Professional Documents
Culture Documents
HIPERBILIRUBIN
Dosen Pengampu : Welas Haryati, SPd., Skep., MMR
Disusun oleh :
KELAS IIA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Afni NurBaeti
(P10220206001)
Dyah Soviana
(P10220206007)
Iwant Tunggal W.
(P10220206017)
Juhariah
(P10220206019)
Noni Tri Astuti(P1022020600
Ririn fastiningtyas
(P1022020600
Widyarini
(P1022020600
LAPORAN PENDAHULUAN
A.
PENGERTIAN
Hiperbilirubinemia adalah kadar bilirubin yang dapat menimbulkan efek
patologi yang mana pada setiap bayi berbeda-beda, bila bilirubin tidak
dikendalikan maka akan menjurus terjadinya kernicterus.
Hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam darah
B.
ETIOLOGI
Peningkatan kadar bilirubin umum terjadi pada setiap bayi yang baru lahir
karena :
Hemolosis yang disebabkan oleh jumlah sel darah merah lebih banyak
dan berumur lebih pendek.
Overproduksi
a)
Kelainan hemolitik
Sferositosis herediter,
Galaktosemia
b)
c)
d)
Polisitemia
2.
Sekresi Subnormal
a)
b)
(awal),
sindromm
lucey-drisscoll,
susu
manusia
abnormal
c)
d)
3.
Campuran
a)
b)
c)
B.
FAKTOR RESIKO
Faktor resiko untuk timbulnya ikterus nenonatarum :
a.
Faktor Maternal
Asi
b.
Faktor perinatal
- lahir(sefalhematom,ekimosis)
-
c.
Trauma Infeksi(bakteri,virus,protozoa)
Faktor Neonatus
Premturitas
Faktor genetik
Polisitemia
Obat(streptomycin,kloramfenikol,benzyl-alkohol,sulfixoazol)
3.
Hipoglikemia
Hipoalbuminemia
KLASIFIKASI
-
bilirubin dalam urin, tetapi tidak didapatkan urobilinogen dalam tinja dan
urin.
-
Ikterus Neonatus Fisiologis terjadi pada 2 4 hari setelah bayi lahir dan akan
sembuh pada hari ke 7. penyebabnya organ hati yang belum matang dalam
memproses bilirubin.
Ikterus Fisiologis
Secara umum setiap neonatus mengalami peningkatan konsentrasi
bilirubin serum,namun kurang12 mg/dl pada hari ketiga hidupnya
dipertimbangkan sebagai ikterus fisiologis. Pola ikterus fisiologis pada
bayi baru lahir sebagai berikut: Kadar bilirubin serum total biasanya
mencapai puncakpada hari ketiga sampai kelima kehidupan dengan kadar
5-6 mg/dL kemudian menurun kembali dalam minggu pertama setelah
lahir.Kadang dapat muncul peningkatan kadar billirubin sampai 12
mg/dL dengan billirubin terkonjugasi < 2 mg/dL.
2.
C.
PATOFISIOLOGI
Bertambahnya beban hepar mengakibatkan pengahancuran yang meningkat
sehingga menimbulkan ketidakcocokan pada Rh dan golongan A,B,O. Gangguan
konjugasi, juga akan menurunkan glucoronil trasaferasi, hepatitis neonatus dan
obstruksi bilier. Dengan demikian mengakibatkan bilirubin tak terkonjugasi,
kadar bilirubin dalam plasma meningkat sehingga terjadi difusi pada jaringan dan
terlihat kuning.
Billirubin pada neonatus meningkat akibat terjabinya pemecahan eritrosit.
Billirubin mulai meningkat secara normal setelah 24 jam,dan puncaknya pada hari
ke 3-5. Setelah itu perlahan-lahan akan turun mendekati nilai normal dalam
beberapa minggu.
Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan.
Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban
bilirubin pada sel hepar yang berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat
peningkatan, penghancuran eritrosit, polisitemia.
Gangguan pemecahan bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan
kadar bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein Y dan Z
berkurang, atau pada bayi hipoksia, asidosis. Keadaan lain yang memperlihatkan
peningkatan kadar bilirubin adalah apabila ditemukan gangguan konjugasi hepar
atau neonatus yang mengalami gangguan ekskresi misalnya sumbatan saluran
empedu.
