja
belum dapat dikatakan sebagai



keunggulan kompetitif dan
keunggulan komparatif.


analisa penentuan sektor
unggulan. Penentuan sektor
unggulan dilakukan dengn cara




unggulan. Analisa penentuan
sektor unggulan berdasarkan


Kabupaten Magelang sebagai
berikut :

6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE.DUDNWHULVWLNGDQ.HFHQGHUXQJDQ:LOD\DK

Tabel 2.15 Penentuan Sektor Unggulan Kabupaten Magelang

3RWHQVL(NRQRPL:LOD\DK
7LSRORJL.ODVVHQ
,QSXW
7HQDJD.HUMD 3'5% 2XWSXW


/DSDQJDQ8VDKD
3HUWDQLDQ

3RWHQVL(NRQRPL5HODWLI

3'5%
7HQDJD.HUMD
7. 66 /4 7. 66 /4
Y




7DQDPDQ%DKDQ0DNDQDQ
7DQDPDQ3HUNHEXQDQ
5DN\DW

3HWHUQDNDQ +DVLOKDVLOQ\D

.HKXWDQDQ

3HULNDQDQ
3HUWDPEDQJDQGDQ
3HQJJDOLDQ

,QGXVWUL3HQJRODKDQ

/LVWULN*DVGDQ$LU0LQXP

%DQJXQDQ.RQVWUXNVL
3HUGDJDQJDQ5HVWRUDQGDQ
+RWHO
3HQJDQJNXWDQGDQ
.RPXQLNDVL
.HXDQJDQ3HUVHZDDQGDQ
-DVD3HUXVDKDDQ

-XPODK











-DVDMDVD
5DWD5DWD






Tabel analisa tersebut






sektor unggulan di Kabupaten






unggulan pada analisa potensi


sektor lain menjadi unggulan pada
analisa potensi relatif ekonomi
tapi tidak menjadi unggulan pada

tidak dapat dikategorikan sebagai
sektor unggulan.

6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE.DUDNWHULVWLNGDQ.HFHQGHUXQJDQ:LOD\DK



3.5.1 Lokasi Sektor Unggulan






Tabel 2.16 Penentuan Lokasi Sektor Unggulan
Kabupaten Magelang

3RWHQVL(NRQRPL:LOD\DK
.HFDPDWDQ

6DODPDQ
%RUREXGXU
1JOXZDU
6DODP
6UXPEXQJ
'XNXQ
0XQWLODQ
0XQJNLG
6DZDQJDQ
&DQGLPXO\R
0HUWR\XGDQ
7HPSXUDQ
.DMRUDQ
.DOLDQJNULN
%DQGRQJDQ
:LQGXVDUL
6HFDQJ
7HJDOUHMR
3DNLV
*UDEDJ
1JDEODN
5DWDUDWD

7LSRORJL.ODVVHQ
7HQDJD.HUMD 3'5%
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y



Y
Y
Y
Y
Y

Y

,QSXW
2XWSXW

3RWHQVL(NRQRPL
5HODWLI
3'5%
7. 66 /4
Y
Y

Y


Y
Y
Y

Y


Y

Y
Y
Y
Y



Y


Y


Y


Y


Y


Y


Y




Y
Y
Y
Y
Y

Y
Y

Y
Y

Y
Y

Y
Y
Y

-XPODK




























6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE.DUDNWHULVWLNGDQ.HFHQGHUXQJDQ:LOD\DK

Sektor unggulan Kabupaten Magelang




Kabupaten Magelang kecuali
Kecamatan Kajoran, Kaliangkrik, dan
Bandongan. Kabupaten Magelang saat




kota.
Selain sektor jasa sebagai sektor
unggulan Kabupaten Magelang. Setiap

kecamatan memiliki sektor unggulan



sektor unggulan setiap kecamatan

pengemabangan ekonomi Kabupaten
Magelang sesuai dengan sektor

dapat dikembangkan ekonomi sesuai
dengan unggulan setiap kecamatan


optimal. Sektor unggulan setiap

berikut :

Tabel 2.17 Sektor Unggulan setiap Kecamatan Kabupaten Magelang


7DQDPDQ
%DKDQ
0DNDQDQ

3HUWDPEDQJDQ
GDQ3HQJJDOLDQ

,QGXVWUL
3HQJRODKDQ

3HUGDJDQJDQ
5HVWRUDQGDQ
+RWHO

%DQJXQDQ
.RQVWUXNVL

3HQJDQJNXWDQ
GDQ.RPXQLNDVL

-DVD
MDVD


%RUREXGXU 
1JOXZDU

6DODP

6UXPEXQJ 
'XNXQ

0XQWLODQ

0XQJNLG

6DZDQJDQ 
&DQGLPXO\R 
0HUWR\XGDQ 
7HPSXUDQ 
.DMRUDQ

.DOLDQJNULN 
%DQGRQJDQ 
:LQGXVDUL 
6HFDQJ

7HJDOUHMR

3DNLV


























































































































!"#$#%

&

&

&

&

&

&

&

'%#$(#)

&

&

&

&

&

&

&

6DODPDQ



6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE.DUDNWHULVWLNGDQ.HFHQGHUXQJDQ:LOD\DK





Dasar Harga Konstan



Multiplier effect merupakan efek



membangkitkan beraneka
ragam kegiatan lain. Pada



dan andalan di dalam suatu
kota. Akan tetapi belum tentu

besar mampu memiliki multiplier


kegiatan tersebut dalam unit



dilakukan dalam perencanaan



}~
serta memberi bangkitan bagi





sebagai berikut:
  Sektor tersebut
tidak menimbulkan
multiplier effect
  Sektor tersebut
menimbulkan multiplier
effect




}~
serta dapat membangkitkan
bagi kegiatan perekonomian di



Perdagangan, Hotel dan Restoran,



6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE.DUDNWHULVWLNGDQ.HFHQGHUXQJDQ:LOD\DK

4. Karakteristik Sarana dan Prasarana


Keberadaan dan kelengkapan
sarana prasarana merupakan








sekunder. Sarana dan prasarana




sarana prasarana tersebut antara
lain mencakup sarana pendidikan,

peribadatan, dan permukiman



4.1 Sarana Pendidikan
Peran sarana pendidikan dalam



andalan untuk mempersiapkan


tantangan zaman.Persiapan

bidang pendidikan dilakukan
sejak dari masa pendidikan dasar,

peran sarana pendidikan sangat
penting dalam memperlancar
pelaksanaan proses pembelajaran.

Persebaran sarana pendidikan


dianggap sangat penting untuk




pendidikan maka dapat dikatakan
kabupaten tersebut mampu



positif bagi kemajuan kabupaten





di Kabupaten Magelang.
Tabel 2.18 Perkembangan Jumlah SD,
SMP, dan SMA di Kabupaten Magelang
tahun 2007 - 2011










pendidikan di Kabupaten Magelang.

6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE.DUDNWHULVWLNGDQ.HFHQGHUXQJDQ:LOD\DK



Gambar 2.12 Sekolah di Kecamatan Sawangan




4.1.1 Sekolah Dasar (SD)



Kabupaten Magelang Tahun 2016 2021





penting dalam sarana pendidikan








masa TK mulai diterapkan pada
















lingkungan keluarga.

6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE.DUDNWHULVWLNGDQ.HFHQGHUXQJDQ:LOD\DK






Kabupaten Magelang. Mengingat



kan

terkait di Kabupaten Magelang.




mengalami kekurangan sarana









mendatang. Hasil ekstrapolasi






mengalami penurunan seperti di


}~

Kabupaten Magelang Tahun 2016 - 2021



SMP merupakan jenjang





sebagai pelengkap dari program


Tabel diatas merupakan analisis




Pertama di Kabupaten Magelang.

6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE.DUDNWHULVWLNGDQ.HFHQGHUXQJDQ:LOD\DK







nampak sangat jelas pada




cenderung curam beserta pola






}~


unit SMP untuk menampung
penduduk usia SMP. Terdapat

mengalami penurunan pada 10


.

}~

Tahun 2016 - 2021




merupakan tingkat pendidikan





memiliki jangkauan luas, baik lokasi



tidak dibatasi. SMA menampung


murid dari lulusan SMP dan 1 SMA




Kabupaten Magelang sangat
tinggi, Bisa di simpulkan sarana

6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE.DUDNWHULVWLNGDQ.HFHQGHUXQJDQ:LOD\DK

SMA di Kabupaten Magelang




sarana pendidikan di Kabupaten
Magelang. Hasil ekstrapolasi

sarana SMA di Kabupaten

akan datang semakin meningkat

pesat, terutama pada kecamatan








Atas (SMA).

4.2 Sarana Kesehatan


matan di Kabupaten Magelang tahun 2011






manusia. Keberadaan akan sarana




}~
puskesmas, puskesmas pembantu,




masing masing kecamatan dinilai



standar sarana jangkauan
kabupaten bukan kecamatan,

perlu sarana tersebut karena
cukupi. Sarana tersebut

}~

6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE.DUDNWHULVWLNGDQ.HFHQGHUXQJDQ:LOD\DK



4.2.1 RSU (Rumah sakit Umum)












umum untuk mencapai kualitas


dibangun untuk menjadi rujukan

bagi puskesmas puskesmas




sakit umum memiliki fasilitas







akan dilakukan mencari

Magelang.


















6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE.DUDNWHULVWLNGDQ.HFHQGHUXQJDQ:LOD\DK

4.2.2 Puskesmas




setiap kecamatan memiliki satu
puskesmas dan apabila penduduk







dibangun puskesmas pembantu.


Pembangunan puskesmas
dianggap sangat penting bagi



terdapat pengobatan gratis bagi
mereka tanpa dan dengan kartu
}
~



Kabupaten Magelang Tahun 2016 - 2031



Sesuai dengan analisis diatas





menjangkau ke semua kecamatan







puskesmas diKabupaten Magelang


6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE.DUDNWHULVWLNGDQ.HFHQGHUXQJDQ:LOD\DK



4.2.3 Puskesmas Pembantu


Puskesmas pembantu merupakan
puskesmas yang dibangun untuk
membantu memenuhi pelayanan
kesehatan di setiap kecamatan di
Kabupaten Magelang.
Dari analisis tersebut disimpulkan
bahwa jumlah Puskesmas
Pembantu di Kabupaten Magelang
saat ini sudah dapat mencukupi
kebutuhan yang ada kecuali

di Kecamatan Muntilan dan


Kecamatan Mungkid. Pada kedua
kecamatan tersebut sampai saat
ini masih kekurangan jumlah
puskesmas pembantu. Namun,
hal tersebut tidak teralu menjadi
masalah karena di kedua kecamtan
tersebut masih terlayani oleh
sarana kesehatan lain seperti
puskesmas dan Rumah Sakit.




Sumber : Kabupaten Magelang Dalam Angka 2010-2011, Diolah Tahun 2012

4.3 Sarana Peribadatan


Sarana peribadatan merupakan
salah satu sarana pendukung
masyarakat dalam melakukan kegiatan keagamaan. Tempat peribadatan berguna untuk memenuhi
kebutuhan rohani setiap manusia,
oleh karena itu perlu adanya



penempatan sarana peribadatan


yang mudah dijangkau oleh masing-masing pemeluk agama, agar
terjadi keseimbangan antara kegiatan jasmani dan rohani.

6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE.DUDNWHULVWLNGDQ.HFHQGHUXQJDQ:LOD\DK


di Kabupaten Magelang, 2011








adapat melindungi manusia dari

kabupaten Magelang, keberadaan


selatan, barat, maupun timur

permukiman. Namun bisa



Kabupaten Magelang. Hal tersebut


disebabkan karena di bagian






tinggal di sekitar jalur tersebut


untuk membuka bisnis ataupun


Gambar 2.13 Peta Persebaran Permukiman Kabupaten Magelang 2012

Sumber : Analisa Kelompok 2012


6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE.DUDNWHULVWLNGDQ.HFHQGHUXQJDQ:LOD\DK



4.5 Sarana Perekonomian



antara penjual dan pembeli


pasar di Kabupaten Magelang
merupakan pasar tradisional,


dengan perkembangan jaman.


melalui media pasar. Apalagi


barang pertanian amat sangat
bergantung pada keberadaan







tingkat ekonomi Kabupaten
Magelang, terutama dari sektor






pusat perbelanjaan modern.


perlu dilestarikan.

Gambar 2.14 Peta Persebaran Pasar Kabupaten Magelang 2012

Sumber : Analisa Kelompok 2012



6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE.DUDNWHULVWLNGDQ.HFHQGHUXQJDQ:LOD\DK

4.6 Sarana Transportasi




Magelang, tidak terlepas dari

antara kedua kota tersebut.

jalan memegang peranan penting
dalam perkembangan Kabupaten



di dalam sistem transportasi.

jalan akan menentukan pola

keberadaan jalan tidak mungkin
diabaikan. Keberadaan jaringan



ada. Keberadaan jaringan jalan

kegiatan seperti jenis kegiatan




penataan ruang dan penggunaan

#*&

Pola jaringan jalan di Kabupaten


Magelang terdiri dari jaringan jalan
arteri, jaringan jalan kolektor, dan
jaringan jalan lokal. Keberadaan
pola jaringan jalan menunjang


dapat menjalankan fungsi dan




Magelang, mebuat beberapa jalan





kondisi jalan magelang dalam
tabel berikut:Berdasarkan status





Tabel 2.19 Keadaan Jalan
Menurut Status

.HDGDDQ
-HQLV3HUPXNDDQ
D'LDVSDO
E.HULNLO
F7DQDK
G7LGDNGLSHULQFL
-XPODK
.RQGLVL-DODQ
D%DLN
E6HGDQJ
F5XVDN
G5XVDNEHUDW
-XPODK
.HODVMDODQ
D.HODV
E.HODV
F.HODV
G.HODV$
H.HODV%
I.HODV&
J.HODVWGNGLSHULQFL
-XPODK

6WDWXVMDODQ
1HJDUD 3URSLQVL








































.DE.RWD



















Sumber: Kabupaten Magelang


dalam Angka 2010

6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE.DUDNWHULVWLNGDQ.HFHQGHUXQJDQ:LOD\DK






merupakan jalan Kabupaten,
dengan total panjang ruas jalan


aspal dan dalam kondisi sedang.



berada di Kabupaten Magelang ini,



Begitu pula dengan jalan Propinsi,


aspal dan berada dalam keadaan




untuk mencapai kualitas prima,

untuk jalan kabupaten/kota




total panjang ruas jalan sebesar


z



tersendiri dan perlu segera

Kabupaten Magelang itu sendiri.


