You are on page 1of 59

TEKNIK PEMERIKSAAN THT

31 Januari 2000

Pemeriksaan THT merupakan pemeriksaan yang


tidak menyenangkan untuk pasien --> ada caracara tertentu untuk mengurangi ketakutan pasien.
Untuk pemeriksaan THT harus dengan kursi, yang
idealnya --> harus naik turun (karena bergantung
tinggi pemeriksaan dan pasien)

PEMERIKSAAN TELINGA
Lihat daun telinga (normal atau ada tanda-tanda
peradangan)
Liang telinga (berbentuk hurup S) --> tanda-tanda
peradangan atau terisi serumen, 1/3 luar terdiri
dari kulit biasa
Gendang telinga (dilihat reflex cahayanya -->
terjadi karena gendang telinga membentuk sudut)
--> dapat terlihat dengan menarik daun telinga
Tuba Eustachius
menghubungkan
nasofaring.

Normal ada refleks cahaya berbentuk kerucut


terlihat seperti mutiara
Perkapuran
pada
gendang
telinga
menyebabkan gerakan berkurang dan terjadi
gangguan pendengaran
Terlihat udara di belakang gendang telinga
pada otitis media serosa.
Perforasi gendang telinga sentral subtotal.
Perforasi gendang telinga semacam robekan
dan ada titik-titik perdarahan --> ini biasanya
akibat pukulan, robekan ini masih ada harapan
untuk menutup lagi (vs perforasi) --> pada
anak-anak pertumbuhan gendang telinga lebih
cepat daripada dewasa

TES PENDENGARAN DENGAN GARPU TALA


- Rinne
Guna untuk melakukan pemeriksaan pada satu
teling untuk membandingkan aliran udara
dengan aliran tulang pada telinga yang dites
tersebut
- Garpu tala digetarkan
- Diletakkan +- 2,5 cm di depan pasien
untuk memperkenalkan bunyi garpu tala
- Kemudian pasien harus membandingkan
depan atau belakang yang lebih keras
--> Normal : depan lebih keras dari belakang
Tuli konduktif : belakang lebih keras
- Weber
Untuk membandingkan hantara tulang antara
telinga yang sakit dengan yang sehat
Setelah penalah digetarkan diletakkan di garis
tengah
--> Sakit lebih baik : tuli konduktif
--> Sehat lebih baik : tuli perseptif

merupakan saluran yang


telinga
tengah
dengan

PEMERIKSAAN FUNGSI TELINGA


a. Tes pendengaran
b. Tes keseimbangan
Daun telinga yang meradang : telrihat bengkak
hingga liang telinga sulit terlihat --> jika tidak
diberi pengobatan yang baik dari perichondritis
akan menjadi keriput yang sulit sekali di
rekonstruksi (Cauli flower)
Cacat ...... dimana terbentuk lubang (persinus)
biasanya di depan dan saluran dapat jauh ke
dalam --> jika terjadi peradangan sangat bau dan
penatalaksanaannya sangat sulit karena saluran
sangat halus dan ujung distal tidak terlihat.

Dengan garpu tala hanya dapat menilai


kualitas ketulian seseorang, sedang dengan
audiogram kita dapat mengetahui derajat atau
kuantitasnya (menggunakan alat audiometer)

PEMERIKSAAN DAUN TELINGA


Kelenjar retroaurikuler, biasanya komplikasi di
daerah mastoid (tanda peradangan dan abses)
karena otitis media supuratif (peradangan telinga
tengah)

Untuk kelainan telinga jangan lupa melihat


fasial.
--> OM supuratif kornis (apalagi dengan abses
mastoid) --> bibir sudut mulut mulai miring
(tidak simetris)

Pemeriksaan Liang Telinga dapat dengan :


- Dtarik ke atas dan belakang supaya terlihat
jelas
- Gunakan corong telinga
- Memakai otoskop (pegang dengan tangan yang
sesuai) --> rutin di pakai di THT
Dapat melihat gendangan perforasinya
dimana, besar atau kecil.

PEMERIKSAAN HIDUNG
Lihat pasase udara dari kedua lubang sama
Sumbatan --> tidak sama (uap airnya)
Vestibulitis
Karena lubang hidung bagian anterior juga
dari kulit sehingga dapat terjadi infeksi -->
pengobatan tidak baik dapat terjadi deformitas.

Jamur di liang telinga : otomikosis


Gambaran dapat putih atau hitam --> paling
sering Aspergillus Nigra

Spekulum : telunjuk diletakkan di ujung


hidung pasien
- Memegang spekulum dengan tangan kiri
supaya tangan kanan jika ada benda asing,

Gambaran Gendang Telinga

339 545 880 009 489 506 749 182

kotoran hidung atau sekret maka dapat


diambil dengan bebas.
Dengan posisi ini dapat dilihat konka
inferior, media dan superior (kepala pasien
tengadah)
Peradangan sinus paranasal dapat terlihat
sekret.

PEMERIKSAAN LARING
- Laringoskopi tidak langsung : memakai kaca
laring
- Laringoskopi langsung : memakai laringoskopi
Pita suara, arntenoid, epiglotis, plica
ventricularis, plica ari epiglotea, sinus
pinformis, foleculla
- Posisi pasien untuk memeriksa laring : duduk
tegak dengan kepala mauju sedikit
- Kaca laring dihangatkan dulu
- Pasien menjulurkan lidah dan dipegang
dengan kassa (harus diberi motivasi pada
pasien untuk pemeriksaan yang kurang enak)
- Masukkan kaca laring dengan hati-hati.
Pada insiprasi pita suara terbuka simetris

Polip di rongga hidung :


- Warna bening
- Dengan tampon adrenalin tidak mengencil
- Tidak mudah berdarah
- Tidak begitu sakit jika ditusuk
- Bertangkai.
vs Konka :
- Warna merah muda
- Dengan tampon adrenalin mengecil
- Mudah berdarah
- Jika ditusuk sakit sekali
- Dasarnya lebih lebar

Slide
- Parses pita suara kiri
- Laringitis : pembengkakan dan gambar tidak
jelas
- Focal nodule : tonjolan sering pada penyanyi
(tidak simetris anterior 1/3 atas dan 1/3
tengah) --> terapi dengan insisi
- Papiloma laring : merupakan tumor jinak yang
sering pada anak, jika diangkat dapat tumbuh
lagi, akhirnya ada kecenderungan untuk
menjadi ganas --> belum ada terapi yang jitu.

PEMERIKSAAN NASOFARING
Dengan kaca kecil yang sudah dihangatkan
- 30o : konka
- Atas :
- Septum bagian belakang
- Adenoid (pada anak)
- Isi rongga choana post nasal drip
- 60o : fossa Rossen Mulleri

Jangan lupa memeriksa KGB leher --> tandatanda keganasan di nasofaring

Lidah ditekan dengan spatel lidah. Pasien


bernafas dengan mulut supaya uvula naik dan
kaca lebih muda masuk --> pasien bernafas
dengan hidung lagi supaya rongga nasofaring
terlihat jelas.

Pemeriksaan gigi geligi karena biasanya focal


infeksi untuk sinusitis dapat dari gigi geligi atau
dari atas.
Pemeriksaan anak --> harus dengan posisi khusus,
tangan dan kaki dipegang serta kepala sedikit
ditengadahkan otoskop selain untuk melihat
telinga juga dapat untuk pemeriksaan hidung
terutama untuk benda asing.

Meatus adalah saluran yang menghubungkan


sinus paranasal dengan konka
- Medius
- Superior
PEMERIKSAAN TENGGOROK
- Dengan menekan lidah --> arcus faring,
uvula, tonsil, dinding belakang faring
- Tonsilitis follicularis terdapat debitus tonsil
(titik-titik putih berisi sisa br)
- Tonsilis lacunaris, jika sangat memanjang
- Tonsilitis difteri : selaput yang kotor yang
sulit terangkat dan mudah berdarah -->
keadaan pasien lebih berat daripada
follicularis (vs br : mudah diangkat dan
tidak berdarah)
Jika selaput tonsil s/d di tengah --> curiga
difteri
- Peritonsiler abses (jika tonsilitis tidak
diobati dengan baik) uvula terdorong ke sisi
sehat --> harus drainage abses di tempat
fluktuasi paling hebat di sebelah atas
karena terdapat jaringan ikat

GANGGUAN PENDENGARAN

Hasil pemeriksaan ketiga uji ini harus klop /


sesuai.
Jika harus memilih salah satu dari ketiga macam
pemeriksaan di atas maka pakailah pemeriksaan
Weber (karena mudah diterapkan dan dengan
cepat jika pasien kooperatif dan dapat kita
ketahui)

Pemeriksaan pendengaran :
a. Pemeriksaan kualitatif :
- Dengan garpu tala
- Untuk mengetahui jenis ketulian
b. Pemeriksaan kuantitatif :
- Dnegan audiometer
- Untuk mengetahui derajat ketulian
Gangguan pendengaran pada telingah tengah
termasuk gangguan pada tuba Eustachius

Contoh kasus tuli konduktif kanan


- Weber : lateralisasi kanan (dimanapun
diperiksa hasilnya kanan)
Untuk pemeriksaan yang kiri Rinne harus
menggunakan Masking (kuping kanan diberikan
suara) dapat dengan membunyikan jari atau
meremas kertas atau jam tangan ataupun dengan
Barany noise box.

Frekuensi yang dapat kita dengar : 20 - 18.000 Hz


--> garpu tala 500 atau 512, 1000 atau 1024, 2048
Jika salah satu frekuensi terganggu maka orang
tersebut baru mengalami gangguan pendengaran.
Setelah kerusakan s/d 2000 orang baru terganggu
pendengarannya
--> untuk praktisnya dipilih satu yaitu yang 512
Hz karena tidak terganggu oleh suara sekitarnya
(sehingga paling sering digunakan)

Masking :
- Apa itu ?
- Kapan dipergunakan ?
- Berapa besarnya ?

Cara pemeriksaan garpu tatla


1. Pemeriksaan Rinne
Garpu tala setelah digetarkan dibunyikan di
depan telingah untu aliran udara kemudian
diletakkan di belakang mastoid
- Jika aliran udara lebih baik dari aliran
tulang --> Rinne (+), kesimpulan :
pendengaran normal atau tuli saraf
- Jika aliran tulang lebih baik dari aliran
udara --> Rinne (-), kesimpulan : tuli
konduktif (kelainan di telinga luar atau
tengah)
2. Pemeriksaan Weber
Kita membandingkan aliran tulang antara
kuping kiri dan kanan.
Contoh yang terganggu kuping kanan
--> getarkan garpu tala kemudian letakkan di
garis tengah, tanya dimana terdengar lebih
keras
- Jika lebih terdengar di telinga kanan =
lateralisasi kanan, kesimpulan : tuli
konduktif telinga kanan
- Jika lebih terdengar di telinga kiri =
lateralisasi kiri, kesimpulan : tuli saraf
telinga kanan
3. Pemeriksaan Swabach
Untuk membandingkan aliran tulang antara
pemeriksan dan pasien
Catatan : pendengaran pemeriksan harus
normal
--> getarkan garpu tala kemudian letakkan di
tulang mastoid kita kemudian setelah tidak
terdengar letakkan di pasien
- Jika Swabach memanjang (pasien masih
mendengar), kesimpulan : tuli konduktif
- Jika Swabach memendek (pasien tidak
mendengar kita masih), kesimpulan : tuli
saraf.

