You are on page 1of 6

CASE REPORT SESSION

Benign Prostate Hyperplasia

DISUSUN OLEH:
Yuda Putra Disastra

1301-1213-0665

Devyashini A/P Prabhankaran

1301-1213-2535

Amila Hanifan Muslimah

1301-1213-0649

PRESEPTOR :
Safendra Siregar, dr., SpU

BAGIAN ILMU BEDAH UROLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN
2014
1

STATUS PASIEN
Identitas Pasien
Nama

: Tn. Kurniawan

Usia

: 69 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki


Alamat

: Jalan Karang Tinggal RT 02/04, Bandung

Pekerjaan

: Tidak bekerja

No Medrec

: 37540

Tanggal MRS : 8 September 2014


Periksa

: 9 September 2014

Anamnesis
Keluhan utama : Sulit buang air kecil (BAK)
Sejak dua hari sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluh sulit buang air. Buang
air kecil dirasakan hanya beberapa tetes yang keluar dan tidak terasa nyeri. Pasien merasa
tidak puas mengeluarkan kencingnya, seperti merasakan masih terdapat sisa sesudah kencing.
Air kencing yang keluar berwarna kuning yang lebih pekat dari biasanya tanpa disertai warna
kemerahan. Penderita harus mengedan saat buang air kecil. Pasien selalu merasakan ingin
kencing dan tidak bisa menahan pada saat ingin kencing. Riwayat buang air kecil di malam
hari diakui pasien. Keluhan tersebut tidak disertai demam. Riwayat buang air kecil berpasir
disangkal. Riwayat pernah trauma sebelumnya disangkal. Riwayat penggunaan obat-obat
yang berlebihan atau lama disangkal. Riwayat operasi sebelumnya, penyakit gula, darah
tinggi dan rematik disangkal.
Satu tahun yang lalu, pasien pernah mengalami keluhan serupa berobat ke instalasi
gawat darurat RSHS. Pasien mendapatkan penanganan berupa pemasangan kateter dan harus
kontrol setiap dua minggu sekali. Pasien kontrol sebanyak empat kali kemudian kateter
dilepas dan buang air kecil kembali lancar.
Pada tanggal 28 Agustus 2014, pasien mengalami keluhan serupa berobat ke instalasi
gawat darurat RSHS, kemudian pasien dilakukan pemasangan kateter urin kemudian pasien
diintruksikan untuk melakukan kontrol ke poli bedah urologi RSHS.

Pemeriksaan fisik
Status generalis
Kesadaran

: Compos mentis

Tensi

: 130/80 mmHg

Nadi

: 76 x/m

Suhu

: Afebris

Pernafasan

: 20x / menit

Kepala

: Simetris, Konjungtiva tidak anemis dan sklera tidak ikterik

Leher

: Jugular Venous Pressure tidak meningkat, kelenjar getah


bening tidak teraba

Dada

: Bentuk dan gerak simetris

Paru-paru

: VBS kanan = kiri, ronchi (-), wheezing (-)

Jantung

: Murni regular, S1 dan S2 normal, S3 (-), S4 (-)

Perut

: Datar lembut, nyeri tekan (-), Bising usus normal

Hepar dan Lien

: Tidak teraba, ruang traube (kosong)

Ekstremitas

: Akral hangat, capillary refill time < 2 detik.

Status urologis
-

At regio flank
At regio suprapubis
At regio genitalia eksterna

Rectal tusche

: ballotement -/-, nyerti tekan -/-, nyeri ketok CVA -/: kesan kandung kemih tidak penuh, nyeri tekan (-)
: terpasang foley cathether ukuran 18 Fr, meatal stenosis
(-), indurasi shaft (-), testis dan epididimis dalam batas
normal.
: TSA kuat, ampula tidak kolaps, mukosa licin,
konsistensi kenyal, prostat + 20-40 gr, simetris, nodul
(-), nyeri tekan (-).

Pemeriksaan penunjang
1.
2.
3.
4.

Pemeriksaan darah rutin dalam batas normal


Ureum dan kreatinin dalam batas normal
Gula darah sewaktu dalam batas normal
Urinalisis dalam batas normal

Immunohistokimia
P 63 positif. Kesimpulan: hyperplasia prostat.
3

Tes Fungsi Paru Restriktif ringan.


EKG Dalam batas normal.
PSA 16,74. Vol 56,0 cc.
USG
-

Awal proses kronis ginjal kanan


USG ginjal kiri saat ini tak tampak kelainan

Diagnosa Banding
1.
2.
3.
4.

Retensio urin ec benign prostate hyperplasia


Retensio urin ec carcinoma prostate
Retensio urin ec striktur uretra
Retensio urin ec neurogenik bladder

Diagnosa akhir
Retensio urin ec benign prostate hyperplasia
Tata laksana
1. Umum:
a. Informed consent tentang penyakit yang diderita dan hal-hal yang mungkin
dapat memperburuk keluhan seperti:
i. Jangan mengkonsumsi kopi dan alkohol setelah makan malam
ii. Kurangi konsumsi makanan atau minuman yang mengiritasi bladder
(kopi atau coklat)
iii. Batasi penggunaan obat influenza yang mengandung
fenilpropanolamin
iv. Kurangi makanan pedas dan asin
v. Jangan menahan kencing terlalu lama
2. Khusus:
a. Ganti pemasangan folley kateter ukuran 18 fr dengan urin bag
b. Harnal ocas 1x1 selama 7 hari
c. Kontrol ulang setelah 2 minggu kemudian
Prognosis
-

