Professional Documents
Culture Documents
31 Januari 2000
PEMERIKSAAN TELINGA
Lihat daun telinga (normal atau ada tanda-tanda
peradangan)
Liang telinga (berbentuk hurup S) --> tanda-tanda
peradangan atau terisi serumen, 1/3 luar terdiri
dari kulit biasa
Gendang telinga (dilihat reflex cahayanya -->
terjadi karena gendang telinga membentuk sudut)
--> dapat terlihat dengan menarik daun telinga
Tuba Eustachius
menghubungkan
nasofaring.
PEMERIKSAAN HIDUNG
Lihat pasase udara dari kedua lubang sama
Sumbatan --> tidak sama (uap airnya)
Vestibulitis
Karena lubang hidung bagian anterior juga
dari kulit sehingga dapat terjadi infeksi -->
pengobatan tidak baik dapat terjadi deformitas.
PEMERIKSAAN LARING
- Laringoskopi tidak langsung : memakai kaca
laring
- Laringoskopi langsung : memakai laringoskopi
Pita suara, arntenoid, epiglotis, plica
ventricularis, plica ari epiglotea, sinus
pinformis, foleculla
- Posisi pasien untuk memeriksa laring : duduk
tegak dengan kepala mauju sedikit
- Kaca laring dihangatkan dulu
- Pasien menjulurkan lidah dan dipegang
dengan kassa (harus diberi motivasi pada
pasien untuk pemeriksaan yang kurang enak)
- Masukkan kaca laring dengan hati-hati.
Pada insiprasi pita suara terbuka simetris
Slide
- Parses pita suara kiri
- Laringitis : pembengkakan dan gambar tidak
jelas
- Focal nodule : tonjolan sering pada penyanyi
(tidak simetris anterior 1/3 atas dan 1/3
tengah) --> terapi dengan insisi
- Papiloma laring : merupakan tumor jinak yang
sering pada anak, jika diangkat dapat tumbuh
lagi, akhirnya ada kecenderungan untuk
menjadi ganas --> belum ada terapi yang jitu.
PEMERIKSAAN NASOFARING
Dengan kaca kecil yang sudah dihangatkan
- 30o : konka
- Atas :
- Septum bagian belakang
- Adenoid (pada anak)
- Isi rongga choana post nasal drip
- 60o : fossa Rossen Mulleri
GANGGUAN PENDENGARAN
Pemeriksaan pendengaran :
a. Pemeriksaan kualitatif :
- Dengan garpu tala
- Untuk mengetahui jenis ketulian
b. Pemeriksaan kuantitatif :
- Dnegan audiometer
- Untuk mengetahui derajat ketulian
Gangguan pendengaran pada telingah tengah
termasuk gangguan pada tuba Eustachius
Masking :
- Apa itu ?
- Kapan dipergunakan ?
- Berapa besarnya ?
Pada
anak-anak
karena
tidak
mungkin
menggunakan garpu tala maka kita menggunakan
cara sederhana :
- Jika anak bereaksi terhadap suara keras
disekitarnya
dengan
kaget
berarti
pendengarannya baik.
- Ibu resiko tinggi : mudah, infeksi TORCH
- Anak resiko tinggi : lahir dengan cara tidak
biasa
Jika anak sudah lebih besar dapat tengkurap (4 - 5
bulan) dibunyikan dengan alat paling sederhana
dia akan menengok kiri kanan jika normal)
Jika sudah dapat duduk (8 - 9 bulan) selain
menengok kiri kanan dia akan mencari sumber
suara.
Jangan lupa pada anak kita harus mengukur
lingkar kepala dengan daftar di kartu KMS.
Umumnya anak Tuna Grahita (cacat mental) dan
tuna rungu mempunyai kepala yang kecil.
Perhatikan sikap anak jika menyendiri maka
kemungkinan ada cacat tuna rungu atau grahita =
kelakukan mirip orang lanjut u sia.
-
Tuli bilateral
Tidak ada perubahan perbaikan kosa kata
dengan alat bantu dengar (harus diobservasi)
Syarat-syarat medis lain, karena sekali
dipasang adalah untuk seumur hidup.
Proses
a. Pre implant evaluation
b. Surgery
c. Recovery and speech processor pitting
d. Follow up
Yang penting :
- I jika tidak ada kelainan di cochlea (rumah
siput)
- III jika tidak ada kelainan tumor di batang
otak bawah, hati-hati TCPA
- IV jika tidak ada kelainan tumor di batang
otak atas
--> untuk mengetahui kelainan yang terjadi
dari telinga s/d otak (Stockard 1977)
Pemeriksaan Audiometer
Alat dengan 2 tombol (yang sederhana) untuk
frequency dan kekerasan.
Sebaiknya jangan berhadap-hadapan.
Frekuensi yang diperiksa 125 s/d 8.000 atau
10.000
O dB --> kekerasan dinyatakan dalam logaritma
20 dB = 10 x 10 dB
dB harus dinyatakan juga berdasarkan ISO
(standar International) atau ASA (amerika)
Kabel :
Kanan merah
Kiri biru
Udara
Tulang
Gambar tabel
Kita selalu memulai pemeriksaan pada telinga
yang baik.
Mulailah pada 1000 (karena merupakan batas
antara nada rendah dan tinggi)
Pada hasil baik dimulai pada 30 dB (suara
berbisik-bisik)
Jika dia mendengar minta dia menunjukkan atau
menekan tombol kemudian kita turunkan 20 dB
--> 10 dB, jika tidak mendengar kita naikkan
menjadi 15 dB (merupakan dB/frekuensi yang dia
dapat dengar pada telinga kiri)
Kemudian dengan cara yang sama buat 500 - 250
baru 2000, 4000 dan 8000 (mulai nada rendah
karena tidak cepat lelah).
Gambar cross dibuat hubungan dengan garis lurus
kemudian dibuat untuk hantara tulang namun
dihubungkan dengan garis putus-putus.
Contoh audiogram :
Syarat-syarat :
- Sekitar atau dibawah 2 tahun
Kesimpulan :
- Aliran udara 40 dB
- Aliran tulang 5 dB
Sehingga aliran udara harus diberi 40 dB
sedang tulang hanya 5 dB berarti lebih baik
aliran tulang.
--> gambar tuli konduktif (ada air bone gap)
Penyebab sumbatan
- Sumbatan hidung : ISPA, sinusitis, polip,
septum donasi
- Gangguan kontrol otot : palatoschias
- Massa di nasofaring : hipertrofi adenoid,
angiofibroma juvenile, tumor jinak / ganas
- Alergi
- Kelainan kronik telingah tengah : boy istmus,
merupakan bagian yang paling rentan
Anak-anak >> bilateral karena peradangan di
nasofaring dewasa lebih jarang.
Dewasa unilateral dan Tionghoa : Ca nasofaring
Focus peradangan kelainan di telinga adalah :
tonsil, adenoid dan sinus.
Kegagalan
tuba
eustachius
mengkompensasi perubahan tekanan udara,
misalnya waktu landing / taking off
pesawat
- Faktor resiko : sumbatan hidung, ISPA
- Dapat terjadi perdarahan telinga tengah
(hemotimpanum).
Pasein dengan vertigo karena rangsang
sampai ke telinga tengah.
2. OMS
Sebutan lain :
- OM sekretoria
- OM ketonalis
- OM salphingitis
Perubahan :
1. Dioperasi
dan
diobati
dapat
normal
(rehabilitasi 100%)
2. Tidak dapat normal karena dibatasi oleh
kemampuan aliran tulang
3. Merupakan masalah : alat bantu dengar hanya
nada tinggi saja yang ditinggikan.
Gambaran audiogram
- Orang tua dengan penyakit (menderita) tuber
catarh ?
- Trauma capitis (fraktur os temporal) dengan
keluar cairan / darah dari telinga
GANGGUAN FUNGSI TUBA EUSTACHIUS
OM :
- Serosa : cairan encer karena sumbatan tuba
eustachius
- Sekretoria : biasanya didahului oleh
peradangan yang tidak sembuh sempurna
--> cairan kental, membran tympani tebal
--> jika kronis cairan dapat sangat kental =
glue ear
- Merupakan suatu kondisi non infeksi (dulu
--> sekarang dikultur ada kumannya) di
telingah tengah akibat sumbatan tuba
eustachius
- Terjadi penimbunan cairan di telinga
tengah, bisa encer s/d kental seperti lem
yang relatif
- Pada anak palatoschizis, OMS terjadi sejak
lahir
Gambaran klinik
- Rasa penuh di telinga
- Kurang dengar
- Otalgia (jarang), biasanya singkat
- Pada anak seringkali terlambat diketahui,
TK, SD prestasi buruk
Gambaran klinik
- Membran tymphani : suram, reflex cahaya
berkurang / hilang, mobilitasnya berkurang
(otoskop atau manuver valvasa atau
Toynbee)
- Dapat
terjadi
hipervaskularisasi
di
membran timpani dan di sepanjang
prosesus Longus Maleus
- Gelembung-gelembung udara / air fluid
level di kavum timpani
Slide
OMS dengan air buble : ada sisa-sisa udara di
cavum tympani, jika awal dapat beberapa air fluid
level.
Terapi jika kronik dipasang ventilasi
Antibiotik pada OM sekretorik + mucolitik
Antihistamin pada alergi
Kortikosteroid belum sebagai obat baku.
--> jangan melupakan pengobatan pengobatan
untuk faktor penyebabnya, jika tidak sembuhsembuh baru dipasang pipa ventilasi Bromett
untuk mem-by pass tuba eustachius keluar.
Patogenesis
1. Udem nasofaring
2. Tuba eustachius --> sumbatan tuba eustachius
--> perubahan tekanan di cavum typani
menjadi negatif --> ekstravasasi cairan dan
sekresi kelenjar. Kuman masuk dapat pada saat
pasien membuka mulut atau menelan -->
proses supurasi di membran typhani.
Gambar khas : anak menangis dengan memegang
telinga yang sakit.
Pengobatan OMA
Antibiotik lini 2
Sembuh
Tidak sembuh
Follow up
Antibiotik lini 3
2. Radang
3. Trauma
Sembuh
Follow up
Tidak sembuh
Miringotomi
Gromet
adenoidektomi
Evaluasi kembali !!