Karena ditakutkan keberadaan




transportasi di Kabupaten
Magelang.

Kabupaten Magelang

Sumber: Kabupaten Magelang




Kondisi jalan baik mengalami




sedang mengalami perbaikan



rusak terjadi akibat penurunan



baik merupakan polemic tersendiri
bagi Kabupaten magelang, karena

diantara dua kota besar di Pulau

segera diatasi dengan kerjasama




di Kabupaten Magelang

6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE.DUDNWHULVWLNGDQ.HFHQGHUXQJDQ:LOD\DK

$*& Penunjang Transportasi




ingin menggunakan transportasi
public dapat menuju terminal dan
menggunakan bus, karena cara ini

Terminal di Kabupaten Magelang

Muntilan, Secang serta Borobudur.


kereta membuat Kabupaten

pda jalan darat dengan





maupun Semarang, begitu pula
dengan kereta api. Hal ini sangat




+*& 
Kecelakaant

di Kabupaten Magelang (peta
~
kemacetan terjadi di sekitar
pasar. Sebagai lokasi dengan

cukup tinggi, bisa dipastikan

sedikit. Ketidakdisiplinan para



dagangan, emnjadi kombinasi






membuat kemacetan tidak dapat


menggunakan bus berbadan besar,
dan memakan lebar jalan cukup




pada distribusi barang dan jasa,

Begitu pula dengan kecelakaan


kecelakaan menimbulkan kerugian







meninggal ataupun cacat total,

dengan uang sebesar apapun.



kabupaten Magelang dengan


6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE.DUDNWHULVWLNGDQ.HFHQGHUXQJDQ:LOD\DK



Tabel 2.20 Jumlah Kecelakaan di kabupaten Magelang Tahun 2010

Z&=/*,(
45<5/*'**+
BBF

A5+.+77*/
::

S&'*(
>5%*$
KL

S&'*(
Z
EJB

Z&=/*,(
4"%6*+
FKF

Z&=/*,(45%&7.*+(
Z
Z

Sumber: Kabupaten Magelang dalam Angka 2010














juga dari pengguna jalan itu
sendiri.
5 Kecenderungan
Kabupaten Magelang merupakan


Kecenderungan perkembangan




Gambar 2.14 Skema Teori Doxiadis


Teknik Analisis Kota, 2011






}~





perkembangan penggunaan




dari perkembangan piramida
penduduk di Kabupaten Magelang






Kecenderungan ruang Kabupaten

pola ruang dan struktur ruang

perkembangan pola ruang

semakin lama semakin meningkat





6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE.DUDNWHULVWLNGDQ.HFHQGHUXQJDQ:LOD\DK


Muntilan, Mungkid dan Kota

juka perkembangan Kabupaten



dari keadaan struktur penduduk




sebagian penduduk berada di usia

usia tua sedikit. Bentuk piramida

penduduk di Kabupaten Magelang








Kabupaten Magelang menunjukkan

berkembang di Kabupaten

mendominasi perekonomian
Kabupaten Magelang semakin
lama semakin menurun sementara
sektor jasa semakin lama semakin
meningkat. Perekonomian
Kabupaten Magelang semakin

Kabupaten Magelang saat ini
sedang menuju proses mengkota

sektor tersier.





6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE.DUDNWHULVWLNGDQ.HFHQGHUXQJDQ:LOD\DK





6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE.DUDNWHULVWLNGDQ.HFHQGHUXQJDQ:LOD\DK

ISU DAN POTENSI

!!!"#!$%#&'(#)*+,($!
1 TINGGINYA TINGKAT
KEMISKINAN
Oleh: Joobu Wahyudi (36328)
Menurut Biro Pusat Statistik
(BPS) bahwa Tingkat kemiskinan
didasarkan pada jumlah rupiah
konsumsi berupa makanan yaitu
kurang dari 2100 kalori per
orang per hari (dari 52 jenis
komoditi yang dianggap mewakili
pola konsumsi penduduk yang
berada di lapisan bawah), dan
konsumsi non makanan (dari
45 jenis komoditi makanan
sesuai kesepakatan nasional dan
tidak dibedakan antara wilayah
pedesaan dan perkotaan).
Patokan kecukupan 2100 kalori
ini berlaku untuk susunan umur,
jenis kelamin, dan perkiraan


penduduk. Bisa disimpulkan
Kemiskinan adalah keadaan
dimana pendapatan seseorang
tidak dapat memenuhi kebutuhan
minimumnya. Tingkat pendapatan
itulah yng menentukan keadaan
seseorang itu miskin atau tidak
miskin. Kemiskinan merupakan
permasalahan yang sering
terjadi dan wajib ditangani dan
memerlukan langkah-langkah
penanganan dan pendekatan
yang sistematik, terpadu dan
menyeluruh.
Kemiskinan yang ada di
Kabupaten Magelang merupakan
masalah utama, sampai saat
ini masih banyak penduduk

yang mengalami kemiskinan.


Pemerintah juga sudah berupanya
untuk menanggulangi masalah
tersebut, tetapi dari kesadaran
para penduduk yang masih kurang
karena rendahnya pendidikan dan
pola pikir yang masih sederhana.
Kondisi Kabupaten memiliki

sebagian besar adalah pertanian
dan perkebunan, lalu sisanya
pedagang sayur, buah dan tukang
ojek, dll.
Berdasarkan data keluaran BPS
Kabupaten Magelang, angka
kemiskinan di Kabupaten Magelang
mencapai 167.200 jiwa di tahun
2010 atau sebesar 14,14%
dengan garis kemiskinan Rp
184.053/kapita/bulan. Jumlah

tahun 2003 hingga tahun 2010
dengan garis kemiskinan yang
terus mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun. Fluktuasi jumlah
penduduk miskin dari tahun ke

berikut ini.



Sumber: Kabupaten Magelang dalam angka 2010


2011, diolah tahun 2012

6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE,VXGDQ3RWHQVL




Sumber : Kabupaten Magelang dalam angka 2010 - 2011, diolah 2012

Trend yang terjadi yakni jumlah


penduduk miskin terus mengalami
penurunan, dapat dilihat dari
tahun 2007 hingga tahun 2010.
Namun berdasarkan hasil dari
data Kabupaten Magelang dalam
angka jumlah rumah tangga miskin
mengalami peningkatan yakni dari
102.528 rumah tangga di tahun
2008 menjadi 142.583 rumah
tangga di tahun 2011. Untuk lebih

jumlah rumah tangga miskin per
kecamatan di bawah ini.



Sumber: Hasil survey Program Perlindungan Sosial,


Program Sosial Ekonomi, dan SPDKP



Jumlah rumah tangga miskin di


Kabupaten Magelang semakin
meningkat ini karena dari segi
pendapatan masih dibawah UMR,
kurangnya penerangan listrik,
sumber air bukan PDAM, tidak
memiliki alat kompor untuk memasak,

Kabupaten Magelang yaitu paling
banyak adalah pada kategori
rentan miskin, hal ini berarti
penduduk Kabupaten Magelang
masih sangat kurang untuk
memenuhi kebutuhannya.
Peta diatas merupakan peta
jumlah kemiskinan dari beberapa
kategori (Hampir miskin, miskin,
sangat miskin, rentan miskin).
Bisa dilihat diatas kita mengetahui
kecamatan yang paling banyak
kemiskinannya yaitu di grabak dan
bandongan (semaki gelap semakin
banyak masyarakat miskin).

6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE,VXGDQ3RWHQVL


Sumber : Kabupaten Magelang dalam angka 2010-2011, diolah tahun 2012

Dari peta kepadatan penduduk


Kabupaten Magelang, Kecamatan
Bandongan memiliki kepadatan
yang cukup tinggi berkisar
1.201 1.862 jiwa/km2 dan
memiliki jumlah penduduk
miskin yang terbanyak berkisar
9.000 jiwa. Analisis ini bisa di
ketahui kecamatan Bandongan
yang merupakan daerah yang
bisa dibilang masih terbelakang
daripada kecamatan lainnya (dari
faktor ekonomi, SDM, sarana dan
prasarana yang masih kurang).
Bisa dilihat pada peta di atas.
kerentanan kemiskinan yang
dihadapi masyarakat lewat
pendapatan perkapita. Berikut
ini disajikan tabel pendapatan
perkapita penduduk Kabupaten
Magelang.




!"#$%!&'()*+,)-.)'+%/#0*+)12
5667 5668 5669 56:6

3)104
;)<=%
8=A76
>)?&@)4?

8=B7:

8=98C

9=B7C

56::
9=989

Sumber: Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten


Magelang Tahun 2007-2011

Pada tabel diatas PDRB Perkapita


Kabupten Magelang mengalami
peningkatan selama 5 tahun
terakhir. Diketahui bahwa di tahun
2010 dan 2011 pendapatan
perkapita Kabupaten Magelang
sudah berada di atas standar
World Bank yaitu masing-masing
sebesar Rp 9.675 dan Rp 9.989
dengan nilai kurs sebesar 8.920
Rupiah/1 USD di tahun 2010 dan
8.700 Rupiah/1 USD di tahun
2011.

6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE,VXGDQ3RWHQVL




Faktor penyebab kemiskinan
di Kabupaten Magelang antara
lain yakni faktor struktural dan
kultural. Kemiskinan struktural
adalah kemiskinan yang diderita
suatu golongan masyarakat,
karena struktur sosial masyarakat
itu tidak dapat ikut menggunakan
sumber-sumber pendapatan yang
sebenarnya tersedia bagi mereka.
Menurut Selo Soemardjan (1980),
kemiskinan struktural dipicu oleh
rendahnya kualitas pendidikan,
terbatasnya akses terhadap
layanan publik, serta minimnya
modal untuk membangun usaha.

Pemikiran ini sejalan dengan


pemikiran Amartya Sen yakni
penyebab awetnya kemiskinan,
ketidakberdayaan, maupun
keterbelakangan adalah persoalan
aksesibilitas.
Dalam isu kemiskinan di
Kabupaten Magelang, ada
beberapa penyebab kenapa terjadi
kemiskinan. Antara lain :
 Aksesibilitas rendah
 Tingkat pendidikan yang rendah
 Bencana alam

 


Sumber : Kabupaten Magelang dalam angka 2010 2011, diolah tahun 2012



6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE,VXGDQ3RWHQVL

Ketersediaan aksesibilitas di
Kabupaten Magelang masih kurang
memadai terutama pada daerah
terpencil. Pada daerah tersebut,
kondisi jalan banyak yang rusak
akibat dilewati truk-truk dengan
beban yang berlebihan, selain
itu belum ada transportasi
umum sebagai sarana mobilitas
penduduk. Akibatnya seperti
pengiriman barang bahan pokok
atau hasil pertanian ke pasar
menjadi terhambat dan terjadi
pembusukan.

Setelah pasca bencana merapai


banyak jembatan yang putus
akibat lahar dingin, otomatis
aksesibilitas makin rendah. Makin
susah para masyarakat untuk
menggunakan jembatan yang
masih rusak, hal ini pemerintah
sudah bergerak cepat untuk
membuat jembatan kembali.
Pada peta di bawah merupakan
peta aksesibilitas yang dimana
bisa dilihat hanya beberapa
kecamatan yang dilewati oleh
jalan jogja semarang yang
memiliki aksesibilitas yang baik.
Kecamatan yang lain masih rendah
aksesibilitasnya.

 
Tingkat pendidikan Kabupaten Magelang masih rendah, rata rata lulusan
SMP/MTS dan SMA/SMK. Dari segi pelayan masih sangat kurang, dengan

sekolah dan sarana transportasi yang masih minim.


Sumber: Kabupaten Magelang dalam angka 2010 2011, diolah tahun 2012

Kebutuhan sarana pendidikan di Kabupaten Magelang masih sangat banyak,



faktor standar jumlah pendidikan di Kabupaten Magelang masih sangatlah
kurang. Sarana SD, SMP, dan SMA kebutuhannya sekitar 100 unit sekolah,
dengan yang kondisi sekarang masih tidak ideal.
6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE,VXGDQ3RWHQVL



Selain itu faktor lain kenapa


pendidikan Kabupaten Magelang
rendah, yaitu partisipasi penduduk
Kabupaten Magelang dalam
pendidikan dapat dilihat pada tabel
di bawah ini.
Angka partisipasi sekolah
dan angka pertisipasi murni
ini merupakan bukti bahwa
pendidikan di Kabupaten Magelang
masih tergolong rendah. Secara
keseluruhan dari tahun 2009
hingga tahun 2011 angka
partisipasi mengalami kenaikan
namun nilainya masih sangat

rendah. Angka partisipasi sekolah


pada kelompok umur 7-12 tahun
dan kelompok umur 13-15 tahun
serta angka partisipasi murni pada
tingkat pendidikan SD dan SMP
masih tergolong tinggi. Namun
angka partisipasi sekolah pada
kelompok umur 16-18 tahun
serta angka partisipasi murni
pada tingkat pendidikan SMA
masih sangat rendah, bahkan
tidak mencapai angka 50%.
Berarti sebanyak separuh lebih
anak-anak usia 16-18 tahun
mengalami putus sekolah atau
tidak bersekolah.

