Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
merasa nyaman selama perawatan dan dokter gigi menjadi lebih tenang dalam
melakukan perawatan. Kerja sama yang baik dengan pasien juga dapat dilakukan
karena pada anestesi lokal pasien masih dalam keadaan sadar selama perawatan.
Penggunaan anestesi lokal juga lebih ekonomis sehingga banyak digunakan dalam
kedokteran gigi.1,5,10
anestetikum lokal, maka bahan anestetikum lokal tersebut sudah layak untuk
digunakan di dalam perawatan.1,3,9
Lidokain merupakan bahan anestetikum lokal yang sering digunakan di bidang
kedokteran gigi. Jika dibandingkan dengan prokain, lidokain memiliki onset of action
yang lebih cepat dengan duration of action yang lebih lama. Penggunaan lidokain
juga hanya membutuhkan sedikit penambahan vasokonstriktor karena lidokain tidak
atau sedikit menyebabkan vasodilatasi. Penambahan vasokonstriktor pada lidokain
HCl 2% dapat menambah durasi kerja anestesi. Vasokonstriktor yang sering
ditambahkan pada lidokain adalah adrenalin 1:80.000 atau 1:100.000. Dengan
penambahan vasokonstriktor, durasi kerja menjadi lebih lama dari -2 jam menjadi
3-4 jam. Waktu onset of action dari lidokain juga bervariasi, sekitar 3-10 menit.
Walaupun penggunaan lidokain bersifat toksik, jika digunakan dengan dosis yang
tepat, maka tidak dapat menimbulkan masalah yang serius. Dengan penambahan
vasokonstrikor, dosis maksimal yang dapat diterima pada orang dewasa adalah sekitar
350 mg atau maksimal sekitar 6 mg/kgBB. Pada praktiknya, 2% lidokain HCl
umumnya dikemas dalam bentuk ampul 2 ml atau sama dengan 36 mg, sehingga
dosis maksimum pengunaan lidokain pada orang dewasa adalah sekitar 8-10
ampul.1,3,9,11
Berbagai bahan anestetikum lokal selain lidokain juga banyak digunakan dalam
perawatan di bidang kedokteran gigi.
Long buccal nerve block atau sering disebut buccal nerve block dan buccinators
nerve block menganestesi nervus buccal yang merupakan cabang dari syaraf
mandibula bagian anterior. Daerah yang dianestesi adalah jaringan lunak dan
periosteum bagian bukal sampai gigi molar mandibula. Anestesi ini sering digunakan
pada perawatan yang melibatkan daerah gigi molar. Keuntungan dari teknik long
buccal nerve block adalah mudah dilakukan dan tingkat keberhasilannya tinggi.3,5,16
Pada anestesi blok syaraf alveolaris inferior, terdapat tiga metode yang sering
digunakan, yaitu Inferior Alveolar Nervus Block (IANB), Gow-Gates Technique, dan
Akinosi Closed-Mouth Mandibular Block. Inferior Alveolar Nervus Block (IANB)
terdiri dari dua metode, yaitu direct dan indirect. Metode indirect IANB sering
disebut dengan metode Fischer.2,6,7
Menurut hasil penelitian Neeta Mohanty dan Susant Mohanty, tingkat
keberhasilan anestesi blok mandibula paling tinggi yang dilakukan kepada 120 orang
berusia 16-50 tahun adalah Gow-Gates Technique sebesar 92,5%. Sedangkan tingkat
keberhasilan Akinosi Closed-Mouth Mandibular Block dan Classical IANB atau
metode Fischer adalah 90% dan 72,5%. Dari hasil penelitian ini juga didapatkan
bahwa metode Classical IANB paling banyak menimbulkan rasa sakit selama
penyuntikan sebesar 60%. Sedangkan Akinosi Closed-Mouth Mandibular Block
paling sedikit sebesar 25%. Onset of action yang paling singkat adalah Classical
IANB metode Fischer yaitu 2,15 menit, sedangkan untuk duration of action yang
paling lama adalah Gow-Gates Technique selama 69,3 menit.5
Berdasarkan hasil penelitian Sobhan Mishra yang membandingkan antara
metode direct IANB dan Akinosi Closed-Mouth Mandibular Block, didapatkan bahwa
96% syaraf inferior alveolar berhasil dianestesi, dan 100% syaraf lingual dan bukal
berhasil di anestesi dengan sekali penyuntikan dengan metode direct IANB.