3 komposisi :
a. Motoris ~ otot wajah
b. Parasympatis
c. Sensoris
Neuro otologi
VIII + VII
A
-
Kongenital
Acquired
Radang
Trauma
V
-
Ro
Barany + Kobrak (OoC)
Calori
ENC
Audiogram
NA
- Impedansi
- BERA
Khusus
3 patologi :
a. Neuropraxia
b. Neurotmesis
c. Axonotmesis
3 macam fraktur :
a. Longitudinal
b. Transversal
c. Mixed
Ad.
a. 80% ditemukan pada fraktur os temporal
Garis fraktur sejajar sumbuh os petrosus.
Biasanya terjadi perdarahan dari meatus arc
ext./int.
15 - 20% kelumpuhan N. VII dan biasanya
delayed onset
Biasanya kelainan tuli konduktif
b. Garis fraktur tegak lurus sumbuh os petrosus
Kerusakan pada sistem A.V.
50% kelumpuhan N. VIII dan segera
c. Campuran antara keduanya
Tambahan :
- Elektrogustometri
- Stapedial reflex
- Eletromyografi
- Elektro meningografi (paling baru)
Slide
Total paralysis N. VII
- Transversal
- Banyak fragmen yang memotong
Pengobatan dengan trans mastoid hanya
memperbaiki facialis saja, padahal kelainan sudah
disertai gangguan acustic dan vestibuler
Tiga cabang :
a. N. petrosus supf. mayor
b. N. stapedius
c. N. chorda lymp
3 komplikasi :
a. Synkinisis
b. Hemicrasme
c. Crocodile tears : menangis saat makan
3 pemeriksaan utama :
a. Fungsi motor
b. Lokalisasi lesi
c. Ellectrical test / NET
Diagnosis
- Kelumpuhan N. facialis perifer
- Berapa persen kelumpuhannya diukur
perlu
2. Fistula Preaurikuler
Oleh karena gangguan pembentukan daun
telinga misalnya embrio
Gangguan fusi embrional brachial 1 dan 2
Herediter dominan
Fistel : di depan tragus / sekitarnya, muara
fistel mengeluarkan cairan mukoid
Jika sudah sering kambuhg gangguan selulitis,
abses,
pioderma
dll
harus
dioperasi
fistelektomi.
- Analgetik
Otitis eksterna difusa
2/3 dalam liang telinga : hiperemis / edem,
batas tidak jelas
Dapat pseudomonas
Gejala : Otitis eksterna sirkumskripta -->
sekret ++
Terapi : tampon --> antibiotik --> analgesik
3. Otomikosis
Kelembaban tinggi --> sering di Indonesia
Karena Apsergilus - C. albicans
Keluhan : gatal
Terapi : salep anti jamur
Larutan asam asetat 2 - 5% dengan alkohol
4. Infeksi kronis
- Infeksi bakteri / jamur
- Trauma berulang
- Benda asing
--> penyempitan liang telinga (stenosis liang
telinga) --> rekonstruksi
5. Otitis Eksterna Maligna
DM (terjadi infeksi bakteri di liang telinga)
Pseudomonas (kuman penyebab biasanya)
Osteomyelitis --> parese fasialis, parase saraf
otak lain
Terapi : eksisi luas --> antibiotik
Kontrol DM
Keluhan : nyeri hebat di liang telinga
Anamnesis
Tuli Konduksi
- Bicara pelan --> karena
lateralisasi pada telinga
yang sakit (contoh pada
OMSK)
- Lebih enak berkomunikasi
di tempat yang ramai
(sebab
bising
latar
belakang
tidak
mengganggu = fenomena
Paracusis Willisi)
- Bising latar belakang
tidak mengganggu
Sudden Deafness
Anamnesis :
- Terjadi (pasti) secara mendadak
- Biasanya pada satu telinga
- Biasanya terjadi pada saat bangun tidur
(karena adanya perlambatan reaksi terhadap
kasus akut)
Etiologi :
10
Patologi :
- Kelainan pada koklea (sel gangglion, stria
vaskularisasi, ligamen spiralis dan sel-sel
rambut) --> kegagalan neurovaskular karena
insufisiensi vaskular / aliran darah
Ad.
- Perhatikan bahwa ada kejadian yang tiba-tiba
atau perlahan
- Penyakit yang akut lebih banyak sembuhnya
- Penyakit yang kronis biasanya tidak dapat
disembuhkan
Sudden deafness ada yang tidak dapat semb uh
karena adanya faktor resiko.
Intoksikasi obat perlahan-lahan, contoh akumulasi
streptomycin
Intoksikasi obat akut, contoh : garamycin,
gentamycin
Frekuensi tinggi ~ panjang gelombang pendek
Dalam telinga tengah ada pertahanan alamiah
terhadap suara frekuensi tinggi atau terlalu keras :
a. M. stapedius mempunyai origo pada
prominensia
piramidalis
pada
dinding
belakang cavum timpani dan insersi pada
tulang stapeidus
b. M. tensor timpani
NIHL
- Harus ada riwayat kerja di
tempat bising
Terjadi perlahan-lahan
Terapi :
- Tidak perlu ABD : jika frekuensi 500 - 2000
Hz masih normal, karena berarti masih dapat
mendengar
- Perlu ABD : frekuensi 500 - 2000 Hz tidak
normal
4000 Hz menukik tajam
- Implan koklea : tuli total bilateral
Ad.
Pada kelainan akut selain ada kemungkinan besar
untuk disembuhkan juga sering diikuti vertigo -->
pada keseimbangan telinga jika terjadi perbedaan
secara tiba-tiba maka akan terjadi sensasi vertigo
(sedang jika kronis tidak terjadi karena telah
terjadi inhibisi sentral) --> sebagai kompensasi
perlahan-lahan.
Intoksikasi obat
- Disuntik / makan obat
ototoksik
- Ada / tidak kelainan
fungsi ginjal (sebagai
organ ekskretoar)
- Terjadi tiba-tiba atau
perlahan
- Biasanya pada kedua
tleinga
- Obat
ototoksik
(streptomisin, kanamisin,
garamisin, kina, asetosal,
dll)
- Kelainan pada koklea
(alat Corti) --> intraseluler
terdapat ditengah dengan
alat sumbat telinga dsb
Neurilemoma : tumor yang tumbuh bermacammacam dalam meat.arc.int yang berjalan macammacam saraf yang paling tahan adalah N. facialis.
Jarang terjadi vertigo karena kompensasi sentral
secara
perahan-lahan
sesuai
perjalanan
penyakitnya.
Stress :
- Fisik : lari-lari, olah raga, dll
- Mental / psikis ~ menyebabkan vasokonstriksi
Pengobatan O2 hiperbarik : O2 tidak hanya dapat
melalui Hb namun juga melalui plasma ke daerah
yang dituju.
11
Patofisiologi
- Laring merupakan suatu organ yang
merupakan bagian dari saluran pernafasan
- Berfungsi untuk fonasi (dengan menggerakkan
otot-otot penggerak pita suara)
- Laring dewasa dan balita berbeda
- Mukosa (konus elastikus)
- Letak (anak lebih tinggi)
- Kerangka laring (anak lebih lunak) -->
perbedaan gejala dan gangguan
Fungsi laring :
a. Proteksi : refleks batuk supaya tidak terjadi
aspirasi benda asing
b. Pernafasan
c. Membantu proses menelan : glotis menutup
dan laring bergerak ke atas sehingga makanan
bergerak ke bawah
d. Bersuara
- Arus udara - paru/sistem pernafasan
- Pembentukan suara - pita suara
- Resonansi suara - faring dan mulut
- Koordinasi dan kontrol - pernafasan
Stadium
(Jackson)
-->
mempengaruhi
prognosisnya
1. Stridor, sesak nafas belum terlalu berat,
cekungan suprasternal sudah mulai ada -->
pasien belum begitu gelisah, tindakan medika
mentosa, observasi dan beri O2
2. Stridor dan sesak nafas lebih jelas, cekungan
suprasternal lebih dalam, mulai ada cekungan
epigastrium --> tindakan lebih agresif dengan
siap-siap melakukan tindakan emergency
3. Sesak lebih hebat, cekungan semua daerah (A)
dan pasien gelisah --> harus melakukan
tindakan trakeotomi / krikotirotomi
4. Seluruh gejala dan tanda lebih berat dan jelas
sampai dengan asfiksia --> pasang intubasi /
endotrakea atau tracheostomi
Gangguan fungsi
a. Pernafasan :
- Sesak / tersumbat
- Berbunyi
- Nyeri
b. Menelan :
- Nyeri
- Sulit menelan
- Rasa mengganjal
- Kemungkinan regurgitasi
c. Bersuara :
- Afoni
- Sesak / disfoni
- Muffled
- Sengau
d. Ventilasi --> sumbatan tube eustachius
e. Proteksi :
- Batuk
- Terselak
Diagnosis :
- Berdasarkan gejala dan tanda dipastikan
dengan laringoskopi langsung atau tak
langsung
- Pemeriksaan
radiologik
hanya
sebagai
penunjang bila keadaan memungkinkan -->
soft tissue leher AP dan Lateral, CT Scan
terutama jika dicurigai tumor
Untuk emergency --> atasi dulu kedaruratannya
--> baru pemeriksaan radiologi
Turelam
Edema 1 mm daerah subglotis anak usia kurang 1
tahun --> sumbatan lumen trachea 50%
Sedang pada orang dewasa hanya 20%
Gejala anak berat, gejala dewasa tidak begitu
berat.
