You are on page 1of 12

BAB I.

SEJARAH DAN KONSEP DASAR BIOLOGI KONSERVASI


Latar Belakang Gerakan Konservasi
Gerakan konservasi dilatar belakangi oleh kesadaran manusia akan kerusakan
bumi. Bumi sebagai satu satunya tempat hidup manusia telah menanggung resiko
berat akibat perilaku manusia. Hal ini terutama karena ambisi manusia untuk
menguasai sumber daya alam. Selain itu beberapa cara pandang atau falsafah
hidup manusia ditengarai mencajadi penyebab kerusakan alam. Falsafah hidup
tersebut meliputi :
a. Imperialisme biologis.
Manusia selalu menganggap mahluk hidup
lain sebagai jajahannya.
Akibatnya manusia selalu ingin menguasai mahluk hidup lain. Tidak hanya
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya berupa sandang pangan dan papan,
tetapi juga untuk memuaskan hasrat menguasai atau menaklukan mahluk
lain sebagai jajahannya.
b. I versus not i
Manusia selalu menganggap manusia lain adalah kompetitor atau lawan.
Sebagai akibatnya manusia tidak akan membiarkan dirinya kalah atau lebih
rendah dari orang lain. Eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan
merupakan salah satu akibat dari persaingan manusia dengan manusia lainnya
terutama dalam hal penguasaan materi. Dengan kata lain, manusia menjadi
sangat serakah demi memenangkan kompetisi dengan manusia lain. Dalam
upaya memenangkan kompetisi, negara-negara berkembang teerus memacu
pembangunan dengan modal sumber daya alamnya. Penebangan hutan, dan
eksploitasi tambang secara besar-besaran dilakukan oleh negara-negara
berkembang demi menghasilkan sumber devisa yang digunakan untuk
mengejar ketinggalan dalam hal pangan, tempat tinggal dan pendidikan.
Tentu saja hal ini menjadi beban berat bagi alam. Eksploitasi hutan dan
tambang terkadang dilakukan tanpa memperhitungkan kemampuan sumber
daya tersebut untuk memperbaharui diri. Akibatnya dalam waktu singkat
sumber daya alam tersebut akan habis, tidak tersisa bagi generasi yang akan
datang. Sementara negara-negara berkembang memacu pembangunannya
dengan bermodalkan sumber daya alam yang ada, negara-negara maju
berlomba mengembangkan teknologi yang menghasilkan kemajuan dibidang
industri dan transportasi. Kegiatan industri dan transportasi ini menghasilkan
bahan buangan berupa asap dan limbah yang menyebabkan pencemaran
lingkungan.
c. Filsafat ekonomi.
Setiap manusia dalam melalukan kegiatan selalu ingin mendapatkan
keuntungan yang sebesar besarnya dengan modal yang sekecil kecilnya.
Sebagai akibatnya, dalam eksploitasi sumber daya alam, manusia sedapat
mungkin menghindari biaya sebagai recovery atau perbaikan atas kerusakan
sumber daya tersebut. Hal ini menjadi penyebab utama perorangan ataupun
3