Quo ad vitam
Quo ad functionam

: adbonam
: dubia adbonam

PEMBAHASAN
Overview kasus BPH

Pembesaran prostat jinak dikenal sebagai BPH sering diketemukan pada pria yang
menapak usia lanjut. Istilah BPH atau benign prostatic hyperplasia sebenarnya merupakan
istilah histopatologis, yaitu terdapat hiperplasia prostat benign ini dapat dialami oleh sekitar
70% pria diatas usia 60 tahun. Angka ini akan meningkat hingga 90% pada pria berusia di
atas 80 tahun.
Meskipun jarang mengancam jiwa, BPH memberikan keluhan yang menjengkelkan
dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Keadaan ini akibat dari pembesaran kelenjar prostat
atau benign prostate enlargement (BPE) yang menyebabkan terjadinya obstruksi pada leher
buli-buli dan uretra atau dikenal sebagai bladder outlet obstruction (BOO). Obstruksi yang
khusus disebabkan oleh pembesaran kelenjar prostat disebut sebagai benign prostate
obstruction (BPO). Obstruksi ini lama kelamaan dapat menimbulkan perubahan struktur bulibuli maupun ginjal sehingga menyebabkan komplikasi pada saluran kemih atas maupun
bawah.
1. Kenapa didiagnosis seperti pada kasus ini?
Keluhan yang disampaikan oleh pasien BPH seringkali berupa LUTS (low urinary tract
symptoms) yang terdiri atas gejala obstruksi atau gejala berkemih (voiding symptom)
maupun gejala iritasi atau gejala penyimpanan (storage symptom) yang meliputi frekuensi
miksi meningkat, urgensi, nokturia, pancaran miksi lemah dan sering terputus-putus
(intermitensi), dan merasa tidak puas sehabis miksi, dan tahap selanjutnya terjadi retensi
urine. Hubungan antara BPH dengan LUTS sangat kompleks, tidak semua pasien BPH
mengeluhkan gangguan miksi dan sebaliknya tidak semua keluhan miksi disebabkan oleh
BPH.
2. Kenapa manajemen pada kasus ini seperti yang telah diuraikan di atas?
a. Watchfull waiting: Terapi ini ditujukan untuk pasien BPH dengan IPSS score
dibawah 7. Pasien hanya diberi penjelasan tentang hal yang mungkin
memperburuk keluhannya, misalnya jangan mengkonsumsi kopi dan alkohol,
makanan yang mengiritasi buli-buli, misalnya coklat. Penggunaan obat-obat
influenza yang mengandung fenilpropanolamine, jangan menahan kencing terlalu
lama, makanan pedas asin. Pasien diamjurkan kontrol secara teratur.
b. Medikamentosa:
i. Mengurangi resistensi otot polos prostat dengan adrenegic a blocker,
contoh: hytrin.

ii. Mengurangi volume prostat dengan 5 a

reductase inhibitor, contoh:

finastride.
c. Fitofarmaka: bekerja sebagai antiestrogen, antiandrogen, menurunkan kadar seks
hormon binding globulin, inhibisi basic fibroblas growth factor dan epidermal
growth factor, mengganggu metabolisme prostaglandin, menurunkan outflow
resistence dan menurunkan volume prostat.
d. Operasi: tiga macam teknik pembedahan prostat yaitu: prostatektomi terbuka,
insisi prostat transuretra (TUIP), dan reseksi prostat transuretra (TURP).
i. Macam teknik prostatatektommi terbuka: retropubik infravesika,
suprapubik

transvesika,dan

transperineal.

Prostatektomi

terbuka

dianjurkan untuk prostat yang sangat besar > 10 gram. Penyulit yang dapat
terjadi adalah: inkontinensia urine, impotensi, ejakulasi retrograd,
kontraktur buli-buli. Penyulit berupa striktur uretra dan ejakulasi retrograd
lebih banyak dijumpai pada prostatektomi terbuka daripada TURP dan
TUIP.
ii. TURP merupakan operasi yang paling banyak dikerjakan saat ini. Operasi
ini lebih disenangikarena tidak diperlukan insisi pada kulit perut,
memerlukan masa pemulihan yang lebih singkat. Komplikasi selama
operasi adalah perdarahan, perforasi, dan sindrom TURP.
Komplikasi pasca bedah dini adalah perdarahan, infeksi lokal atau sistemik.
Komplikasi pasca bedah lanjut adalah inkontinensia, disfungsi ereksi, ejakulasi
retrograd, dan striktur uretra. Sindrom TURP ditandai dengan pasien yang milai
gelisah, somnolen, tekanan darah meningkat dan bradikardi. Jika tidak segera diatasi
pasien akan mengalami edema otak yang akhirnya jatuh dalam koma dan kematian.
Untuk untuk mengurangi resiko timbulnya sindrom TURP operator harus membatasi
reseksi tidak lebih dari 1 jam.
TIUP direkomendasikan pada prostat yang ukurannya kurang 30 cm3, tidak
dijumpai pembesaran lobus medius dan tidak ditemukan adanya kecurigaan
keganasan. Waktu yang dibutuhkan lebih tepat dan lebih sedikit menimbulkan
komplikasi dibandingkan dengan TURP.
3. Bagaimana prognosis pada kasus ini seperti yang telah diuraikan di atas?
Prognosa pada pasien ini :
Quo ad vitam
: ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam

You might also like