Penanggulangan
Tergantung stadium, berupa :
1. Konservatif
- Obat-obatan : anti alergi, anti inflamasi
- O2 intermiten
2. Operatif : (tindakan intervensi)
- Trakeostomi
- Intubasi --> dapat orotrakea atau
nasotrakea
--> stadium 2 dan 3
- Krikotirotomi --> pada stadium 4
Penyebab obstruksi :
1. Radang :
a. Akut :
- Difteri
- Non difteri (non spesifik)
b. Kronik : tb, lues
2. Benda asing
12
Sumbatan laring :
Anamnesis dan pemeriksaan fisik
a. Stridor
b. Sesak nafas
c. Cekungan
d. Suara parau
e. Sianosis
Cricothyrotomi
- Tindakan live saving, tidak permanen
- Keuntungan dapat dilakukan kapan saja,
dimana saja dan oleh siapa saja
- Yang lega artis adalah menggunakan jarum
besar
Radang :
- Difteri --> trakeostomi, ADS
- Non difteri --> antibiotik, kortikosteroid
Tumor laring --> mikrolaringoskopi :
- Jinak : ekskrpasi
- Ganas
Sesak nafas 2 - 3 : tracheostomi
Canul :
13
- Logam
- Plastik
Dapat dengan atau tanpa balon
Pertama sebaiknya dengan balon --> untuk
mencegah aspirasi
Kemudian kanul dapat dihubungkan dengan
O2 ataupun tidak jika pasien sudah dapat
bernafas spontan
Dinilai :
- Bentuk pita suara : normal putih, licin,
simetris, ada massa atau tidak
- Pergerakan pita suara :
- Abduksi --> pasien disuruh inspirasi
- Adduksi --> pasien disuruh menyebutkan
hurup I
Laringoskopi langsung dengan laringoskopi
- Anestesia --> epiglotis tidak diangkat -->
hanya melihat saluran
- THT --> epiglotis diangkat --> melihat pita
suara
Penting :
a. Pemilihan kanul sesuai dengan trachea
b. Pembuatan lubang fascia pra trachea harus
benar-benar bersih
c. Pada pembuatan lubang harus sesuai besarnya
dengan kanul
d. Atasi perdarahan (di tengah biasanya aman
karena tidak ada pembuluh darah besar)
e. Perawatan pasca tracheostomi
terutama
Kelainan kongenital :
Wepped adanya selaput diantara pita suara, terapi
dirobek selaputnya
Perawatan
- Menjaga kanul jangan ditutupi lendir -->
suction
- Menghindari nekrose di daerah trachea -->
balon diganti
- Perawatan luka operasi jangan sampai timbul
infeksi
KELAINAN SEPTUM
1. Septum Deviasi
2. Hematoma Septum
3. Abses Septum
4. Perforasi Septum
Septum Deviasi
Penyebab :
- Gangguan pertumbuhan / bawaan
- Didapat umumnya karena trauma
14
Etiologi :
- Trauma : lahir, kecelakaan lalu lintas, jatuh
- Kelainan pertumbuhan : batas atas dan bawah
sudah tidak bergerak, namun tulang masih
tumbuh
--> pada bayi sering tersumbat
Komplikasi :
a. Abses septum
b. Nekrosis tulang rawan --> hidung plana
(Saddle Nose) karena meruksan os nasal
Gejala klinis :
a. Obstruksi hidung
- Unilateral : umumnya jika deviasi 1 sisi
- Bilateral : dapat karena deviasi satu sisi
namun
terdapat
hipertrophy
konka
kontralateral
b. Sakit kepala / sefalgia
Abses Septum
Gejala :
a. Suhu badan meningkat
b. Nyeri hidung lebih terasa
c. Obstruksi dapat total
Komplikasi :
- Sinusitis (karena deviasi septum menutupi
muara sinus) --> harus dioperasi supaya
drainage sinus berjalan normal
- Gangguan tuba eustachius (pasien merasa
seperti telinga tertutup atau pendengarannya
jauh)
Klinis :
Pembengkakan kemerahan dan mengkilap di
daerah atap hidung dengan nyeri tekan dan
dapat meluas sampai ke daerah muka
Akibat infeksi langsung atau hematoma septum
Pengobatan :
1. Insisi secepatnya
2. Pasang draine untuk drainage abses / nanah
benar-benar keluar --> paling tidak selama 2
hari
3. Antibiotik dosis tinggi adekuat minimal 1
minggu - 10 hari --> karena komplikasi sangat
berbahaya ke otak contoh trombosis sinus
cavernosus
Pengobatan :
Bila ada keluhan atau komplikasi
- Operasi reseksi sub mukosa (SMR)
- Operasi septoplasti
--> dapat dimodifikasi
Dislokasi --> reposisi (supaya bentuk hidung dari
luar lurus) --> untuk kosmetik
Perforasi septum
- Trauma :
a. Operasi
b. Kateurisasi
berulang
(salah
satu
pengobatan epistaksis)
c. Dikorek dengan jari
- Ulkus :
a. Tumor ganas
b. Infeksi : sifilis, tuberkulosis, jamur -->
sering terjadi karena pemakaian antibiotika
berlebihan
- Zat kimia :
a. Kokain (disedot)
b. Semprotan kortikosteroid
c. Industri
Pengobatan :
1. Terapi kausal
2. Segera obati ulkus
3. Perforasi tenang
- Kecil --> biarkan (jika tidak ada keluhan)
--> dapat mengganggu karena seperti
berbunyi pada saat ekspirasi, sebaiknya
dilakukan penutupan
Hematoma Septum
- Kelainan dari septum akibat pecahnya
pembuluh darah submukosa namun mukosanya
utuh sehingga terjadi hematoma
- Fraktur tulang rawan --> hematoma bilateral
Klinis :
a. Obstruksi hidung
b. Nyeri
15
Pengobatan
Tujuan : membuka jalan nafas dengan membuat
lubang pada koana dan harus lancar
ATRESIA KOANA
- Adalah tertutupnya lubang hidung dibagian
belakang
- Dapat unilateral atau bilateral
- Dapat total atau subtotal (hanya sebagian yang
tertutup)
Slide
- Foto dengan kontras tertahan di bagian
belakang tidak dapat masuk ke dalam
nasofaring
- Tindakan untuk operasi
- Jika tulang tipis lebih mudah daripada
tulang yang tebal
- Setelah itu dimasukkan kateter melalui
orofaring untuk mempertahankan mukosa
yang masih berdarah supaya tidak menutup
kembali (selama beberap ahari supaya
lubang menjadi lebih permanen)
- Jika tebal tuang harus diinsisi melalui
aproach dari palatum (tidak dapat hanya
dengan perforasi)
EPITAKSIS
= perdarahan dari hidung
Gejala klinik
- Unilateral
- Anak > dewasa / besar
- Waktu menyusu (ASI)
--> sulit bernafas, bila lubang hidung yang
terbuka, tertekan payudara
- Sekret lubang unilateral
- Bilateral
- Gangguan pernafasan berat (setelah bayi
lahir)
Sianosis pada anak tenang
Merah pada saat anak menangis --> karena
dapat bernafas melalui mulut
Diagnosis
- Masukkan kateter : hidung - orofaring (dilihat
dengan membuka mulut)
- Spatel logam : ada / tidak ada aliran udara
ekspirasi (pengembunan)
- Radiologis :
Etiologi epistaksis
a. Lokal (did dalam hidung)
b. Umum (sistemik)
16
Sikap :
a. Infusi
b. Transfusi darah
--> jadi jika pasien dalam keadaan berat perbaiki
dulu keadaan umumnya
Pemeriksaan Penunjang
Tujuan :
a. Menilai keadaan umum pasien
b. Pengobatan cepat
c. Mencari etiologi
1. Pemeriksaan Lab :
- Darah tepi lengkap
- Fungsi hemostasis
- Uji faal hati
- Uji faal ginjal
2. Pemeriksaan radiologik : hidung - sinus nasofaring
Penatalaksanaan :
Tujuan :
1. Menghentikan perdarahan
2. Mencegah komplikasi (dari perdarahan atau
tindakan)
3. Mencegah berulangnya epistaksis (jadi penting
untuk memperbaiki etiologinya)
Pengobatan --> keadaan umum :
- Akut
- Tidak akut
1. Perbaiki keadaan umum
Posisi duduk, setengah duduk (lemah), tidur
(syok)
2. Anak + epistaksis ringan
- Posisi duduk, kepala ditegakkan
- Cuping hidung ditekan ke septum (5 - 10)
--> plexus Kiesselbach seringkali dapat
berhenti
3. Tentukan sumber perdarahan
- Tampon anterior (adrenalin + pantokain)
--> berfungsi jika perdarahan tidak dapat
langsung berhenti
- Alat penghisap (suction) : membersihkan
darah yang menempel
4. Epistaksis anterior
- Kaustik :
- AgNO3 20 - 30%
- As. tri chlorasetat 10%
17
Slide :
- kateurisasi dengan zat kaustik --> warna
menjadi putih
- Anterior nasal packing dengan tampon dari
kassa (jika mengeluarkan tidak akan
ketinggalan)
- Kerugian pemasangan tampon terutama dari
hidung adalah terjadinya laserasi yang dapat
bertaut dengna mukosa septum --> synaechia
--> harus segera dilepaskan / digunting
Sekret hidung
a. Jernih
- Rinitis alergi
- Rinitis vasomotor
- Rinitis medikamentosa
- Rinitis ...........
b. Purulen
- Rinitis infeksi
- Sinusitis
- Rinitis atrofi
- Rinitis spesifik
- Benda asing
- Infeksi jamur
Rinitis akut
Sering rinofaringitis akut
Prodromal : beberapa jam
- Hidung kering, gatal
RINITIS
-
Non infeksi :
- Alergi
- Vasomotor
- Medikamentosa
- Hormonal
Infeksi :
- Virus
- Bakteri
- Jamur
Rinitis Hipertrofi :
- Akibat infeksi / iritasi kronik
- Konka hipertrofi (jarak bertambah, tidak <<
dengan adrenalin), permukaan tidak rata
- Gejala :
- Hidung tersumbat
18
Mikrobiologi
a. Klebsiella ozaena
b. Klebsiella spp.
c. E. foetida
d. Coccob acilus fuetidis
e. P. aeruginosa
f. dll
Terapi :
- Obat penyakit dasarnya : antibiotik
- Kaustik / kauster konka ~ untuk mengatasi
hipertrophy
- Operasi konkotomi (jika konka sangat besar)
--> jarang total karena dapat terjadi rinitis
atrofi.