institusi seringkali menghindar dari kewajiban membayar atau menanggung


biaya rehabilitasi sumber daya alam yang diakibatkan oleh kegiatannya.
Dalam upaya meminimalisir dampak lingkungan, pemerintah mewajibkan
semua kegiatan yeng memberikan dampak terhadap lingkungan melalui
analisis dampak lingkungan (AMDAL). Dalam hal ini, sebelum kegiatan
dilakukan (misalnya pendirian pabrik semen), harus dilakukan studi
kesesuaian lingkungan, kelayakan kegiatan dan analisis dampak yang
mungkin ditimbulkan apabila kegiatan tersebut dilakukan. Hasil analisis
AMDAL diantaranya; kegiatan ditolak untuk dilaksanakan, kegiatan dapat
dilaksanakan atau kegiatan dilaksanakan denngan beberapa rekomendasi.
Rekomendasi yang sering diberikan oleh AMDAL adalah pabrik harus
dilengkapi dengan
instalasi pengolahan limbah. Bagi pengusaha,
pembangunan instalasi pengolahan limbah menyebabkan meningkatnya biaya
investasi dan industri. Karena ingin mendapatkan keuntungan yang sebesarbesarnya dengan modal yang sekecil-kecilnya, seringkali pengusaha
membangun instalasi pengolahan limbah seadanya, guna menekan biaya.
Akibatnya limbah yang dibuang ke lingkungan sebenarnya belum sesuai
dengan persyaratan limbah buangan yang aman. Hal ini tentu saja menjadi
penyebab pencemaran lingkungan. Keinginan manusia untuk mendapatkan
keuntungan yang besar dengan biaya yang kecil juga sering dilakukan oleh
pengusaha hutan. Dalam aturanya, tanaman hutan yang boleh ditebang adalah
tanaman yang memiliki diameter batang pokok minimum 1 meter. Selain
tebang pilih, dalam penebangan tanaman hutan, diwajibkan menanam kembali
hutan yang telah ditebang, atau biasa disebut sengan reboisasi. Karena ingin
mendapatkan keuntungan yang besar, pengusaha hutan sering kali menyalahi
aturan tersebut. Tanaman yang belum memenuhi syarat untuk ditebang, ikut
ditebang. Lebih dari itu, dengan berbagai alasan, biaya reboisasi yang
menjadi kewajibannya sering kali tidak dibayarkan.
d. Filsafat religi
Manusia menganggap bahwa dirinya adalah khalifah di muka bumi yang
diberi kewenangan menguasai alam. Namun pemahaman yang salah
menyebabkan manusia menguasai sumber daya alam dengan sekehendak
hatinya sendiri, tanpa
bertanggung jawab memelihara dan menjaga
kelestariannya. Salah satu firman Allah SWT dalam Alquran Shaad : Hai
Daud, sesungguhnya kami menjadikan engkau khalifah di muka bumi, maka
berilah keputusan (perkara) diantara manusia dengan adil dan janganlan kamu
mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkanmu dari jalan Allah.
Sesungguhnya orang orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab
yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan (QS: Shaad;26).
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa manusia diciptakan di muka bumi sebagai
khalifah yang diberi kewenangan memutuskan perkara. Oleh sebagian
manusia, kewenangan tersebut disalah-artikan dengan kesewengwenangan. Dengan dalih bahwa manusia diciptakan sebagai khalifah,
manusia merasa boleh berbuat apa saja terhadap alam tanpa memikirkan
akibatnya. Padahal dalam ayat lainnya Allah berfirman : Dan janganlah kamu

berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orangorang yang berbuat kerusakan" (QS Al-Qashash : 77).
Contoh lain dari filsafat religi adalah keyakinan manusia bahwa setiap
manusia memiliki rizki di muka bumi ini, dengan demikian tidak perlu
khawatir memiliki anak banyak. Atau biasa dikenal dengan istilah banyak
anak banyak rejeki. Sebagai akibat dari keyakinan ini, manusia tidak
membatasi jumlah keturunannya, padahal jumlah manusia di muka bumi
sudah hampir melebihi batas daya dukung lingkungan.
e. Mentalitas frontier
Pada dasarnya manusia memiliki jiwa frontoer atau bertualang. Hal ini
menyebabkan manusia ingin menginjakkan kaki ke habitat baru. Akibatnya
manusia senang melakukan eksploitasi ke berbagai penjuru bumi terutama
dengan tujuan mendapatkan sumber kehidupan. Urbanisasi merupakan salah
satu akibat adanya mentalitas frontier dalam diri manusia. Tidak semua orang
desa yang pindah ke kota disebabkan oleh karena desa tempat asalnya tidak
dapat meberikan kehidupan. Seringkali hiruk pikuk kehidupan kota
mengundang kedatangan masyarakat desa hanya karena keinginan hidup
dalam suasana baru, yaitu suasana kota yang jauh berbeda dengan suasana
desa. Mentalitas frontier mengerakkan hati masyarakat desa, terutama
pemudanya untuk mengadu nasib di desa. Akibatnya terjadi arus urbanisasi
yang besar. Hal ini menyebabkan daya dukung kota yang sudah berkurang
disebabkan polusi, semakin terbebani oleh jumlah penduduk yang semakin
padat.
Kelima falsafah hidup manusia tersebut melekat dalam diri manusia dan
membentuk perilaku manusia yang menyebabkan kerusakan sumber daya alam.
Kerusakan sumber daya alam telah disadari oleh umat manusia terutama sangat nyata
setelah berlalunya perang dunia ke-dua, pada tahun 1959. Pada saat itu manusia sadar
bahwa perang menyebabkan kehancuran bagi kedua fihak. Manusia di berbagai belahan
bumi bertekad untuk tidak lagi berperang. Manusia mulai berfikir untuk meningkatkan
kesajahteraan umat manusia melalui revolusi hijau dan revolusi industri. Gerakan
revolusi hijau bertujuan menyediakan sumber pangan bagi umat manusia melalui
intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian. Intensifikasi pertanian menghasilkan teknologi
pupuk, insektisida dan rekayasa genetika. Sementara revolusi industri bertujuan
meningkatkan taraf hidup manusia melalui berbagai inovasi dalam industri sandang,
telekomunikasi, transportasi dan sebagainya.
Revolusi hijau dan revolusi industri yang melaju pesat setelah perang dunia
kedua ternyata menimbulkan dampak yang cukup besar bagi bumi kita. Pemakaian
pupuk buatan, insektisida dan berbagai teknologi pertanian ternyata menyebabkan
kerusakan lingkungan . Revolusi industri yang menguras sumber energi tak terbarukan
menjadi bebab berat bagi bumi. Terlebih lagi asap pabrik dan limbah buangan yang
dihasilkan oleh kegiatan industri tersebut sangat berdampak terhadap kerusakan
lingkungan. Manusia dalam rangka meningkatkan kesejahteran hidupnya berlomba
lomba melakukan pembangunan dalam segala bidang.
Akibat dari kegiatan
pembangunan tersebut adalah dihasilkannya bahan-bahan yang semula tidak ada di alam.
Masuknya energi atau komponen lain ke dalam lingkungan oleh kegiatan manusia atau
5