}~
}~
'()&*+&,.*/0
: 7D:5%,)104
5 :AD:C%,)104
A :BD:8%,)104

%&

123,4-5406787+487-9(,&)4:-;<=
?723,465(2@7@7,42
!""#
!"$"
!"$$
98=67
98=A5
98=6A E"
8F=8A
8F=8A
8C=89 E>!
F9=59
F8=65
F8=5C E>G

123,4-5406787+487->/027-;<=
!""#
!"$"
!"$$
9B=89
9B=69
9B=CF
75=CB
7A=AA
7F=C9
FA=7:
F:=A7
F5=5F

Sumber: Kabupaten Magelang Dalam Angka Tahun 2009-2011

 
Bencana alam merupakan hal yang
tidak bisa di hindarkan. Hal ini bisa
terjadi karena banyak hal, seperti
tempat kawasan resapan di jadikan
permukiman, kawasan longsor di
jadikan permukiman, Kebakaran
yang sering terjadi, dll.
Pada tahun 2010 terjadi bencana
erupsi merapi yang besar,
menyebabkan kerugian besar
dalam bidang perekonomian


terutama bagi para penduduk


yang bekerja di pertanian dan
banyak penduduk yang kehilangan
tempat tinggal.
Pada tanggal 7 September 2012
terjadi kebakaran Pasar Talun di
Kecamatan Dukun, tidak hanya
menghancurkan 123 kios dan
510 los yang ada. Kebakaran ini
menyebabkan pedagang kehabisan
modal. Lalu pada bulan Januari
2012 terjadi tanah longsor di

6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE,VXGDQ3RWHQVL


Gambar 3.4 Peta Rawan Bencana Kabupaten Magelang tahun 2012

Dusun Santan dan Jumbleng, Desa


Sriwedari, Kecamatan Salaman,
Kabupaten Magelang rata tanah
setelah tertimbun longsoran
tebing setinggi 20 meter.
Terjadinya longsor karena cuaca
yang buruk lalu hujan deras yang
menggunyur menyebabkan tanan
menjadi longsor.
Kemiskinan kultural merupakan
kemiskinan yang muncul sebagai
akibat adanya nilai-nilai atau
kebudayaan yang dianut oleh
orang-orang miskin. Menurut
seorang antropolog, Oscar Lewis
(1983) orang-orang miskin
adalah kelompok yang mempunyai

budaya kemiskinan sendiri yang


mencakup karakteristik psikologis
sosial dan ekonomi. Kemiskinan
muncul akibat suatu budaya
yang dianut oleh masyarakat
sendiri. Hal ini terjadi juga pada
sebagian penduduk miskin
Kabupaten Magelang yang
menerima kemiskinan dengan
pasrah akibat kemiskinan telah
menjerat masyarakat dalam kurun
waktu yang cukup lama. Karena
menganggap kemiskinan sebagai
takdir maka daya juang untuk
keluar dari jerat kemiskinan pun
menjadi rendah.

6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE,VXGDQ3RWHQVL




Dari isu kemiskinan yang telah
dibahas diatas, sebenarnya
Kabupaten Magelang memiliki potensi
yang kuat untuk mensejahterakan
dan meningkatkan kualitas
penduduknya. Potensinya antara
lain :
 Memiliki Sumber mata air
yang mengalir sepanjang tahun
fungsinya untuk sawah irigasi
 Memiliki daerah pertanian
yang subur dan hasil produksinya
sangat tinggi, tinggal bagaimana
caranya untuk mengelola /
memberikan inovasi.

 Memiliki tempat wisata yang


menarik untuk meningkatkan
perekonomian
Sebenarnya potensi yang dimiliki
Kabupaten Magelang cukup untuk
meningkatkan kesejahteraaan
hidup para masyarakat tinggal
bagaimana cara untuk melakukan
perubahan pola pikir atau budaya
yang turun temurun seperti itu.
Dengan mengetahui masalah
dan potensi maka bisa dilakukan
ide ide dan inovasi baru untuk
memberantas kemiskinan
Kabupaten Magelang.

 Struktur tanah berpasir yang


kaya akan mineral dan susah di
temukan di wilayah lain.



6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE,VXGDQ3RWHQVL

2 DAMPAK KERENTANAN BENCANA ALAM


KABUPATEN MAGELANG
Oleh: Adnan Adin Nugraha (37488)

Magelang merupakan dataran
tinggi yang berbentuk menyerupai
cawan karena dikelilingi oleh lima
gunung yaitu Gunung Merapi,
Merbabu, Andong, Telomoyo,
Sumbing, dan Pegunungan
Menoreh. Hal ini menyebabkan
Kabupaten Magelang memiliki
tingkat kerentanan bencana alam
yang cukup tinggi.

Dalam Peraturan Daerah Provinsi


Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi Jawa Tengah Tahun 20092029 telah disebutkan juga bahwa
Kabupaten Magelang termasuk dalam
kawasan rawan bencana di Jawa
Tengah. Hal ini tentunya mengundang
berbagai penelitian untuk mengetahui
bagaimana kerentanan bencana di
Kabupaten magelang serta bagaimana
dampaknya terhadap penduduk yang
tinggal di Kabupaten ini.


D*#"@(1*#A&#&(E.&/
!&#&,(F2#$@23

=*A&/&'&#

!"#$%&'(!"#$$" !"#$%&'()*#+&, !"#$%&'()"#$&#


-&.&/&#
123245+53
6$.57&3
-&.&/
-35/45#$
85%5#
95#'".&#
95#$%"+
-&7&#$&#
:&#+"/5.;2
!"#$%&'()*
!*/<53&#
=&>23&#
=&."&#$%3"%
1&#+2#$&#
?"#+5@&3"
-*A&#$
!*$&.3*>2
B&%"@
C3&4&$
6$&4.&%

0
0

=*%*3"#$&#

1&#>"3(F&,&3(
8"#$"#

1&#>"3

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
+

0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
0

+
0

0
0
0
0
0

E#$"#(B5'"#$(
1*."5#$

0
0
0

0
0

0
0
0

0
0
0
0
0
0
0

Sumber: BPBD Kabupaten Magelang

Dengan melihat tabel sebaran


bencana di Kabupaten Magelang,
dapat disimpulkan bahwa kecamatan
yang memiliki tingkat kerentanan
bencana paling tinggi adalah

Kecamatan Mertoyudan, dengan


jumlah bencana sebanyak
lima buah. Letak Kecamatan
Mertoyudan berada di tengahtengah Kabupaten Magelang,

6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE,VXGDQ3RWHQVL



dimana kecamatan ini memiliki


kelerengan paling datar,
sedangkan kecamatan-kecamatan
lain disekelilingnya berada pada
tingkat kelerengan yang tinggi.
Hal ini menyebabkan Kecamatan
Mertoyudan seringkali mengalami
bencana akibat adanya limpahan
material dari tiap kecamatankecamatan lain yang ada
disekelilingnya.

Lokasi permukiman penduduk


pada areal yang tidak sesuai
peruntukan lahan permukiman
juga mempengaruhi kerentanan
bencana pada suatu wilayah.
Semakin banyak permukiman yang
menyalahi ketentuan peruntukan
lahan di suatu wilayah maka
kerentanan wilayah tersebut
terhadap suatu bencana akan
meningkat.



Sumber : BAPPEDA Kabupaten Magelang 2012, olah data 2012

Berdasarkan peta persebaran


permukiman yang dioverlay
dengan peta kelerengan Kabupaten
Magelang, dapat dilihat bahwa
masih terdapat banyak permukiman
penduduk yang berada di tingkat
kelerengan lebih dari 8%. Hal ini
tidak sesuai dengan ketentuan


lahan peruntukan permukiman


yang seharusnya berada di
tingkat kelerengan 0-8%. Kondisi
yang seperti ini menyebabkan
meningkatnya resiko timbulnya
korban jiwa setiap terjadi bencana
di Kabupaten Magelang.

6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE,VXGDQ3RWHQVL

!"#

Tanah Longsor


Sumber : BAPPEDA Kabupaten Magelang 2012, olah data 2012

Tanah longsor di Kabupaten


Magelang terjadi akibat
terdapatnya dinding/tebing yang
curam dan kurangnya vegetasi
yang dipicu oleh hujan deras. Pada
daerah di sekitar lereng Guung
Merapi longsor yang terjadi
disebabkan oleh struktur batuan
yang bersifat lunak, terjadinya
penggerowongan, semakin
berkurangnya vegetasi untuk
menahan karena hujan dan gempa
akibat gunung merapi yang terus
aktif.
Berdasarkan peta kerawanan
bencana tanah longsor, wilayah
yang memiliki kerawanan bencana


menjadi tiga tingkatan:
!"# Tingkat longsor rendah,
meliputi Kecamatan Secang,
Kecamatan Tegalrejo,
Kecamatan Candimulyo,
Kecamatan Sawangan, dan
Kecamatan Dukun.
$"# Tingkat longsor ringan,
meliputi Kecamatan
Mertoyudan, Kecamatan
Mungkid, Kecamatan Muntilan,
Kecamatan Salam, dan
Kecamatan Ngluwar.
%"# Tingkat longsor tinggi,
meliputi Kecamatan Windusari,

6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE,VXGDQ3RWHQVL



Kecamatan
Kecamatan
Kecamatan
Kecamatan
Kecamatan
Kecamatan
Kecamatan

Kaliangkrik,
Bandongan,
Kajoran,
Tempuran,
Salaman,
Borobudur, dan
Pakis.





Sumber: suaramerdeka.com/MH Habib Sha

Berdasarkan peta kerawanan


bencana tanah longsor, juga dapat
disimpulkan bahwa kecamatankecamatan yang memiliki tingkat
longsor tinggi berada pada
tingkat kelerengan yang tinggi,
sehingga dapat disimpulkan bahwa
semakin tinggi tingkat kelerengan
suatu wilayah, semakin tinggi
juga tingkat kerawanannya akan
bencana tanah longsor.



Sumber data : Badan Kesbangpol dan


Penanggulangan Bencana





!&,5#

D5/.&,(=234&#
D5/.&,(=*35$"&# D5/.&,(1&#'5&#
J('*7&@K(J(23&#$(.5%&K(GL(35/&,(
)<O(LPLOGHHOHHHKQ )<O(JLIORNSOHHHKQ
35@&%K(MN(@&3<3&@(35@&%

GHHI
GHHR

SP(35/&,(35@&%K(N(@&3<3&@(35@&% )<O(SLIOHHHOHHHKQ )<O(MRLOJRMOHHHKQ

GHMH

G(23&#$(.5%&
)<O(LRSOMNHOHHHKQ
P('*7&@K(M(23&#$(K(GM(
'*4"#$T'&.5+(.2#$@23K(MJL(35/&,(
)<O(SNLOHNNOSHHKQ
35@&%K(MJ(.&,&#(<*%&3&#$&#(
.2#$@23K(G(@&3<3&@(35@&%

GHMM

Q
Q

Sumber data : Badan Kesbangpol dan Penanggulangan


Bencana Tahun 2009-2011 dan Badan
Penanggulangan Bencana Daerah Tahun 2011, diolah

Kerusakan yang timbul akibat


bencana tanah longsor ini
cenderung berupa kerusakan
terhadap permukiman penduduk
dan infrastruktur yang ada. Jumlah
kerugian untuk bencana tanah
longsor di Kabupaten Magelang
ini berkisar antara 400-500 juta
rupiah, sedangkan untuk jumlah
bantuan yang ada cenderung
belum dapat menutupi nilai
kerugian. Perlu adanya kerjasama
antara pemerintah dengan
masyarakat untuk mengantisipasi
bencana ini.
$"# Banjir
Bencana banjir biasanya terjadi
akibat kurangnya areal resapan
air pada suatu wilayah, sehingga
wilayah tersebut tidak dapat
menampung volume air hujan.
Namun, bencana banjir yang
terjadi di Kabupaten Magelang
berbeda dengan banjir yang
kebanyakan terjadi di daerah
lain, yang menggenang di satu
dataran. Perbedaan tersebut


6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE,VXGDQ3RWHQVL



Sumber : BAPPEDA Kabupaten Magelang 2012, olah data 2012

wilayah Kabupaten Magelang


yang dikelilingi lima gunung
yakni Merapi, Merbabu, Sumbing,
Andong, dan Menoreh yang
membentuk menjadi cawan
raksasa. Hal ini mengakibatkan
banjir yang terjadi di wilayah ini
bersifat tidak menggenang namun
cepat surut.
Bencana banjir yang terjadi di
kabupaten Magelang berasal dari
air hujan yang mengguyur dengan
lebat. Aliran air ini akan mejadi
deras di satu tempat. Kondisi ini
bisa terjadi di bagian manapun
dari wilayah ini. Banjir yang
menggenang dapat terjadi pada
suatu daerah yang datar.
Di Kabupaten Magelang ini wilayah
yang memiliki tingkat potensi

rawan bencana banjir paling tinggi


adalah Kecamatan Mertoyudan. Hal
ini disebabkan karena Kecamatan
Mertoyudan merupakan wilayah
paling datar dan berada di tengah
wilayah Kabupaten Magelang.



Sumber data : Badan Kesbangpol dan Penanggulangan


Bencana Tahun 2009-2011 dan Badan
Penanggulangan Bencana Daerah Tahun 2011, diolah

6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE,VXGDQ3RWHQVL





!&,5#

GHHI
GHHR
GHMH
GHMM

D5/.&,(=234&#
G(23&#$(
/*#"#$$&.K(R(
@&3<3&@(35@&%(
M('*7&@K(G(
@&3<3&@(35@&%
Q
R(23&#$(.5%&K(L(
@&3<3&@(35@&%

D5/.&,(=*35$"&#

D5/.&,(1&#'5&#

)<O((PPMOHHHOHHHKQ(

)<O((JLGOJLLOHHHKQ(

)<O((MHNOHHHOHHHKQ(

)<O(SMOHHHOHHHKQ

)<O(MGLOPGSOHHHKQ

Sumber data : Badan Kesbangpol dan Penanggulangan


Bencana Tahun 2009-2011 dan Badan Penanggulangan
Bencana Daerah Tahun 2011, diolah

%"#

Bencana banjir yang terjadi


di Kabupaten Magelang
cenderung menurun dari
tahun 2008-2009, namun
kembali naik di tahun 2011.
Hal ini terjadi karena pada
tahun tersebut juga terjadi
banjir lahar dingin yang akibat
letusan Gunung Merapi.
Banjir lahar dingin tersebut
membawa banyak sisa
vulkanik dan mengendap di
bawah sungai sehingga ketika
terjadi hujan deras, aliran
sungai sudah tidak mampu
menampung debit air lagi.

