Professional Documents
Culture Documents
berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orangorang yang berbuat kerusakan" (QS Al-Qashash : 77).
Contoh lain dari filsafat religi adalah keyakinan manusia bahwa setiap
manusia memiliki rizki di muka bumi ini, dengan demikian tidak perlu
khawatir memiliki anak banyak. Atau biasa dikenal dengan istilah banyak
anak banyak rejeki. Sebagai akibat dari keyakinan ini, manusia tidak
membatasi jumlah keturunannya, padahal jumlah manusia di muka bumi
sudah hampir melebihi batas daya dukung lingkungan.
e. Mentalitas frontier
Pada dasarnya manusia memiliki jiwa frontoer atau bertualang. Hal ini
menyebabkan manusia ingin menginjakkan kaki ke habitat baru. Akibatnya
manusia senang melakukan eksploitasi ke berbagai penjuru bumi terutama
dengan tujuan mendapatkan sumber kehidupan. Urbanisasi merupakan salah
satu akibat adanya mentalitas frontier dalam diri manusia. Tidak semua orang
desa yang pindah ke kota disebabkan oleh karena desa tempat asalnya tidak
dapat meberikan kehidupan. Seringkali hiruk pikuk kehidupan kota
mengundang kedatangan masyarakat desa hanya karena keinginan hidup
dalam suasana baru, yaitu suasana kota yang jauh berbeda dengan suasana
desa. Mentalitas frontier mengerakkan hati masyarakat desa, terutama
pemudanya untuk mengadu nasib di desa. Akibatnya terjadi arus urbanisasi
yang besar. Hal ini menyebabkan daya dukung kota yang sudah berkurang
disebabkan polusi, semakin terbebani oleh jumlah penduduk yang semakin
padat.
Kelima falsafah hidup manusia tersebut melekat dalam diri manusia dan
membentuk perilaku manusia yang menyebabkan kerusakan sumber daya alam.
Kerusakan sumber daya alam telah disadari oleh umat manusia terutama sangat nyata
setelah berlalunya perang dunia ke-dua, pada tahun 1959. Pada saat itu manusia sadar
bahwa perang menyebabkan kehancuran bagi kedua fihak. Manusia di berbagai belahan
bumi bertekad untuk tidak lagi berperang. Manusia mulai berfikir untuk meningkatkan
kesajahteraan umat manusia melalui revolusi hijau dan revolusi industri. Gerakan
revolusi hijau bertujuan menyediakan sumber pangan bagi umat manusia melalui
intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian. Intensifikasi pertanian menghasilkan teknologi
pupuk, insektisida dan rekayasa genetika. Sementara revolusi industri bertujuan
meningkatkan taraf hidup manusia melalui berbagai inovasi dalam industri sandang,
telekomunikasi, transportasi dan sebagainya.
Revolusi hijau dan revolusi industri yang melaju pesat setelah perang dunia
kedua ternyata menimbulkan dampak yang cukup besar bagi bumi kita. Pemakaian
pupuk buatan, insektisida dan berbagai teknologi pertanian ternyata menyebabkan
kerusakan lingkungan . Revolusi industri yang menguras sumber energi tak terbarukan
menjadi bebab berat bagi bumi. Terlebih lagi asap pabrik dan limbah buangan yang
dihasilkan oleh kegiatan industri tersebut sangat berdampak terhadap kerusakan
lingkungan. Manusia dalam rangka meningkatkan kesejahteran hidupnya berlomba
lomba melakukan pembangunan dalam segala bidang.
Akibat dari kegiatan
pembangunan tersebut adalah dihasilkannya bahan-bahan yang semula tidak ada di alam.
Masuknya energi atau komponen lain ke dalam lingkungan oleh kegiatan manusia atau
5
proses alam, sehingga kualitas turun sampai ke tingkat tertentu sehingga fungsinya
berkurang atau tidak dapat berfungsi lagi disebut dengn pencemaran. Zat zat penyebab
pencemaran lingkungan tersebut dapat berupa bahan pencemar kuantitatif dan bahan
pencemar kualitatif. Bahan pemcemar kuantitatif adalah bahan pencemar yang
sebelumnya sudah ada di alam, tetapi karena kegiatan manusia, jumlahnya menjadi
semakin meningkat. contoh CO2, CO dan lain lain. Bahan pencemar kualitatif adalah
bahan pencemar yang sebelumnya tidak ada di alam, tetapi kerena kegiatan manusia,
bahan tersebut menjadi ada.