proses alam, sehingga kualitas turun sampai ke tingkat tertentu sehingga fungsinya
berkurang atau tidak dapat berfungsi lagi disebut dengn pencemaran. Zat zat penyebab
pencemaran lingkungan tersebut dapat berupa bahan pencemar kuantitatif dan bahan
pencemar kualitatif. Bahan pemcemar kuantitatif adalah bahan pencemar yang
sebelumnya sudah ada di alam, tetapi karena kegiatan manusia, jumlahnya menjadi
semakin meningkat. contoh CO2, CO dan lain lain. Bahan pencemar kualitatif adalah
bahan pencemar yang sebelumnya tidak ada di alam, tetapi kerena kegiatan manusia,
bahan tersebut menjadi ada.
Salah satu akibat pencemaran oleh gas karbon adalah efek rumah kaca. Gas-gas
pencemar seperti karbon dioksida, karbon monoksida dan gas metan yang berlimpah
jumlahnya akan membentuk selubung diatas atmosfir bumi. Selubung gas tersebut dapat
menyebabkan panas matahari masuk ke bumi, tetapi tidak dapat terpancar kembal keluar
atmosfir. Akibatnya suhu bumi semikin memanas.

Gambar 1. Efek rumah kaca penyebab pemanasan global


(sumber : http/ globalwarming_envirm.htcl.ac.id

).

Memanasnya suhu bumi (global warming) menyebabkan banyak dampak negatif


bagi kehidupan mahluk hidup di bumi. Salah satunya adalah kepunahan jenis.Kepunahan
adalah dampak dari ketidakmampuan sebuah species dalam proses adaptasinya. Proses
adaptif ini termasuk adaptif terhadap perubahan lingkungan, yang menyebabkan
penurunan kualitas lingkungan.
Species yang tidak mampu adaptif terhadap
lingkungannya akan mengalami penurunan kualitas dalam berbagai hal, misalnya: tidak
mampu untuk tumbuh secara maksimal, mudah untuk
dimangsa predator dan
kemampuan bereproduksinya menjadi rendah bahkan tidak mampu untuk bereproduksi.
Menurut Cox (2002), organisme hidup ada yang memiliki toleransi tinggi terhadap salah
satu faktor lingkungan, sementara sebagian lainnya memiliki toleransi yang sempit.
Spesies spesies mahluk hidup yang memiliki toleransi sempit terhadap suhu lungkungan
akan sulit beradaptasi terhadap suhu bumi yang memanas. Diduga, suhu rata-rata
permukaan bumi telah meningkat rata rata 0.74C 0.18 C (1.33
0.32 F) selama seratus tahun terakhir dan diduga suhu permukaan bumi akan
meningkat 1.1C hingga 6.4 C (2.0 hingga 11.5 F) antara tahun 1990 dan 2100.
6

Meningkatnya suhu bumi ini menyebabkan biji sulit berkecambah, telur gagal menetas
dan embrio hewan mati. Kematian organisme muda tersebut mengakibatkan gagalnya
regenerasi, yang pada gilirannya dapat menyababkan kepunahan spesies. Kepunahan
spesies ini tidak hanya terjadi didaratan, tetapi juga di perairan. Berdasarkan data
penelitian terakhir (IUCN 2001) laju kepunahan spesies sepanjang 150 tahun belakangan
ini sangat memprihatinkan. Spesies mengalami evolusi dan punah secara alami sejak
ratusan juta tahun yang lalu, tapi laju kepunahan belakangan ini jauh lebih tinggi dari laju
kepunahan rata-rat. Akibat memansnya suhu bumi, laju kepunahan saat ini adalah 10
hingga 100 kali lipat laju kepunahan alami. Bila tingkat laju kepunahan berlanjut atau
terus meningkat, jumlah spesies yang menjadi punah dalam dekade berikut bisa
berjumlah jutaan.