Angin Puting Beliung





Sumber : BAPPEDA Kabupaten Magelang 2012, olah data 2012

Bencana angin puting beliung di Kabupaten Magelang ini biasanya


terjadi ketika musim penghujan tiba, dimana aliran hujan turun
begitu deras dan disertai angin kencang. Bencana ini mengakibatkan


6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE,VXGDQ3RWHQVL

puluhan pohon tumbang dan


menutupi aksesibilitas jalan
sehingga dapat mengganggu
aktvitas masyarakat dalam
usaha pemenuhan kebutuhan
mereka. Bencana ini juga
seringkali merusak permukimanpermukiman penduduk dan
seringkali juga memakan korban
jiwa.



!&,5#

GHHI
GHHR

Berdasarkan peta tersebut,


dapat dilihat bahwa hampir
seluruh kecamatan Kabupaten
Magelang mengalami bencana ini.
Hal ini disebabkan oleh adanya
hujan dengan intensitas air yang
tinggi dan disertai dengan angin
kencang yang merata di seluruh
wilayah kabupaten ini.



D5/.&,(=234&#
NM(35/&,(35@&%K(N(
23&#$(.5%&K(L(@&3<3&@(
35@&%
(GGL(35/&,(35@&%

GHMH

GHMM

JLM(35/&,(35@&%((L(
@&3<3&@(35@&%

D5/.&,(=*35$"&#

D5/.&,(1&#'5&#

)<(MLHOPMPOHHHKQ

)<(MROMNHOHHHKQ

)<(SMIOIGHOHHHKQ )<(MILOIHHOHHHKQ
()<O(LPIOSMGOHHHKQ )<O(LJOPMJOHHHKQ
Q

Sumber data : Badan Kesbangpol dan Penanggulangan


Bencana Tahun 2009-2011 dan Badan
Penanggulangan Bencana Daerah Tahun 2011, diolah.

Kejadian bencana angin puting di


kabupaten Magelang terus terjadi
setiap tahunnya. Berdasarkan data yang
telah diperoleh, jumlah kerugian akibat
terjadinya bencana ini masih belum
ditanggulangi oleh jumlah bantuan
yang diberikan oleh pemerintah. Hal ini
mengindikasikan perlu adanya campur
tangan aktif dari pemerintah dalam
usaha penanggulangan bencana angin
puting beliung.

Sumber data : Badan Kesbangpol dan


Penanggulangan Bencana Tahun 2009-2011
dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Tahun 2011, diolah.

6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE,VXGDQ3RWHQVL



3 RENDAHNYA KUALITAS
PENDIDIKAN
Oleh : Maulidina Dwi K.D. (36950)
Pendidikan sebagai aspek
utama dalam mengembangkan
kualitas sumber daya manusia,
memiliki peran penting terhadap
pembangunan. Ketika sumber
daya manusia belum berkompeten,
maka akan menjadi sebuah
hambatan dalam mengembangkan
wilayah tersebut. Ketika wilayah
dituntut untuk mengembangkan

teknologi, meningkatkan investor
guna membuka peluang serapan
tenaga kerja, maka aspek yang
harus dibentuk terlebih dahulu
ialah sumber daya manusianya.
Salah satu upaya dalam meningkatkan
kualitas manusia ialah melalui
pendidikan. Berikut disajikan
data tentang pendidikan yang di

yakni sekitar 75%, sedangkan


sisanya lulusan SMA hingga
Perguruan Tinggi. Rendahnya
tamatan pendidikan ini disebabkan
oleh banyak factor diantaranya
factor ekonomi, sarana sekolah
jenjang lanjut yang kurang
memadai hingga persebaran yang
kurang merata.
Faktor ekonomi memang menjadi
factor utama dalam melanjutkan
sekolah. Ketika individu tidak
memiliki pendapatan yang cukup,
maka Ia akan berfokus pada upaya
mempertahankan hidup dengan
bekerja disbanding sekolah.
Bahkan mindset masyarakat yang

hanya upaya untuk menghabiskan
pendapatan juga masih
berkembang. Rupanya konsep
untuk menjadikan pendidikan




!&4H+H+()4%I)4?%"+,)J),()4
3+H)(%3)J),%E"
E"
E>!
E>G
"+*@LJ)-E)'M)4)

5667K 5668K
C5=A:
5B=:A
B=6:
AF=C7
:8=6C
:9=B7
:C=A:
:5=79
8=A
B=8F

5669
5B=:C
A5=C
56=6F
:F=F7
B=8F

56:6
:7=99
F5=55
:9=65
:C=98
F=8

56::
5:=:F
AA=F8
5:=AA
:9=8F
F=5:

!"#$%&'()*$"+*,%-(.*/%0*-/(1*0*#(2-/3*4()%,'(5(6"#$%&(1*,*(1*&7(!8!9:2!(;<<=

tamatkan penduduk di Kabuapaten


Magelang.Di Kabupaten Magelang,
diketahui bahwa penduduk
Kabupaten Magelang masih
banyak yang bertamatan SD-SMP


sebagai salah satu investasi yang


everlasting belum banyak diambil.
Atau mungkin sudah mulai diambil
tetapi belum dimaksimalkan
sehingga impact belum terasa.

6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE,VXGDQ3RWHQVL

Sumber: Analisis
Kelompok 2012




mau mendapat uang banyak maka
harus bekerja keras, tapi ketika
bekerja tanpa diiringi pengetahuan
maka bukankah itu hanya sebuah


Selain masalah ekonomi, masalah


sarana pendidikan sekolah
jenjang lanjut yang masih sedikit
jumlahnya menjadikan munculnya
gap yang terlampau jauh dengan
jenjang sekolah dasar. Dapat

bahwa sarana SD sangat banyak
sekali, namun ketika hendak
melanjutkan ke jenjang yang
lebih lanjut ternyata jumlah

SMP dan SMA yang tersedia


masih sangat rendah. Belum lagi
masalah sebaran pendidikan yang
kurang merata yang mempersulit
individu untuk meneruskan jenjang
lanjut. Adanya ketidakmerataan
sarana pendidikan ini menjadikan
ketimpangan sumberdaya
manusia. Misalnya saja Kecamatan
Mertoyudan dengan Kecamatan
Kaliangkrik. Masih tingginya
kebutuhan sarana pendidikan di
Kecamatan tersebut menunjukkan
tingginya minat penduduk untuk
sekolah. Memang minat yang tinggi
ini salah satunya dilatarbelakangi
oleh jumlah penduduk yang tinggi
yang itu disebabkan oleh adanya
magnet di kecamatan tersebut.
Selain itu sarana infrastruktur yang
mewadahi membuat kebutuhan

6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE,VXGDQ3RWHQVL






Sumber: Kabupaten Magelang dalam Angka

akan pendidikan di suatu daerah


menjadi meningkat. Pendidikan
memang menjadi sebuah investasi
skala makro bagi suatu daerah
dalam upaya peningkatan kualitas
sumber daya manusia.
Padahal kalau ditinjau dari
segi kualitas, yang salah satu
indikatornya ialah nilai RMTG
(Rasio Murid Terhadap Guru), bisa

dimana satu guru mengampu
10- 20 siswa untuk SD, 8-16
siswa SMP dan kurang dari 12
siswa SMA. Jika dilihat dari data
ini memang diharapkan mampu
mendidik siswa dengan optimal
bahkan eksklusif, namun pada
kenyataannya tidak semua siswa
didikan memiliki sumbangsih yang
besar terhadap pembangunan
daerah ini.Berdasarkan tren dari



data yang diperoleh, sebenarnya


di Magelang secara keseluruhan
baik itu jumlah murid, guru



Sumber: Kabupaten Magelang dalam Angka

6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE,VXGDQ3RWHQVL




 
  

 

 

 

  

      

"$$

#

##

##

    %

$ 

$ 

$ !

$ !

#

#

#"

#"

"!

" $

"

"

" "$"

 

 

 

         


       





 

Sumber: Jawa Tengah dalam Angka

maupun sarana sekolah mengalami


peningkatan. Hal ini menunjukkan
bahwa upaya pemerintah untuk
serius dan komitmen terhadap
masalah pendidikan memang
terbukti secara output nya.
Perlu diketahui bahwa untuk
masalah pendidikan sendiri,
pemerintah Kabupaten Magelang
telah menganggarkan lebih dari
20% APBDnya untuk pendidikan
baik secara kuantitas seperti
pengadaan sarana prasarana,
pengadaan buku pelajaran maupun
secara kualitas seperti pengadaan
pelatihan bagi para guru guna
meningkatkan kualitas guru di
kabupaten Magelang (Sumber:
artikel dari www.magelangkab.
go.id). Selain itu, angka melek
huruf yang terdapat di Kabupaten
Magelang juga sangat tinggi
yakni dikisaran 91%. Hal ini
menunjukkan bahwa hamper
seluruh penduduk sudah bisa
membaca.

Adanya kualitas pendidikan yang


rendah ini, dampak yang paling
terasa ialah pada manusia itu
sendiri yang menyebabkan kurang
bersaingnya tenaga kerja di suatu
wilayah. Kaitan antara pendidikan
dan tenaga kerja berimpact pada
jenis lapangan pekerjaan dimana
hampir 40% penduduk produktif
bekerja di sektor pertanian

dibawah ini. Sektor pertanian
merupakan sektor paling banyak
menyerap tenaga kerja dengan
berbagai background pendidikan
pekerjanya sehingga efektif dalam
menanggulangi pengangguran.

ini, dapat dilihat bahwa Kabupaten
Magelang tenaga kerja nya
didominasi oleh pertanian yakni
hampir 48% meskipun secara
output baru menyumbang 28%
dari PDRB total. Selain pertanian,
sector perdagangan juga menyerap
banyak tenaga kerja. Dari Jumlah

6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE,VXGDQ3RWHQVL





Sumber: Kabupaten Magelang dalam Angka 2011

di sektor pertanian ini mengalami


penurunan dari tahun ke tahun
dan ada kecenderungan pegeseran
lapangan kerja, dimana sektor
perdagangan mulai mendapat
perhatian dari para tenaga kerja.
Dari penjelasan penjelasan
diatas dapat disimpulkan bahwa
rendahnya kualitas pendidikan
sangat mempengaruhi tenaga
kerja di suatu wilayah. Kualitas
disinitidak hanya sekedar pada
sekolah di bangku formal hingga
jenjang yang tinggi, namun



lebih dari itu yakni skill yang


kompeten yang bisa didapat
dibangku informal. Skill yang
kompeten inilah yang mampu
melihat adanya peluang wilayah
dan mengembangkannya menjadi
keunggulan keunggulan komperatif
sehingga meningkatkan
pembangunan suatu wilayah
dan mampu mensejahterakan
masyarakat sebagai outcome
utamanya.

6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE,VXGDQ3RWHQVL

4 RENDAHNYA MOBILITAS DAN AKSESIBILITAS


DI KABUPATEN MAGELANG
Oleh : Grace Damaris Suradi (36522)
!"# Mobilitas


Sumber : Analisis Kelompok 2012

Setiap aktivitas tidak lepas dari


mobilitas. Dikarenakan setiap
wilayah memiliki potensi dan
peran masing-masing, setiap
wilayah memiliki bangkitan dengan
nilai yang berbeda. Perpindahan
dari daerah asal dan tujuan
menggambarkan bahwa kebutuhan
manusia dan potensi daerah yang
berbeda, sehingga mau tidak mau
mereka harus melakukan mobilitas
untuk pemenuhan kebutuhan
hidup.
Dapat dilihat dari pola ruang

kabupaten Magelang, bahwa


aktivitas-aktivitas utama yang
terjadi cenderung berkumpul pada
suatu wilayah. Hal inilah yang
membuat terjadinya kesenjangan
mobilitas antara orde I maupun
orde IV. Tidak hanya aktivitas
sehari-hari seperti bekerja, maupun
sekolah, kesenjangan mobilitas
juga terjadi pada distribusi barang
dan jasa. Apalagi penghasil
utama produk pertanian maupun
perkebunan berada di Orde kelas
dua, seperti Kajoran, Kaliangkrik,
Windusari maupun Grabag.

6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE,VXGDQ3RWHQVL






.HFDPDWDQ
6DODPDQ
%RUREXGXU
1JOXZDU
6DODP
6UXPEXQJ
'XNXQ
0XQWLODQ
0XQJNLG
6DZDQJDQ
&DQGLPXO\R
0HUWR\XGDQ
7HPSXUDQ
.DMRUDQ
.DOLDQJNULN
%DQGRQJDQ
:LQGXVDUL
6HFDQJ
7HJDOUHMR
3DNLV
*UDEDJ
1JDEODJ

%DQJNLWDQ
5WLEX603WK






















3HQGXGXN
-LZD






















3HUWDQLDQ3HUNHEXQDQ
7RQ






















3'5% MXWD






















Sumber : Kabupaten Magelang dalam Angka 2010

Jika diperhatikan lebih lanjut pada kecamatan Bandongan,


bahwa dengan hasil produksi yang tinggi sebesar
30,985.76 ton hanya terjadi bangkitan sebesar 142 SMP
per tahunnya. Hal ini mengindikasikan mobilitas yang
sangatlah rendah. Jika dikorelasikan antara 4 variabel
tersebut maka:



6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE,VXGDQ3RWHQVL




&'()*+-'(

./01'2#34(,
5/5/*

6785/*#347-',
(+'(

69:&#;</-'=

64'7>8(#?87741',
-+8(

&'()*+,
-'(

./01'2#34(, 6785/*
5/5/*
347-'(+'(

69:&#
;</-'=

"@A$BB

,"!C%

"DEAB

"CCA

"G@A

"C$@

F+)"#;$,-'+145=
H

$!