Pada derajat tertentu bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak jaringan
tubuh. Toksisitas terutama ditemukan pada bilirubin indirek yang bersifat sukar
larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak. Sifat ini memungkinkan terjadinya
efek patologis pada sel otak apabila bilirubin tadi dapat menembus sawar darah
otak. Mudah tidaknya kadar bilirubin melewati sawar darah otak tidak hanya
tergantung pada keadaan neonatus. Bilirubin indirek akan mudah melewati sawar
darah otak apabila bayi terdapat keadaan Berat Badan Lahir Rendah, Hipoksia,
Hipoglikemia.
7
D.
MANIFESTASI KLINIS
Kulit berwarna kuning sampai dengan jingga
Pasien tampak lemah
Nafsu makan berkurang
Reflek hisap kurang
Urine pekat
Perut buncit
Pembesaran lien dan hati
Gangguan neurologik
Feses seperti dempul
Kadar bilirubin total mencapai 29 mg/dl
Gejala klinis Ensefalopati Billirubin:
1)
2)
Gejala Akut
-
Letargi
Hipotermi
Gejala Kronik
-
Hipertonus
Epistotonus
Bayi yang selamat biasanya menderita gejala sisa berupa paralise serebral
dengan atetosis ,gangguan pendengaran,paralisis sebagian otot mata dan
displasia dentalis.
E.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Penegakan diagnosis untuk hiper billirubinemia adalah sebagai berikut:
Visual
Tekan kulit bayi dengan lembut dengan jari untuk mengetahui warna
dibawah kulit dan jaringan subkutan.
Tentukan keparahan ikterus berdasarkan umur bayi dan bagian tubuh yang
tampak kuning.Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari
pertama dan terlihat pada lengan , tungkai, tangan dan kaki pada hari
kedua, maka digoongkan sebagai ikterus sangat berat dan memerlukan
terapi sinar secepatnya. Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar
bilirubin serum untuk memulai terapi sinar.
Bilirubin serum
Beberapa hal yang perlu dipertimbangan dalam pelaksanaan pemeriksaan
serum bilirubin adalah tindakan ini merupakan tindakan invasif yang dianggap
dapat meningkatakn morbiditas neonatus.Umumnya yang diperiksa adalah
bilirubin total. Beberapa senter menyarankan pemeriksaan bilirubin direk bila
kadar bilirubin total >20 mg/dL atau usia bayi >2 minggu.
Bilirubinometer transkutan
Umumnya pemeriksaan bilirubin transkutan dilakukan sebelum bayi pulang
untuk tujuan skrining. Pada penelitian ini hiperbilirubinemia dibatasi pada
konsentrasi bilirubin serum > 14,4 mg/dL (249 umol/l).
Pemeriksaan radiology
Diperlukan untuk melihat adanya metastasis di paru atau peningkatan
diafragma kanan pada pembesaran hati, seperti abses hati atau hepatoma.
Ultrasonografi
9
KOMPLIKASI
Retardasi mental
Kematian
G.
PENATALAKSANAAN
Tindakan umum
Memeriksa golongan darah ibu, (Rh, ABO) dll pada waktu hamil
Mencegah trauma lahir, pemberian obat pada ibu hamil, atau bayi baru lahir
yang dapat menimbulkan ikterus, infeksi dan dehidrasi.
Pemberian makanan dini dengan jumlah cairan dan kalori yang sesuai
dengan kebutuhan bayi baru lahir.
10
Pemberian fenobarbital
Bila ikterus menetap selama 2 minggu Tu lebih pada bayi cukup bulan atau
3 minggu lebih lama pada bayi kecil (berat lahir , 2,5 kg atau lahir sebelum
kehamilan 37 minggu), terapi sebagai ikterus berkepanjangan (prolonged
jaundice)
11
PENCEGAHAN
Ikterus dapat dicegah dan dihentikan peningkatannya dengan :
-
Nasehati Ibu :
1.
2.
menghindari obat yang dapat meningkatkan ikterus pada bayi dan masa
kehamilan dan kelahiran, contoh : Sulfaforazol, Novobiosin, oksitosin.
Pencegahan infeksi.
12
PATHWAY KEPERAWATAN
Peningkatan destruksi eritrosit ( Gangguan konjugasi bilirubin / gangguan
transport bilirubin / peningkatan siklus entero hepatik )
Suplay bilirubin melebihi kemampuan hepar
Hepar tidak dapat melakukan konjugasi
Peningkatan bilirubin unconjugned dalam darah
terlambat/ obstruksi usus
Gangguan
integritas
kulit
pengeluaran meconium
Resiko
tinggi
injury
Hipertermi
Diare
Ketidakseimbangan
cairan elektrolit
PENGKAJIAN
Wawancara
a.