Gambar 2. Polusi gas CO2 penyebab pemanasan global


(sumber: http//globarwarming_envirm.htcl.ac.id)
Sebenarnya, gas CO2 di atmosfir dapat terdaur melalui proses fotositesis tanaman.
Bahkan CO2 di udara sangat dibutuhkan tanaman dalam proses fotosintesanya. Namun
demikian, banyaknya penggunaan kayu dari tanaman sebagai bahan baku membuat
jumlah tanaman makin berkurang. Apalagi, hutan sebagai tempat tanaman tumbuh
semakin sempit akibat beralih fungsi menjadi lahan perkebunan seperti kelapa sawit.
Padahal, fungsi hutan sangat penting sebagai paru-paru dunia dan dapat digunakan untuk
mendaur ulang karbondioksida yang terlepas di atmosfer bumi.
Selain kepunahan jenis, pemansan global meyebabkan mencairnya suhu es di
kutub kutub bumi. Pencairan ini menyebabakan meningkatanya permukaan air laut. Para
ilmuwan memprediksi peningkatan tinggi air laut di seluruh dunia karena mencairnya dua
lapisan es raksasa di Antartika dan Greenland. Banyak negara di seluruh dunia akan
mengalami efek berbahaya dari kenaikan air laut ini. Inilah mungkin yang faktor
penyebab tenggelamnya Ibu Kota Jakarta beberapa tahun mendatang sesuai dengan yang
diprediksi ilmuwan. Dengan meningkatnya permukaan air laut, daratan semakin sempit,
dan yang lebih berbahaya lagi adalah abrasi atau meresapnya air laut ke daratan. Abrasi
7

menyebabkan air bawah tanah menjadi tercemar oleh air laut sehingga tidak dapat
dikonsumsi oleh manusia.

Gambar 3. Naiknya permukaan air laut akibat mencairnya es di


kutub kutub bumi (Sumber: http//globarwarming_
envirm.htcl.ac.id).
Pemanasan global juga menyebabkan tingkat terjadinya badai dan siklon semakin
meningkat. Di dukung oleh bukti yang telah ditemukan oleh para ilmuwan bahwa
pemanasan global secara signifikan akan menyebabkan terjadinya kenaikan temperatur
udara dan lautan. Hal ini mengakibatkan terjadinya peningkatan kecepatan angin yang
dapat memicu terjadinya badai kuat. Akibat terakhir yang ditakutkan manusia adalah
bahwa, milyaran penduduk di seluruh dunia akan mengalami bencana kelaparan karena
faktor menurunnya produksi pangan pertanian akibat kegagalan panen. Ini disebabkan
oleh pemanasan global yang memicu terjadinya perubahan iklim yang kurang kondusif
bagi tanaman pangan.
Sejarah Gerakan Konservasi
Keprihatinan manusia terhadap fakta adanya kerusakan lingkungan menyebabkan
munculnya gerakan konservasi. Gerakan konservasi tersebut dimulai di Amerika dan
selanjutnya menyebar ke berbagai negara di dunia. Hingga saat ini gerakan konservasi
menjadi gerakan global yang menyeluruh di berbagai belahan dunia. Tahapan gerakan
konservasi didunia dapat dibagi menjadi 3 gelombang yaitu:
a. Gelombang I ( tahun 1901 1909)
Dibawah kepemimpinan Theodore Roosevelt, ditandai dengan kegiatan
inventarisasi sumber daya alam dan pencanangkan perundang undangan pengelolaan
sumber daya alam. Selain itu terdapat adanya kebijakan menarik 200 juta are tanah
milik swasta dan umum dan merubahnya sebagai lahan cadangan.
b. Gelombang II (tahun 1933- 1941)
Dibawah kepemimpinan Franklin D. Rooselvelt. Ditandai dengan program Public
Works Administration, sebagai program pengembangan sumber daya alam. Selain
itu salah satu kegiatan lainya adalah Prairie State Forestry Project : Penanaman
8