Salah satu akibat pencemaran oleh gas karbon adalah efek rumah kaca. Gas-gas
pencemar seperti karbon dioksida, karbon monoksida dan gas metan yang berlimpah
jumlahnya akan membentuk selubung diatas atmosfir bumi. Selubung gas tersebut dapat
menyebabkan panas matahari masuk ke bumi, tetapi tidak dapat terpancar kembal keluar
atmosfir. Akibatnya suhu bumi semikin memanas.
).
Meningkatnya suhu bumi ini menyebabkan biji sulit berkecambah, telur gagal menetas
dan embrio hewan mati. Kematian organisme muda tersebut mengakibatkan gagalnya
regenerasi, yang pada gilirannya dapat menyababkan kepunahan spesies. Kepunahan
spesies ini tidak hanya terjadi didaratan, tetapi juga di perairan. Berdasarkan data
penelitian terakhir (IUCN 2001) laju kepunahan spesies sepanjang 150 tahun belakangan
ini sangat memprihatinkan. Spesies mengalami evolusi dan punah secara alami sejak
ratusan juta tahun yang lalu, tapi laju kepunahan belakangan ini jauh lebih tinggi dari laju
kepunahan rata-rat. Akibat memansnya suhu bumi, laju kepunahan saat ini adalah 10
hingga 100 kali lipat laju kepunahan alami. Bila tingkat laju kepunahan berlanjut atau
terus meningkat, jumlah spesies yang menjadi punah dalam dekade berikut bisa
berjumlah jutaan.
menyebabkan air bawah tanah menjadi tercemar oleh air laut sehingga tidak dapat
dikonsumsi oleh manusia.
pohon pelindung (shelterbelt) sepanjang garis bujur 100 untuk mengurangi efek
angin dari wilayah pertanian.
c. Gelombang III ( tahun 1962 sekarang )
Dipimpin oleh John F. Kennedy. Mencanangkan pengawetan wilayah hutan rimba,
pengembangan sumber daya kelautan dan pengawetasn sumberdaya air tawar.Tahun
1970 dilanjutkan oleh Jimmy Carter Membentuk EPA (Environmental Protected
Area)
Setelah John F Kennedy mencanangkan gerakan konservasi, negara negara di
dunia mulai bergerak melakukan aksi yang sama. Pertemuan internasional pertama
untuk gerakan konservasi pertama kali dilakukan pada tanggal 5 sampai dengan 16 Juni
1972 di Stockholm, dihadiri 113 negara, 21 organisasi dibawah PBB dan 258 NGO (Non
Goverment Organization). Pertemuan ini menghasilkan deklarasi Stockholm. Dua puluh
tahun setelah itu, suatu konfrensi yang diselenggarakan di Rio de Janeiro ada tanggal 3
sampai 14 Juni 1992 dihadiri oleh 100 kepala negara di dunia. KTT Rio membahas
kmbali persoalan persoalan lingkungan yang pernah dibicarakan di Stockholm. KTT ini
merekomendasikan prosedur secara hukum dan administrasi di tingkat nasional, prosedur
hukum dan adminstrasi untuk kompensasi pemulihan lingkungan dan adanya akses bagi
individu, kelompok atau organisasi ke dalam kegiatan konservasi. Rumusan tersebut
dikenal dengan Agenda 21.
Konsep Dasar Biologi Konservasi
Dalam memahami biologi konservasi, diperlukan pemahaman mengenai komponen
komponen biologi penyusun ekosistem yang meliputi komunitas, populasi dan spesies.