$!

$!

$!

64'7>8(#?87741',
-+8(

"@A$BB

"%!A

"A%CBB

F+)"#;$,-'+145=

"CCA

"!G!

"CCC

$!

$!

$!

$!

64'7>8(#?87741',
-+8(

,"!C%

"%!A

,"C@D

F+)"#;$,-'+145=

"G@A

"!G!

$!

$!

$!

$!

64'7>8(#?87741',
-+8(

"DEAB

"A%CBB

,"C@D

F+)"#;$,-'+145=

"C$@

"CCC

"E!@

$!

$!

$!

"E!@

$!



Sumber : Analisis Kelompok 2012

Korelasi antara bangkitan dan


jumlah produk pertanian dan
perkebunan yang mencakup
padi, ubi jalar, kacang tanah,
vanili, kapuk, tebu, cengkeh, kopi
dan tembakau memiliki korelasi
sebesar -0.103 dengan value
sebesar 0.657, yang berarti bahwa
produksi hasil pertanian maupun
perkebunan memiliki korelasi
yang cukup rendah, atau dengan
kata lain, hasil produksi tidak
dipengaruhi dengan bangkitan
perjalanan.



Sumber : Kabupaten Magelang dalam


Angka 2010, olah data 2012

6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE,VXGDQ3RWHQVL



Namun lain halnya jika ditilik


korelasi antara bangkitan
perjalanan dan PDRB masingmasing kecamatan, korelasi
sebesar 0.487 dengan value
0.025 mengindikasikan
bahwa bangkitan perjalanan
memiliki pengaruh dalam PDRB
kabupaten Magelang. Hal ini
berarti, rendahnya mobilitas
terutama di area-area pinggiran
kabupaten Magelang, tidak bisa
dibiarkan terus menerus karena
akan mengganggu kestabilan
ekonomi kabupaten Magelang itu
sendiri. Apalagi beberapa tahun
belakangan pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Magelang semakin
menurun setiap tahunnya.

$"# Penyebab
Kabupaten Magelang yang
berada di antara dua kota
utama di pulau Jawa, yaitu
Semarang dan Yogyakarta,
memiliki tingkat mobilitas yang
tidak bisa disepelekan.
Tingginya mobilitas akibat
posisi kabupaten Magelang
yang menjadi tempat transit
bagi kendaraan-kendaraan
yang menuju Semarang
maupun Yogyakarta,
menyebabkan munculnya
beberapa titik kemacematan
maupun rawan kecelakaan
yang harus diwaspadai.


Sumber : Analisis Kelompok 2012



6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE,VXGDQ3RWHQVL




N0J@)1%
;&O&@)())4
AAC

P0()% P0()%
$&'), #+4?)4
96
F8A

>&4+4??)@
55

N0J@)1% N0J@)1%;&'0?+)4%
;L'<)4
/#0*+)12
C9C
#*AA8Q7C6Q666

Sumber : Kabupaten Magelang dalam Angka 2010


Dengan kerugian sebesar Rp
338,750,000 tentu bukanlah
jumlah yang sedikit apalagi bila
dibandingan dengan nyawa yang
melayang akibat 335 kecelakaan
yang terjadi di kabupaten
Magelang.



Sumber : Survey Lapangan 2012

Dengan total luas wilayah 1,085.73


km2, kabupaten Magelang memiliki
bentang wilayah yang cukup
beragam. Seperti yang dicantumkan
dalam peta diatas, pemukiman
di Kabupaten tersebar di seluruh
wilayah Kabupaten Magelang.
Jika dibandingan dengan ruasruas jalan yang ada di Kabupaten
Magelang, maka dapat dilihat
beberapa wilayah yang masih
kurang terjangkau terutama di
bagian barat dan timur Kabupaten
Magelang yang berbatasan

langsung dengan kabupaten


Wonosobo dan Kabupaten Boyolali.
Kondisi tersebut didukung oleh
keadaan kontur yang cukup
ekstrim. Diapit dengan kedua
gunung di sisinya, membuat
Kabupaten Magelang memiliki
kontur yang sangat beragam.
Sehingga akses menuju ke daerahdarerah tersebut sangat sulit.
Namun di beberapa wilayah yang
sudah terjangkau jalan, memiliki
derajat kemiringan yang cukup
tinggi, sehingga meyulitkan dalam
beraktivitas karena mengeluarkan
tenaga yang cukup banyak, dan
tidak sembarangan kendaraan
bisa melewatinya. Sehingga tidak
adanya transportasi publik yang
membuat memaksa masyarakat
untuk menggunakan kendaraan
pribadi dalam beraktivitas.



Sumber : Kabupaten Magelang dalam


Angka 2011, olah data 2012

6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE,VXGDQ3RWHQVL





Sumber :
Analisis Penulis 2012

Peran pemerintah cukup


dipertanyakan dalam mengatasi
keadaan yang menyangkut isu
mobilitas, dikarenakan perawatan
terhadap ruas jalan yang sudah
ada cenderung menurun. Maka
ditakutkan kalau jumlah kecelakaan
dan kemacetan di tahun-tahun
mendatang akan meningkat
dikarenakan kondisi jalan yang
tidak bertambah baik.
Jika diambil sampel dari pola
perjalanan pada titik titik berikut
untuk melihat bagai mana pola
perjalanan masyarakat akibat
bangkitan dan tarikan perjalanan

di masing-masing lokasi, dimana


titik A mewakili tempat distribusi
produk pertanian kepada
konsumen atau dalam hal ini
mengambil sample pasar Secang,
sedangkan titik B,C, dan D sebagai
penghasil produk-produk pertanian
maupun perkebunan yang siap
diedarkan kepada masyarakat,
dan E sebagai pusat pemerintahan
serta kegiatan perekonomian
utama dalam hal ini mengambil
sampel Mungkid dan Muntilan.
Maka dapat dilihat sample pola
perjalanan masyarakat sebagai
berikut:

 6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE,VXGDQ3RWHQVL



2ULJLQ

'HVWLQDVL

2L

&

'

RL















&









'

















GM













'M













Sumber : Analisis penulis 2012




Yang tentunya akan menurunkan


kualitas produk itu sendiri apabila
dibiarkan menunggu proses
distribusi.



2ULJLQ
$
%
&
'
(
GM

'HVWLQDVL
$
%
&






 

 

 

  


' (
 
 
 
 
 
 

RL







Sumber : Analisis penulis 2012



Perjalanan menuju Mungkid


maupun Muntilan berda di
peringkat pertama dengan jumlah
perjalanan terbanyak. Hal ini
tidak mengherankan mengingat
Mungkid maupun Muntilan itu
sendiri berad di Orde I. namun
jika dibandingan dengan jumlah
perjalanan dari titik penghasil
produk pertanian menuju tempat
pemasaran sangatlah rendah, hal
ini ditakutkan akan menimbulkan
penumpukan produk hasil
pertanian maupun perkebunan.

Jika dibiarkan, dalam sepuluh


tahun mendatang maka pola
perjalanan yang terjadi akan
menimbukan jumlah mobilitas
yang sangat tinggi ke titik E,
dan masih terdapat lemahnya
mobilitas terutama di titik
D. keadaan tersebut akan
menimbulkan kemacetan
dan pemusatan kegiatan di
kabupaten Magelang yang
tentunya akan merubah
penggunaan lahan terutama di
daerah sekitar Mungkid maupun
Muntilan.

6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE,VXGDQ3RWHQVL 

5 DILEMA PERTAMBANGAN PASIR


KABUPATEN MAGELANG
Oleh : Aryasa Bijak Utama (36320)
Sumberdaya adalah semua
potensi dan lingkungan yang
dapat memenuhi kebutuhan
hidup manusia. Salah satu
sumber daya alam di Kabupaten
Magelang adalah pasir, adanya

membuat jumlah batu dan pasir
di Kabupaten Magelang semakin
berlimpah, bahan galian dari
Gunung Merapi seperti pasir
kerikilan,kerakal-berangkal,
bongkah dan lava yang bersifat
andesitik ini sangat diperlukan
untuk pembangunan sarana

jalan dan pembangunan. Setiap

berat pasti memerlukan material
pasir dan batu. Kualitas pasir
dan batu yang berasal dari
kawasan gunung Merapi telah
dikenal secara luas sebagai
pasir dan batu berkualitas tinggi
terutama untuk pembangunan

Istimewa Yogyakarta. Lokasi
penambangan pasir dan batu
di Kabupaten Magelang banyak
terletak di Kecamatan Dukun dan
Kecamatan Srumbung.Akan tetapi
adanya erupsi Gunung Merapi ini
membuat warga setempat berpikir
bahwa erupsi itu adalah bencana
dan berkah. Bencana yang
dimaksudkan adalah bila Gunung

Merapi erupsi dan mengeluarkan


larva yang menyebabkan jatuhnya
korban dan merusak sarana dan
prasarana warga, dan berkah
yang dimaksudkan adalah adanya
pasir yang berlimpah akibat
aktivitas Merapi tersebut sehingga
terjadikegiatan penambangan
dilakukan oleh masyarakat
setempat sebagai pekerjaan
pokok dansebagian lain sebagai
pekerjaan sampingan.
Penambangan galian C (khususnya
pasir) yang terjadi di lereng
Gunung Merapi sangat sulit
dihentikan. Pasalnya, para
penambang menganggap
bahwa pasir yang mereka ambil
merupakan berkah akibat adanya
erupsi Gunung Merapi dan mereka
menganggap pasir tersebut tidak
ada yang memilikinya, sehingga
mereka menambang dalam
jumlah yang sangat banyak.



Sumber : Survey Lapangan 2012

 6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE,VXGDQ3RWHQVL

Penambangan pasir di wilayah


lereng Gunung Merapi terjadi
secara legal (resmi) dan illegal
(penambangan liar). Padahal
selama ini, penambangan galian C
cenderung menimbulkan kerusakan
lingkungan karena penambangan
pasir dilakukan ditempat yang
tidak sesuai. Hal tersebut

menjadi dilemma tersendiri bagi


masyarakat Kabupaten Magelang
itu sendiri, karena penambangan
pasir galian C tersebut selain
menjadi sarana warga untuk
meningkatkan perekonomian
juga dapat menimbulkan dampak
lingkungan bagi daerah di lokasi
penambangan.

MASALAH
Penambangan pasir dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan yaitu

berikut:


#&R+(L%!&',)J<)4?)4%!)R+'%
3&'1)H)*%P+4?(04?)4%!)H)%
;)<0*),&4%>)?&@)4?

")J*)(%U+R+(
!"#

3&'H)*),%%,&<+4?D,&<+4?%
<0(+,%I)4?%')T)4%@L4?RL'=

$"#

(0')4?4I)%H&<+,%)+'%
*&'J0())4-%J),)%)+'=

%"#

#0R)(4I)%M)@)4%)(+<),%
<)4I)(4I)%(&4H)'))4%
<&'),%I)4?%(&@0)'%
J)R0(%(&%)'&)%@L()R+%
*&',)J<)4?)4%*)R%%)+'=

D"#

!L@0R+%0H)')=

")J*)(%ELR+)@%S(L4LJ+
'=# !&4I&')*)4%,&4)?)%(&'M)%
I)4?%J&4?)(+<),()4%
<)4I)(%*&4H),)4?%I)4?%+(0,%
J&4)J<)4?%R&1+4??)%H)*),%

I=# GH)4I)%(&,)(0,)4%R&<)?+)4%
J)RI)')(),%()'&4)%
*&4)J<)4?)4%*)R+'%
I)4?%<&'*L,&4R+%@L4?RL'%
R&1+4??)%R&T)(,0DT)(,0%
<+R)J&4?&4)+%@)1)4%H)4%
*&J0(+J)4%J&'&()=

Sumber: Survey lapangan dan hasil wawancara 2012

6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE,VXGDQ3RWHQVL 


adanya tebing-tebing bukit
yang rawan longsor, kurangnya
debit air permukaan/ mataair,
rusaknya jalan dan polusi udara.
Tebing-tebing rawan longsor yang
dimaksud adalah sebperti gambar
yang ada dibawah ini:




Sumber : Survey Lapangan 2012

Terjadinya bencana longsor ini terjadi


akibat daerah Kabupaten Magelang
tersebut memilikikemiringan lereng
25-40% yang memungkinkan
terjadinya bencana tersebut bila
kegiatan penambangan pasir tersebut
tidak diawasi dengan baik. Berikut
peta titik-titik kegiatan pertambangan:
Dari hasil wawancara yang dilakukan
dilapangan, dampak sosial ekonomi
adalah terjadinya penyerapan tenaga
kerja sehingga sebagian masyarakat
beralih profesi dari petani menjadi
tenaga kerja di penambangan pasir.
Kegiatan ini juga menyebabkan
banyaknya pendatang yang ikut
menambang sehingga dapat

sebagian masyarakat karena
penambangan pasir yang berpotensi
longsor sehingga sewaktu-waktu
bisa mengenai lahan dan pemukiman
mereka, apalagi bila turun hujan.




Sumber : Bappeda Kabupaten Magelang

 6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE,VXGDQ3RWHQVL

Potensi
Dari hasil wawancara yang
dilakukan, menambang pasir
bagi masyarakat Kabupaten
Magelang itu sendiri merupakan
cara mudah untuk meningkatkan
perekonomian mereka, karena
menurut mereka, aktivitas
dalam menambang pasir tidak
memerlukan keterampilan (skill)
khusus. Hanya dengan bermodal
senggrong saja, seseorang bisa
menjadi penambang pasir dengan

penghasilan Rp. 90.000 Rp.