pohon pelindung (shelterbelt) sepanjang garis bujur 100 untuk mengurangi efek
angin dari wilayah pertanian.
c. Gelombang III ( tahun 1962 sekarang )
Dipimpin oleh John F. Kennedy. Mencanangkan pengawetan wilayah hutan rimba,
pengembangan sumber daya kelautan dan pengawetasn sumberdaya air tawar.Tahun
1970 dilanjutkan oleh Jimmy Carter Membentuk EPA (Environmental Protected
Area)
Setelah John F Kennedy mencanangkan gerakan konservasi, negara negara di
dunia mulai bergerak melakukan aksi yang sama. Pertemuan internasional pertama
untuk gerakan konservasi pertama kali dilakukan pada tanggal 5 sampai dengan 16 Juni
1972 di Stockholm, dihadiri 113 negara, 21 organisasi dibawah PBB dan 258 NGO (Non
Goverment Organization). Pertemuan ini menghasilkan deklarasi Stockholm. Dua puluh
tahun setelah itu, suatu konfrensi yang diselenggarakan di Rio de Janeiro ada tanggal 3
sampai 14 Juni 1992 dihadiri oleh 100 kepala negara di dunia. KTT Rio membahas
kmbali persoalan persoalan lingkungan yang pernah dibicarakan di Stockholm. KTT ini
merekomendasikan prosedur secara hukum dan administrasi di tingkat nasional, prosedur
hukum dan adminstrasi untuk kompensasi pemulihan lingkungan dan adanya akses bagi
individu, kelompok atau organisasi ke dalam kegiatan konservasi. Rumusan tersebut
dikenal dengan Agenda 21.
Konsep Dasar Biologi Konservasi
Dalam memahami biologi konservasi, diperlukan pemahaman mengenai komponen
komponen biologi penyusun ekosistem yang meliputi komunitas, populasi dan spesies.
Komunitas biotik berperan sangat penting dalam keseimbangan ekosistem. Komunitas
adalah beberapa populasi yang hidup pada suatu habitat fisik tertentu, yang merupakan
suatu unit organisasi dengan karakteristik tertentu sebagai tambahan dari komponen
karakteristik populasi penyusunnya, dan berfungsi sebagai suatu unit melalui berbagai
transformasi metabolik. Ukuran dan komposisi spesies pada komunitas adalah berbedabeda, namun dapat dikelompokkan sesuai dengan tingkatan tropiknya, yaitu produsen,
konsumen, dan dekomposer. Karakter umum dari suatu komunitas biasanya ditentukan
oleh spesies yang dominan pada komunitas tersebut. Keanekaragaman spesies merupakan
faktor penting dari suatu komunitas selain dominansi. Keanekaragaman komunitas
ditentukan pula oleh pola komunitas yang merupakan pola penyebaran atau stratifikasi
dari spesies yang hidup pada komunitas tersebut.
Untuk memahami bagaimana ekosistem berfungsi maka hal mendasar yang perlu
dipahami adalah terdapatnya aliran energi ke dalam ekosistem dan terjadinya daur materi
di dalam ekosistem. Kedua hal tersebut dapat diamati pada proses produksi dan
dekomposisi, rantai dan jaring makanan, adanya tingkatan tropik di dalam ekosistem,
serta terjadinya daur biogeokimia yang berlangsung secara terus-menerus dan
berkesinambungan.
Rantai makanan merupakan perpindahan energi makanan dari sumber daya tumbuhan
melalui seri organisme atau melalui jalur makan-memakan. Rantai makanan dibagi atas
dua tipe dasar, yaitu: rantai makanan rerumputan (grazing food chain), dan rantai
makanan sisa (detritus food chain). Unsur yang merupakan persinggungan (interface)
antara komponen habitat yaitu tanah/batuan, air, dan atmosfer, terjadi proses-proses baik
9

fisik, kimia, maupun biologi yang silih berganti atau bersamaan yang disebut proses
biogeokimia, karena proses ini terjadi berulang-balik, maka proses ini disebut daur
biogeokimia. Di dalam daur unsur atau senyawa kimia dapat ditemukan adanya 2 (dua)
kutub, yaitu kutub cadangan dan kutub pertukaran atau kutub peredaran. Dari segi
biosfer, daur biogeokimia terdiri dari 2 (dua) kelompok, yaitu tipe gas dan tipe sedimen.
Gangguan yang terjadi pada daur biogeokimia akan menyebabkan gangguan apada
ekosistem secara keseluruhan. Gambar 4 menunjukkan rantai makanan pada ekosistem
gua. Pada gambar tersebut terlihat bahwa kotoran kelelawar yang berupa guano
merupakan sumber energi utama. Kelelawar yang mencari makan di luar gua,
memindahkan energi dari luar gua ke dalam gua ketika beristirahat di dalam gua. Kotoran
kelelawar yang memenuhi lantai gua menjadi sumber makanan bagi kecoa, lalat,
kumbang dan jengkerik. Hewan-hewan tersebut kemudian dimakan oleh kalajengking,
laba-laba dan kodok yang merupakan sumber makanan bagi ular dan semut. Oleh
karenanya, hilangnya kelelawar pada ekosistem gua menyebabkan kepunahan fauna gua
lainnya.