Pada
anak-anak
karena
tidak
mungkin
menggunakan garpu tala maka kita menggunakan
cara sederhana :
- Jika anak bereaksi terhadap suara keras
disekitarnya
dengan
kaget
berarti
pendengarannya baik.
- Ibu resiko tinggi : mudah, infeksi TORCH
- Anak resiko tinggi : lahir dengan cara tidak
biasa
Jika anak sudah lebih besar dapat tengkurap (4 - 5
bulan) dibunyikan dengan alat paling sederhana
dia akan menengok kiri kanan jika normal)
Jika sudah dapat duduk (8 - 9 bulan) selain
menengok kiri kanan dia akan mencari sumber
suara.
Jangan lupa pada anak kita harus mengukur
lingkar kepala dengan daftar di kartu KMS.
Umumnya anak Tuna Grahita (cacat mental) dan
tuna rungu mempunyai kepala yang kecil.
Perhatikan sikap anak jika menyendiri maka
kemungkinan ada cacat tuna rungu atau grahita =
kelakukan mirip orang lanjut u sia.
-

Silfoen : mempunyai nada tinggi hingga


rendah --> lihat reaksi anak
Contoh pemeriksaan anak dapat juga dengan
boneka + audiometer + lampu
Evoked Respons Audiometer
Prinsip : setiap organ tubuh mengeluarkan
listrik
Bunyi-bunyian
-->
reaksi
telinga
mengeluarkan gelombang elektrik yang dapat
dicacat dengan audiometer.
--> pemeriksaan ini dapat dilakukan pada
umur berapa saja dengan tingkat kesadaran
berapa saja.

339 545 880 009 489 506 749 182

Tuli bilateral
Tidak ada perubahan perbaikan kosa kata
dengan alat bantu dengar (harus diobservasi)
Syarat-syarat medis lain, karena sekali
dipasang adalah untuk seumur hidup.

Proses
a. Pre implant evaluation
b. Surgery
c. Recovery and speech processor pitting
d. Follow up

Yang penting :
- I jika tidak ada kelainan di cochlea (rumah
siput)
- III jika tidak ada kelainan tumor di batang
otak bawah, hati-hati TCPA
- IV jika tidak ada kelainan tumor di batang
otak atas
--> untuk mengetahui kelainan yang terjadi
dari telinga s/d otak (Stockard 1977)

Perbedaan dengan earing aids (alat bantu dengar)


adalah bahwa alat dengarnya dimasukkan ke
dalam pada implant.
Dengan alat ini suara dari luar langsung
menggetarkan rumah siput.
Implant : hanya untuk anak yang lahir tuna rungu
(sensory neural)

TCPA = Tumor Cerebello Pontine Angle


SLB pertama di Indonesia didirikan di Bandung
tahun 1930.

Pemeriksaan Audiometer
Alat dengan 2 tombol (yang sederhana) untuk
frequency dan kekerasan.
Sebaiknya jangan berhadap-hadapan.
Frekuensi yang diperiksa 125 s/d 8.000 atau
10.000
O dB --> kekerasan dinyatakan dalam logaritma
20 dB = 10 x 10 dB
dB harus dinyatakan juga berdasarkan ISO
(standar International) atau ASA (amerika)
Kabel :
Kanan merah

Wave I : action potential of auditory nerve


Wave II : cochlear nuclear response
Wave III : superior olivary nucleus response
Wave IV : lateral lennicus nucleus response
Wave V : inferior coliculus nucleus response
Jika tidak ada gelombang berarti tidak mendengar
khususnya gelombang V.
- Flat (gambarnya) pada anak rubella
- Pasien CP walau tidak ngomong belum tentu
tidak mendengar (karena gambar (+)) seperti
stroke dengan afasia motorik

Kiri biru

Anak tidak bisa bicara s/d 2 tahun


- Hiperaktif : attention deficit disorders dan ibu
lusuh / kusut
- Belu tentu kupingnya rusak : mungkin delayed
afasia motorik

Udara
Tulang
Gambar tabel
Kita selalu memulai pemeriksaan pada telinga
yang baik.
Mulailah pada 1000 (karena merupakan batas
antara nada rendah dan tinggi)
Pada hasil baik dimulai pada 30 dB (suara
berbisik-bisik)
Jika dia mendengar minta dia menunjukkan atau
menekan tombol kemudian kita turunkan 20 dB
--> 10 dB, jika tidak mendengar kita naikkan
menjadi 15 dB (merupakan dB/frekuensi yang dia
dapat dengar pada telinga kiri)
Kemudian dengan cara yang sama buat 500 - 250
baru 2000, 4000 dan 8000 (mulai nada rendah
karena tidak cepat lelah).
Gambar cross dibuat hubungan dengan garis lurus
kemudian dibuat untuk hantara tulang namun
dihubungkan dengan garis putus-putus.

Setelah itu periksa kemampuan pasien


- Tuli IQ di bawah rata-rata : SLB C
- Tuli IQ normal : SLB B
Anak yang lahir tuna rungu yang rusak nada
tinggi sehingga nada rendahnya dipertahankan
dengan bunyi-bunyian tambur (sama seperti orang
lanjut usia)
Jika tidak dapat dengan alat bantu dengar sudah
ada yang did alam dengan warna kulit atau yang
dibelakang telinga.
Alat bantu dengar dapat dipasang sedini mungkin
(agar keterlambatan tidak terlalu jauh)
Untu telinga tidak dapat ditransplan hanya di
implant --> dikembangkan di Australia cohlea
implant 22 - 24 elektrode.

Contoh audiogram :

Syarat-syarat :
- Sekitar atau dibawah 2 tahun

Rata-rata : ambil 500, 1000 dan 2000 dibagi 3

Pada orang dewasa bersudut lebih curam (45 o)


daripada anak-anak (0 - 10o), panjang 24 (15)

Kesimpulan :
- Aliran udara 40 dB
- Aliran tulang 5 dB
Sehingga aliran udara harus diberi 40 dB
sedang tulang hanya 5 dB berarti lebih baik
aliran tulang.
--> gambar tuli konduktif (ada air bone gap)

Penyebab sumbatan
- Sumbatan hidung : ISPA, sinusitis, polip,
septum donasi
- Gangguan kontrol otot : palatoschias
- Massa di nasofaring : hipertrofi adenoid,
angiofibroma juvenile, tumor jinak / ganas
- Alergi
- Kelainan kronik telingah tengah : boy istmus,
merupakan bagian yang paling rentan
Anak-anak >> bilateral karena peradangan di
nasofaring dewasa lebih jarang.
Dewasa unilateral dan Tionghoa : Ca nasofaring
Focus peradangan kelainan di telinga adalah :
tonsil, adenoid dan sinus.

Aliran udara 50 dB (rata-rata)


Aliran tulang rata-rata 20 dB
- Ada gap namun aliran tulang menurun
(gambar cochlea)
--> sehingga ini merupakan gambaran tuli
campuran
-

Tidak ada gap antara aliran tulang dan aliran


udara namun gambar menurun
--> Orang muda : nada tinggi (tuli saraf)
Orang tua : presbicustik --> nada rendah
(hurup vokal) masih baik namun nada tinggi
buruk (hurup consonant)
Pada orang tua terjadi recruitment : dengan
peningkatan intensitas maka sensitivitasnya
bertambah

Gambaran Klinis Sumbatan Tuba Eustachius


1. Barotroma akut : paparan perubahan tekanan
mendadak sedang fungsi tubah terganggu
sehingga terjadip erubahan tekanan telingah
tengah > tekanan luar --> terjadi pendorongan
membran tymphani bahkan dapat sampai
ruptur + perdarahan
Jika terjadi dalam beberapa jam masih normal
> 1 hari : harus diberi pengobatan

Recruitment : hanya dimiliki organ cochlea


Contoh jika bicara pelan dia tidak mendengar
namun jika keras dia akan merasa sakit / marah

Kegagalan
tuba
eustachius
mengkompensasi perubahan tekanan udara,
misalnya waktu landing / taking off
pesawat
- Faktor resiko : sumbatan hidung, ISPA
- Dapat terjadi perdarahan telinga tengah
(hemotimpanum).
Pasein dengan vertigo karena rangsang
sampai ke telinga tengah.
2. OMS
Sebutan lain :
- OM sekretoria
- OM ketonalis
- OM salphingitis

Perubahan :
1. Dioperasi
dan
diobati
dapat
normal
(rehabilitasi 100%)
2. Tidak dapat normal karena dibatasi oleh
kemampuan aliran tulang
3. Merupakan masalah : alat bantu dengar hanya
nada tinggi saja yang ditinggikan.
Gambaran audiogram
- Orang tua dengan penyakit (menderita) tuber
catarh ?
- Trauma capitis (fraktur os temporal) dengan
keluar cairan / darah dari telinga
GANGGUAN FUNGSI TUBA EUSTACHIUS

OM :
- Serosa : cairan encer karena sumbatan tuba
eustachius
- Sekretoria : biasanya didahului oleh
peradangan yang tidak sembuh sempurna
--> cairan kental, membran tympani tebal
--> jika kronis cairan dapat sangat kental =
glue ear
- Merupakan suatu kondisi non infeksi (dulu
--> sekarang dikultur ada kumannya) di
telingah tengah akibat sumbatan tuba
eustachius
- Terjadi penimbunan cairan di telinga
tengah, bisa encer s/d kental seperti lem
yang relatif
- Pada anak palatoschizis, OMS terjadi sejak
lahir

Tuba eustachius mempunyai dinding tulang rawan


:
- Istirahat : menutup
- Menguap : lumen membuka --> pertukaran
udara di cavum timpani
Fungsi tuba : mengatur equalisasi antara telinga
tengah dengan udara luar
Tuba eustachius :
- Tuba faringo timpani
- Adalah saluran yang menghubungkan cavum
timpani dengan nasofaring
- Fungsi :
- Ventilator
- Saluran (drainase)

339 545 880 009 489 506 749 182

Faktor penyebab utama : disfungsi


mekanisme pembukaan tuba eustachius
Faktor yang mempengaruhi :
a. Adenoid hipertrofi
b. Post nasal discharge
c. Alergi
Penyebab utama ketulian tersering pada
anak
Insidens rendah pada anak > 10 tahun
Dewasa jarang, jika unilateral (+) ISPA -->
hati-hati kemungkinan Ca nasofaring
(prognosis baik jika diagnosis dini)

Kolesteatom dapat di cavum tymphani atau


liang telinga atau tempat-tempat yang
perkembangan embriologiknya dari ektoderm,
contoh urethra --> kongenital.
Dapat didapat : primer, sekunder
Dapat kongenital
ad. Epitel berlapis gepeng harus di luar tubuh
karena mengeluarkan kotoran. Kolesteatom
mempunyai sifat mendestruksi tulang terutama
tulang pendengaran karena enzim-enzimnya.
Kolesteatom
- Tidak merusak secara langsung jaringan
lunak --> kerusakan karena septic nekrosis
karena merupakan media yang baik untuk
kuman
- Merusak langsung tulang
- Dapat padat (matriks) atau tidak padat
(adhesiva) --> padat dapat menyebabkan
gangguan pada N. facialis

Gambaran klinik
- Rasa penuh di telinga
- Kurang dengar
- Otalgia (jarang), biasanya singkat
- Pada anak seringkali terlambat diketahui,
TK, SD prestasi buruk
Gambaran klinik
- Membran tymphani : suram, reflex cahaya
berkurang / hilang, mobilitasnya berkurang
(otoskop atau manuver valvasa atau
Toynbee)
- Dapat
terjadi
hipervaskularisasi
di
membran timpani dan di sepanjang
prosesus Longus Maleus
- Gelembung-gelembung udara / air fluid
level di kavum timpani

Pada orang yang sangat sensitif terhadap


benda asing dapat gold coated supaya dapat
lebih inert.
O.M.A
(Otitis Media Supurativa Akut)
-

Slide
OMS dengan air buble : ada sisa-sisa udara di
cavum tympani, jika awal dapat beberapa air fluid
level.
Terapi jika kronik dipasang ventilasi
Antibiotik pada OM sekretorik + mucolitik
Antihistamin pada alergi
Kortikosteroid belum sebagai obat baku.
--> jangan melupakan pengobatan pengobatan
untuk faktor penyebabnya, jika tidak sembuhsembuh baru dipasang pipa ventilasi Bromett
untuk mem-by pass tuba eustachius keluar.