Komunitas biotik berperan sangat penting dalam keseimbangan ekosistem. Komunitas
adalah beberapa populasi yang hidup pada suatu habitat fisik tertentu, yang merupakan
suatu unit organisasi dengan karakteristik tertentu sebagai tambahan dari komponen
karakteristik populasi penyusunnya, dan berfungsi sebagai suatu unit melalui berbagai
transformasi metabolik. Ukuran dan komposisi spesies pada komunitas adalah berbedabeda, namun dapat dikelompokkan sesuai dengan tingkatan tropiknya, yaitu produsen,
konsumen, dan dekomposer. Karakter umum dari suatu komunitas biasanya ditentukan
oleh spesies yang dominan pada komunitas tersebut. Keanekaragaman spesies merupakan
faktor penting dari suatu komunitas selain dominansi. Keanekaragaman komunitas
ditentukan pula oleh pola komunitas yang merupakan pola penyebaran atau stratifikasi
dari spesies yang hidup pada komunitas tersebut.
Untuk memahami bagaimana ekosistem berfungsi maka hal mendasar yang perlu
dipahami adalah terdapatnya aliran energi ke dalam ekosistem dan terjadinya daur materi
di dalam ekosistem. Kedua hal tersebut dapat diamati pada proses produksi dan
dekomposisi, rantai dan jaring makanan, adanya tingkatan tropik di dalam ekosistem,
serta terjadinya daur biogeokimia yang berlangsung secara terus-menerus dan
berkesinambungan.
Rantai makanan merupakan perpindahan energi makanan dari sumber daya tumbuhan
melalui seri organisme atau melalui jalur makan-memakan. Rantai makanan dibagi atas
dua tipe dasar, yaitu: rantai makanan rerumputan (grazing food chain), dan rantai
makanan sisa (detritus food chain). Unsur yang merupakan persinggungan (interface)
antara komponen habitat yaitu tanah/batuan, air, dan atmosfer, terjadi proses-proses baik
9
fisik, kimia, maupun biologi yang silih berganti atau bersamaan yang disebut proses
biogeokimia, karena proses ini terjadi berulang-balik, maka proses ini disebut daur
biogeokimia. Di dalam daur unsur atau senyawa kimia dapat ditemukan adanya 2 (dua)
kutub, yaitu kutub cadangan dan kutub pertukaran atau kutub peredaran. Dari segi
biosfer, daur biogeokimia terdiri dari 2 (dua) kelompok, yaitu tipe gas dan tipe sedimen.
Gangguan yang terjadi pada daur biogeokimia akan menyebabkan gangguan apada
ekosistem secara keseluruhan. Gambar 4 menunjukkan rantai makanan pada ekosistem
gua. Pada gambar tersebut terlihat bahwa kotoran kelelawar yang berupa guano
merupakan sumber energi utama. Kelelawar yang mencari makan di luar gua,
memindahkan energi dari luar gua ke dalam gua ketika beristirahat di dalam gua. Kotoran
kelelawar yang memenuhi lantai gua menjadi sumber makanan bagi kecoa, lalat,
kumbang dan jengkerik. Hewan-hewan tersebut kemudian dimakan oleh kalajengking,
laba-laba dan kodok yang merupakan sumber makanan bagi ular dan semut. Oleh
karenanya, hilangnya kelelawar pada ekosistem gua menyebabkan kepunahan fauna gua
lainnya.
KELELAWAR
(CHIROPTERA)
semut
(Formicidae)
ular
(Boidae)
kala jengking
(Scorpionodae)
kecoa
ekor Pegas/
(Blattidae Collembola
)
laba-laba
(Arachnidae)
kodok
(Anura)
lalat
kumbang
jangkerik
(Muscoidae) (Lathridiidae) (Gryllidae)
GUANO
10
daya dukung. Konservasi terhadap sumber daya buatan meliputi kegiatan pemanfaatan
secara lestari dan berkesinambungan sumber daya buatan.
Lebih lanjut Meffe & Carrol (1994) menjelaskan : yang dimaksud dengan
konservasi adalah pengelolaan biosphere bagi keperluan manusia sehingga menghasilkan
manfaat yang sebesar besarnya bagi generasi masa kini dan memantapkan potensi untuk
memenuhi kebutuhan dan aspirasi generasi mandatang. Menurut Primack (1998)
konservasi sumber daya alam hayati meliputi kegiatan perlindungan, pengawetan,
pemeliharaan, rehabilitasi, introduksi, pelestarian, pemanfaatan serta pengembangan
keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati didifinisikan sebagai tumbuhan, hewan,
mikroorganisme, genetika yang dikandungnya dan ekosistem yang dibangunnya.