KELELAWAR
(CHIROPTERA)

semut
(Formicidae)

ular
(Boidae)
kala jengking
(Scorpionodae)

kecoa
ekor Pegas/
(Blattidae Collembola
)

laba-laba
(Arachnidae)

kodok
(Anura)

lalat
kumbang
jangkerik
(Muscoidae) (Lathridiidae) (Gryllidae)

GUANO

Gambar 4 Rantai makanan pada ekosistem Gua .

10

Mahluk hidup merupakan komponen terpenting dalam ekosistem. Populasi adalah


sekelompok individu spesies yang sama yang menempati suatu ruang, dan secara kolektif
mempunyai sifat yang khas sebagai suatu kelompok. Sifat kolektif tersebut antara lain
adalah kepadatan populasi, natalitas, mortalitas, dan distribusi umur. Populasi pada
umumnya ada dalam keseimbangan yang dinamis, yang dipengaruhi oleh interaksi
berbagai faktor. Faktor keseimbangan yang mendorong perkembangan populasi antara
lain laju reproduksi, penyebaran, mekanisme pertahanan diri, dan kemampuan bertahan
pada kondisi sulit. Faktor pendorong tersebut berinteraksi pula dengan faktor penghambat
yang antara lain adalah keterbatasan sumber, habitat yang kurang cocok, kondisi cuaca,
persaingan, predator, parasit, dan penyakit. Adapun pola interaksi spesies antarpopulasi
dapat berbentuk interaksi netral, interaksi negatif, maupun interaksi positif. Berbagai
bentuk interaksi tersebut masih belum semuanya ditemukan oleh manusia, sedangkan
gangguan yang terjadi terhadap interaksi tersebut akan berpengaruh kepada ekosistem
secara keseluruhan.
Berbagai tempat di permukaan bumi memiliki kondisi lingkungan yang berbeda-beda,
yang membentuk habitat dan relung ekologis yang berbeda-beda pula. Spesies yang
terbentuk melalui proses spesiasi dapat menempati habitat dan relung ekologis yang
berbeda-beda tersebut karena kemampuan intrinsiknya, seperti batas toleransi,
kemampuan adaptasi terhadap berbagai faktor seleksi alam, dan dimungkinkan karena
adanya variasi genetis. Proses spesiasi yang umum terjadi adalah spesiasi allopatrik,
parapatrik, sympatrik, dan polyploidy. Sedangkan spesiasi akibat campur tangan manusia
dapat terjadi dalam proses domestikasi. Proses spesiasi juga tak terlepas dari evolusi dan
perkembangan faktor habitat dan relung ekologis melalui segregasi relung ekologis.
Dalam rangka menjamin kelestarian ekosistem dan segala proses proses ekologis
yang terkait didalamnya sebagaimana dijelaskan diatas, diperlukan gerakan konservasi
sumber daya alam. Konservasi sumber daya alam didifisnisikan sebagai suatu upaya
pengelolaan sumber daya alam yang menjamin :
a. Perlindungan terhadap berlangsungnya proses proses ekologis dan sistem
penyangga kehidupan .
b. Pengawetan sumber daya alam dan keanekaragaman sumber plasma nutfah.
c. Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam dan lingkungannya.
Dengan demikian kegiatan konservasi meliputi kegiatan perlindungan, pengawetan dan
pemanfaatan secara lestari sumber daya alam ( Alikodra, 1988).
Sumberdaya alam adalah semua kekayaan alam yang meliputi ekosistem sebagai
suatu tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh, termasuk didalamnya sumber daya hayati
dan sumber daya non hayati yang dapat dimanfaatkan secara langsung ataupun tidak
langsung bagi kesejahteraan manusia. Dengan demikian sumber daya alam dapat berupa
sumber daya alam hayati, sumber daya alam non hayati dan sumberdaya buatan. Sumber
daya alam hayati meliputi semua variasi di dalam komunitas biologi dan ekosistem serta
interaksi antar tingkatan tersebut. Konservasi sumber daya alam hayati meliputi kegiatan
perlindungan, pengawetan, pemeliharaan, rehabilitasi, introduksi, pelestarian,
pemanfaatan serta pengembangan keanekaragaman hayati. Konservasi Sumber daya non
hayati meliputi semua faktor faktor abiotik yang disediakan oleh alam. Konservasi
sumber daya alam non hayati meliputi kegiatan pemanfaatan secara rasional dan
bijaksana . Sumber daya buatan adalah sumber daya buatan manusia yang mempunyai
11