Proses lanjut OM Sekretorik


a. Timpanosklerosis
Adalah suatu degenerasi hyalin (zat tanduk
yang mengalami calsifikasi) di cavum timpani.
Dapat mengenai membran timpani atau lebih
dalam --> kekakuan telinga tengah sehingga
terjadi tuli konduktif.
b. OM adhesiva
c. Retraksi membran tympani (masuknya
sebagian membran tymphani ke dalam cavum
tymphani), terutama pars flaccida --> proses
pembersihan tidak terjadi karena proses
desquamasi tertahan pada daerah yang
retraksi.
d. Terbentuknya kolesteatom : deskuamasi epitel
berlapis gepeng yang terjebak.

Terutama pada bayi dan anak


Nyeri telinga, gelisah, demam, +- muntah,
diare --> gejala yang sering dijumpai -->
karena gejala meningismus
Biasanya didahului ISPA
Membran timpani : hiperemis, cembung /
perforasi, tergantung stadium.
Perforasi
karena
penekanan
cairan
menyebabkan
iskemi
bagian
membran
tymphani yang vaskularisasinya sedikit
sehingga terjadi iskemi --> perforasi bulat,
ditengah
Kuman penyebab : S. pneumonia, H. influenza
Patogenesis
Stadium
Pengobatan

Patogenesis
1. Udem nasofaring
2. Tuba eustachius --> sumbatan tuba eustachius
--> perubahan tekanan di cavum typani
menjadi negatif --> ekstravasasi cairan dan
sekresi kelenjar. Kuman masuk dapat pada saat
pasien membuka mulut atau menelan -->
proses supurasi di membran typhani.
Gambar khas : anak menangis dengan memegang
telinga yang sakit.
Pengobatan OMA

Antibiotik lini 1 (dosis tinggi)


Tidak sembuh
Parasentesis/
miringotomi

Antibiotik lini 2

Sembuh

Tidak sembuh

Follow up

Antibiotik lini 3

2. Radang
3. Trauma
Sembuh

Anatomi N. VII --> perifer


1. Dalam tulang (C.A.I s/d for. stylomastoid)
2. Di luar tulang

Follow up

Fasialis --> 3 cabang, 3 bsr, 3 penyebab, 3 etiologi.


3 segmen :
a. Labyrinth
b. Timpani (horizontal)
c. Mastoid (dalam tulang)
Penyebab tiga besar :
a. Idiopatik
b. Radang --> OMSK >>
c. Trauma
--> dulu acb (sebelum pemakaian helm)

Tidak sembuh
Miringotomi
Gromet
adenoidektomi

Evaluasi kembali !!

3 komposisi :
a. Motoris ~ otot wajah
b. Parasympatis
c. Sensoris

Parasentesis : menusuk membran typhani di


tempat yang cembung kemudian dikeluarkan
cairannya untuk dikultur.
Miringotomi : hanya menggores saja, cairannya
tidak dikeluarkan.

Neuro otologi

OMSK tipe benigna :


= Tubotimpanic
= OMSK tipe mukosa

VIII + VII
A
-

OMSK tipe benigna


--> jika OMSA
berkepanjangan (dengan perofrasi di sentral)
Pneumoatisasi : terbentuknya rongga di dekat
tulang mastoid
Antrum : ruangan yang berhubungan dengan
cavum
Athic / atap (mulainya)

Kongenital
Acquired
Radang
Trauma

V
-

Ro
Barany + Kobrak (OoC)
Calori
ENC
Audiogram
NA
- Impedansi
- BERA

Dangerous type / bone type OM


= OMSK tipe tulang
= OMSK tipe malignant --> jangan dikacaukan
dengan proses neoplasma ganas

Khusus

3 patologi :
a. Neuropraxia
b. Neurotmesis
c. Axonotmesis

Epitel berlapis gepeng di liang telinga tumbuh di


bagian dalam dekat membran typhani --> semakin
tua terjadi pergeseran keluar --> proses migrasi /
proses pembersihan sehingga tidak terjadi
deskuamasi pada keadaan normal.

trauma kepala --> fraktur temporal.


Pasien trauma kapitis yang tampak 1x keluar
darah dari telinga kemudian gejala-gejala
neurootologi dapat salah satu ataupun semuanya.
Perdarahan dibagi 2 :
a. Mengalir ke liang telinga --> kemungkinan
ruptur membran timpani
b. Berkumpul di cavum timpani --> hemotimpani
--> pengobatan dengan tampon

KELUMPUHAN N. VII KARENA TRAUMA


Penyebab kelumpuhan ada 3 sebab utama :
1. Idiopatik :
- Paling banyak
- Sembuh sendiri, dengan obat lebih cepat
- Pengobatan di bagian saraf
- Hanya beberapa persen yang menjadi berat

Kelumpuhan N. VII karena fraktur os temporal


- Diketahui dengan plain foto, namun umumnya
sukar dilihat

339 545 880 009 489 506 749 182

Biasanya harus dengan CT Scan

3 macam fraktur :
a. Longitudinal
b. Transversal
c. Mixed
Ad.
a. 80% ditemukan pada fraktur os temporal
Garis fraktur sejajar sumbuh os petrosus.
Biasanya terjadi perdarahan dari meatus arc
ext./int.
15 - 20% kelumpuhan N. VII dan biasanya
delayed onset
Biasanya kelainan tuli konduktif
b. Garis fraktur tegak lurus sumbuh os petrosus
Kerusakan pada sistem A.V.
50% kelumpuhan N. VIII dan segera
c. Campuran antara keduanya

Supra atau infra geniculatum : penting


lokalisasinya diketahui karena mempengaruhi
terapi kita.
Dengan pemeriksaan Schimer test : test air
mata dengan kertas lakmus ditaruh di palpebra
inferior.
- Infra : air mata normal --> terapi dapat
dengan transmastoid saja
- Supra : air mata kering atau berkurang -->
terapi harus dengan middle fossa aproach

ad. Diluar negeri > 95% dilakukan MFA (< 5%


transmastoid).
Resiko kematian, perdarahan, total deaf, LCS
keluar harus .......
Pemeriksaan
- Fungsi motor berapa persen
Jika yang berfungsi masih 60% suruh dia
mencibir maka ada di garis tengah tidak
sampai tertarik --> terapi konservatif
kortikosteroid tampering off atau dosis tinggi
dikurangi sedikit-sedikit
- Lokalisasi lesi
- NET : saraf dirangsang di bagian inferior dan
superior, dilihat berapa mA yang masih
bergerak waktu dirangsang
Jika perbedaan antara yang sehat dan sakit 3
mA atau lebih : keadaan emergency

Penelitian --> baik fraktur transversal atau


longitudinal menyebabkan kerusakan pada meatus
arc int. / geniculate ganglion.
Operasi (1 - 3 bulan):
- Transversal : bongkar total, dekompresi
facialis
- Longitudinal : dapat trans mastoid --> namun
hasil kurang memuaskan.
Jadi tetap terapi adalah total dekompresi
facialis dengan teknik midlle fussa aproach.
(untuk mencari apakah ada fragmen tulang
yang memotong saraf)

Tambahan :
- Elektrogustometri
- Stapedial reflex
- Eletromyografi
- Elektro meningografi (paling baru)

Slide
Total paralysis N. VII
- Transversal
- Banyak fragmen yang memotong
Pengobatan dengan trans mastoid hanya
memperbaiki facialis saja, padahal kelainan sudah
disertai gangguan acustic dan vestibuler

Dengan adanya peraturan yang mewajibkan


pemakaian helm, kejadian kelumpuhan N. VII
akibat trauma sudah jauh menurun.
OMS : juga dilakukan operasi namun bukan
dekompresi
Trauma : serpihan / fragmen tulang yan gpecah
menusuk ke sarafnya --> harus dikeluarkan (+)
kortikosteroid
untuk
mempercepat
penyembuhannya.

Tiga cabang :
a. N. petrosus supf. mayor
b. N. stapedius
c. N. chorda lymp
3 komplikasi :
a. Synkinisis
b. Hemicrasme
c. Crocodile tears : menangis saat makan

Kesulitan : operasi memerlukan waktu dan biaya


sangat besar

3 pemeriksaan utama :
a. Fungsi motor
b. Lokalisasi lesi
c. Ellectrical test / NET

Kelainan telinga kongenital


1. Atresia telinga
- Biasanya disertai mikrotia
- Liang telinga tidak terbentuk ~ jarang
- Biasanya disertai kelainan daun telinga dan
telinga tengah
- Kelainan telinga dalam ~ jarang oleh
karena pembentukan secara embriologis
tidak sama.

KELAINAN TELINGA LUAR

Diagnosis
- Kelumpuhan N. facialis perifer
- Berapa persen kelumpuhannya diukur

Mikrotia ~ daun telinga


Penyebab ? --> faktor penyebab :
- Intoksikasi virus
- Intoksikasi bahan kimia

Kelainan Daun Telinga


1. Hematoma
Trauma --> penumpukan bekuan darah antara
perichondrium dan tulang rawan
Tidak dikeluarkan --> Cauli Flowers Ear
Insisi secara steril
Jika tidak teril, komplikasi : pericondritis
2. Pericondritis
Radang tulang rawan daun telinga
- Trauma
- Pasca operasi telinga
- Komplikasi pseudokista

Diagnosis mudah ~ atresia (+) kelainan tuli


konduktif.
Telinga tengah tidak dapat dinilai
Kelainan daun telinga ~ telingah tengah
Audiometrik dan CT Scan membantu
rehabilitasi jika ada persiapan untuk tindakan
operasi
CT Scan : untuk melihat sejauh mana
gangguan destruksi telinga
Atresia : unilateral / bilateral
Mikrotia --> operasi plastik
Atresia --> rumit --> bertahap
Rekonstruksi --> pendengaran atau kosmetik
Bilateral : masalah gangguan pendengaran dan
kosmetik.
Pasang alat bantu dengar --> operasi 5 - 7
tahun
Unilateral : operasi 15 - 17 tahun
Pertimbangkan karena maish dapat mendnegar
ad.

operasi tidak sederhana dan


kemampuan serta harus bertahap

Terapi antibiotik sulit ~ karena ada


pseudomonas (biasanya)
Gagal --> Cauli Flowers Ears --> gangguan
psikis
3. Pseudokista : benjolan di daun telinga daerah
konka, warna sama dengan warna kulit.
Cairan : antara tulang rawan dan pericondrium
Keluhan : benjolan yang tidak sakit
Penyebab ?
Terapi fungsi steril --> gips +- 1 minggu -->
supaya pericondrium menyatu dengan tulang
rawan
Jika perikondrium tak melekat --> kambuh
Jika tak steril --> pericondritis
Jika terlalu lama (terlambat) terapinya maka
menetap dan dapat mengeras dan dapat terjadi
Cauli Flowers Ear
ad. sewaktu di gips jangan kena air !

perlu

2. Fistula Preaurikuler
Oleh karena gangguan pembentukan daun
telinga misalnya embrio
Gangguan fusi embrional brachial 1 dan 2
Herediter dominan
Fistel : di depan tragus / sekitarnya, muara
fistel mengeluarkan cairan mukoid
Jika sudah sering kambuhg gangguan selulitis,
abses,
pioderma
dll
harus
dioperasi
fistelektomi.