Pengobatan :
a. Terapi medikamentosa
b. Terapi operatif (jika gagal)
Terapi medikamentosa :
a. Cuci hidung
b. Pembersihan luka dengan teratur 2 kali / hari
--> sekret dan krusta dapat ikut larut keluar,
sehingga antibiotik bekerja lebih baik
c. Irigasi sinus maxila --> jika ada sinusitis
maxila
d. Antibiotika
e. Preparat Fe, vitamin A, terapi hormon
f. Antibiotik / gliserin topikal
Klinis :
- Atrofi / hipertofi mukosa dan tulang konka
inferior dan media
--> mengenci lsehingga rongga hidung
menjadi lapang
- Rongga hidung sangat lapang
- Ingus kuning kehijauan (khas)
- Ada krusta kehijauan --> karena atrophy
mukosa sehingga udara nafas menjadi kering
dan ingus cepat mengering
- Nafas berbau busuk (kalau ada kumannya)
- Foto sinus : sinusitis seringkali (penyebab atau
akibat)
Keluhan :
- Nafas berbau (bau busuk)
- Rasa hidung tersumbat (karena krusta atau
kerusakan ujung-ujung saraf)
- Anosmia (karena atrofi saraf penciuman)
- Ingus dan krusta kehijauan
- Dapat terjadi epistaksis (karena ada end
arteritis dan pelebaran arteriol)
Etiologi dan fakro predisposis
- Infeksi hidung / sinus
- Defisiensi
- Hormonal
- Gangguan pertumbuhan
- Gangguan saraf otonom
- Kondisi tidak higienis
Rinitis Difteri
- Primer atau sekunder (dari tenggorok >>)
- Akut atau kronik
- Kausa : Corynebacterium diphteriae)
Akut
- Demam, toksemia, limfadenitis
- Ingus mukopus campur darah
- Pseudomembran putih mudah berdarah
- Krusta coklat di ........ dan cavum nasi (khas)
Histopatologi :
- Atrofi mukosa
- Metaplasia mukosa : epitel gepeng tunggal /
berlapis
- Sel goblet hilang / berkurang --> jadi kering
- Silia abnormal --> tidak berfungsi
- Perdarahan : end arteritis atau dilatasi kapiler
- Atrofi / abs tulang
Terapi :
ADS, penisilin lokal dan sistemis, isolasi (karena
dia menular)
Kronik :
19
Rinitis Jamur
- Aspergilosis, blastomikosis, candidiasis dll
- Tulang rawan hidung dan septum --> perforasi
- Pseudomembran
- Sekret purulen (+) bau
Tuberkulosis hidung
Lesi granuloma dalam rongga hidung
Infeksi kronik oleh Mycobacterium tuberculosa
Kuman tahan asam, gram negatif
- Infeksi primer : inhalasi droplet terinfeksi
- Infeksi sekunder : dari paru / organ lain
Terapi :
- Sesuai jamur penyebab
- Lokal dengan genitan
dibersihkan)
- Cuci hidung
Gejala :
a. Sering epistaksis
b. Gatal / nyeri ~ luka
c. Obstruksi hidung ~ granuloma / krusta
d. Bau busuk ~ nekrosis jaringan
violet
(setelah
Rinitis Lepra
- Kause M. leprae
- Tipe tuberkuloid
- Tipe lepromatosa
- Tipe boderline
- Dapat terjadi perforasi septum dan deformitas
(mutilasi) hidung
- Terapi : dapsone, rifampicin, cuci hidung
Rinoskleroma
- Klebsiela rhinoscleromatis
- Higiene buruk, pelihara babi
- Afrika, Amerika selatan, India, Pakistan
- Indonesia : Sumatera Utara, Sulawesi Utara,
Bali
Stadium :
- Atrofik
- Granuler / nodular
- Jaringan parut
Diagnosis :
- Kuman tbc / BTA dalam kultur jaringan
- Histopatologi : sel datia Langhans
- Test Mantoux : (+) kuat (besar sekali bahkan
menjadi ulkus)
- Foto Roentgen thorax untuk pengobatan
sumbernya
Diagnosis :
- Pemeriksaan histopatologi (sel bervakuol :
micolix)
- Mikrobiologi : batang berpasang-pasangan
- Serologi
Klinis
- Ingus kental
- Terbentuk krusta
- Jaringan granulasi
- Ulkus / perforasi septum
ad. Kuman paling banyak ditemukan di tepi ulkus
Terapi :
- Streptomycin, tetracylin (antibiotik gram (-))
- Operasi jaringan granulasi / parut
- Plastik / rekonstruksi
Rhinitis dengan hipertrofi tonsil dan adenoid
Fokus infeksi : tonsilitis kronik
- Jalan nafas terganggu
- Nafas melalui mulut, mengorok (gejala)
- Komplikasi : sinusitis, otitis media --> karena
drainage terganggu
- Terapi : adenoidektomi / tonsilektomi --> jika
menyebabkan gangguan
Terapi :
20
Parosmia : trauma
Kakosmia :
- Epilepsi unsinatus (seperti aura)
- Kelainan psikologik (rendah diri)
- Kelainan psikiatrik
Pemeriksaan :
- Anamnesis (terus menerus atau sewaktuwaktu)
- Rinoskopi anterior --> infeksi, trauma
- Rinoskopi posterior --> infeksi, trauma
- Foto sinus p.n. --> sinusitis
- Laboratorium --> penyakit sistemik
- Pemeriksaan penghidu
Organ pencium
- Reseptor :
- Atap rongga hidung
- Konka superior
- 1/3 atas septum
- Tidak dicapai oleh udara pernafasan normal
Serabut olfactorius --> lamina cribrosa --> bulbus
olfactorius
Mukosa olfactorius :
Dipuncak cavum nasi, setinggi konka superior dan
1/3 atas septum
Kekuning-kuningan
(lokus
luteus)
karena
mengandung sedikit pembuluh darah)
Dilaisi epitel thorax mempunyai 3 macam sel
1. Sel pencium
2. Sel penunjang
3. Sel basal
Kelainan penghidu :
a. Hipsomia : penghidu kurang
b. Anosmia : penghidu hilang
c. Parosmia : penghidu berubah
d. Kakosmia : halusinasi bau ~ gangguan
kejiwaan
e. Presbiosmia : usia lanjut ~ kerusakan saraf
karena usia
Etiologi
Hiposmia :
- Obstuksi hidung
- Penyakit sistemik, hipertensi, DM
- Obat-obatan
:
anti
cholinergik
antihistamin
dan
Anosmia :
- Trauma frontal / oksipital
- Trauma operasi
- Infeksi virus (dapat seperti flu biasa karena
toksin virus merusak saraf) --> dapat
sementara < 2 minggu
21
Mikroskopis :
- Epitel thorax berlapis semu
- Sub mukosa hipertrophy / sembab
- Banyak cairan interstisial
- Sel sedikit, berjauhan : limfosit, mastosit,
eosinofil
- Sedikit pembuluh darah, saraf dan kelenjar
Patogenesis
- Edema mukosa
- Stroma terisi cairan interseluler
- Mukosa
sembab
-->
membesar
-->
menggantung (karena daya berat)
- Turun ke rongga hidung --> terbentuk tangkai
(dapat digerak-gerakan)
ad. Sukar dibedakan antara polip (lunak dan
mudah digaruk) dengan konka yang membesar
karena alergi (keras dan melekat).
Kausa :
- Alergi
- Infeksi kronik
--> iritasi kronik
Gejala :
- Hidung tersumbat menetap dan makin berat
- Hiposmia / anosmia
- Ingus banyak (dapat purulen jika dengan
sinusitis) atau jernih jika hanya dengan rinitis
alergi
- Sakit kepala (karena sumbatan hidung)
Polip
- Tidak sakit
- Tidak berdarah
-
Tumor
- Sakit
- Dapat berdarah (jika
ditusuk)
Biasanya kedua sisi - Satu sisi
Terapi :
- Hilangkan polip
- Obat alergi
- Obati infeksi
--> hilangkan penyebab dan komplikasi
Hilangkan polip
a. Kortikosteroid (jika poli masih kecil) : lokal /
sistemis
b. Polipektomi
c. Etmoidektomi : intra / ekstranasal --> sayatan
antara hidung dan mata
d. FESS
22
DISFONIA
Pemeriksaan laring
- Indirect laryngoscopy : hanya melihat melalui
pantulan
- Pita suara asli dan palsu terlihat seperti
satu bidang
- Pada saat inspirasi pita suara terlihat
sedikit membuka
Penyebab disfonia karena kelainan perifer :
a. Kelainan kongenital
Dapat berupa :
- Laryngomalasia (perkembangan daerah
laring dan pembentukan cartilago tidak
sempurna sehingga tidak menjadi cartilago
yang matur / rigid melainkan masih
lembek.
Jadi pada saat inspirasi dia akan teratrik ke
dalam sehingga gangguan utamanya
sebenarnya adalah kemungkinan gangguan
pernafasan (fungsi respirasi dari laring
terganggu). Pada bayi seperti ini
kemungkinan gangguan suara dapat ada
atau tidak (karena saat menjerit adalah
ekspirasi)
23
Laringitis kronik
- Yang masih banyak dihadapi adalah
laryngitis tuberkulosis --> diagnosis
pasti dengan pathologi atau swab +
biakan tetapi pada orang lanjut usia
perokok, suara serak, foto Roentgen
tuberkulosis (+) --> harus dicurigai
keterlibatan laring
Lainnya adalah laringitis diphterica
walau sudah jarang namun pada anakanak --> laringitis dengan pseudom
membran yang khas
Hati-hati : obstruksi jalan nafasnya
(bukan disfonia) dan komplikasi ke arah
jantung
Edema di daerahp ita suara atau sub glotik
Dapat karena reaksi alergi
Iritasi di daerah pita suara sekarang banyak
dihadapi karena banyaknya perokok -->
Rankhes Edema --> di daerah lamina
propira yang ............
Hal yang khas adalah edema menyeluruh di
daerah pita suara.
Terapi : menghilangkan edema dengan
suction atau squeze
24
25
Divertikulum Esophagus
Diverticulum Esophagus merupakan kantung yang
terdapat di lumen esophagus.
Bentuk divertikulum :
a. Divertikulum desakan (pulsion divertikulum)
b. Divertikulum tarikan (traction diverticulum)
c. Divertikulum kongenital
26
Gejala klinis :
- Hematemesis dan melena
- Perdarahan masif
Terapi :
1. Biasanya paliatif
Kantong dibersihkan setiap habis makan
dengan meminum air dalam posisi terlentang
atau miring tanpa bantal tergantung bentuk
divertikulum.