daya dukung. Konservasi terhadap sumber daya buatan meliputi kegiatan pemanfaatan
secara lestari dan berkesinambungan sumber daya buatan.
Lebih lanjut Meffe & Carrol (1994) menjelaskan : yang dimaksud dengan
konservasi adalah pengelolaan biosphere bagi keperluan manusia sehingga menghasilkan
manfaat yang sebesar besarnya bagi generasi masa kini dan memantapkan potensi untuk
memenuhi kebutuhan dan aspirasi generasi mandatang. Menurut Primack (1998)
konservasi sumber daya alam hayati meliputi kegiatan perlindungan, pengawetan,
pemeliharaan, rehabilitasi, introduksi, pelestarian, pemanfaatan serta pengembangan
keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati didifinisikan sebagai tumbuhan, hewan,
mikroorganisme, genetika yang dikandungnya dan ekosistem yang dibangunnya.
Keanekaragaman hayati meliputi tiga tingkatan yaitu :
a. Tingkat spesies mencakup seluruh organisme di bumi.
Keanekaragaman spesies menyediakan bagi manusia sumber daya dan alternatifnya.
b. Tingkat genetik mencakup variasi genetik di dalam spesies, di antara populasi yang
terpisah secara geografik dan antara induvidu dalam populasi.
Keanekaragaman genetik diperlukan oleh setiap species untuk menjaga vitalitas
reproduksi, ketahanan terhadap penyakit dan kemampuan beradaptasi terhadap
perubahan lingkungan.
c. Tingkat komunitas mencakup variasi di dalam komunitas.
Keanekaragaman komunitas mewakili tanggapan spesies secara kolektif pada kondisi
lingkungan yang berbeda.
Kelestarian keanekaragaman hayati perlu dipertahankan samapai generasi mendatang.
Hal ini kerena suatu keanekaragaman hayati mempunyai peran sebagai berikut :
a. Ekologi
Ekosistem dan jenis yang nampak tidak bermanfaat untuk kesehatan, ternyata
memberi kontribusi terhadap kesejahteraan manusia.Banyak jenis satwa liar
bernilai dan penting untuk pertanian, seperti : pollinator, predator dan parasit
organisma penyakit. Ekosistem merupakan breeding site (tempat berkembang
biak), dan temapat mencari makan polinator dan predtor organisma hama yang
diperlukan bagi produktifitas lahan pertanian.
b. Ekonomi
Hidupan liar yang ada di alam merupakan sumber makanan,bahan obat-obatan
dan bahan baku industri
c. Emosional dan rekreasi
Keanekaragaman hayati ,emberikan manfaat untuk pemenuhan yang bersifat
emosional dan rekreasional. Dalam hal ini, suara, bentuk, warna, pemandangan
suatu keanekaragaman hayati dapat memberikan inspirasi dan ketenangan jiwa.
d. Etika dan Budaya
Hubungan manusia dengan alam diekspresikan dalam bentuk kultur/budaya.
Masyarakat dalam suatu negara seringkali membuat simbol berupa satwa atau
tumbuhan dalam budayanya.
e. Ilmu pengatahuan dan intelektual
Diperkirakan sekitar 5 juta dan 10 juta jenis tumbuhan dan hewan , baru sekitar
1,6 juta yang sudah diberi nama dan hanya beberapa jenis saja yang sudah
teridentifikasi. Selain itu keanekaragaman hayati merupakan laboratorium