Kelainan Liang Telinga


1. Serumen
Merupakan hasil produksi kelenjar sebasea dan
kelenjar serumen.
1/3 luar liang telinga
Lunak normal s/d padat
Normal untuk proteksi : membawa kotoran
Tertumpuk : prup --> pendengaran turun
Cair dan lunak --> dibersihkan dengan kapas
Keras --> pengait / kuret
Sukar --> karboglisering 10% --> irigasi, isap

Berobat karena obstruksi dan infeksi :


pioderma / selulitis facialis.
Pemeriksaan :
- Metilen biru 2% --> panjang fistel untuk
penuntut operasi (karena bentuk kantung
dapat macam-macam)
- Fistulografi (jarang)
Keluhan (-) --> operasi (-)
Infeksi :
- Eksisi intoto
- Kambuh

ad. Normal serumen akan menguap sehingga


tidak menjadi masalah. Jika membersihkan
serumen harus melihat liang telinganya,
terutama pada bayi dan anak-anak.
2. Otitis Eksterna
- Radang bakteri
Sukar dibedakan dengan jamur, eksim,
infeksi virus, sering karena trauma ringan,
kelembaban
- Otitis eksterna sirkumskripta (furunke)
1/3 luar liang telinga --> adnexa kulit -->
kelanjar
Staph. aureus atau albus
Keluhan : nyeri hebat
Terapi :
- Insisi
- Antibiotik sistemik / lokal

3. Lop Ear : Bats Ear


Daun telingah :
- Lebih lebar
- Lebih berdiri
Fisiologi :
- Gangguan pendengaran (-)
- Gangguan psikis / estetik --> operasi
plastik

339 545 880 009 489 506 749 182

- Analgetik
Otitis eksterna difusa
2/3 dalam liang telinga : hiperemis / edem,
batas tidak jelas
Dapat pseudomonas
Gejala : Otitis eksterna sirkumskripta -->
sekret ++
Terapi : tampon --> antibiotik --> analgesik
3. Otomikosis
Kelembaban tinggi --> sering di Indonesia
Karena Apsergilus - C. albicans
Keluhan : gatal
Terapi : salep anti jamur
Larutan asam asetat 2 - 5% dengan alkohol
4. Infeksi kronis
- Infeksi bakteri / jamur
- Trauma berulang
- Benda asing
--> penyempitan liang telinga (stenosis liang
telinga) --> rekonstruksi
5. Otitis Eksterna Maligna
DM (terjadi infeksi bakteri di liang telinga)
Pseudomonas (kuman penyebab biasanya)
Osteomyelitis --> parese fasialis, parase saraf
otak lain
Terapi : eksisi luas --> antibiotik
Kontrol DM
Keluhan : nyeri hebat di liang telinga

adalah adanya fenomena rekrutment (contoh


pada orang lanjut usia)

Anamnesis

Tuli Saraf (K)


- Bicara keras --> karena
suaranya sendiri tidak
terdengar
-

Lebih enak berkomunikasi


di tempat sepi (karena
suara
latar
belakang
sangat mengganggu =
coctail party deafness)

Bising latar belakang


sangat mengganggu

Tuli Konduksi
- Bicara pelan --> karena
lateralisasi pada telinga
yang sakit (contoh pada
OMSK)
- Lebih enak berkomunikasi
di tempat yang ramai
(sebab
bising
latar
belakang
tidak
mengganggu = fenomena
Paracusis Willisi)
- Bising latar belakang
tidak mengganggu

ad. Paracusis adalah sesuatu yang berlawanan


dengan hal yang seharusnya (pada tempat yang
ramai --> orang bicara keras --> dia
mendengar dengan baik / lebih enak)
Presbikusis
= Tuli akibat usia lanjut (proses degeneratif)
Patologi : presbikutis prekoks
1. Tuli mendadak
Adalah tuli yang terjadinya secara tiba-tiba,
jenis ketuliannya
tuli
saraf
cochlea,
penyebabnya tidak dapat langsung diketahui,
biasanya terjadi pada satu telinga --> karena
prinsip seperti stroke (dapat bilateral jika
terjadi spasme)
Termasuk kegawatan dalam bidang otologi
karena jika penanganan tidak cepat dapat
terjadi tuli permanen.
2. Tuli akibat bising (NIHL)
Ialah kurang pendengaran yang terjadi akibat
terpapar atau terpajan bising yang cukup keras
(>85 dB) dalam jangka waktu yang cukup
lama 5 tahun atau lebih, biasanya disebabkan
oleh bising lingkungan kerja atau tempat
tinggal, jenis ketuliannya tuli saraf koklea dan
umumnya terjadi pada kedua telinga -->
karena kedua telinga terpajan bising.
3. Tuli akibat intoksikasi obat
Ialah kurang pendengaran yang disebabkan
oleh obat yang bersifat racun terhadap telinga
(ototoksik drug) yang dapat terjadi perlahanlahan atau secara tiba-tiba, jenis ketuliannya
tuli saraf koklea dan biasanya terjadi pada
kedua telinga --> karena sifat pengobatannya
sistemik

Kelainan Telinga Dalam


Tuli mendadak :
- Stroke non hemorhagis
- Karena sumbatan aliran darah
- Lebih membahayakan fungsinya
Kelainan telinga dalam :
- Tuli akibat bising (noise induced hearing loss NIHL)
- Tuli mendadak (sudden deafness)
- Tuli akibat obat ototoksik
- Tulis saraf pada geriatri (pres bikusis)
Presbikusis prekok --> terjadi pada umur 40-an
Diagnosis
- Anamnesis (penting)
- PF THT (otoskopi) t.a.k
- Pemeriksaan pendengaran (tes penala dan
audiometri nada murni) : tuli saraf koklea
- Pencegahan --> penting ! (karena irreversibel)
- Rehabilitasi :
- Suara
- Pendengaran
- Implan koklea
Mengembalikan fungsi semaksimal munykin
yang sudah pernah dipunyai, yang hilang atau
berkurang

Sudden Deafness
Anamnesis :
- Terjadi (pasti) secara mendadak
- Biasanya pada satu telinga
- Biasanya terjadi pada saat bangun tidur
(karena adanya perlambatan reaksi terhadap
kasus akut)

ad. Perbedaan khas antara tuli / gangguan


pendengaran di cochlea dan di luar cochlea

Etiologi :

10

Tidak jelas (iskemi koklea, virus) --> tidak


dapat langsung diketahui, dapat virus mumps,
influenza, trombus emboli, dll

Kelumpuhan N. V : (sehingga fungsi M. tensor


tymphani menurun)
- Carsinoma nasofaring yang menginvasi N. V
- Myastenia gravis --> suara dapat menghilang,
otot-otot pernafasan juga dapat lumpuh dan
menyebabkan kematian.

Patologi :
- Kelainan pada koklea (sel gangglion, stria
vaskularisasi, ligamen spiralis dan sel-sel
rambut) --> kegagalan neurovaskular karena
insufisiensi vaskular / aliran darah

Yang bisa direm dengan alat pertahanan adalah


suara keras yang frekuensinya rendah (karena
untuk menghantarkannya lebih sulit vs frekuensi
tinggi lebih mudah dihantarkan)
Euforia : terjadi vasodilatasi sehingga peredaran
darah masih cukup memberi O2 ke telinga dalam.
Lebih aman / terlindung dari suara keras

Ad.
- Perhatikan bahwa ada kejadian yang tiba-tiba
atau perlahan
- Penyakit yang akut lebih banyak sembuhnya
- Penyakit yang kronis biasanya tidak dapat
disembuhkan
Sudden deafness ada yang tidak dapat semb uh
karena adanya faktor resiko.
Intoksikasi obat perlahan-lahan, contoh akumulasi
streptomycin
Intoksikasi obat akut, contoh : garamycin,
gentamycin
Frekuensi tinggi ~ panjang gelombang pendek
Dalam telinga tengah ada pertahanan alamiah
terhadap suara frekuensi tinggi atau terlalu keras :
a. M. stapedius mempunyai origo pada
prominensia
piramidalis
pada
dinding
belakang cavum timpani dan insersi pada
tulang stapeidus
b. M. tensor timpani
NIHL
- Harus ada riwayat kerja di
tempat bising

Terjadi perlahan-lahan

Biasanya terjadi pada


kedua telinga
Bising > 85 dB dalam
jangka waktu cukup lama

Kelainan pada koklea


(alat Corti pada frekuensi
3000 - 6000 Hz terutama
pada 4000 Hz) --> karena
getara mekanik

Terapi :
- Tidak perlu ABD : jika frekuensi 500 - 2000
Hz masih normal, karena berarti masih dapat
mendengar
- Perlu ABD : frekuensi 500 - 2000 Hz tidak
normal
4000 Hz menukik tajam
- Implan koklea : tuli total bilateral
Ad.
Pada kelainan akut selain ada kemungkinan besar
untuk disembuhkan juga sering diikuti vertigo -->
pada keseimbangan telinga jika terjadi perbedaan
secara tiba-tiba maka akan terjadi sensasi vertigo
(sedang jika kronis tidak terjadi karena telah
terjadi inhibisi sentral) --> sebagai kompensasi
perlahan-lahan.

Intoksikasi obat
- Disuntik / makan obat
ototoksik
- Ada / tidak kelainan
fungsi ginjal (sebagai
organ ekskretoar)
- Terjadi tiba-tiba atau
perlahan
- Biasanya pada kedua
tleinga
- Obat
ototoksik
(streptomisin, kanamisin,
garamisin, kina, asetosal,
dll)
- Kelainan pada koklea
(alat Corti) --> intraseluler
terdapat ditengah dengan
alat sumbat telinga dsb

Neurilemoma : tumor yang tumbuh bermacammacam dalam meat.arc.int yang berjalan macammacam saraf yang paling tahan adalah N. facialis.
Jarang terjadi vertigo karena kompensasi sentral
secara
perahan-lahan
sesuai
perjalanan
penyakitnya.
Stress :
- Fisik : lari-lari, olah raga, dll
- Mental / psikis ~ menyebabkan vasokonstriksi
Pengobatan O2 hiperbarik : O2 tidak hanya dapat
melalui Hb namun juga melalui plasma ke daerah
yang dituju.

Bells palsy ~ terjadi hiperacusis (tidak tahan


mendengar suara yang keras) --> karena
kelemahan
Promontorium adalah dinding bagian dalam
cavum timpani --> semicanal M. tensor timpani
--> dipersarafi cabang N. V : N. maxillaris, fungsi
menarik tangan maleus sehingga membran
timpani menjadi tegang --> sukar meneruksan
energi suara ke dalam (dipantulkan > 95%)
Jadi M. stapedius dan M. tensor tymphani bersifat
sinergistik.