150.000 cukup menggiurkan
tentunya. Pasir merupakan salah
satu produk kegiatan Gunung
Merapi yang merupakan andalan
pemerintah Kabupaten Magelang
dalam meningkatkan Pendapatan
Asli Daerah dan juga menyerap
lapangan kerja.

6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE,VXGDQ3RWHQVL 

6 RENDAHNYA KESEJAHTERAAN
PETANI
Oleh: Ardina Putri Rahtama (36912)
Sektor pertanian merupakan sektor yang penting karena memiliki
kontribusi besar pada PDRB dan
menyerap banyak tenaga kerja.
Sektor pertanian yang memiliki
kontribusi paling besar adalah sub
sektor tanaman bahan makanan.
Meskipun begitu ternyata pertanian belum dapat mensejahterakan
orang orang yang bekerja di
dalamnya. Pertanian masih memiliki nilai yang relatif rendah dibandingkan sektor lainnya. Upah tenaga
kerja yang didapat oleh pelaku
pertanian saat masih sangat rendah dibawah 3 juta perpekerja
pertahun. Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja sektor pertanian

Jika dalam satu keluarga terdapat 4 anggota keluarga dan



memiliki penghasilan sekitar Rp.


500.000,00 perbulan. Standar
hidup layak dapat dilihat dari
Upah Mimum Regional (UMR) Kabupaten Magelang yang menurut
Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 561.4/73/2011 UMR
Kabupaten Magelang sebesar Rp.
870.000,00.
Sebagai simulasi diasumsikan
keperluan untuk membeli kebutuhan makanan dengan jumlah konsumsi beras setiap keluarga dalan
sebulan. Perhitungannya sebagai
berikut :




(QHUJL\DQJGLEXWXKNDQ NDO
-XPODKEHUDVSHUNDSLWD NJ 
NNDONJ
-XPODKEHUDVVHWLDSNHOXDUJD
RUDQJ
+DUJDEHUDV5SNJ
8DQJ\DQJGLNHOXDUNDQSHUKDUL
5S
8DQJ\DQJGLNHOXDUNDQSHU
EXODQ 5S








Sumber : Analisa penulis, 2012

Sumber : Kabupaten Magelang Dalam Angka 2010-2011

dua orang diantaranya bekerja di


sektor pertanian, dalam setahun
keluarga itu hanya memiliki penghasilan sebesar 6 juta pertahun.
Diasumsikan keluarga tersebut

Dengan pendapatan Rp
500.000,00 perbulan, sebuah
keluarga dapat memenuhi
kebutuhan makan keluarganya
dengan sisa pendapatan sekitar
Rp 50.000,00 dalam sebulan.
Uang Rp 50.000,00 tentu saja
tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan lain keluarga tersebut.

 6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE,VXGDQ3RWHQVL

Asumsi keluarga tersebut


memiliki dua orang anak yang
masih sekolah. Satu SD dan
satu SMP, keluarga tersebut
sudah tidak mengeluarkan uang
untuk membayar uang sekolah.
Apakah dengan begitu anaknya

Belum tentu, biaya sekolah tidak
terbatas pada SPP saja tapi biaya
seragam dan buku yang paling
jelas. Biaya seragam sekolah saat
sekitar satu juta dan bisaanya
harus dibayar saat awal masuk
dan harus dibayar lunas dalam
waktu seminggu dibeberapa
sekolah. Dua anak berarti dua
juta dalam setahun. Dengan sisa
Rp 50.000,00 sebulan cukupkah

Sisa uang untuk makan berarti
sebesar Rp 600.000,00 setahun
dan jelas tidak cukup membayar
uang sekolah anak sebesar Rp
2.000.000,00. Selain seragam,
uang buku menjadi pengeluaran
wajib bagi anak sekolah. Berapa

sebesar Rp 200.000,00 per
semester, berarti pengeluarannya
sebesar Rp 800.000,00 per
tahun. Itu baru kebutuhan
seragam dan buku, setiap anak
sekolah pasti membutuhkan uang
saku dan kadang jika sudah kelas
6 SD atau 3 SMP pasti ada les les tambahan untuk menghadapi
ujian. Sementara untuk tingkat
SMA/SMK apalagi perguruan

tinggi, seringkali mereka tidak


mampu. Jika sudah seperti itu anak
anak petani tersebut bisaanya
memilih bekerja karena tidak ada
biaya.
Tentu saja selain untuk makan dan
sekolah masih ada kebutuhan lain
yang kadang harus dikeluarkan.
Misalnya biaya untuk membayar
listrik atau air bersih. Dua
infrastruktur itu merupakan dua
infrastruktur yang bisaanya dapat
diakses oleh masyarakat. Jika
tidak dapat membayar biaya untuk
mengakses infrastruktur tersebut
jaringan ke rumahnya akan
dimatikan sihingga aktivitasnya
dapat terganggu. Belum lagi
kebutuhan untuk kesehatan, sakit
tidak dapat dihindari oleh setiap
orang. Jika sakit, banyak yang
bisaanya tidak pergi ke puskesmas
apalagi ke dokter. Biasanya
mereka hanya membeli obat di
warung warung bahkan ada yang
membiarkan penyakitnya tanpa
penanganan medis.
Banyak hal yang menyebabkan
pendapatan petani di Kabupaten
Magelang rendah. Salah satu
penyebabnya adalah ketidak
seimbangan jumlah lahan pertanian
dengan jumlah petani yang ada. Di
Kabupaten Magelang setiap petani
hanya memiliki tanah seluas 0,088
ha. Data jumlah lahan pertanian
dapat dilihat sebagai berikut :

6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE,VXGDQ3RWHQVL 



7DKXQ







-XPODKSHWDQL







-XPODKODKDQ
SHUWDQLDQ







/XDVODKDQVHWLDS
SHWDQL







Sumber : Analisa penulis, 2012

ika setiap petani memiliki


lahan hanya 0,088 ha berapa
pendapatan mereka dengan
produktivitas 6 ton/ha. Jika
dikalkulasi setiap petani hanya
mendapatkan 0,53 ton pertahun
per petak sawah. Pada tahun
2012 saja HGK di petani hanya
sekitar Rp 4.500,00.Uang yang
didapatkan hanya sekitar 2,4 juta
pertahun. Pendapatan bahkan
dibawah angka produktivitas
tenaga kerja pertanian. Dengan
uang sebesar itu tentu saja tidak
dapat memenuhi kebutuhan
keluarganya. Ketidakseimbangan
terjadi karena terjadi penurunan
jumlah lahan pertanian sementara
jumlah petani terus meningkat.
Peningkatan jumlah petani yang
tidak diimbangi peningkatan
luas lahan mengakibatkan
semakin sedikitnya lahan yang
diolah seorang petani sehingga
pendapatan petani juga ikut
menurun. Sebab lain adalah tidak
seimbangnya biaya produksi
dengan pendapatan yang didapat.
Seorang petani yang menyewa
lahan pertanian harus membayar

mahal untuk dapat mengolah


tanah pertanian. Asumsi neraca
input dan output nilai pertanian
selama setahun sebagai berikut :



,QSXW
6HZDWDQDK
SHUWDQLDQ
3HNHUMD
3XSXN
2EDWKDPD
%LELW
7RWDOLQSXW
2XWSXW
WRQKD
6LVDXDQJ
SHUWDQLDQ
VHWDKXQ

+DUJD

7RWDO

5S
5S
5S
5S
5S

5S
5S
5S
5S
5S
5S

5S

5S
5S

Sumber : Analisa penulis, 2012

Hasil dari pertanian selama


setahun masih sangat rendah.
Petani bahkan dapat merugi,
tidak mendapatkan keuntungan
dari hasil pertanian. Penyebabnya
adalah on farming kurang baik.
Cara bertanam di Kabupaten
Magelang rata rata masih
menggunakan sistem yang
tradisional. Sistem yang dimaksud
bukan hanya cara tanam saja tapi
juga cara pengelolaan pertanian.
Penggunaan teknik dan bahan
berkualitas untuk mendapatkan
hasil optimal masih minim. Masih
ada pengolahan lahan yang
menggunakan kerbau sehingga
waktu pengerjaan lebih lama.

 6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE,VXGDQ3RWHQVL

Lahan pertanian dapat mencapai


produktivitas optimal jika dapat
menghasilkan panen 10 ton/
ha. Rendahnya hasil pertanian
tersebut juga menjadi penyebab
pemuda Kabupaten Magelang
tidak mau bekerja di sektor
pertanian. Pemilik lahan pertanian
juga lama kelamaan semakin
merasa lahan pertanian tidak
menguntungkan. Lahan pertanian
yang berada di pinggir jalan
bisaanya menjadi peluang pemilik
lahan untuk menjualnya karena
dirasa lebih menguntungkan.
Jika produktivitas optimal petani
Kabupaten Magelang dapat
memiliki pendapatan bersih sekitar
17,4 juta pertahun atau sekitar
1,45 juta perbulan. Pendapatan
tersebut tetu saja dapat lebih
mensejahterakan petani di
Kabupaten Magelang karena
pendapatan perpekerja hampir
3 kali lipat dari pendapatan

petani saat yang hanya Rp


500.000,00. Jika dilihat ternyata
dengan menyewa lahan pertanian
seluas satu hektar dalam setahun
dapat menghasilkan uang 17
juta dalam setahun. Untuk petani
yang memiliki lahan petanian
sendiri tidak perlu menyewa lahan
sehingga biaya produksi dapat
ditekan sehingga pendapatanya
bisa mencapai 40 juta lebih dalam
setahun.
Namun, pendapatan itu hanya
untuk petani yang menyewa
lahan dengan minimal luas 1 ha.
Pada kenyataannya di Kabupaten
Magelang luas lahan pertanian
yang dimiliki setiap petani sangat
kecil yaitu hanya 0,088 ha atau
sekitar 880 m2. Jarang sekali
ada petani yang memiliki lahan
pertanian diatas satu hektar.
Asumsi pendapatan petani dalam
sebulan dengan lahan 880 m2
sebagai berikut :


,QSXW
3HNHUMD
SXSXN
REDWKDPD
ELELW
RXWSXW
6LVDXDQJ
SHUWDQLDQ
VHWDKXQ

+DUJD
5S
5S
5S
5S
5S

/XDV





2XWSXWWRQKD
5S
5S
5S
5S

2XWSXWWRQKD
5S
5S
5S
5S

5S

5S

5S

5S

5S

5S

Sumber : Analisa penulis, 2012

6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE,VXGDQ3RWHQVL 



Sumber : survey lapangan, 2012

Dari perkiraan tersebut bisa dilihat


berapa pendapatan seorang
petani yang hanya memiliki tanah
pertanian seluas 880 m2 . Dalam
setahun petani sekarang hanya
mendapatkan untung 2,1 juta
dan jika hasil panennya optimal
(10 ton/ha) uang yang didapat
hanya 3,7 juta. Perhitungan
hanya untuk petani yang memiliki
lahan pertanian jika tidak memiliki
lahan pertanian tentu saja
pendapatannya jauh dibawah itu.
Jika petani tersebut menyewa
lahan pertanian, biaya sewa yang
dibayar sekitar 2 juta pertahun
dan biaya itu sangat mengurangi
pendapatan petani. Bisa saja
keuntungan yang didapat petani
hanya sekitar 200ribu setahun.
Seperti terlihat pada gambar
diatas, saat pertanian di
Kabupaten Magelang kurang
memiliki variasi komoditas karena
hanya terdapat satu jenis tanaman

pada satu bidang lahan pertanian.


Mayoritas komoditi yang dihasilkan
oleh Kabupaten Magelang adalah
beras. Padahal tidak semua
kawasan di Kabupaten Magelang
cocok untuk ditanami padi.
Setiap tanaman memiliki kriteria
lahan yang berbeda agar dapat
berkembang secara optimal.
Selain itu dalam satu bidang
lahan pertanian bisaanya hanya
ditanami satu macam tanaman
sehingga hasil panen yang didapat
hanya dari tanaman itu saja.
Jika tanaman tersebut gagal
panen dapat dipastikan petani
tersebut tidak akan mendapatkan

beragam di Kabupaten Magelang
sangat memungkinkan untuk
pengembangan berbagai jenis
komoditas pertanian. Lahan
pertanian padi tersebar di seluruh
kecamatan seperti yang dapat
dilihat pada peta berikut :

 6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE,VXGDQ3RWHQVL


Sumber : Bappeda Kabupaten Magelang, 2010

Karena lahan pertanian yang


sempit, sebaiknya dikembangkan
model pertanian yang modern
dan intensif agar produktivitas
lahan pertanian meningkat. Untuk
meningkatkan pendapatan petani
dapat dikembangkan sistem
integrated farming atau mengatur
spesialisasi komoditas dari setiap
desa di Kabupaten Magelang.
Selain itu untuk meningkatkan
produktivitas lahan pertanian
harus mulai dilakukan pertanian
organik. Pertanian yang selama
dilakukan di Kabupaten Magelang
yang menggunakan pupuk kimia

sebenarnya bukan merupakan


sistem pertanian yang baik. Hal
tersebut dikarenakan penggunaan
pupuk kimia pada awalnya
memang dapat meningktakan
produktivitas lahan pertanian tapi
unsur unsur kimia pupuk akan
melekat pada tanah pertanian
yang dalam jangka panjang
dapat menurunkan kesuburan
tanah. Penurunan kesuburan
tanah tidak langsung dirasakan
dampaknya saat penggunaan tapi
beberapa tahun setelahnya. Selain
pupuk, bahan kimia juga berasal
dari pestisida atau obat hama
yang digunakan petani. Sama