2. Operatif
Diagnosis :
a. Gejala klinis
b. Roentgen esophagus : tampak varises berupa
gambar sarang lebah
c. Esofagoskopi :
- Varises berupa nodul
- Varises berjalan longitudinal berbentuk
rosario
Akalasia
Definisi : adalah keadaan tidak mempunyai bagian
distal esophagus untuk relaxasi dan berkurangnya
gerakan peristaltik esophagus karena diduga
terdapat inkoordinasi neuromuskuler, sehingga
bagian proksimal dari penyempitan melebar (mega
esophagus)
Terapi :
1. Penghentian perdarahan memakai pipa
Sengstaken Blackmore
2. Sklerosing agents (membedakan penyempitan
dengan obat)
Etiologi :
- Belum dapat dibuktikan
- Dihubungkan dengan faktor psikis
Histologik ~ degenerasi sel ganglion plexus
aubach
Gejala :
a. Disfagia terutama bila menelan cairan -->
karena bergantung daya berat
b. Rasa nyeri di epigastrium
c. Regurgitasi
Zat korosif :
a. Asam kuat H2SO4, HNO3
b. Basa kuat KOH, NaOH
c. Zat organik contoh lisol dan karbol, merusak
jalan yang dilalui
Diagnosis :
1. Gejala klinis
2. Pada fluoroskopy terlihat gerakan peristaltik
kurang, ............ terhenti beberapa lama di
daerah penyempitan, kemudian turun ke
lambung dengan mudah.
3. Esophagogram tampak megaesohagus dan
mouse tail appearance
4. Esofagoskopi : tanda-tanda esofagitis -->
hiperemi dan udem (karena stagnasi
makanan), dan skope mudah dilewati tanpa
penyempitan (vs striktur : sulit)
5. Pemeriksaan manometri esophagus ~ tekanan
spine-esophagus
Terapi :
a. Diet tinggi kalori
b. Antasid, sedatif dan anti kolinergik
c. Dilatasi daerah penyempitan dengan ..............
atau dengan balon
d. Operasi Heller kardiomiotomi
Varises Esophagus
27
Tumor Esofagus
-
Komplikasi :
a. Syok
b. Koma
c. Edema laring
d. Aspirasi pneumonia
e. Perforasi esophagus
f. Mediastinitis
g. Kematian
Diagnosis :
- Pemeriksaan radiologik
- Pemeriksaan esofagoskopi --> tanda-tanda
ulserasi, jika berat harus dihentikan karena
jika dipaksakan dapat perforasi --> harus
diistirahatkan (+) pipa nasogaster.
Penatalaksanaan :
Tujuan mencegah pembentukan striktur
Etiologi :
- Belum diketahui
- Diduga :
- Makanan yang mengandung nitrosamin ~
ikan asin
- Alkohol
- Tembakau
- Makanan yang berjamur
Gejala :
1. Gejala sumbatan
2. Gejala penyebaran ke mediastinum
3. Gejala metastasis ke kelenjar limfe
Diagnosis :
a. Gejala klinis
b. Pemeriksaan radiologis ~ double contrast
c. Esopagoskopi : biopsi dan sitologi
Fase kronis
Jika nafas sesak harus dipasang pipa
enotrachea / intubasi bahkan tracheostomi
Jika ada gangguan elektrolit harus diatasi
dengan pemberian infus
Terapi :
- Tergantung pada :
- Lokasi tumor
28
- Jenis tumor
- Ada metastasis
Tumor stadium dini : pembedahan atau radiasi
Tumor stadium lanjut : radiasi paliatif
Gejala :
- Biasanya gejala sumbatan bergantung pada :
a. Ukuran dan bentuk benda asing
b. Lokasi benda asing
c. Komplikasi yang timbul akibat benda asing
- Yang tersering :
1. Disfagia
2. Adinofagia
3. Regurgitasi
- Kadang-kadang tanpa gejala
- Sumbatan jalan nafas terjadi jika benda asing
berbentuk bulat dan menekan dindin trakea esophagus
- Tajam --> rasa sakit
- Perforasi --> emfisema sub kutis
Pemeriksaan fisik
- Jika benda asing tepi dan bentuknya tajam,
mungkin terdapat nyeri telan di leher,
pembengkakan dan pasien kesakitan sekali.
- Jika terdapat perforasi esophagus mungkin
terdapat emfisema subkutis.
Pemeriksaan Radiologik :
- Foto polos esophagus servical dan thorakal AP
dan lateral
- Foto thorax
- Foto kontras
Penatalaksanaan :
- Esofagoskopi dengan cunam yang sesuai
- Operasi : servikotomi dan esofagotomi
Thorakotomi (jikabenda asing sudah sampai
thorax)
29
Diagnosis :
- Anamnesis / riwayat
- Pemeriksaan fisik : auskultasi, palpasi
- Pemeriksaan radiologis daerah leher
- Bronkoskopi
Penanggulangan benda asing di trakea
- Benda asing tidak tajam :
Segera
bronkoskopi
dengan
posisi
trandelenburg
- Benda asing tajam
- Segera bronkoskopi
- Bila gagal :
- Trakeostomi (live saving)
- Servikotomi (THT)
- Torakotomi (bedah thorax)
- Bila bmungkin buat Roentgen leher dan
thorax (jika tidak mengandung resiko) -->
untuk melihat posisi benda asing
30
Indikasi :
- Setiap kasus aspirasi benda asing tractus
tracheobronchial
- Semua kasus dugaan aspirasi benda asing
- Obstruksi bronkus klinis dan radiologis
Lanjut
- Fase pulmonum : gejala tergantung derajat
sumbatan bronkus
- Emfisema
- Atelektasis
- Drowned lung
- Abses paru
- Fase asimtomatis (< 24 jam)
Gambaran klinis :
- Keadaan umum Roentgen tidak ada
kelainan
- Benda asing di perifer : wheezing
(ekspirasi meningkat)
Indikasi kontra
- Absolut : tidak ada
- Relatif : keadaan umum buruk --> sementara
ditunda
Pemeriksaan Radiologik :
- Soft tissue : posisi leher tegak (AP dan lateral)
- Thoraks : PA dan lateral
- Fluoroskopi : evaluasi saat ekspirasi dan
inspirasi untuk melihat obstruksi parsial
Bronkoskopi
Adalah suatu cara pemeriksaan atau tindakan
dengan menggunakan broncoscopy.
Kegunaan bronkoskopi pada sumbatan saluran
nafas :
1. Melihat keadaan mukosa
2. Mengambil biopsi
3. Mengambil sekret
4. Mengambil benda asing
5. Mengambil tumor jinak
6. Memperluas lumen yang sempit
Diagnosis :
- Anamnesis
- Gejala dan tanda klinis
- Gambaran radiologik
- Esofagoskopi
Indikasi :
- Untuk diagnosis
- Terapi
31
b. Odinofagia
c. Hipersalivasi
d. Regurgitasi
e. Muntah (vomitting)
Tanda lanjut : berat badan menurun (tidak
dapat minum dan makan)
Ad. jika sebelum tindakan sudah ada tandatanda perforasi --> tidak dilakukan
endoskopi
Roentgen leher / lateral
- Trakea dan laring tergeser ke depan
- Gelembung udara di jaringan
- Bayangan cairan / abses (setelah beberapa
hari)
Pemeriksaan radiologi :
- Foto polos leher : PA dan alteral
Benda asing radioopak : posisi lateral lebih
jelas
- Esofagogram :
Benda asing radiolusen : tanda inflamasi
penesophagus
- Kelebihan : diagnosis klinis
- Kerugian : benda asing tertutup kontras
(sehingga sulit untuk mencarinya)
- Tidak mutlak dilakukan
Pemeriksaan radiologik :
- Benda asing tajam :
- Fluoroskopi mulai nasofaring sampai anus
- Roentgen esophagus di tempat benda
terlihat pada fluoroskopi tanpa kontras
- Komplikasi benda asing : emfisema servical,
mediastinal, pneumothorax, piothorax
Komplikasi benda asing esophagus :
1. Gejala : oleh karena aspirasi, radang (benda
asing lama di esophagus)
2. Penekanan trakhea : dispnu, stridor, sianosis
3. Perdarahan : laserasi oleh karena benda asing
4. Perforasi esophagus : benda asing tajam -->
selulitis lokal --> fistula trakeo esophagus
Penanggulangan benda asing esophagus
- Esophagoskopi --> cunam yang tepat
- Benda asing tajam di lambung :
- Observasi tanda perforasi (pylorus)
- Evaluasi Roentgen
- 2 x 24 jam posisi benda asing tertutup -->
laparotomi
Dugaan perforasi (klinis dan roentgen) dengan
emfisema
servical
/
mediastinal
-->
servikotomi / torakotomi
- Benda asing tidak tajam di lambung :
Observasi sampai keluarnya peranum
Perforasi esophagus servikal / torakal
Oleh karena benda asing / alat, tanda :
- Emfisema subkutis / mediastinum
- Pembengkakan leher, krepitasi --> kaku leher
- Demam / menggigil
- Gelisah
- Nadi, RR meningkat
- Nyeri menjalar ke punggung, retrosternal,
epigastrik
Perforasi ke pleura --> pneumothorax -->
empiema
Observasi pasca tindakan : 6 jam
32
OTITIS MEDIA
Definisi
Pembagian :
- OMA
- OME
- OMSK
OM :
- OM supuratif
- OMA
- OMSK
- OM Non supuratif
- OM sekretoria :
- Akut : barotrauma (serous)
- Kronik :
- Pasca OMA (serous / lue)
- Alergi
- Tumor
- dll
- OM serosa
- OM efusi
Klinis / Patogenesis
OMA :
- Stadium non perforasi
- Sembuh
- OME
- Stadium perforasi
- Sembuh
- OMSK
OMA stadium perforasi tandanya jika terjadi
sebelum 2 bulan, namun jika eksaserbasi disebut
OMSK eksaserbasi akut
Tanda-tanda akut : pulsasi, rasa sakit, dulu
pernah, riwayat keluar air
33
a. Mastoidektomi simple
b. Mastoidektomi radikal (cacat anatomi + tidak
ada perbaikan pendengaran)
c. Mastoidektomi radikal modifikasi
d. Miringoplasti
e. Timpanoplasti
f. Timpanoplasti pendekatan ganda (CAT /
Combina Approach Tympanoplasti)
Gangguan
pendengaran
buka
merupakan
komplikasi karena dapat terjadi pada semua jenis
OMSK.