11

339 545 880 009 489 506 749 182

SUMBATAN / OBSTRUKSI LARING


2 Februari 2000

3. Trauma (segala macam trauma)


4. Tumor jinak
Tumor ganas
5. Kelumpuhan nervus rekuren bilateral --> dapat
disebabkan oleh sentral atau trauma (sering
pada pasca tiroidektomi) --> parese pita suara
sehingga tidak bisa membuka atau menutup

Patofisiologi
- Laring merupakan suatu organ yang
merupakan bagian dari saluran pernafasan
- Berfungsi untuk fonasi (dengan menggerakkan
otot-otot penggerak pita suara)
- Laring dewasa dan balita berbeda
- Mukosa (konus elastikus)
- Letak (anak lebih tinggi)
- Kerangka laring (anak lebih lunak) -->
perbedaan gejala dan gangguan

Gejala dan tanda :


1. Suara serak
2. Stridor inspirasi (vs asma : stridor ekspirasi)
--> sumbatan jalan nafas atas
3. Sesak nafas --> jika sudah menutupi jalan
nafas
4. Cekungan :
a. Suprasternal
b. Supraclavicula
c. Epigastrium
d. Sela iga
5. Sianosis jika sudah lama terjadi hipoksia
(kadar O2 darah << CO2 >>)

Fungsi laring :
a. Proteksi : refleks batuk supaya tidak terjadi
aspirasi benda asing
b. Pernafasan
c. Membantu proses menelan : glotis menutup
dan laring bergerak ke atas sehingga makanan
bergerak ke bawah
d. Bersuara
- Arus udara - paru/sistem pernafasan
- Pembentukan suara - pita suara
- Resonansi suara - faring dan mulut
- Koordinasi dan kontrol - pernafasan

Stadium
(Jackson)
-->
mempengaruhi
prognosisnya
1. Stridor, sesak nafas belum terlalu berat,
cekungan suprasternal sudah mulai ada -->
pasien belum begitu gelisah, tindakan medika
mentosa, observasi dan beri O2
2. Stridor dan sesak nafas lebih jelas, cekungan
suprasternal lebih dalam, mulai ada cekungan
epigastrium --> tindakan lebih agresif dengan
siap-siap melakukan tindakan emergency
3. Sesak lebih hebat, cekungan semua daerah (A)
dan pasien gelisah --> harus melakukan
tindakan trakeotomi / krikotirotomi
4. Seluruh gejala dan tanda lebih berat dan jelas
sampai dengan asfiksia --> pasang intubasi /
endotrakea atau tracheostomi

Gangguan fungsi
a. Pernafasan :
- Sesak / tersumbat
- Berbunyi
- Nyeri
b. Menelan :
- Nyeri
- Sulit menelan
- Rasa mengganjal
- Kemungkinan regurgitasi
c. Bersuara :
- Afoni
- Sesak / disfoni
- Muffled
- Sengau
d. Ventilasi --> sumbatan tube eustachius
e. Proteksi :
- Batuk
- Terselak

Diagnosis :
- Berdasarkan gejala dan tanda dipastikan
dengan laringoskopi langsung atau tak
langsung
- Pemeriksaan
radiologik
hanya
sebagai
penunjang bila keadaan memungkinkan -->
soft tissue leher AP dan Lateral, CT Scan
terutama jika dicurigai tumor
Untuk emergency --> atasi dulu kedaruratannya
--> baru pemeriksaan radiologi

Turelam
Edema 1 mm daerah subglotis anak usia kurang 1
tahun --> sumbatan lumen trachea 50%
Sedang pada orang dewasa hanya 20%
Gejala anak berat, gejala dewasa tidak begitu
berat.

Penanggulangan
Tergantung stadium, berupa :
1. Konservatif
- Obat-obatan : anti alergi, anti inflamasi
- O2 intermiten
2. Operatif : (tindakan intervensi)
- Trakeostomi
- Intubasi --> dapat orotrakea atau
nasotrakea
--> stadium 2 dan 3
- Krikotirotomi --> pada stadium 4

Penyebab obstruksi :
1. Radang :
a. Akut :
- Difteri
- Non difteri (non spesifik)
b. Kronik : tb, lues
2. Benda asing

12

Intubasi : memasukkan pipa endotracheal dari


mulut / hidung tujuan untuk membebaskan jalan
nafas

Sumbatan laring :
Anamnesis dan pemeriksaan fisik
a. Stridor
b. Sesak nafas
c. Cekungan
d. Suara parau
e. Sianosis

Cricothyrotomi
- Tindakan live saving, tidak permanen
- Keuntungan dapat dilakukan kapan saja,
dimana saja dan oleh siapa saja
- Yang lega artis adalah menggunakan jarum
besar

Sumbatan laring --> tindakan segera


1. Bebaskan jalan nafas
2. O2
3. Laringoskopi
4. Intubasi / trakeostomi / krikotirotomi

1. Pasien tidur ekstensi


2. Kemudian diraba : laki-laki jakun ~ cartilago
thyroid --> di bawahnya ada daerah yang
cekung
dan
lunak
yaitu
membrana
crycothyroid --> aman tidak ada pembuluh
besarnya
Di dalam cartilago thyroid ada pita suara /
laring
3. Aspirasi untuk menghisap O2 / darah.
Posisi menusuk miring tidak terlalu dalam
(karena dapat menusuk esophagus)

Radang :
- Difteri --> trakeostomi, ADS
- Non difteri --> antibiotik, kortikosteroid
Tumor laring --> mikrolaringoskopi :
- Jinak : ekskrpasi
- Ganas
Sesak nafas 2 - 3 : tracheostomi

Fungsi selain untuk oksigenasi juga dapat untuk


penghisapan lendir, merupakan tindakan live
saving --> tidak ada kontra indikasi kecuali tidak
dapat merabanya
a. Area of penetration identified
b. Seathed needle inserted through cricothyroid
membrane, trachea identified when air
aspirated
c. Needle remove, plastic cannula atached to
jetting device, stabilized by hand

Kelainan kongenital laring --> intubasi (< 1


tahun)
- Laringomalasia --> paling sering
- Tracheomalasia
- Lesi anatomik
- Kelumpuhan pita suara
- Anomali pembuluh darah
Paresis postikus bilateral --> trakeostomi
Pasca tiroidektomi

Tracheostomi (harus dilakukan oleh dokter)


1. Posisi pasien tidur ekstensi maksimal dengan
mengganjal bantal di bahu supaya cincin
trachea teraba /menonjol ke depan (terangkat
ke atas)
2. Patokan cartilago thyroid kemudian turun ke
bawah ada incisura jugularis di atas sternum
3. Daerah aman, pertengahan crycoid dengan
sternum
4. Insisi dapat tegak lurus atau horizontal
(bergantung kebiasaan)
Vertikal lebih enak dimana kosmetik lebih
buruk (vs horizontal)
5. Sebelum insisi lakukan anestesi lokal --> insisi
2 - 3 jari di atas incissura jugularis kemudian
dibuka lapis demi lapis hingga ditemukan
thyroid (hindari trauma karena perdarahan >>)
--> sebisa mungkin jangan dipotong,
disingkirkan saja
6. Normal --> cincin trachea 3 - 4
Dilakukan pelubangan --> prinsip membuat
lubang supaya dapat membuat masuk canul
trachea.
Pembuatan lubang harus sesuai dengan
canulnya --> sesuai untuk trachea pasien

Trauma laring --> eksplorasi, trakheostomi


Benda asing --> perasat Heimlich, laringoskopi
Keaadan sesak nafas berart langsung tracheostomi
Pemeriksaan penunjang :
- Laringogram
- CT Scan (atas indikasi)
--> pada sumbatan jalan nafas penatalaksanaan
bergantung
stadiumnya.
Stadium
>=
2
pertimbangkan tracheostomi
Tujuan eksplorasi
- Menghidari sikatriks / sequalae
- Mencari sumber-sumber perdarahan -->
kemudian
tracheostomi
untuk
mengistirahatkan laring
Laringogram : dengan memasukkan kontras -->
efek samping >>
Sekarang sudah tidak dianjurkan lagi diganti
dengan soft tissue leher
Untuk melihat kontur laring

Canul :

13

339 545 880 009 489 506 749 182

- Logam
- Plastik
Dapat dengan atau tanpa balon
Pertama sebaiknya dengan balon --> untuk
mencegah aspirasi
Kemudian kanul dapat dihubungkan dengan
O2 ataupun tidak jika pasien sudah dapat
bernafas spontan

Dinilai :
- Bentuk pita suara : normal putih, licin,
simetris, ada massa atau tidak
- Pergerakan pita suara :
- Abduksi --> pasien disuruh inspirasi
- Adduksi --> pasien disuruh menyebutkan
hurup I
Laringoskopi langsung dengan laringoskopi
- Anestesia --> epiglotis tidak diangkat -->
hanya melihat saluran
- THT --> epiglotis diangkat --> melihat pita
suara

Penting :
a. Pemilihan kanul sesuai dengan trachea
b. Pembuatan lubang fascia pra trachea harus
benar-benar bersih
c. Pada pembuatan lubang harus sesuai besarnya
dengan kanul
d. Atasi perdarahan (di tengah biasanya aman
karena tidak ada pembuluh darah besar)
e. Perawatan pasca tracheostomi

Mikrolaringoskopi dapat dilakukan


untuk tumor yang kecil-kecil

terutama

Kelainan kongenital :
Wepped adanya selaput diantara pita suara, terapi
dirobek selaputnya

Perawatan
- Menjaga kanul jangan ditutupi lendir -->
suction
- Menghindari nekrose di daerah trachea -->
balon diganti
- Perawatan luka operasi jangan sampai timbul
infeksi

KELAINAN SEPTUM
1. Septum Deviasi
2. Hematoma Septum
3. Abses Septum
4. Perforasi Septum

Pada penyakit yang dapat disembuhkan contoh


karena radang atau tumor jinak --> dapat
dekanulasi yang dalam 2 - 3 hari akan menutup
spontan jika tidak ada komplikasi infeksi.
Dekanulasi --> jika yakin penyakitnya sudah
hilang.
Jika perlu dapat dibuat lubang yang permanen

Septum : tulang yang membagi hidung kiri kanan


(cavum nasi dextra dan sinistra)
ad.1. Deviasi = penyimpangan --> bengkok ke
salah satu atau ke dua arah
Normal lubang kiri kanan simetris dan sama
besar, septum ditengah dan lurus

Pada pasien pasca tracheostomi tidak dapat


bersuara karena udara tidak sampai ke laring

Pot. samping / anatomis


Septum :
- Perpendiculare plate
- Cartilago quadiangulare --> septum
Garis pemisahan penting untuk operasi
Tulang bagian belakang dan bawah : vomer -->
hati-hati jangan terangkat pada operasi septum
karena banyak pembuluh darah di bawahnya

Pada pasien dengan Ca laring biasanya dilakukan


laringektomi (seluruhnya pada stadium 2 - 3) dan
dari trachea dibuat lubang langsung dibelokkan ke
kulit --> dapat latihan dengan suara perut atau
esophagus karena pita suaranya sudah tidak ada.
Kelainan kongenital biasanya sebelum 1 tahun
dilakukan intubasi dengan harapan jika setelah
besar ototnya menjadi lebih kuat dapat dilakukan
ekstubasi (contoh : tracheomalasia)

Septum Deviasi
Penyebab :
- Gangguan pertumbuhan / bawaan
- Didapat umumnya karena trauma

Pada pasien pasca tracheostomi dianjurkan


melakukan humidifikasi contoh dengan menutup
lubang memakai kassa basah.