Riwayat Penyakit
Terdapat riwayat gangguan hemolisis darah (ketidaksesuaian golongan Rh
atau golongan darah A,B,O). Polisistemia,infeksi,hematoma,gangguan
metabolisme hepar obstruksi saluran pencernaan ibu menderita DM.
b.
Riwayat Kehamilan
Kurangnya antenatal care yang baik. Penggunaan obat obat yang
meningkatkan ikterus. Contoh: salisilat sulkaturosic oxitosin yang dap at
mempercepat proses kon jungasi sebelum ibu partus.
c.
Riwayat Persalinan
Lahir prematur / kurang bulan, riwayat trauma persalinan.
d.
Riwayat Postnatal
Adanya kelainan darah tapi kadar bilirubin meningkat, sehingga kulit bayi
tampak kuning.
e.
f.
Riwayat Pikososial
14
Pengetahuan Keluarga
Penyebab perawatan pengobatan dan pemahaman orang tua pada bayi
yang ikterus
Pemeriksaan Fisik
Ikterus terlihat pada sklera selaput lendir,urin pekat seperti teh, letargi,
hipotonus, refleks menghisap kurang, peka rangsang, tremor, kejang, tangisan
melengking. Selain itu, keadaan umum lemah, TTV tidak stabil terutama suhu
tubuh ( hipo / hipertemi ). Reflek hisap pada bayi menurun, BB turun,
pemeriksaan tonus otot ( kejang /tremor ). Hidrasi bayi mengalami penurunan.
Kulit tampak kuning dan mengelupas, sclera mata kuning ( kadang kadang
terjadi kerusakan pada retina ) perubahan warna urine dan feses.
Laboratorium
Rh darah ibu dan janin berlainan. Kadar bilirubin bayi aterm lebih dari 12,5
mg\dl,prematur lebih dari 15 mg\dl.
B.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
2.
3.
4.
5.
C.
INTERVENSI
Dx 1
15
2.
3.
Suhu stabil
4.
2.
Tutup mata dengan kain yang dapat menyerap cahaya dan dapat
memproteksi mata dari sumber cahaya.
3.
Matikan lampu dan buka penutup mata bayi setiap 8 jam, lakukan inspeksi
warna sklera.
4.
Pada waktu menutup mata bayi, pastikan bahwa penutup tidak menutupi
hidung.
5.
6.
Dx2
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keseimbangan
cairan dan elektrolit bayi terpelihara dalam batas normal
NOC : Fluid balance
KH: 1. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine
normal, HT normal
2. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas, turgor kulit, membran
mukosa lembab, tidak ada tasa haus yang berlebihan
NIC : fluid Management
1. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
16
2.
3.
4.
Keutuhan kulit.
5.
2.
Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering,catat warna kondisi
kulit tiap 8 jam dan pada saat perawatan
3.
4.
Oleskan lotion atau minyak atau baby oil pada daerah yang tertekan
5.
6.
Dx 4
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan diare berhenti atau sembuh.
NOC :Bowel elimination
1.
2.
3.
4.
5.
NIC
: Diarhea Management
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Dx 5
Tujuan
NOC : Thermolegulation
1.
2.
3.
2.
3.
4.
5.
Kompres pasien dengan air hangat pada daerah lipat paha, dan aksila.
6.
7.
D.
EVALUASI
1.
Ekstrem
2.
Berat
3.
Sedang
4.
Ringan
5.
2.
Jarang menunjukkan
3.
Kadang menunjukkan
4.
Sering menunjukkan
5.
Selalu menunjukkan
III.
Skala penilaian:
1.
Ekstrem
2.
Berat
3.
Sedang
4.
Ringan
5.
IV.
Skala penilaian:
1.
Ekstrem
2.
Berat
3.
Sedang
4.
Ringan
5.
2.
Jarang menunjukkan
3.
Kadang menunjukkan
4.
Sering menunjukkan
5.
Selalu menunjukkan
DAFTAR PUSTAKA
http://klinikku.com/pustaka/dasar/hati/hiperbilirubenia.html
Markum, H. 1991. Ilmu Kesehatan Anak, Buku I. FKUI : Jakarta.
Soeparman.1987.Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi Ke 2.Jakarta : FKUI.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak.1985.Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan
Anak.Jakarta : FKUI.
Surasmi, Asrining.2003.Perawatan Bayi Resiko Tinggi.Jakarta : EGC.
www. google.com
20
21