Gangguan pendengaran dapat terjadi mulai ringan
sampai berat pada kedua jenis OMSK --> pasien
jarang mengeluh gangguan pendengaran jika
ringan apalagi jika unilateral.
Pengobatan OMSK :
1. Hanya konservatif
2. Konservatif + operatif
3. Harus operasi
Komplikasi OMSK
a. Intra temporal :
- Mastoiditis
- Labirinitis
- Parese N. VII
--> umumnya tidak menyebabkan kematian
namun kecacatan
b. Intra kranial
- Trombosis sinus lateralis
- Meningitis
- Abses otak
- Abses ekstradural
- Abses subdural
- Otitic hidrosefalus
ad. Kadang sulit dibedakan antara a dan b -->
protokool : harus dirawat, antibiotik IV dosis
tinggi harus segera diberikan dan buat CT
Scan dengan kontras jika fasilitas ada,
terutama jika ada kejang
Pengobatan konservatif
1. OMSK benigna akut
- Obat cuci telinga H2O2 3%
- Obat tetes telinga
- Antibiotik (oral / parenteral)
- Operasi :
- Bila tetap aktif
- Untuk penyembuhan permanen / ideal
2. OMSK benigna tenang :
- Awasio jangan reinfeksi
- Operasi (ideal)
3. OMSK maligna
- Harus operasi
- Konservatif sementara menunggu operasi
Jenis-jenis operasi pada OMSK :
a. Mastoidektomi simpel
Tujuan operasi :
- Penyembuhan permanen
- Menghindari ketulian
- Memberikan fasilitas pada pasien untuk hidup
normal
Operasi pada OMSK benigna akut direkonstruksi
jika sering hilang timbul atau tidak sembuhsembuh walau sudah diberi pengobatan yang tepat
dan mengatasi fokal infeksi misalnya sinusitis dan
pembesaran tonsil.
Antibiotik sangat diperlukan pada fase akut atau
sub akut :
1. Ampicilin / penisilin / sulfa
2. Ampicilin (+) clavulinic acid atau obat-obat
yang dapat mengatasi beta lactamase
Slide :
- Otak sangat dekat dengan cavum timpani dan
rongga mastoid (kedua rongga dibatasi dengan
dinding posterior rongga telinga) --> ini
disatukan pada operasi tipe ABC -->
microsurgery yang sulit dan rumit
- Midle ear cleft : rongga mastoid, cavum
timpani dan tuba eustachius
- Membran timpani normal :
- Tidak ada perforasi
- Cone of light
- Seakan-akan tipis dan ada cande of maleus
- Warna keabu-abuan seperti mutiara
- OMA stadium supurasi : membran timpani
bulging dan terlihat dibelakangnya gambaran
nanah dan hemorargic
Jika tidak diobati dengan baik dapat ruptur dan
menyebabkan OMSK
Jenis-jenis operasi :
34
35
Diagnosis banding :
a. Abses retrofaring
b. Angiofibrom nasofaring juvenilis
Pendahuluan
- Kelainan / penyakit di nasofaring
- Kelainan / penyakit di orofaring
- Pertumbuhan tonsil dan adenoid
Secara fisiologik tonsil dan adenoid -->
hipertrofi
Kurve pertumbuhan tonsil dan adenoid
Terapi :
Adenoidektomi + curetage dengan adenotomi)
Biasanya dilakukan bersama tonsilektomi -->
tonsilo adenoidektomi
Komplikasi adenoidektomi :
1. Perdarahan jika terlalu dalam atau tidak
sempurna diangkat
2. Oklusi tuba (permanen)
Tonsilitis akut :
- Folicularis
- Lakunaris
- Membranosa --> contoh slide disebabkan oleh
jamur
HIPERTROPHY ADENOID
- Bila sering meradang --> hipertrophy
- Akibatnya :
1. Pernafasan lewat mulut
Menyebabkan :
a. Facies adenoid : ciri khas anak telirhat
seperti bodoh ditandai kelainan gigi
incisivus atas akan menonjol dan mulut
terlihat membuka.
b. Gangguan ventilasi dan drainage sinus
paranasal sehingga mudah infeksi
daerah orofaring ke bawah bahkan
hingga ke paru-paru (karena fungsi
pertahanan hidung tidak berfungsi)
2. Penyumbatan luka
Menimbulkan
radang
dan
dapat
menyebabkan ketulian
OMA --> OMP --> pekak
3. Gejala umum
- Retardasi mental ~ facies adenoid
- Gangguan tidur, tidur ngorok ~
sumbatan nasofaring
ad. Abses
peritonsil
biasanya
merupakan
komplikasi dari tonsilitis akut
Bercak-bercak = detritus --> infiltrasi ke epitel
sehingga epitel terkikis dan jaringan limfoid
superfisial bereaksi
Dapat timbul pada semua umur
Anak-anak lebih sering --> komplikasi
TONSILITIS AKUT
Patologi :
Infiltrasi pada epitel --> terkikis --> jaringan
lmfoid superfisial bereaksi --> infiltrasi sel PMN
(klinis terlihat sebagai bercak kekuningan :
dehitus mengisi kripti)
Dehitus bercak --> folicularis
Dehitus menjadi satu --> lacunakis
--> membranosa
Gejala peradangan tonsilitis akut :
- Suhu tinggi 40oC
- Nyeri menelan (karena pada proses menelanya
palatim dan lidah bergerak)
- Nyeri di sendi-sendi (karena 50% penyebabnya
ada virus)
- Otalgia (refered pain karena N. IX dan X ada
juga cabangnya di telinga
- Lesu dan anorexia (karena penyebabnya
biasanya virus)
Diagnosis :
a. Gejala dan tanda klinis
b. Pemeriksaan digital (diraba)
c. Pemeriksaan sinar x (lateral)
36
Pemeriksaan : tonsil
- Membengkak
- Merah
- Dehitus dapat merupakanf olikel, lacuna dan
pseudomembran
- Limfadenopati (anak-anak)
TONSILITIS DIPHTERICA
Etiologi :
Corynebacterium diphteriae
Kuman --> eksotoksin
Kekerapan :
- Di bawah 10 tahun
- 2 - 5 tahun
- Dewasa dapat juga
Terapi :
- Antibiotik, sulfonamid (sulfa + trimetoprim)
- Analgetik, antipiretika
- Lokal : kumur, obat isap --> isanya desinfektan
TONSILOFARINGITIS
1.
2.
3.
4.
Komplikasi :
- Laringitis, makin muda usia makin cepat
timbul
- Karena eksotoksin :
- Myokarditis
- Saraf kranial (motorik)
- Ginjal ~ nefritis
Pembicaraan :
- Etiologi
- Gejala dan tanda
- Pemeriksaan
- Diagnosis
- Komplikasi
- Terapi
TONSILITS SEPTIK
Etiologi : S. hemolyticus (dalam susu sapi)
Indoesia jarang ~ susu dimasak (humidifikasi)
37
b. Nyeri telan
Patologi :
- Mukosa hiperemis, bercak putih keabu-abuan,
edema
- Foctor ex ore
ANGINA PLAUT VINCENT
Etiologi :
- Higiene mulut <
- Defisiensi vitamin C
- Keuman spirilum dan basil fusiform
(dapat
Indikasi adenoidektomi :
1. Obstruksi hidung
2. OM serosa
3. OMA residifans
4. Kasus tertentu OMSK
5. Kecurigaan keganasan (nasofaring)
Indikasi absoult :
1. Quinsey = abses peritonsil
2. Obstruksi jalan nafas kronis --> korpulmonalis
3. Biopsi kecurigaan keganasan ~ curigai
pembesaran tonsil unilateral
4. Hipertrofi / disfagi menyebabkan penurunan
berat badan
ad.
T0 : sudah diangkat
T1 : normal
T2 : menutupi pilar posterior ~ palato pharyngeus
T3 : mendekati garis tengah
Terapi :
- Lokal, higiene mulut dengan :
- Kumur-kumur
- Tablet isap
- Tonsilektomi
Komplikasi :
- Ke sekitar
- Jauh ~ reaksi imunologis
38
membesar
penyebab
Indikasi
tonsilo
adenoidektomi
harus
berdasarkan operasi, tidak boleh ditentukan
berdasarkan 1x pemeriksaan
Fungsi mekanisme pertahanan jaringan
limfoid, cincin Waldeyer pada anak lebih besar
daripada orang dewasa
Obstruksi hidung pada anak harus diingat
peranan alergi disamping oleh adenoid
hipertrofi (harus dipastikan dengan foto
Roentgen lateral)
39
Disfagia :
- Adalah gejala penyakit atau kelainan
- Disebabkan karena gangguan transportasi
- Sensasi makanan yang tersangkut
Daerah gyrus presentralis --> hipothalamus -->
pusat menelan di batang otak.
Daerah sensitif
Pemeriksaan radiologi :
- Foto polos --> rutin
- Foto kontras ~ mukosa
- Cine film atau videotape ~ peristaltik
- CT Scan ~ keganasan esophagus
- MRI ~ kelainan di otak
ad. Contoh foto kontras dinding baik, kontras
turun dan tidak ada filling defect
Pemeriksaan esofagoskopi
Tujuan :
1. Melihat langsung ke dalam lumen esophagus
--> isi, tanda peradangan, kontras turun
2. Melihat mukosa esophagus
3. Melihat kelainan bentuk lumen esophagus
Masalah disfagia :
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan penunjang radiologi
4. Pemeriksaan penunjang esofagoskopi
5. Pemeriksaan penunjang manometri
ad.1.