Sedangkan pada teknik Akinosi Closed-Mouth Mandibular Block, 84% syaraf inferior
alveolar dan syaraf lingual berhasil di anestesi dengan sekali penyuntikan, sedangkan
80% syaraf bukal berhasil dianestesi dengan sekali penyuntikan.14
infeksi atau inflamasi akut pada daerah penyuntikan serta pasien dengan gangguan
kontrol motorik menggigit bibir atau lidah secara tiba tiba.6
pasien
untuk
membuka
mulut
selebar
mungkin
agar
mendapatkan akses yang jelas ke mulut pasien. Posisi diatur sedemikian rupa
agar ketika membuka mulut, oklusal dari mandibula pasien sejajar dengan
lantai.
3. Posisi operator berada pada arah jam 8 dan menghadap pasien untuk rahang
kanan mandibula, sedangkan untuk rahang kiri mandibula posisi operator
berada pada arah jam 10 dan menghadap ke pasien.
8. Spuit digeser kesisi yang akan dianestesi, sejajar dengan bidang oklusal dan
jarum ditusukkan sedalam 5 mm, lakukan aspirasi bila negatif keluarkan
anestetikum sebanyak 0,5 ml untuk menganestesi N. Lingualis (Posisi II).
9. Spuit digeser ke arah posisi I tapi tidak penuh sampai sekitar region kaninus
lalu jarum ditusukkan sambil menyelusuri tulang sedalam kira-kira 10-15
mm. Aspirasi dan bila negatif keluarkan anestetikum sebanyak 1 ml untuk
menganestesi N. Alveolaris inferior (Posisi III). Setelah selesai spuit ditarik
kembali.
anestetik sebanyak 0,5 ml untuk menganestesi syaraf bukal dan kemudian spuit
ditarik keluar.
2.4.3 Keberhasilan Anestesi Lokal Blok Mandibula Metode Fischer
Keberhasilan dari anestesi lokal blok mandibula metode Fischer dapat diketahui
dengan memeriksa keadaan bibir bagian bawah dan lidah dari regio yang dianestesi.
Jika terjadi pati rasa pada daerah tersebut, maka dapat dijadikan indikator bahwa
nervus lingualis dan nervus mentalis yang merupakan cabang dari nervus inferior
alveolar sudah dianestesi dengan baik. Keberhasilan dari anestesi lokal blok
mandibula metode Fischer juga dapat dilihat secara objektif pada pasien apabila
selama perawatan pasien tersebut tidak mengeluhkan rasa sakit.5 Kegagalan dapat
terjadi akibat jumlah anestetikum yang tidak adekuat saat penyuntikan atau karena
variasi anatomi tiap individu sehingga prosedur anestesi lokal blok mandibula tidak
menganestesi syaraf yang dituju dengan tepat. Bentuk mandibula yang berbeda tiap
individu menyebabkan perbedaan letak foramen mandibula tampat keluarnya nervus
inferior alveolar.1,10 Untuk mengatasi kegagalan diperlukan beberapa pertimbangan
sebelum melakukan tindakan anestesi. Selain teknik dan keterampilan yang bagus
dari operator, pemilihan bahan anestetikum juga dapat mempengaruhi keberhasilan.
Bahan anestetikum golongan lidokain ditambah dengan adrenalin merupakan gold
standard untuk tindakan anestesi lokal.19
2. Hematoma
Hematoma merupakan pembengkakan jaringan yang terjadi pada sisi medial dari
ramus mandibula setelah deposisi bahan anestetikum. Hematoma bisa terjadi akibat
penetrasi jarum yang mengenai pembuluh darah dan darah menyebar ke jaringan di
sekitarnya. Hal ini dapat diatasi dengan memberikan es pada daerah hematoma
sekitar 5 menit untuk meredakan gejala.1,5,20,22
3. Trismus
Trismus merupakan kondisi spasme otot rahang sehingga kesulitan untuk
membuka mulut. Keadaan ini sering terjadi akibat larutan anastetik yang masuk ke
intramuskular bagian medial ruang pterygomandibula. Komplikasi ini sering terjadi
2-5 hari setelah tindakan anestesi lokal blok mandibula.1,5,10,11,20
4. Facial nerve anaesthesia
Komplikasi ini sering terjadi pada anestesi lokal blok mandibula akibat dari
deposisi larutan anestetikum ke kelenjar parotis. Gejala klinis yang dapat dilihat dari
komplikasi ini adalah kesulitan pasien untuk menutup kelopak mata bagian bawah
dan bibir yang melorot pada sisi yang dianestesi.1,5,10,11
Kerangka Teori
Anestesi lokal blok mandibula
Lingual
nerve block
Incisive
nerve block
Direct technique
Inferior
alveolar
nerve block
Long buccal
nerve block
Mental
nerve block
Indirect (Fischer)
N. inferior alvolar
N. lingualis
Kerangka Konsep