6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE,VXGDQ3RWHQVL 

seperti pupuk, pestisida akan


meninggalkan bahan kimia tidak
hanya pada tanah tapi juga pada
hasil panen. Penggunaan bahan
kimia tersebut selain tidak sehat
untuk tanah ternyata juga tidak
sehat untuk komoditas yang
akan kita konsumsi. Disamping
itu, pengguanan pestisida yang
sama pada hama yang sama
lama kelamaan akan membuat
hama tersebut kebal terhadap
pestisida yang digunakan petani.
Misalnya pengatasan hama wereng
dengan penggunaan pestisida
A, pada penggunaan sekali dua
kali wereng tersebut langsung
mati tapi pada penggunaan ke
sepuluh hama wereng tersebut
masih hidup. Selain mempengaruhi
kuantitas panen yang dihasilkan,
penggunaan obat kimia juga
akan berdampak pada penurunan
kualitas hasil panen karena hasil
panen yang sebetulnya menjadi
racun bagi konsumen.
Selain kegiatan on farm, kurangnya
pengolahan hasil pertanian (off
farm) turut membuat rendahnya
nilai tukar pertanian. Hal tersebut
dikarenakan hasil pertanian yang
ada selama ini hanya dijual dengan
pengolahan yang sangat minim.
Untuk komoditas beras misalnya,
pengolahan yang dilakukan
hanya sebatas pengepakan
atau pembungkusan beras ke
dalam karung-karung untuk
didistribusikan keluar Kabupaten

Magelang. Kegiatan off farm


yang selam ini dilakukan baru
sebatas pengolahan buah stoberi
yang dijadikan selai atau dodol.
Sementara komoditas lain belum
terlalu banyak pengolahan hasil
pertanian.
Pengembangan off farm di
Kabupaten Magelang penting
dilakukan untuk membagi jumlah
tenaga kerja yang sekarang
bekerja di sektor pertanian agar
sebagian beralih pada pengolahan
off farm yang sering disebut
juga industri pengolahan hasil
pertanian. Dengan terbaginya
sebagian pekerja pertanian
ke industri pengolahan hasil
pertanian, produktivitas tenaga
kerja pertanian akan meningkat.
Selain itu pengembangan industri
pengolahan hasil pertanian juga
akan meningkatkan nilai tambah
sektor pertanian.
Padahal Kabupaten Magelang
memiliki letak yang strategis
karena terletak diantara tiga
gunung yang terdapat di tiga sisi
wilayah. Gunung yang pertama
adalah Gunung Merapi yang
terletak di sebelah timur laut.
Gunung Merbabu di sebelah timur
dan terakhir Gunung Sumbing di
sebelah barat laut. Ketiga gunung
tersebut sampai sekarang masih
berstatus aktif dan Gunung Merapi
merupakan gunung yang paling
aktif. Letak Kabupaten Magelang

 6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE,VXGDQ3RWHQVL

yang berada di antara tiga gunung


aktif tersebut memberi dampak
positif. Letak tersebut membuat
Kabupaten Magelang menjadi
daerah subur dan cawan air karena
memiliki mata air pegunungan
yang melimpah dari ketiga gunung
tersebut.
Selain itu Kabupaten Magelang
merupakan salah satu lumbung
padi Provinsi Jawa Tengah.
Sebagai daerah yang subur,
Kabupaten Magelang menjadi
daerah yang ideal untuk pertanian
bahan pangan. Sesuai dengan
fungsi kabupaten sebagai
produsen Kabupaten Magelang
merupakan salah satu lumbung
padi Jawa Tengah. Hasil pertanian
padi dengan komoditas utama
beras menjadi komoditas
unggulan di Kabupaten Magelang.
Ketersediaan beras terdapat
diseluruh kecamatan di Kabupaten
Magelang. Ketersediaan beras
yang cukup menjadi salah satu
penentu ketahanan pangan di
Kabupaten Magelang.
Sebagai makanan pokok utama
di Kabupaten Magelang beras
menjadi komoditas yang penting
untuk dikembangkan. Dari semua
kecamatan di Kabupaten Magelang
ternyata hampir semua kecamatan
memiliki surplus beras. Kecamatan
yang tidak memiliki cadangan
beras hanya Kecamatan Pakis dan
Ngablak. Kedua kecamatan itu
dapat memenuhi kebutuhan beras
mereka dari kecamatan lain karena
cadangan dari Kecamatan Grabag

saja sudah lebih dari cukup untuk


memenuhi kebutuhan konsumsi
beras di kedua kecamatan
tersebut. Cadangan beras yang
ada saat ini diekspor ke daerah
lain. Beras dapat dikatakan sebagai
salah satu komoditas basis
Kabupaten Magelang. Peta sebaran
lokasi beras sebagai komoditas
unggulan dapat dilihat pada peta
berikut:



Sumber : Analisa penulis, 2012

Beras memang menjadi komoditas


unggulan saat ini. Produksi data ini
sudah dapat mencukupi kebutuhan
pangan Kabupaten Magelang dan
kualitas beras dari Kabupaten
Magelang dapat dikatakan cukup
baik. Oleh kaena itu, selain
dikonsumsi Kabupaten Magelang
juga diekspor ke daerah lain.

6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE,VXGDQ3RWHQVL 

7 KRISIS AKSESIBILITAS SEKTOR AIR BERSIH


DI KABUPATEN MAGELANG
}~
Menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten
Magelang, di Tahun 2012 tercatat bahwa terdapat 11 kecamatan yaitu
Kecamatan Srumbung, Salam, Mungkid, Sawangan, Ngluwar, Kajoran,
Borobudur, Candimulyo, Pakis, Secang, dan Salaman yang mengalami
bencana kekeringan.



Sumber : Analisis Penulis, 2012

Dengan jumlah warga mencapai


21.782 jiwa, dropping air yang
telah dijadwalkan adalah semingu
dua kali pada hari Senin dan
Kamis, dengan tiap tangki yang
mencapai 5000 liter.


kabupaten Magelang berada


diantara lima bukit, dengan
cadangan air tanah serta curah
hujan yang tinggi. Kabupaten
Magelang juga memiliki 10 Daerah
Aliran Sungai beserta banyak
sumber mata air terlindungi.
Sumber air Gedad dan Tlogorejo

 6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE,VXGDQ3RWHQVL

yang berada di kawasan Gunung


Andong dan Gunung Telomoyo
adalah sumber air terbesar di
wilayah daerah aliran sungai
Bolong, yang telah diolah oleh
PDAM Magelang sebagai sumber
pasokan air untuk wilayah kota
dan kabupaten Magelang.

Selain rutin mengalami kemarau


tiap tahunnya, keberadaan PDAM
sebagai fasilitator bagi masyarakat
akan pemenuhan air bersih juga
turut memprihatinkan karena tidak
dapat memenuhi kebutuhan air
secara makro.






Perbandingan antara kebutuhan

kemiskinan pada tahun 2012 di

air kabupaten magelang dengan


dengan coveraged area PDAM juga
sangat timpang selama lima tahun
terakhir. Tak heran jika setengah
dari masyarakat menggunakan
sumur dirumah masing-masing
bagi masyarakat dengan tingkat
perekenomian menengah keatas.
Namun demikian, bagaimana
dengan nasib penduduk
kabupaten magelang yang tidak


Kabupaten Magelang mencapai


14%.
Tingkat kebutuhan akan air
bersih menurut standar WHO
adalah 1600 m3. Mencakup
pemenuhan pada kebutuhan domestik sebesar 800 m3/Tahun,
beserta koreksi sebesar 2,0
pada kebutuhan virtual mencakup kebutuhan hidup layak serta
pangan domestik lainnya.

6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE,VXGDQ3RWHQVL 

Tabel 3.18 Kebutuhan Air Virtual

.RQVXPVL3URGXNVL
.RQVXPVL
%HUDV
$LUPLQXPGDQUXPDK
WDQJJD
7HOXU
%XDK
'DJLQJ
6DODG

-XPODK

.HEXWXKDQ6HWDUD$LU

NJWK
OLWHUWDKXQ

PWK
PWK

NJEHULVLVWHOXU
EXWLUKDUL
NJMHUXN EXDK
NJWLDSKDUL
NJKDUL

PWK
PWK
PWK
PWK

.HGHODL
7RWDO
3URGXNVL
NJSDGL

OLWHU

NJGDJLQJVDSL

OLWHU

NJGDJLQJXQJJDV
D\DP
NJWHOXU

OLWHU

NJNHQWDQJ

OLWHU

NJNHGHODL

OLWHU

NJJDQGXP

OLWHU

ERQJNDKURWL

OLWHU

NDOHQJVRGD

OLWHU

$LU0LQXP5XPDK7DQJJD

OLWHUKDULNDSLWD

OLWHU

Sumber: Kantor Mentri Lingkungan Hidup (2009)



Sumber: BAPPEDA Kabupaten Magelang 2012

 6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE,VXGDQ3RWHQVL

Pada tahun 2012, telah tercatat


bahwa sumber utama sektor air
bersih pada masyarakat Kabupate
Magelang adalah melalui swadaya
mandiri melalui sumur terlindungi
dengan presentase mencapai
33,73%, hampir dua kali lipat
dari penggunaan sumber air
ledeng yang dikelola oleh PDAM.
Hal tersebut mengindikasikan
rendahnya presentase yang telah
dipenuhi pemerintah terhadap
kebutuhan masyarakat akan
sektor air bersih.
Air merupakan kebutuhan
utama masyarakat selain udara.
Pertambahan penduduk yang
terus menerus tidak sebanding
dengan manajemen pengelolahan
sumber daya air yang baik.
Meskipun secara teoritis volume
sumber daya air tidak akan
berubah karena mengalami siklus
yang berkesinambungan, dinamika
kebutuhan serta kegiatan manusia
telah berdampak terhadap siklus
tersebut.
Pentingnya pengelolahan air
bersih yang terstruktur bagi
kebutuhan domestik, menjadi hal
utama karena dapat mengurangi
penggalian sumur yang sering
menjadi penyebab berkurangnya
cadangan air tanah, penurunan
tanah, serta degradasi lingkungan.
Terdapat beberapa penyebab
utama terhadap terjadinya krisis
sektor air bersih di Kabupaten

Magelang. Penyebab pertama


adalahnya kurangnya dana
pada pemerintah pusat untuk
menempatkan pembangunan
PDAM sebagai prioritas program
pembangunan. Sampai saat ini,
pemerintah Kabupaten Magelang
terkesan hanya mengadakan
aggaran rutin dropping air bersih
tiap tahunnya apabila terjadi
kemarau. Pada tahun 2011,
anggaran yang dikeluarkan untuk
dropping air bersih mencapai
Rp 160.600.000,- (Sumber :
Badan Penanggulangan Bencana
Kabupaten Magelang, 2012)
Kedua, menurunnya tingkat
kualitas sumber air bersih pasca
erupsi merapi. Lahar dingin yang
membawa turun material berat dari
hulu, menyebabkan meningkatnya
debit air sungai serta turunnya
kualitas serta volume air pada
sungai sehingga mengandung
bebatuan material.
Ketiga, masyarakat dengan kondisi
kekurang sektor air bersih biasanya
bertempat tinggal pada kawasan
permukiman terpencil dijangkau
dengan jarak antar rumah yang
relatif jauh serta berada pada
kondisi geohidrologi yang miskin air

Untuk menyelesaikan krisis
sektor air bersih pada kabupaten
magelang, dapat menggunakan
beberapa pendekatan. Diantaranya

6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE,VXGDQ3RWHQVL 

pendekatan aspek sosial, dengan


memberikan kesadaran bahwa
krisis air bersih adalah musuh
bersama, yang harus dihadapi
dengan semangat, etos kerja,
kesadaran, kerelaan, kemandirian,
dan toleransi tanpa menunggu
bantuan atau belas kasih dari
pihak lain. Dari aksi sosialisasi
tersebut, dapat ditindak lanjut
dengan mengadakan pelatihan
pengelolahan air bersih, seperti
memberdayakan masyarakaat

untuk mandiri, partisispatif,


serta aktif warga Kabupaten
Magelang semisal membangun
saluran jaringan air sederhana
melalui sumber mata air terdekat
dengan pipa pralon. Hal tersebut

berjangka panjang lebih baik
ketimbang menunggu aksi nyata
pemerintah dalam menanggulangi
secara jitu krisis air bersih karena
masih terhalang pada sektor
pendanaan.