- Jenis makanan : padat atau cair
Pemeriksaan Manometrik
40
41
TRAUMA LARING
Trauma laring L:
a. Tumpul
- Olah raga (karate, silat, basket)
- Kecelakaan lalu lintas (mobil, motor)
b. Tajam (tembus)
- Peluru, pisau, kawat
Patofisiologi trauma tumpul, tergantung dari :
- Berat trauma
- Elastisitas kerangka laring
Yaitu :
Pada anak-anak kerangka laring masih lentur
sehingga jika terkena trauma tidak ruptur.
Pada orang tua kerangka laring sudah
mengalami kalsifikasi sehingga kaku dan
mudah terjadi ruptur.
Terapi
Tujuan :
a. Menyelamatkan jiwa pasien
b. Memulihkan suara ~ jika memungkinkan
add :
- Pada anak-anak --> jika fraktur masih dapat
kembali normal, paling parah terjadi fractur
cartilago thyroid
- Pada orang tua --> jika trauma tulang tidak
balik normal karena sudah tidak lentur terjadi
multi fracture
Diagnosis :
- Anamnesis : riwayat trauma, jenis trauma
Gejala : sesak, nyeri, disfagia, serak diserati
stridor --> kemungkinan trauma laring
- Pemeriksaan fisik :
Leher
- Pembengkakan
- Hematoma
- Nyeri tekan
- Deformitas --> terutama pada laki-laki
karena tulang rawan tiroid menonjol sebab
sudut tulang rawan lebih lancip, jika terjadi
deformitas akan menghilang
- Perdarahan
- Stridor
- Hemoptisis
- Emfisema sub kutis
- Laringoskopi : melihat laring
Terapi Bedah :
Jika ada indikasi bedah yaitu :
1. Laserasi mukosa luas
2. Tulang rawan terbuka
3. Fraktur multipel bergeser
4. Dislokasi tulang rawan aritenoid
5. Paralisis pita suara bilateral
6. Emfisema sub kutis progresif
7. Sumbatan jalan nafas yang memerlukan
tracheostomi
--> Bila ragu-ragu ada atau tidaknya fraktur,
namun ada gejala no. 6 dan 7 tetap dilakukan
tindakan bedah (eksplorasi)
42
Pita suara :
- Saat inspirasi : membuka
- Saat bicara : menutup
Jika ada dislokasi tulang rawan arithenoid maka
pita suara tidak dapat menutup sempurna.
43
NASAL ALERGI
Pemeriksaan Fisik :
- Tanda alergi pada daerah muka (terutama pada
anak)
- Allergic facies :
- Hidung tersumbat lama
- Perubahan kontur gigi
- Mulut terbuka
- Mata seperti mengantuk
(Pasien bernafas lewat mulu sehingga
mulut depan maju, juga terdapat pada
facies adenoid)
- Allergic salute : tangan bergerak mengusap
hidungnya berulang kali
- Allergic crease : di atas hidung terdapat
tanda atau bekas garukan
- Allergic shiner : di bawah mata terlihat
biru karena hidung tersumbat dan terjadi
stasis vena (terlihat sejak kecil)
- Rhinoskopi anterior : mukosa hidung terlihat
konka inferior pucat, livide (biru), basah,
sensitif (~ mudah bersin) --> mata berair
- Foto sinus paranasal : penebalan mukosa
karena astium terbuka akibat udem
Allergic mediators :
a. Histamine
b. Eosinofil
c. ECF - A
d. SRS - A
e. PAF
f. BK - A
g. NCF - A
Histamine :
- Pembuluh darah
- Kelenjar ~ hipersekresi
-
Terdapat di subtropis
Maret s/d april : kadar tertinggi tree pollen
April s/d juli : grass pollen
Agustus s/d oktober : rag weed
Gambaran klasik :
a. Hidung dan mata merah dan sembab
b. Hidung tersumbat sehingga pasien bernafas
lewat mulut
c. Ingus dapat mengalir sendiri
44
Laboratorium :
a. Sistologi sekret hidung --> bila > 5
b. Jumlah eosinofil dalam sel darah tepi -->
bila > 200
c. Kadar IgE total dalam darah --> > 100
d. Pemeriksaan IgE spesifik cara RAST
(Radio Allergen Sorben Test)
Jika :
- Anamnesis (+)
- Test alergi (-)
- Kadar IgE sedikit
--> diperiksa zat-zat spesifik
Test kulit
a. Test gores / strach
b. Test tusuk / prick --> yang paling sering
Dengan jarum ukuran 2 1/2 B, tunggu 10 15 menit --> reaksi atau tidak
Setiap allergen 1 jarum suntik, posisi jarum
45o
Kontra indikasi : tidak boleh minum
histamin
Kontrol (+) : histamin
Kontrol (-) : buffer
c. Test intradermal
Kortikosteroid Topikal
- Bubuk, suspensi, aerosol, aqueous (paling
banyak digunakan)
- Jumlah sel mukosa hidung berkurang
- Mencegah sitotoksik prot. eos
- Mengurangi aktivitas limfe
- Mencegah keluarnya sel dan plasma
- Semua gejala rhinitis alergi teratasi termasuk
hiper responsif
Ad.
- Bila ada alergi pada pergantian suhu karena
konka kurang dapat menyesuaikan diri
terhadap udara atau suhu pagi-siang-malam.
- CTM efek sampingnya : mengantuk, mulut
terasa kering --> penggantinya adalah long
acting
- Dekongestan topikal (hanya tetes hidung) jika
terlalu lama digunakan akan menyebabkan
rhinitis medikamentosa
- Kortikosteroid dapat menyebabkan efek
samping >> sehingga bila terpaksa digunakan
boleh dengan dosis tinggi sehingga efek cepat
(lebih baik dari spray)
45
Penyuntikan subkutan
Mulai dengan dosis kecil
Dosis dinaikkan bertahap sampai dosis
pemeleiharaan yang dapat diterima pasien
Dosis pemeliharaan dipertahankan sampai 1 2 tahun tanpa atau sedikit keluhan
Rhinitis Medikamentosa :
- Akibat vasokonstriktor topikal jangka panjang
- Rebound dilatation : dikompreskan -->
merusak mukosa hidung --> mukosa hidung
menebal --> lebih dimanpatkan lagi
- Sumbatan menetap
- Sekret berlebihan
- Oral / topikal kortikosteroid dengan tappering
off) ~ diturunkan
Jika tidak berhasil rujuk THT : konka dipotong
parsial
46
LIMFADENOPATI LEHER
Di daerah leher
- 75 buah kelenjar limf pada satu sisi leher -->
seperti pohon kelenjar sehingga THT (+) bedah
kepala dan leher (THTKL)
- Terbanyak :
- Rangkaian jugularis interna
- Spina assesorius
- Metastasis tumor sering pada rangkaian
jugularis interna mulai dari clavicula sampai
dasar tengkorak
47
ad.
- Dengan CT Scan kita dapat melihat semua
kelainan tanpa ada yang luput (kemungkinan
luput sangat sedikit) dan dapat menggantikan
semua jenis pemeriksaan radiologik dengan
angka ketepatan yang tinggi
- Pada pembesaran kgb tidak boleh dilakukan
biopsi terbuka karena palpasi saja sudah dapat
menyebabkan pecahyna pembuluh darah
kapiler sehingga memudahkan metastasis
- Ca nasofaring ~ tumor marker IgA EBV
Daerah sempit 1 1/2 x 3 cm
Fossa Rasenmuler merupakan daerah peralihan
dari mukosa hidung dan faring karena
mempunyai banyak sekali kelenjar limfe
seingga banyak menyebabkan metastasis di
daerah leher walau tumor masih kecil.
- Ca nasofaring merupakan tumor terbesar no. 4
di Indonesia (jadi relatif sangat sering)
Pemeriksaan
- Darah tepi (Hb, leuko, dif., LED)
- Foto rontgen paru ~ infeksi spesifik oleh ca
- CT Scan kepala
- Biopsi dan aspirasi jarum halus
48
EBV :
- Infeksi
- Sosial ekonomi
- Kebiasaan hidup (kebudayaan)
- Lingkungan
- Pekerjaan
- Genetik
- Seks
- Rasial
- Geografis
- Parasit
Diagnosis :
1. Gejala telinga ~ karena terletak dekat dengan
tuba eustachius
2. Gejala hidung : seringkali memberi gejala
epistaksis ringan
3. Gejala leher : pembesaran kgb leher
4. Gejala mata
5. Gejala neurologi ~ saraf intra kranial
1980 - 1984 = 50% datang ke dokter setelah 3 - 6
bulan (559 kasus)
ad. Di Hongkokng 60% datang setelah ada
pembesaran kgb leher, padahal ini berarti
sudah sapai stadium 3 (jika > 6 cm sudah
stadium 4)
Gejala dini :
a. Gangguan telinga
b. Epistaksis
c. Sumbatan hidung
d. Sakit kepala
Diagnosis :
- Serologik
- PA
- CT Scan
Di RSCM FKUI
Dari 41 pasien Ca nasofaring, stadium III dan IV
- AIgA anti VCA 97,5%
- IgA anti EA 100%
49
GANGGUAN KESEIMBANGAN
50
1. Sklerosis :
- Hipertensi : 43 (5,5%)
- Hipotensi : 31 (4%)
- Sekl. mulut 29 (3,7%)
- Kardiovaskuler : 34 (4,8%)
- Diabetes : 15 (2%)
2. Vasomotor :
- Migren :
A. auditiva internal seperti arteriol
dapat mengerut pada saat serangan
migren
Tes Posisi
- Duduk ke tidur : canalolithiasis, kotoran ada
pada canal (ata gerakan sebaliknya)
- Posisi tidur
- BR / BL
- HR / HL : jika hanya ini yang ada berarti pure
leher saja, jika campuran : leher + debris
PENYAKIT MENIERE
Dulu paling sulit di diagnosis karena harus
dipastikan adanya hydrops atau pertambahan
endolymphe
Penyebab belum diketahui karena penyerapan di
stria vaskuler berkurang.