12

kehidupan untuk monitoring perubahan dan dampaknya terhadap ekosistem dan


konsekuensinya.
Upaya konservasi sumber daya alam harus dilakukan secara terpadu baik secara
horizontal dan vertikal pada semua sektor . Selain itu perlu adanya kerjasama
Internasional dan regional. Agar tujuan konservasi dapat tercapai, diperlukan strategi
konservasi tingkat dunia dan strategi konservasi tingkat nasional. Strategi konservasi
tingkat dunia diperlukan karena :
a. Sumber daya alam hayati yang merupakan kebutuhan pokok bagi kelangsungan hidup
manusia cenderung rusak dan menispis, sedangkan jumlah populasi manusia di
seluruh dunia semakin meningkat. Hal ini diper-parah lagi dengan tingkat konsumsi
penduduk di negara negara maju sangat tinggi dibandingkan dengan di negara
berkembang.
b. Upaya konservasi memerlukan waktu. Sedangkan kerusakan pada biospher terus
berlangsung.
c. Kemampuan negara negara di dunia dalam upaya konservasi berbeda beda terutama
dalam hal pendanaan dan teknologi.
Karena alasan tersebut maka tujuan strategi konservasi tingkat dunia adalah
mengintegrasikan konservasi dan pembangunan agar sumber daya alam yang ada di
biosfer dapat menjamin kelangsungan hidup dan kesejahteraan umat manusia saat ini
dan masa mendatang. Strategi konservasi alam tingkat dunia pertama kali disepakati
pada Sidang Umum PBB 15 Desember 1979. Dalam pertemuan tersebut dirumuskan
sasaran strategi konservasi alam sedunia adalah :
a. Pemantapan perlindungan proses ekologi dan sistem penyangga kehidupan.
b. Pengawetan keanekaragaman sumber plsma nutfah dan sumber genetik.
c. Pemanfaatan secara lestari kekayaan jenis dan ekosistemnya.
Dalam upaya mencapai sasaran tersebut, perlu dilakukan kegiatan yang mencakup tiga
hal yaitu : save it, study it dan use it. Keanekaragaman hayati yang ada di muka bumi
perlu dilindungi dari kepunahan. Jutaan spesies tumbuhan hutan dan hewan sampai saat
ini belum teridentifikasi. Kegiatan penelitian manusia untuk mengenal berbagai jenis
keanekaragaman hayati di bumi berpacu dengan kepunahannya. Untuk menghindari hal
tersebut perlu segera dilakukan perlindungan terhadap keanekaragaman hayati di habitathabitat alami. Untuk dapat memelihara dan memanfaatkan keanekaragaman hayati yang
ada di bumi, diperlukan pengetahuan yang mendalam. Oleh karenanya setelah dilakukan
kegiatan perlindungan, perlu dilakukan study terhadap sumberdaya hayati tersebut, agar
manusia dapat mengelola dan memanfaatkannya dengan benar. Setelah manusia
memahami sifat suatu sumber daya hayati, manusia dapat memanfaatkan sumber daya
hayati dengan memikirkan pemanfaatan sumber daya yang sama bagi generasi
selanjutnya. Pemanfatan sumber daya hayati oleh manusia harus terkendali dan
berkesinambungan.
Upaya konservasi sumberdaya alam dapat dilakukan manusia di habitat aslinya
(konservasi insitu) atau diluar habitat aslinya (konservasi ex situ). Konservasi in situ
dapat dilakukan dengan membuat kawasan konservasi burupa hutan suaka alam, cagar
alam, taman nasional, hutan lindung dan sebagainya. Konservasi ex situ dapat dilakukan
dengan membuat kebun binatang, penangkaran,herbarium, musium ataupun kebun
koleksi. Dengan adanya konservasi ex situ diharapkan keberadaan spesies di habitat
aslinya tidak tergangu. Sebagai contoh, untuk dapat melihat gajah, cukup dilkukan
13

dengan mendatangi kebun binatang, tidak perlu dilakukan dengan mendatangi hewan
tersebut di habitat aslinya. Seringkali konservasi ex situ juga memberikan perlindungan
bagi hewan yang habitat aslinya terganggu. Misalnya kebakaran hutan di kalimantan
memyebabkan orang utan kehilangan habitatnya, konservasi ex situ dapat dilakukan
dengan merelokasi orang utan tersebut ke hutan lainnya yang masih terjaga. Kegiatan
konservasi ex situ lainnya adalah konservasi plasma nutfah dalam bentuk awetan yang
dilakukan di musium dan herbarium. Sebagai contoh, Lemabaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI) telah membangun musium zoologi yang menyimpan jutaan awetan
spesies hewan yang berasal dari seluruh penjuru Indonesia. Musium tersebut merupakan
bank genetik dari berbagai taksa hewan yang dapat dipelajari.
Berdasarkan uraian diatas, beberapa hal yang perlu ditekankan adalah:
a. Manfaat konservasi harus langsung dirasakan oleh umat manusia
b. Konservasi mempunyai dua skala waktu : generasi sekarang dan generasi yang
akan datang
c. Kepunahan jenis harus dicegah
d. Pencegahan harus dilakukan bersamaan dengan pemeliharaan kelangsungan
proses ekosistem : transfer of energi, daur bahan dan interaksi organisme dengan
lingkungannya.
e. Perlindungan terhadap ekosistem dan jenis harus dilaksanakan melalui
perencanaan dan regulasi
f. Perlindungan ekosistem juga harus bergerak dalam perlindungan air, tanah, dan
atmosfer.

14

You might also like