Keanekaragaman hayati meliputi tiga tingkatan yaitu :
a. Tingkat spesies mencakup seluruh organisme di bumi.
Keanekaragaman spesies menyediakan bagi manusia sumber daya dan alternatifnya.
b. Tingkat genetik mencakup variasi genetik di dalam spesies, di antara populasi yang
terpisah secara geografik dan antara induvidu dalam populasi.
Keanekaragaman genetik diperlukan oleh setiap species untuk menjaga vitalitas
reproduksi, ketahanan terhadap penyakit dan kemampuan beradaptasi terhadap
perubahan lingkungan.
c. Tingkat komunitas mencakup variasi di dalam komunitas.
Keanekaragaman komunitas mewakili tanggapan spesies secara kolektif pada kondisi
lingkungan yang berbeda.
Kelestarian keanekaragaman hayati perlu dipertahankan samapai generasi mendatang.
Hal ini kerena suatu keanekaragaman hayati mempunyai peran sebagai berikut :
a. Ekologi
Ekosistem dan jenis yang nampak tidak bermanfaat untuk kesehatan, ternyata
memberi kontribusi terhadap kesejahteraan manusia.Banyak jenis satwa liar
bernilai dan penting untuk pertanian, seperti : pollinator, predator dan parasit
organisma penyakit. Ekosistem merupakan breeding site (tempat berkembang
biak), dan temapat mencari makan polinator dan predtor organisma hama yang
diperlukan bagi produktifitas lahan pertanian.
b. Ekonomi
Hidupan liar yang ada di alam merupakan sumber makanan,bahan obat-obatan
dan bahan baku industri
c. Emosional dan rekreasi
Keanekaragaman hayati ,emberikan manfaat untuk pemenuhan yang bersifat
emosional dan rekreasional. Dalam hal ini, suara, bentuk, warna, pemandangan
suatu keanekaragaman hayati dapat memberikan inspirasi dan ketenangan jiwa.
d. Etika dan Budaya
Hubungan manusia dengan alam diekspresikan dalam bentuk kultur/budaya.
Masyarakat dalam suatu negara seringkali membuat simbol berupa satwa atau
tumbuhan dalam budayanya.
e. Ilmu pengatahuan dan intelektual
Diperkirakan sekitar 5 juta dan 10 juta jenis tumbuhan dan hewan , baru sekitar
1,6 juta yang sudah diberi nama dan hanya beberapa jenis saja yang sudah
teridentifikasi. Selain itu keanekaragaman hayati merupakan laboratorium
12
dengan mendatangi kebun binatang, tidak perlu dilakukan dengan mendatangi hewan
tersebut di habitat aslinya. Seringkali konservasi ex situ juga memberikan perlindungan
bagi hewan yang habitat aslinya terganggu. Misalnya kebakaran hutan di kalimantan
memyebabkan orang utan kehilangan habitatnya, konservasi ex situ dapat dilakukan
dengan merelokasi orang utan tersebut ke hutan lainnya yang masih terjaga. Kegiatan
konservasi ex situ lainnya adalah konservasi plasma nutfah dalam bentuk awetan yang
dilakukan di musium dan herbarium. Sebagai contoh, Lemabaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI) telah membangun musium zoologi yang menyimpan jutaan awetan
spesies hewan yang berasal dari seluruh penjuru Indonesia. Musium tersebut merupakan
bank genetik dari berbagai taksa hewan yang dapat dipelajari.
Berdasarkan uraian diatas, beberapa hal yang perlu ditekankan adalah:
a. Manfaat konservasi harus langsung dirasakan oleh umat manusia
b. Konservasi mempunyai dua skala waktu : generasi sekarang dan generasi yang
akan datang
c. Kepunahan jenis harus dicegah
d. Pencegahan harus dilakukan bersamaan dengan pemeliharaan kelangsungan
proses ekosistem : transfer of energi, daur bahan dan interaksi organisme dengan
lingkungannya.
e. Perlindungan terhadap ekosistem dan jenis harus dilaksanakan melalui
perencanaan dan regulasi
f. Perlindungan ekosistem juga harus bergerak dalam perlindungan air, tanah, dan
atmosfer.
14