Sekarang dapat didiagnosis dari anamnesis saja
karena kekhasan vertigo
1. Episode vertigo yang mereda
Ingat harus dibedakan dengan tumor acustik,
juga vertigo episodic namun semakin besar
2. Fluktuasi serangan : serangan : tulis saraf
(karena penekanan), td sign normal
Tuninitus biasanya menyertai vertigo
Meniere syndrome :
- Hearing loss
- Vertigo
- Tinitus
--> jika diketahui penyebabnya misalnya karena
hidrop endolimf dinamakan Meniere disease
Tes Gliserin Klockhoff
- 1,22 cc/kgBB gliserin
- 2 jam EMG diulang
--> jika ada penurunan maka berarti ada hidrop,
karena penyerapan menjadi lebih banyak
Obat :
1. Simptomatis
2. Vasodilator supaya penyerapan lebih baik
--> perifer : histamin like
Karena dapat mengembangkan stria vaskuler
3. Diet rendah garam
4. Diuretis : supaya darah menjadi kental
Dulu operasi :
a. Shunt : hasil kurang baik
51
52
Komplikasi :
- Dehidrasi karena kurang minum +- 5 hari
Jika terjadi syok harus diatasi terlebih dahulu
kondisi vitalnya
ad. ada policy di luar negeri bahwa tonsilektomi
laring dilakukan --> Quinsey tonsilektomi
Quinsey tonsilektomi pertimbangan :
- Jika abses letak tidak has dan sulit di jangkau
supaya dapat dilakukan drainage sempurna
Tindakan lain yang lebih ringan adalah aspirasi +
antibiotik dan observasi --> penelitian : hasil sama
dengan insisi (namun patokan dari dulu semua
abses harus diinsisi)
ABSES PERITONSIL
- Terjadi di ruang peritonsil
Tonsil mempunyai kapsul dimana melekat
pada fosa tonsil
Lateral : M. constrictor tonsil superior
Jika di antara ini terdapat nanah maka
terbentuk abses peritonesil
-->
- Dari tonsilitis akut yang meluas sehingga
kapsul nekrosis dan jika terjadi supurasi maka
nanah akan keluar dan membentuk abses
peritonsil
- Infeksi kelenjar Weber (kelenjar liur di sebelah
atas tonsil) sehingga kebanyakan terjadi pada
pool atas
ABSES RETROFARING
Mukosa dinding belakang faring di belakangnya
terdapat fascia.
Fascia :
- Leher dapat supf. ........
- Leher dalam media
- Leher dalam bagian dalam
Fascia leher dalam media melingkari visera
Fascia leher dalam anterior menglingkari M.
sternocleido mastoideus depan
Fascia leher bagian dalam
- Alar
- Posterior
(vs
-->
ikut
gap
53
Komplikasi :
- Perdarahan karotis
- Trombophlebitis
- Sepsis
--> karena dekat dengan selubung karotis
Komplikasi :
- Penjalaran ke ruang parafaring, mediastinum,
intrakranial
- Obstruksi jalan nafas
- Pecah ~ aspirasi
ABSES SUBMANDIBULA
- Juga banyak dijumpai
- Sebagian besar fokal infeksi di karies gigi
Ruang submandibula : sublingual + sub mental +
sub maxila (di bawah M. miohyoid)
= angina ludovici --> abses seluruh ruang tanpa
pembentukan pus namun gejala (+)
= pseudo angina ludovici --> abses seluruh ruang
dengna pembentukan pus atau hanya sebagian
Parafaring :
- Anterior
- Posterior ~ bahaya karena lewat selubung
karotis namun lebih jauh mungkin trismus
tidak lebih berat
Spatel tampak pendorongan dinding lateral faring
ke medial bahkan kadang tonsilnya juga (vs
peritonsil tidak ada pembengkakan keluar)
Eksplorasi harus dari luar karena jika dari dalam :
- Abes tidak terdrainage baik
- Mengenai organ penting
Insisi di depan M. sternoicleidomast (selubung
carotis di media), di bawah angulus +- 3 jari
54
SINUSITIS
KOM :
Daerah dibatasi proc. unanatus, hiatus semilunaris
infundibulum, osteum sinus maxila, muara sel
etmoid anterior dan muara sinus-sinus lainnya.
Slide :
- Terlihat tanda-tanda peradangan : konka media
udem + hiperemis
- Sekret mukopurulen keluar dari muara sinus
- Faktor penyebab sinusitis antara lain :
- ISNA
- Alergi
- Kelainan anatomis : konka bulosa yang
mengalami pneumonisasi
- Septum deviasi
Contoh spina tonjolan pada septum dengan
sudut lancip
- Benda asing dalam rongga hidung -->
reaksi peradangan sehingga muara udem
- Polip --> gangguan ventilasi dan drainage
sinus
- Kelainan anatomis : penonjolan proc.
uncinatus yang merupakan reaksi penting
osteomealal
Patogenesis :
Messer Klinger
- Menyelidiki pola mukosilier rongga hidung
dan sinus PN
55
Pemeriksaan fisik :
- Rinoskopi anterior (dekongesti topikal)
- Pus di hidung / nasofaring
- Pus di meatus medius / sup
- Mukosa hidung merah dan irreguler ~
hipertrofi mukosa
Tanpa pus belum tentu bukan infeksi akut
karena drainase sinus tertahan / tersumbat
- Sinusitis akut
- Edema peri orbital
- Kulit di atas sinus yang terkena --> merah
Diagnosis :
Sinusitis kronis :
- Anamnesis yang cermat
- Pemeriksaan klinis
- Pemeriksaan penunjang
Pasien mengeluh :
- Hidung mampet / obstruksi hidung
- Nyeri / rasa tekanan pada muka
- Ingus purulen
- Sakit kepala
56
Interpretasi :
- Perselubungan homogen / opasitas
- Air fluid level
- Penebalan mukosa jika > 4 mm di daerah sinus
(maxilla)
Sinuskopi :
- Diagnosis
- Terapi : mencuci --> memasukkan cairan
antiseptik dari meatus inferior, dicuci melalui
lubang sehingga keluar melalui ostium
alamiah
ataupun
secara
Nasal alergi :
Sistem mukosiliar terganggu --> sekret statis +
blockage ostium --> media yang baik untuk infeksi
bakteri --> sinusitis akut --> berulang > 6x dewasa
atau > 8x anak menajdi sinusitis akut recurrent
Kriteria antibiotik
- Efektivitas
- Efek samping <
- Harga murah
Dekongestan
--> ostium diusahakan terbuka
- Memperbaiki drainase, mencegah proses lebih
lanjut
57
Komplikasi :
a. Perdarahan
b. Infeksi
c. Deviasi septum / sinechia
d. Obstruksi ductus nasolacrimalis
e. Pertumbuhan berlebihan terutama pada balita
< 5 tahun
Trauma muka :
- Tanpa organ pelindung
- Kecelakaan lalu lintas
- Kecelakaan pekerjaan
- Kecelakaan rumah tangga
- Kecelakaan olahraga terutama gulat, tinju,
basket
- Perkelahian
- Remaja : laki > wanita
Trauma Maksila
Lefort I : alveolus
Lefort II : pyramid maksila, hidung, zigoma,
sebagian tulang 1/3 tengah muka
terpisah
Lefort III : maxila, hidung, zigoma, orbita
seluruh tulang muka terpisah
--> diagnosis prognosis dan cara penanganannya
Trauma Hidung
- Mudah terlihat ~ prominent / menonjol
- Anatomi
- Kulit
- Jaringan subkutis
- Kerangka : tulang, tulang rawan
- Septum
Gejala Klinis
a. Edema / hematoma
Laserasi / vulnus
b. Perdarahan / epistaksis
c. Deformitas muka / pipi mendatar / maloklusi
--> tidak dapat menutup dengan baik
d. Paresis N. VII
e. Krepitasi / diskontinuitas tulang-tulang muka
Pemeriksaan Radiologik
a. Untuk melihat posisi tulang yang fraktur
b. Foto polos : AP / lateral / Waters
c. CT Scan / Tri dimensi
Gambaran Klinis :
a. Edema / laserasi
Hematom / vulnus
b. Perdarahan / epistasis
c. Deformitas
d. Nyeri tekan
e. Krepitasi
f. Disfungsi
Diagnosis :
- Klinis
- Radiologis :
AP / lateral --> foto nasalis
Penanggulangan
- Tindakan penyelamat ~ ABC
- Mempertahankan fungsi hidung
komplikasi
- Tindakan tujuan estetis
FRAKTUR ZYGOMA
/
cegah
Anestesi :
a. Lokal
b. Umum
Indikasi operasi
a. Anestesi / hipestesi
b. Trismus (tidak dapat membuka mulut)
c. Diplopia ~ fractur dasar orbita
d. Pipi yang datar ~ estetik
Tindakan reposisi
a. Septum : Cunam Ashe
b. Kerangka hidung : Cunam Walsham
Fiksasi :
a. Tampon hidung (dalam)
b. Gips (luar)
Fractur os Frontal
- Deformitas kening
58
Penatalaksanaan :
a. Bicornal incision / alis
b. Fragmen-fragmen tulang diangkat / reposisi
c. Dura dijahit
d. Fiksasi
TRAUMA LEHER
Terdapat organ-organ penting : laring, trakea,
carotid, esofagus, vertebra servicalis
Kausa :
a. Kecelakaan lalu-lintas
b. Kelalaian pekerja / rumah tangga
c. Tentamen suicide
d. Olah raga
Gejala :
1. Sesak nafas / stridor / suara serak
2. Hematom / hemoptisis
3. Disfagia
4. Krepitasi di leher karena udara yang masuk ke
bawah kulit
Patofisiologi :
- Luka :
- Terbuka
- Tertutup
- Perdarahan paraglotis
--> sumbatan jalan nafas ~ tindakan
tracheostomy
- Tembusnya membran tirokrikoid
- Emfisema subcutis
- Corpus alienum
--> sumbatan jalan nafas
- Fractur / dislokasi kerangka laring / cincin
krikoid / trachea
Pemeriksaan
- Laringoskopi : langsung / tidak langsung
- Foto Roentgen AP / lateral + CT Scan
Penatalaksanaan :
a. Perdarahan : tube + cuff
b. Obstruksi jalan nafas :
- Laringoskopi : faring edema, bilateral
paresis pita suara
Hematoma para laring
Emfisema
Fractur / dislokasi
- Tracheostomi
- Eksplorasi ~ melihat dislokasi atau fraktur
59