Deviasi pada bagian tulang :


- Dapat ke kiri atau ke kanan
- Dapat ke kiri dan kekanan = seperti hurup S
- Spina : gambaran seperti duri tajam
Krista : deviasi berbentuk panjang anterior -->
posterior, ujung-ujung biasanya tidak ratah
Dapat menyebabkan kelainan lain selain
tersumbat

Pada pemasang laringoskopi tidak langsung yang


penting adalah kooperasi dari pasein -->
diberitahu apa yang akan kita laksanakan.
Terlihat :
- Epiglotis
- Pita suara asli dan palsu
- Antenoid

Spina --> keluhan sering keluar darah

14

Alergi terdapat hipertrofi / edem mukosa kedua


konka yang banyak mengandung pembuluh darah
--> tertusuk spina

c. Pembengkakan bagian depan septum


Terapi :
a. Insisi mukosa dibagian depan
b. Sesudahnya
ditampon
padat
(supaya
perdarahan berhenti)
c. Antibiotik (harus pada pemakaian tampon)

Etiologi :
- Trauma : lahir, kecelakaan lalu lintas, jatuh
- Kelainan pertumbuhan : batas atas dan bawah
sudah tidak bergerak, namun tulang masih
tumbuh
--> pada bayi sering tersumbat

Komplikasi :
a. Abses septum
b. Nekrosis tulang rawan --> hidung plana
(Saddle Nose) karena meruksan os nasal

Gejala klinis :
a. Obstruksi hidung
- Unilateral : umumnya jika deviasi 1 sisi
- Bilateral : dapat karena deviasi satu sisi
namun
terdapat
hipertrophy
konka
kontralateral
b. Sakit kepala / sefalgia

Abses Septum
Gejala :
a. Suhu badan meningkat
b. Nyeri hidung lebih terasa
c. Obstruksi dapat total

Komplikasi :
- Sinusitis (karena deviasi septum menutupi
muara sinus) --> harus dioperasi supaya
drainage sinus berjalan normal
- Gangguan tuba eustachius (pasien merasa
seperti telinga tertutup atau pendengarannya
jauh)

Klinis :
Pembengkakan kemerahan dan mengkilap di
daerah atap hidung dengan nyeri tekan dan
dapat meluas sampai ke daerah muka
Akibat infeksi langsung atau hematoma septum
Pengobatan :
1. Insisi secepatnya
2. Pasang draine untuk drainage abses / nanah
benar-benar keluar --> paling tidak selama 2
hari
3. Antibiotik dosis tinggi adekuat minimal 1
minggu - 10 hari --> karena komplikasi sangat
berbahaya ke otak contoh trombosis sinus
cavernosus

Pengobatan :
Bila ada keluhan atau komplikasi
- Operasi reseksi sub mukosa (SMR)
- Operasi septoplasti
--> dapat dimodifikasi
Dislokasi --> reposisi (supaya bentuk hidung dari
luar lurus) --> untuk kosmetik

Perforasi septum
- Trauma :
a. Operasi
b. Kateurisasi
berulang
(salah
satu
pengobatan epistaksis)
c. Dikorek dengan jari
- Ulkus :
a. Tumor ganas
b. Infeksi : sifilis, tuberkulosis, jamur -->
sering terjadi karena pemakaian antibiotika
berlebihan
- Zat kimia :
a. Kokain (disedot)
b. Semprotan kortikosteroid
c. Industri

ad : jika tidak ada keluhan dan komplikasi


biasanya tidak diapa-apakan
SMR : membuat insisi di mukosa hidung (dapat
dengan narkose umum atau lokal), mukosa
disuntik dulu supaya lepas dari cartilagonya
kemudian dipotong septumnya dan dilepaskan
dari mukosanya sehingga septum longgar dengan
spekulum hidung septum dipotong keluar, setelah
selesai mukosa hidung dirapatkan dengan sisa
septum di depan dan belakang kemudian dipasang
tampon.
Septoplasti : hanya membuang bagian tertentu
septum yang perlu saja (contoh spina, krista)

Pengobatan :
1. Terapi kausal
2. Segera obati ulkus
3. Perforasi tenang
- Kecil --> biarkan (jika tidak ada keluhan)
--> dapat mengganggu karena seperti
berbunyi pada saat ekspirasi, sebaiknya
dilakukan penutupan

Hematoma Septum
- Kelainan dari septum akibat pecahnya
pembuluh darah submukosa namun mukosanya
utuh sehingga terjadi hematoma
- Fraktur tulang rawan --> hematoma bilateral
Klinis :
a. Obstruksi hidung
b. Nyeri

15

339 545 880 009 489 506 749 182

Besar --> mengganggu --> penutupan


dengan obturator --> mengambil tulang
dari bagian lain

Zat kontras (ke dalam hidung)


CT Scan

Pengobatan
Tujuan : membuka jalan nafas dengan membuat
lubang pada koana dan harus lancar

ATRESIA KOANA
- Adalah tertutupnya lubang hidung dibagian
belakang
- Dapat unilateral atau bilateral
- Dapat total atau subtotal (hanya sebagian yang
tertutup)

Unilateral : tindakan segera (-), operasi 4 - 5


tahun
Bilateral : segera operasi (24 jam pertama)
- Intubasi
- Trakeostomi : terutama jika keadaan umum
jelek

Atresi hidung dapat


- Kongenital karena gangguan pada fetus
(embriologi --> pembentukan kanal tidak baik)
- Didapat : karena infeksi, trauma --> sikatriks

Slide
- Foto dengan kontras tertahan di bagian
belakang tidak dapat masuk ke dalam
nasofaring
- Tindakan untuk operasi
- Jika tulang tipis lebih mudah daripada
tulang yang tebal
- Setelah itu dimasukkan kateter melalui
orofaring untuk mempertahankan mukosa
yang masih berdarah supaya tidak menutup
kembali (selama beberap ahari supaya
lubang menjadi lebih permanen)
- Jika tebal tuang harus diinsisi melalui
aproach dari palatum (tidak dapat hanya
dengan perforasi)

Pengobatan : bedah plastik (dilubangi supaya


koananya terbuka)
Atresia koana
- Kelainan kongenital tersering (1 kasus dalam
800.000 kelahiran)
Ratio bayi perempuan dan laki-laki : 3 : 2
- Kegagalan mukosa bukonasalis mengikuti
evolusi kanal hidung pada fetus 6 - 8 minggu
Atresia terdiri dari :
- Atresia membranous 10% --> mukosa
- Atresia tulang : 90% --> tulang dan mukosa
Tulang tipis --> mudah diperforasi
Tulang tebal --> kelainan dari dasar tengkorak
--> operasi harus dengan persiapan khusus

EPITAKSIS
= perdarahan dari hidung

Gejala klinik
- Unilateral
- Anak > dewasa / besar
- Waktu menyusu (ASI)
--> sulit bernafas, bila lubang hidung yang
terbuka, tertekan payudara
- Sekret lubang unilateral
- Bilateral
- Gangguan pernafasan berat (setelah bayi
lahir)
Sianosis pada anak tenang
Merah pada saat anak menangis --> karena
dapat bernafas melalui mulut

Perdarahan hidung berasal dari :


1. A. sfenopalatina (paling besar)
2. A. palatino disc
3. A. labialis superior
--> cabang dari A. karotis eksterna
4. A. etmoidalis anterior
5. A. etmoidalis posterior
--> cabang dari A. karotis interna (melallui A.
ophtalmica)
--> penting diketahui untuk tindakan ligasi
Plexus Kiesellbach : anastomose dari pembuluh
darah di sini.
Anak-anak hanya dilapisi mukosa tipis sehingga
mudah sekali

60% kasus disertai kelainan kongenital lain :


Charge --> harus benar-benar diperiksa
- Kebutaan
- Kelainan jantung
- Atresia koana
- Hipoplasia genital (laki-laki)
- Deformitas telinga (tuli)

Plexus Kiesellbach (Litles area)


Anastomosis cabang :
- A. etmoidalis anterior
- Cabang nasoipalatina A. sfenopalatina
- A. palatina mayor
- A. labialis superior
--> supf di dalam mukosa, penyebabnya sebagian
besar epistaksis

Diagnosis
- Masukkan kateter : hidung - orofaring (dilihat
dengan membuka mulut)
- Spatel logam : ada / tidak ada aliran udara
ekspirasi (pengembunan)
- Radiologis :

Etiologi epistaksis
a. Lokal (did dalam hidung)
b. Umum (sistemik)

16

Sumber perdarahan (harus diketahui)


a. Anterior :
- Plexus Kiesselbach
- A. etmoidalis anterior
b. Posterior :
- A. sfenopalatina
- A. etmoidalis posterior --> perdarahan
hebat --> syok dan anemia --> iskemia
serebri --> insufisiensi koroner --> infark
miokard --> kematian

Penyebab lokal epistaksis


1. Idiopatik (80%)
2. Trauma :
a. Ringan
b. Pembedahan
c. Irigasi gas merangsang
- Zat kimia
- Udara panas
3. Pengaruh lingkungan :
a. Daerah sangat tinggi
b. Tekanan udara rendah
c. Udara kering
4. Benda asing + rinolit :
- Unilateral
- Ingus berbau busuk
5. Infeksi :
- Rinitis dan sinusitis
- Vestibulitis
6. Tumor :
a. Jinak antara lain hemangioma --> kadang
tidak terlihat karena dibelakang konka
inferior, perdarahan jika konka bengkak
menekan tumor
b. Ganas antara lain Ca nasofaring -->
kadang pasien sudah anemis karena
perdarahan >>

Sikap :
a. Infusi
b. Transfusi darah
--> jadi jika pasien dalam keadaan berat perbaiki
dulu keadaan umumnya
Pemeriksaan Penunjang
Tujuan :
a. Menilai keadaan umum pasien
b. Pengobatan cepat
c. Mencari etiologi
1. Pemeriksaan Lab :
- Darah tepi lengkap
- Fungsi hemostasis
- Uji faal hati
- Uji faal ginjal
2. Pemeriksaan radiologik : hidung - sinus nasofaring

Penyebab sistemis epistaksis


1.a.Penyakit kardiovaskular :
- Hipertensi
- Kelainan darah :
- Sirosis hepatis
- Dm
- Nefritis kronik
b. Peninggian tekanan vena
- Emfisema
- Bronkitis, pertusis, pneumonia
- Tumor leher
- Penyakit jantung
--> harus diperhatikan untuk pengobatan
etiologi
2. Kelainan darah :
a. Leukemia
b. Trombositopenia
c. Hemofilia
3. Infeksi :
a. DHF
b. Influenza berat
c. Morbili
d. Demam tifoid
--> mengganggu mekanisme pembekuan darah
4. Kelainan endokrin :
a. Kehamilan
b. Menarche
c. Menopause
5. Kelainan kongenital
Hereditary Hemorrhargic Teleangiectasis
(Penyakit Osler - Weber - Redu) --> timbul
bercak-bercak perdarahan