Tabel 3.19 Strategi Penanggulangan Krisis Sektor Air


Bersih Kabupaten Magelang

6WUDWHJL
3HQJHPEDQJDQ.HOHP
EDJDDQ6HNWRU$LU%HUVLK

0HPSHUEDLNLNRQGLVLOLQJ
NXQJDQPHODOXL$JURSROLWDQ
GHQJDQSRODSHQDQDPDQ
DJURIRUHVWU\

6DVDUDQ
$VSHN6RVLDO
0HPEHUGD\DNDQVHUWD
PHQ\DGDUNDQZDUJDEDKZD
NULVLVDLUEHUVLKDGDODKPX
VXKEHUVDPD

/DQJNDK2SHUDVLRQDO

0HPEHULNDQVRVLDOLVDVLEDKZDNULVLV
DLUKDUXVGLKDGDSLGHQJDQVHPDQ
JDWHWRVNHUMDNHVDGDUDQNHUHODDQ
NHPDQGLULDQGDQWROHUDQVLWDQSD
PHQXQJJXEHODVNDVLKDQSLKDNODLQ
0HPEDQJXQSDUWLVLSDWLIVHUWD 0HPEHULNDQSHODWLKDQSHPDVDQJDQ
NHDNWLIDQPDV\DUDNDW
SLSDSUDORQVHGHUKDQDGDULVXPEHU
PDWDDLUWHUGHNDWDJDUGDSDWVDPSDL
NHWLDSUXPDKSHQGXGXN
$VSHN/LQJNXQJDQ
0HPSHUEDLNLOLQJNXQJDQ
0HQJDGDNDQSHQDQDPDQWXPEXKDQ
VXPEHUGD\DDLUSDGDWHPSDW \DQJVHVXDLGHQJDQWRSRJUDILQ\D
\DQJVXGDKUXVDN
XQWXNPHQJLNDWDLUWDQDKGDQPHQ
JXUDQJLHURVL
0HQMDJDNXDOLWDVVXPEHUGD 3HQJDZDVDQKXNXP\DQJNHWDW
\DDLUEHVHUWDOLQJNXQJDQQ\D SDGDWLDSVWDNHKROGHULQYHVWRU
Sumber: Analisis Penulis

 6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE,VXGDQ3RWHQVL

Selain aspek sosial, pendekatan


melalui aspek lingkungan juga
sangat penting untuk diadakan,
karena menyangkut kondisi

magelang. Dengan menjaga
dan memperbaiki lingkungan
terutama terhadap sektor sumber
air bersih, degradasi lingkungan
serta bencana alam kekeringan
tentu dapat ditanggulangi dan
diminimalisir sekecil mungkin
Strategi Agropolitan dengan pola
penanaman agroferasti menjadi
pilihan yang baik dikarenakan
potensi pertanian yang ada
pada Kabupaten Magelang saat
ini. Konsep Agroferasti adalah
perkebunan dengan tanaman
panen produktif, sesuai dengan

tersebut. Misalkan dengan kondisi
penurunan kualitas air pada daerah
perbukitan yang gundul dan
rawan erosi, cocok untuk ditanami
pepohonan berakar kuat serta
yang berbuah banyak. Disamping
dapat menahan air pada tanah
tersebut, pepohonan tadi juga
dapat menghasilkan buah yang
dapat dipanen secara periodik.

yang sering terjadi kemarau,
dapat dilakukan penanaman
dengan tanaman yang tidak terlalu
membutuhkan air, namun dapat
menghasilkan produksi, semisal
pohon jati.

Dengan hasil-hasil perkebunan


tersebut, tentu dapat
meningkatkan pendapatan
masyarakat sekitar serta
pemasukan pemerintah, sehingga
pengganggaran jaringan PDAM
dapat terus ditingkatkan,
coveraged area sanggup untuk
memenuhi kebutuhan seluruh
warga kabupaten Magelang. .
Karena pada hakikatnya, kita tidak
dapat hidup tanpa keberadaan
bumi beserta sumberdaya
alamnya, sedangkan bumi dapat
terus hidup dan berputar tanpa
keberadaan manusia.

6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE,VXGDQ3RWHQVL 

 6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE,VXGDQ3RWHQVL

GAGASAN

PENGEMBANGAN

!"#$%&%&'&($)*(%*+,&(%&(

!"#$%&%&'&($)*(%*+,&(%&(
1 Agropolitan
Pengembangan kawasan pedesaan
sering menyebabkan adanya urban
bias yaitu kondisi tersedotnya
potensi pedesaan ke perkotaan
baik itu manusia, sumber daya
alam yang mana pada awalnya
pengembangan ini untuk
mensejahterakan masyarakat
desa (Douglas, 1986). Oleh
karenanya perlu sebuah solusi
untuk mengurangi fenomena
tersebut salah satunya dengan
pengembangan agropolitan.
Konsep ini mengembangkan
kawasan perdesaan tanpa
melupakan kawasan perkotaan
sehingga diharapkan terjadi
interaksi yang kuat antara pusat
kawasan agropolitan dengan
wilayah produksi pertanian dalam
sistem kawasan agropolitan.
Melalui pendekatan ini, produk
pertanian dari kawasan produksi
akan diolah terlebih dahulu di
pusat kawasan agropolitan
sebelum di jual (ekspor) ke pasar
yang lebih luas sehingga nilai
tambah tetap berada di kawasan
agropolitan.
Disamping itu, pentingnya
pengembangan kawasan
agropolitan di Indonesia
diindikasikan oleh ketersediaan
lahan pertanian dan tenaga kerja
yang murah, telah terbentuknya
kemampuan (skills) dan
pengetahuan (knowledge) di
sebagian besar petani, jaringan
(network) terhadap sektor hulu

dan hilir terhadap sektor hulu


dan hilir yang sudah terjadi, dan
kesiapan pranata (institusi).
Kondisi ini menjadikan suatu
keuntungan kompetitif
(competitive advantage) Indonesia
dibandingkan dengan negara lain
karena kondisi ini sangat sulit
untuk ditiru (coping) (Porter,
1998). Lebih jauh lagi, mengingat
pengembangan kawasan
agropolitan ini menggunakan
potensi lokal, maka konsep ini
sangat mendukung perlindungan
dan pengembangan budaya sosial
local (local social culture).
1.1 Agrowisata
Agrowisata merupakan kegiatan
wisata yang terintegrasi dengan
keseluruhan sistem pertanian
dan pemanfaatan obyek-obyek
pertanian sebagai obyek wisata,
seperti teknologi pertanian
maupun komoditi pertanian
}~
(1992) agrowisata adalah salah
satu bentuk kegiatan wisata yang
dilakukan di kawasan pertanian
yang menyajikan suguhan
pemandangan alam kawasan
pertanian (farmland view) dan
aktivitas di dalamnya seperti
persiapan lahan, penanaman,
pemeliharaan, pemanenan,
pengolahan hasil panen sampai
dalam bentuk siap dipasarkan dan
bahkan wisatawan dapat membeli
produk pertanian tersebut sebagai
oleh-oleh. Agrowisata tersebut

6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE*DJDVDQ3HQJHPEDQJDQ 

ikut melibatkan wisatawan dalam


kegiatan-kegiatan pertanian.
Menurut Tirtawinata dan
Fachruddin (1996), prinsip yang
harus dipegang dalam sebuah
perencanaan agrowisata, yaitu
sebagai berikut:
!"# Perencanaan agrowisata sesuai
dengan rencana pengembangan
wilayah tempat agrowisata itu
berada
$"# Perencanaan dibuat secara
lengkap, tetapi sesederhana
mungkin
%"# Perencanaan
mempertimbangkan tata
lingkungan dan kondisi sosial
masyarakat sekitar
&"# Perencanaan selaras dengan
sumberdaya alam, sumberdaya
manusia, sumber dana dan
teknik-teknik yang ada
'"# Perlu dilakukan evaluasi sesuai
dengan perkembangan yang
ada.
1.2 Agro-forestry
Menurut International Council
for Research in Agroforetry,
Agro forestry ialah uatu sistem
pengelolaan lahan dengan
berasaskan kelestarian, yang
meningkatkan hasil lahan secara
keseluruhan, mengkombinasikan
produksi tanamaan (termasuk
tanaman pohon-pohonan)
dan tanaman hutan dan/atau
hewan secara bersamaan atau

berurutan pada unit lahan yanag


sama, dan menerapkan cara-cara
pengelolaan yang sesuai dengan
kebudayaan penduduk setempat
(King dan Chandler, 1978). Dalam
perencanaan ini adapun tujuan
pengembangan Agroforestry antara
lain :
a. Pemanfaatan lahan secara
optimal yang ditujukan kepada
produksi hasil tanaman berupa
kayu dan non kayu secara
berurutan dan/atau bersamaan.
b. Pembangunan hutan secara
multi funfsi dengan melibatkan
peran serta masyarakat secara
aktif.
c. Meningkatkan pendapatan
petani/penduduk miskin
dengan memanfaatkan sumber
daya yang tersedia dan
meningkatnya kepedulian warga
masyarakat terhadap upaya
peningkatan kesejahteraan
keluarga miskin di
lingkungannya guna mendukung
proses pemantapan ketahan
pangan masyarakat.
d. Terbinanya kualitas daya
dukung lingkungan bagi
kepentingan masyarakat luas.
1.3 Agroindustri
Agroindustri adalah suatu
industry yang dalam kegiatannya
memproses bahan yang berasal
dari tumbuhan atau hewan melalui

 6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE*DJDVDQ3HQJHPEDQJDQ

proses pengolahan, pengawetan,



kimia, pengepakan dan distribusi
pemasaran (Austin 1992).

(#

Industri kecil, adalah industry


yang dapat memberikan
pengaruh ganda yang
besar terhadap kehidupan
perekonomian lebih lanjut

Agroindustri dinilai sangat


menguntungkn karena dapat
mengelola produk pertanian
sehingga meningkatkan nilai
tambah. Nilai tambah inilah yang
diharapkan mampu meningkatkan
pendapatan suatu wilayah.
Selain itu dengan agroindustry,
diharapkan mampu memasok
kebutuhan gizi masyarakat dan
memenuhi kebutuhan pangan.

(#

Industri hilir, adalah industry


yang mengolah bahan baku
menjadi setengah jadi menjadi
barang jadi.

2 Industri
Strategi peningkatan daya
saing di bidang industry pada
intinya merupakan upaya
merestrukturisasi kegiatan
produksi dan distribusi yang dapat
diarahkan untuk meningkatkan
produktivitas dan tumbuhnya
spesialisasi, mengembangkan
usaha sesuai potensi sumberdaya
local dan daya dukung lingkungan
dan sebagai upaya pemerataan
pendapatan masyarakat.
Industri berdasarkan sifat
pengolahannya dibedakan menjadi
3 (Adisasmita, 2010):
(#

Industry dasar/hulu, adalah


industry yang mengolah
sumberdaya alam (SDA)
sampai menjadi barang
setengah jadi dan barang jadi

3 Keterkaitan dengan Isu di


Kabupaten Magelang
Gagasan pengembangan
merupakan suatu upaya dalam
mewujudkan suatu wilayah yang
lebih baik. Dengan adanya gagasan
pengembangan berupa agropolitan
dan industry, diharapkan mampu
mengurangi masalah masalah
yang ada di daerah ini. Karena
kompleksnya suatu permasalahan
maka diperlukan beberapa
strategi untuk mengentasnya.
Di Kabupaten Magelang sendiri,
ada dua gagasan besar yang
direncanakan yakni agropolitan
dan industry yang diharapkan
mampu mengurangi disparitas
suatu wilayah yang mana dari
disparitas tersebut memunculkan
anak anak masalah seperti
kemiskinan, rendahnya kualitas
pendidikan, aksesibilitas dan
mobilitas yang masih rendah
hingga masalah kesejahteraan
petani yang kurang diperhatikan
dsb.

6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE*DJDVDQ3HQJHPEDQJDQ 

Gambar 4.1 Skema Gagasan Pengembangan

Sumber : Analisis Kelompok, 2012


Berdasarkan diagram diatas,
terlihat beberapa isu yang ada di
Kabupaten Magelang. Beberapa
isu tersebut bisa dicari solusinya
malalui konsep agropolitan
atau industry bahkan beberapa
diupayakan untuk diselesaikan
dengan kedua konsep tersebut.
Pada konsep Agropolitan
dimana aspek lingkungan sangat
ditekankan, maka diharapkan
dapat mempertahankan kuaitas
lingkungan yang sudah ada.
Dengan adanya agropolitan maka
masyarakat dapat memperoleh

mata pencaharian dari alam


sekaligus terlibat langsung
dalam mengelola lingkungan.
Konsep agropolitan yang
menekankan sector pertanian,
sangat efektif dalam upaya
peningkatan kesejahteraan
petani. Dengan agropolitan
petani tidak hanya menanam
saja tapi juga bisa menjualnya
menjadi obyek wisata yang
kemudian dapat meningkatkan
ekonomi petani. Konsep
agroindustry diharapkan

 6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE*DJDVDQ3HQJHPEDQJDQ

mampu menunjang aktivitas


pertanian yang ada di wilayah
ini sehingga sector pertanian
mampu memberi added value
yang lebih banyak. Agroforestry
sebagai upaya pelestarian
lingkungan diharapkan mampu
menjaga homeostatis alam
dan menciptakan regional
resilience. Sehingga masalah
seperti kesulitan memperoleh air
bersih dapat diselesaikan, baik
itu dengan cara alam seperti
memepertahankan daerah resapan
air atau melalui penggunaan
teknologi. Selain itu adanya
area area rawan bencana juga
diharapkan mampu dicari jalan
keluarnya dengan agroforestry
ini, sehingga bencana seperti
longsor, banjir dapat diminimalisir
yang tentunya juga didukung
dengan rencana tata ruang yang
berlandaskan lingkungan.

ketika memiliki ekonomi yang lebih


baik maka melanjutkan jenjang
sekolah hingga SMK sehingga
SDM akan lebih berkualitas dan
kompetitif. Berkulitasnya manusia
ini diharapkan mampu memberi
variasi pada aktivitas ekonomi
sehingga memberi multiplier effect
yang lebih banyak dan diharapkan
mampu mengurangi kemiskinan
yang ada di Kabupaten Magelang.
Selain itu dengan industry
diharapkan mampu meningkatkan
aksesibilitas dan mobilitas
transportasi di Kabupaten
Magelang. Karena aksesibiitas
transportasi merupakan factor

industri sehingga diharapkan
memberi kemudahan akses pula
bagi masyarakat.

Pengembangan konsep industry


merupakan upaya wilayah
dalam melihat peluang ekonomi
terhadap pertumbuhan demand
di bidang indutri baik itu dari sisi
permintaan lahan, labour force
dan bahan baku. Dengan adnya
industry ini diharapkan dapat
membuka peluang kerja sehingga
tenaga kerja dapat diserap.
Penyerapan ini diharapkan mampu
meningkatkan kondisi ekonomi
penduduk yang berimplikasi pada
peningkatan kualitas pendidikan
yang dulunya hanya tamatan SD

6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE*DJDVDQ3HQJHPEDQJDQ 

 6WXGLR$QDOLVLV.DEXSDWHQ0DJHODQJ%DE*DJDVDQ3HQJHPEDQJDQ

Perencanaan Wilayah dan Kota


Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan
Fakultas Teknik
Universitas Gadjah Mada

You might also like