Professional Documents
Culture Documents
TUJUAN
1. Mengetahui dan memahami prinsip penetapan kadar dengan metoda spektrofotometri.
2. Mengetahui dan memahami penerapan metoda spektrofotometri dalam bidang farmasi.
3. Mampu menetapkan kadar suatu campuran senyawa obat secara simultan berdasarkan
metoda spektrofotometri.
: konsentrasi senyawa 1
C2
: konsentrasi senyawa 2
A2 : absorbansi senyawa campuran pada panjang gelombang kedua (Gandjar dan Rohman,
2007).
Spektrofotometri UV-Vis termasuk salah satu metode analisis instrumental yang
frekuensi penggunaannya paling banyak serta merupakan instrumental yang banyak
ditemukan dalam laboratorium kimia analisis. Spektrofotometri UV-Vis melibatkan energi
elektronik yang besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometri UV-Vis lebih
banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif (Widjaja dkk, 2008).
Spektra UV-Vis dapat digunakan untuk informasi kualitatif dan sekaligus dapat digunakan
untuk analisis kuantitatif.
1. Aspek kualitatif
Data spektra UV-Vis secara tersendiri tidak dapat digunakan untuk identifikasi
kualitatif obat atau metabolitnya. Akan tetapi jika digabung dengan cara lain seperti
spektrofotometri inframerah, resonansi magnet inti, dan spektroskopi massa, maka dapat
digunakan untuk maksud identifikasi atau analisis kualitatif suatu senyawa terebut. Data yang
diperoleh dari spektroskopi UV dan Vis adalah panjang gelombang maksimal, intensistas,
efek, pH dan pelarut. Yang kesemuanya itu dpat diperbandingkan dengan data yang sudah
dipublikasi. Dari spektra yang diperoleh dapat dilihat, misalnya :
- Serapan (absorbansi) berubah atau tidak karena perubahan pH. Jika berubah, bagaimana
perubahannya apakah dari batokromik ke hipsokromi dan sebaliknya atau dari hipokromik ke
hiperkromik, dan sebagainya.
- Obat-obat yang netral misalnya kafein, kloramfenikol; atau obat-obat yang berisi
auksukrom yang tidak terkonjugasi seperti amfetamin, siklizin, dan penisiklidin.
2. Aspek kuantitatif
Dalam aspek kuantitatif, suatu berkas radiasi dikenakan pada cuplikan (larutan
sampel) dan intensitas sinar radiasi yang diteruskan diukur besarnya. Radiasi yang diserap
oleh cuplikan ditentukan dengan membandingkan intensitas sinar yang diserap jika tidak ada
spesies penyerap lainnya. Intensitas atau kekuatan radiasi cahaya sebanding dengan jumlah
foton yang melalui satu satuan luas penampang per detik. Serapan dapat terjadi jika foton
atau radiasi yang mengenai cuplikan memiliki energi yang sama dengan energi yang
dibutuhkan untuk menyebabkan terjadinya perubahan tenaga. Kekuatan radiasi juga
mengalami penurunan dengan adanya penghamburan dan pemantulan cahaya, akan tetapi
penurunan karena hal ini sangat kecil dibandingkan dengan proses penyerapan (Gandjar dan
Rohman, 2007).
Sediaan farmasi yang beredar di pasaran kebanyakan berupa campuran berbagai
zat berkhasiat. Campuran ini bertujuan untuk meningkatkan efek terapi dan kemudahan
dalam pemakaian. Salah satu campuran zat aktif yang sering digunakan adalah parasetamol
dan kafein yang berkha--siat sebagai analgetik dan antipiretik.
Campuran parasetamol dan kafein banyak ditemukan dalam produk antiinfluenza
dengan berbagai merek dagang. Parasetamol atau asetaminofen adalah turunan a-paraaminophenol memiliki khasiat sebagai analgesik, antipiretik, dan aktivitas antiradang yang
lemah. Parasetamol merupakan analgesik non-opioid sering dicoba pertama untuk
pengobatan gejala berbagai tipe sakit kepala termasuk migrain dan sakit kepala tipe
tensi (Sweetman, 1982). Parasetamol (C8H9NO2) mengandung tidak kurang dari 90% dan
tidak lebih dari 110% dari jumlah yang tertera pada etiket Pemerian parasetamol berupa
serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit. Kelarutan, larut dalam 70 bagian air, 7
bagian (85%), 13 bagian aseton P, 40 bagian gliserol dan 9 bagian propilenglikol P serta larut
dalam alkali hidroksida (Dirjen POM, 1979).
Kafein adalah Kafein merupakan senyawa kimia alkaloid terkandung secara alami
pada lebih dari 60 jenis tanaman terutama teh (1- 4,8 %), kopi (1-1,5 %), dan biji kola(2,7-3,6
%) (Misra et al, 2008). Kafein (1,3,7-Trimethylxanthine) adalah kerabat mehylxantin yang
secara luas tersebar di banyak jenis tumbuhan. Kafein juga dimanfaatkan manusia sebagai
produk makanan dan minuman seperti teh, kopi dan coklat. Dalam bidang farmasi, kafein
biasanya digunakan untuk pengobatan jantung, stimulant pernapasan dan juga sebagai
peluruh kencing
(Yu dkk, 2009). Kafein berbentuk serbuk atau hablur bentuk jarum
mengkilat biasanya menggumpal, putih, tidak berbau dan rasa pahit. Agak sukar larut dalam
air dan dalam etanol (95%) p, mudah larut dalam kloroform p, sukar larut dalam eter p
(Dirjen POM, 1979).
Dalam pemasarannya, pemeriksaan mutu suatu sediaan obat mutlak diperlukan untuk
menjamin bahwa sediaan obat mengandung bahan dengan mutu dan jumlah yang telah
ditetapkan dan mengikuti prosedur analisis standar, sehingga menunjang efek terapeutik yang
diharapkan. Pada beberapa literatur penetapan kadar parasetamol dalam tablet kombinasi
parasetamol dengan kafein dapat dilakukan dengan beberapa metode, di antaranya
metode titrimetri yang merupakan metode konvensional, dan dalam pelaksanaannya
memerlukan waktu yang lama, serta kurang peka dalam penentuan zat yang kadarnya
relatif kecil.
Selain itu metode kromatografi cair kinerja tinggi juga merupakan metode
alternatif yang memiliki kepekaan analisis tinggi namun memerlukan biaya relatif mahal.
Dilihat dari strukturnya, parasetamol mempunyai gugus kromofor dan ausokrom, yang dapat
menyerap radiasi, sehingga dapat dilakukan dengan metode spektrofotometri, tetapi
kendala yang sering dijumpai adalah terjadinya tumpang tindih spektra (overlapping)
karena keduanya memiliki serapan maksimum pada panjang gelombang yang berdekatan
sehingga diperlukan proses pemisahan terlebih dahulu.
Gelas kimia,
Spatula,
Pipet tetes,
Pipet ukur,
Corong,
Labu ukur,
Kuvet.
2. Bahan-bahan:
NH4asetat,
Aquades.