Penatalaksanaan :
Tujuan :
1. Menghentikan perdarahan
2. Mencegah komplikasi (dari perdarahan atau
tindakan)
3. Mencegah berulangnya epistaksis (jadi penting
untuk memperbaiki etiologinya)
Pengobatan --> keadaan umum :
- Akut
- Tidak akut
1. Perbaiki keadaan umum
Posisi duduk, setengah duduk (lemah), tidur
(syok)
2. Anak + epistaksis ringan
- Posisi duduk, kepala ditegakkan
- Cuping hidung ditekan ke septum (5 - 10)
--> plexus Kiesselbach seringkali dapat
berhenti
3. Tentukan sumber perdarahan
- Tampon anterior (adrenalin + pantokain)
--> berfungsi jika perdarahan tidak dapat
langsung berhenti
- Alat penghisap (suction) : membersihkan
darah yang menempel
4. Epistaksis anterior
- Kaustik :
- AgNO3 20 - 30%
- As. tri chlorasetat 10%

17

339 545 880 009 489 506 749 182

Elektro kauter : harus hati-hati karena jika


terkena ke tempat lain dapat terbakar
daerah yang normal
Setelah pengobatan pasien harus diobservasi,
jika sudah benar-benar kering boleh pulang
5. Pemasangan tampon anterior
a. Kapas
b. Kain kassa
c. tampon rol kassa
--> vaselin (+) betadine / zat antibiotik
--> ditekan selama 1 - 2 hari, jika keadaan
umum baik pasien dapat pulang namun hatihati
6. Pemasangan tampon posterior
Dengan tampon Belloca --> pasien harus
dirawat 2 x 24 jam sebelum dikeluarkan
7. Kateter foley + balon (dari luar dipompa
sehingga balon mengembang dan menekan
perdarahan bagian belakang)
8. Obat-obat hemostatik
9. Antibiotika
10.Ligasi arteri (jika tidak berhenti juga)
--> dapat cabang yang besar A carotis atau
yang lebih kecil.
A. etmoidalis anterior dan posterior (karena
approachnya lebih mudah)
A. maxillaris --> operasi Caldwell (sulit)

- Salesma / common cold


- Rinitis alergi
c. Rinore
- Salesma
- Sinusitis
- Rinitis alergi
- Rinitis vasomotor
- Rinitis spesifik

Slide :
- kateurisasi dengan zat kaustik --> warna
menjadi putih
- Anterior nasal packing dengan tampon dari
kassa (jika mengeluarkan tidak akan
ketinggalan)
- Kerugian pemasangan tampon terutama dari
hidung adalah terjadinya laserasi yang dapat
bertaut dengna mukosa septum --> synaechia
--> harus segera dilepaskan / digunting

Gejala awal : 1 - 2 hari


- Bersin, tersumbat, ingus cair
- Sakit kepala, pegal, ngilu, demam

Sekret hidung
a. Jernih
- Rinitis alergi
- Rinitis vasomotor
- Rinitis medikamentosa
- Rinitis ...........
b. Purulen
- Rinitis infeksi
- Sinusitis
- Rinitis atrofi
- Rinitis spesifik
- Benda asing
- Infeksi jamur
Rinitis akut
Sering rinofaringitis akut
Prodromal : beberapa jam
- Hidung kering, gatal

Infeksi virus : demam, ingus encer, hidung


tersumbat
Terapi simptomatik : analgetik, dekongestan, anti
histamin
Infeksi sekunder bakteri --> setelah hari ke 3 s/d 5
: demam, ingus kuning
Terapi : antibiotik

RINITIS
-

Non infeksi :
- Alergi
- Vasomotor
- Medikamentosa
- Hormonal
Infeksi :
- Virus
- Bakteri
- Jamur

Rinitis infeksi karena bakteri :


- Sembuh : jika daya tahan tubuh lebih kuat atau
ditambah antibiotik
- Kronik
- Akut berulang
- Sinusitis
Rinitis kronis
- Dapat lanjutan rinitis akut
- aatau karena infeksi kuman sepsifik :
a. Rinitis atrofi (ozaema)
b. Rinitis tuberkulosis
c. Rinitis lepra, sifilis, dll

Gejala-gejala hidung rinitis


a. Tersumbat
- Deviasi septum
- Hipertrofi konka
- Polip
- Tumor
- Benda asing
- Rinitis alergi
- Rinitis vasomotor
b. Bersin

Rinitis Hipertrofi :
- Akibat infeksi / iritasi kronik
- Konka hipertrofi (jarak bertambah, tidak <<
dengan adrenalin), permukaan tidak rata
- Gejala :
- Hidung tersumbat

18

- Ingus banyak, purulen


- Sakit kepala
Dapat +- sinusitis

Mikrobiologi
a. Klebsiella ozaena
b. Klebsiella spp.
c. E. foetida
d. Coccob acilus fuetidis
e. P. aeruginosa
f. dll

Terapi :
- Obat penyakit dasarnya : antibiotik
- Kaustik / kauster konka ~ untuk mengatasi
hipertrophy
- Operasi konkotomi (jika konka sangat besar)
--> jarang total karena dapat terjadi rinitis
atrofi.

Pengobatan :
a. Terapi medikamentosa
b. Terapi operatif (jika gagal)

Rinitis atrofi, ozaema


Terdapat atrofi tulang dan mukosa konka inferior
dan media.
Causa :
- Klebsiella ozaena
- Sinusitis kronik
- OVA, defisiensi B6 --> masih dugaan
- Faktor hormonal --> masih dugaan

Terapi medikamentosa :
a. Cuci hidung
b. Pembersihan luka dengan teratur 2 kali / hari
--> sekret dan krusta dapat ikut larut keluar,
sehingga antibiotik bekerja lebih baik
c. Irigasi sinus maxila --> jika ada sinusitis
maxila
d. Antibiotika
e. Preparat Fe, vitamin A, terapi hormon
f. Antibiotik / gliserin topikal

Klinis :
- Atrofi / hipertofi mukosa dan tulang konka
inferior dan media
--> mengenci lsehingga rongga hidung
menjadi lapang
- Rongga hidung sangat lapang
- Ingus kuning kehijauan (khas)
- Ada krusta kehijauan --> karena atrophy
mukosa sehingga udara nafas menjadi kering
dan ingus cepat mengering
- Nafas berbau busuk (kalau ada kumannya)
- Foto sinus : sinusitis seringkali (penyebab atau
akibat)

ad. Kontrol sebaiknya 2x / minggu


Gliserin diteteskan seperti minyak supaya
krusta lebih mudah lepas saat diirigasi
Terapi operatif (jika medikamentosa tidak
berhasil) --> harus mempertimbangkan berbagai
hal :
- Penutupan lubang hidung (Young --> depan
kulit + kulit, Gadre --> mukosa + mukosa)
--> harus ditutup 2 tahun supaya epitel dapat
pulih
- Operasi flap faring (Hoeksma)
- Penyempitan lubang hidung dengan implan :
silastik, akrilik, tulang, kartilago, plasenta,
triosit, flap osteo periosteal
- FESS : lebih banyak dilakukan, sinus
dibersihkan sehingga tidak sebagai fokal
infeksi lagi
Penutupan non operatif : oblirator silastik (dengan
kancing plastik untuk menutup lubang hidung)

Keluhan :
- Nafas berbau (bau busuk)
- Rasa hidung tersumbat (karena krusta atau
kerusakan ujung-ujung saraf)
- Anosmia (karena atrofi saraf penciuman)
- Ingus dan krusta kehijauan
- Dapat terjadi epistaksis (karena ada end
arteritis dan pelebaran arteriol)
Etiologi dan fakro predisposis
- Infeksi hidung / sinus
- Defisiensi
- Hormonal
- Gangguan pertumbuhan
- Gangguan saraf otonom
- Kondisi tidak higienis

Rinitis Difteri
- Primer atau sekunder (dari tenggorok >>)
- Akut atau kronik
- Kausa : Corynebacterium diphteriae)
Akut
- Demam, toksemia, limfadenitis
- Ingus mukopus campur darah
- Pseudomembran putih mudah berdarah
- Krusta coklat di ........ dan cavum nasi (khas)

Histopatologi :
- Atrofi mukosa
- Metaplasia mukosa : epitel gepeng tunggal /
berlapis
- Sel goblet hilang / berkurang --> jadi kering
- Silia abnormal --> tidak berfungsi
- Perdarahan : end arteritis atau dilatasi kapiler
- Atrofi / abs tulang

Terapi :
ADS, penisilin lokal dan sistemis, isolasi (karena
dia menular)
Kronik :

19

339 545 880 009 489 506 749 182

Gejala lebih ringan (jika daya tahan tubuh


anak baik)
Dapat sembuh sendiri
Masih menular

Rinitis Jamur
- Aspergilosis, blastomikosis, candidiasis dll
- Tulang rawan hidung dan septum --> perforasi
- Pseudomembran
- Sekret purulen (+) bau

Tuberkulosis hidung
Lesi granuloma dalam rongga hidung
Infeksi kronik oleh Mycobacterium tuberculosa
Kuman tahan asam, gram negatif
- Infeksi primer : inhalasi droplet terinfeksi
- Infeksi sekunder : dari paru / organ lain

Terapi :
- Sesuai jamur penyebab
- Lokal dengan genitan
dibersihkan)
- Cuci hidung

Gejala :
a. Sering epistaksis
b. Gatal / nyeri ~ luka
c. Obstruksi hidung ~ granuloma / krusta
d. Bau busuk ~ nekrosis jaringan

violet

(setelah

Rinitis Lepra
- Kause M. leprae
- Tipe tuberkuloid
- Tipe lepromatosa
- Tipe boderline
- Dapat terjadi perforasi septum dan deformitas
(mutilasi) hidung
- Terapi : dapsone, rifampicin, cuci hidung

Penyakit yang menyebabkan granuloima selain


tuberkulosis dapat juga dari tumor ganas yang
mirip granuloma sehingga harus diperiksa BTA.
Rhinitis tuberkulosa
- Dapat bentuk noduler atau ulseratif, terutama
pada septum --> perforasi septum
Diagnosis banding : tuberkulosis, jamur, sifilis,
lepra, keganasan
- Sekret purulen dengan krusta
Diagnosis banding : rinitis alergi
Diagnosis psti : BTA + PA (sel-sel datia)

Rinoskleroma
- Klebsiela rhinoscleromatis
- Higiene buruk, pelihara babi
- Afrika, Amerika selatan, India, Pakistan
- Indonesia : Sumatera Utara, Sulawesi Utara,
Bali
Stadium :
- Atrofik
- Granuler / nodular
- Jaringan parut

Diagnosis :
- Kuman tbc / BTA dalam kultur jaringan
- Histopatologi : sel datia Langhans
- Test Mantoux : (+) kuat (besar sekali bahkan
menjadi ulkus)
- Foto Roentgen thorax untuk pengobatan
sumbernya

Diagnosis :
- Pemeriksaan histopatologi (sel bervakuol :
micolix)
- Mikrobiologi : batang berpasang-pasangan
- Serologi

Klinis
- Ingus kental
- Terbentuk krusta
- Jaringan granulasi
- Ulkus / perforasi septum
ad. Kuman paling banyak ditemukan di tepi ulkus

Terapi :
- Streptomycin, tetracylin (antibiotik gram (-))
- Operasi jaringan granulasi / parut
- Plastik / rekonstruksi
Rhinitis dengan hipertrofi tonsil dan adenoid
Fokus infeksi : tonsilitis kronik
- Jalan nafas terganggu
- Nafas melalui mulut, mengorok (gejala)
- Komplikasi : sinusitis, otitis media --> karena
drainage terganggu
- Terapi : adenoidektomi / tonsilektomi --> jika
menyebabkan gangguan

Obat Anti Tuberkulosis :


- Streptomisin
- Rifampicin
- Etambutol
Pembersihan teratur dan cuci hidung
Peringatan : kortikosteroid untuk kasus diduga
granulomatosis
Wagener
memperburuk
tuberkulosis (jadi harus periksa BTA !)

Rinitis dengan kelainan telinga


Hidung tersumbat --> drainage sekret terganggu
--> gangguan tuba eustachius --> OMA --> otitis
media

Diagnosis banding penyakit granuloma h idung


- Granuloma Wagener
- Reticulosis maligna garis tengah
- Sifilis
- Infeksi jamur / mikosis
- Rinoskleroma

Terapi :

20

Antibiotik, dekongestan (tetes hdung maksimal


1 minggu)
Miringotomi, pipa gromet (jika sangat
kesakitan)
Obati alergi

Parosmia : trauma
Kakosmia :
- Epilepsi unsinatus (seperti aura)
- Kelainan psikologik (rendah diri)
- Kelainan psikiatrik

ad. Indikasi obat tetes hidung adalah drainage


sekret --> dapat menyebabkan alergi
Kelainan penghidu

Pemeriksaan :
- Anamnesis (terus menerus atau sewaktuwaktu)
- Rinoskopi anterior --> infeksi, trauma
- Rinoskopi posterior --> infeksi, trauma
- Foto sinus p.n. --> sinusitis
- Laboratorium --> penyakit sistemik
- Pemeriksaan penghidu

Organ pencium
- Reseptor :
- Atap rongga hidung
- Konka superior
- 1/3 atas septum
- Tidak dicapai oleh udara pernafasan normal
Serabut olfactorius --> lamina cribrosa --> bulbus
olfactorius

Pemeriksaan penghidu : belum ada yang baku


Tes sederhana : alkohol, kopi, minyak wangi, feses
(tinja ~ skatol)

Mukosa olfactorius :
Dipuncak cavum nasi, setinggi konka superior dan
1/3 atas septum
Kekuning-kuningan
(lokus
luteus)
karena
mengandung sedikit pembuluh darah)
Dilaisi epitel thorax mempunyai 3 macam sel
1. Sel pencium
2. Sel penunjang
3. Sel basal

Tes amoniak / mentol : rangsang N. trigeminus -->


untuk mengetahui apakah orang benar-benar tidak
dapat menghidu atau berbohong, karena
seharusnya terasa pedih.
Tingkat kerusakan :
- Obstruksi hidung
- Gangguan siklus regenerasi
- Perubahan mukus --> sel reseptor terganggu
- Kerusakan saraf
- Kerusakan sentral

Partikel bau sampai di reseptor jika :


a. Sudah berdifusi dengan mukus / lendir
b. Menghirup udara kuat-kuat
Partikel bau larut oleh cairan pada epitel mukosa
kemudian
merangsang
reseptor
dengan
rangsangan kimiawi.

Terapi lihat penyebab :


- Hilangkan sumber ~ obstruksi
- Obati infeksi
- Stop / ganti obat
- Operasi tumor

Kelainan penghidu :
a. Hipsomia : penghidu kurang
b. Anosmia : penghidu hilang
c. Parosmia : penghidu berubah
d. Kakosmia : halusinasi bau ~ gangguan
kejiwaan
e. Presbiosmia : usia lanjut ~ kerusakan saraf
karena usia
Etiologi
Hiposmia :
- Obstuksi hidung
- Penyakit sistemik, hipertensi, DM
- Obat-obatan
:
anti
cholinergik
antihistamin

Tumor --> di daerah atas hidung


Degenerasi (presbiosmia)

Tidak dapat diobati :


a. Pada usia lanjut yang sudah degenerasi
b. Akibat infeksi virus (> 2 - 3 bulan) -->
degenerasi normal 2 - 3 bulan
c. Trauma
d. Akibat operasi
e. Trauma saraf
POLIP HIDUNG
- Massa di cavum nasi
- Edema mukosa
- Putih keabu-abuan
- Lunak, bertangkai (dapat digaruk)
- Tidak mudah berdarah
- Tidak sakit (tidak saraf)

dan

Anosmia :
- Trauma frontal / oksipital
- Trauma operasi
- Infeksi virus (dapat seperti flu biasa karena
toksin virus merusak saraf) --> dapat
sementara < 2 minggu

Poli hidung adalah pembengkakan dari mukosa


hidung, asal : meatus medius / sinus etmoid
Polip koana : asal sinus maxilla (tumbuh ke
nasofaring), soliter --> jelas terlihat

21

339 545 880 009 489 506 749 182

Mikroskopis :
- Epitel thorax berlapis semu
- Sub mukosa hipertrophy / sembab
- Banyak cairan interstisial
- Sel sedikit, berjauhan : limfosit, mastosit,
eosinofil
- Sedikit pembuluh darah, saraf dan kelenjar
Patogenesis
- Edema mukosa
- Stroma terisi cairan interseluler
- Mukosa
sembab
-->
membesar
-->
menggantung (karena daya berat)
- Turun ke rongga hidung --> terbentuk tangkai
(dapat digerak-gerakan)
ad. Sukar dibedakan antara polip (lunak dan
mudah digaruk) dengan konka yang membesar
karena alergi (keras dan melekat).
Kausa :
- Alergi
- Infeksi kronik
--> iritasi kronik
Gejala :
- Hidung tersumbat menetap dan makin berat
- Hiposmia / anosmia
- Ingus banyak (dapat purulen jika dengan
sinusitis) atau jernih jika hanya dengan rinitis
alergi
- Sakit kepala (karena sumbatan hidung)
Polip
- Tidak sakit
- Tidak berdarah
-

Tumor
- Sakit
- Dapat berdarah (jika
ditusuk)
Biasanya kedua sisi - Satu sisi

Terapi :
- Hilangkan polip
- Obat alergi
- Obati infeksi
--> hilangkan penyebab dan komplikasi
Hilangkan polip
a. Kortikosteroid (jika poli masih kecil) : lokal /
sistemis
b. Polipektomi
c. Etmoidektomi : intra / ekstranasal --> sayatan
antara hidung dan mata
d. FESS

22

DISFONIA

Otot yang menyebabkan ketegangan : M.


crycothyroid
--> cartilago thyroid tertarik ke depan sehingga
pita suara menjadi tegang dan suara menjadi
berubah

Adalah semua gangguan yang menyebabkan


perubahan kualitas suara baik yang mengenai
intensitas maupun pitchnya (nada) dan baik yang
ditera dengan cara objektif maupun denga cara
subyektif ataupun baik yang kelainannya di perifer
sebagai kelainan morfologis (misalnya kelainan
pita suara karena trauma atau parese) maupun
kelainan yang di sentral (--> jika diperiksa pita
suara dan saraf perifer baik) ataupun kelainan
sistemik.
--> jadi pengertian disfornia menjadi luas
Kebanyakan gangguan tersebut menyebabkan sura
sesak namun bukan hanya itu saja contoh laki-laki
dewasa namun suara kecil dan saat diperiksa pita
suara normal --> gangguan quality of voice,
contoh lainnya adalah suara bergelombang pada
pasein Parkinson (suara yang tremor)
Contoh suara serak tumor atau nodul di pita suara.

Pemeriksaan laring
- Indirect laryngoscopy : hanya melihat melalui
pantulan
- Pita suara asli dan palsu terlihat seperti
satu bidang
- Pada saat inspirasi pita suara terlihat
sedikit membuka
Penyebab disfonia karena kelainan perifer :
a. Kelainan kongenital
Dapat berupa :
- Laryngomalasia (perkembangan daerah
laring dan pembentukan cartilago tidak
sempurna sehingga tidak menjadi cartilago
yang matur / rigid melainkan masih
lembek.
Jadi pada saat inspirasi dia akan teratrik ke
dalam sehingga gangguan utamanya
sebenarnya adalah kemungkinan gangguan
pernafasan (fungsi respirasi dari laring
terganggu). Pada bayi seperti ini
kemungkinan gangguan suara dapat ada
atau tidak (karena saat menjerit adalah
ekspirasi)

Disfonia dapat disebabkan oleh tiga hal :


1. Kelainan morfologik (ada kelainan organik) di
perifer
2. Kelainan neurologik (gangguan di SSP)
3. Gangguan sistemik (misalnya gangguan
hormonal)
Disfonia --> tidak lepas dari voice source (anatomi
laring) dan persarafannya.
Terbentuknya suara adalah suatu proses
aerodinamik yang kompleks.
Prinsip : terjadi peninggian tekanan subglotik
kemudian pita suara akan abduksi dan bergetar
kemudian getaran tersebut diteruskan ke ruang
resonansi (hipofaring, orofaring dan nasofaring
dengan daerah hidungnya)

ad. Pita suara asli dan palsu berbeda bidang


dengan ada celah di tengahnya.

Webbed : terbentuk selaput diantara kedua


pita suara yang mengganggu pdkt, getaran
dan gerakan pita suara tersebut.
- Kecil --> yang terganggu adalah fonasi
- Besar --> yang terganggu adalah vonasi
dan pernafasan

Pada kasus-kasus di atas life treatening adalah


respirasi sehingga jika tidak ada gangguan
respirasi diharapkan dengan pertumbuhan
yang baik akan berkembang menjadi normal
(harus feeding dan perawatan yang baik)
namun jika sangat sesak maka kita harus
bertindak
mengatasi
sesaknya
(walau
tracheostomi sebisa mungkin dihindari pada
bayi).
Pada laryngela Webbed secara logis selaput
harus dibuang, sulitnya adalah timbulnya luka
di dua sisi yang berhadapan dan jika pasien
sering sekali adduksi ditakutkan terjadi
synekhia di daerah comissura anterior (yang
jaraknya dekat sekali) --> terpaksa kita
intubasi agak lama

Batas laring adalah bidang yang melalui cartilago


crycoidea.
Laring :
- Supraglotik (di atas pita suara s/d epiglotis)
- Glotis ~ urinaglotis
- Subglotik ~ s/d cart cricoidea
Jadi semua hal yang mengganggu daerah
pembentukan suara (mempengaruhi kualitas
suara) maka akan terjadi disfonia.
Contoh : suara sengau (linolalia) pada tumor di
nasofaring.
Os hyoid merupakan satu-satunya bagian laring
yang terdiri dari tulang.
Cartilago arytenoidea adalah tempat menempelkan
kedua pita suara ~ vocal proses : tempat
menempelnya.

b. Infeksi, dapat akut atau kronik


- Laringitis acuta
Akan menyebabkan tanda-tanda radang
yang membuat morfologi pita suara
berubah (tebal merah) sehingga kualitas
suara juga akan berubah

Suara sangat dipengaruhi oleh gerakan dari pita


suara dan pita suara banyak digerak-gerakkan oleh
otot intrinsik dari laring.

23

339 545 880 009 489 506 749 182

Laringitis kronik
- Yang masih banyak dihadapi adalah
laryngitis tuberkulosis --> diagnosis
pasti dengan pathologi atau swab +
biakan tetapi pada orang lanjut usia
perokok, suara serak, foto Roentgen
tuberkulosis (+) --> harus dicurigai
keterlibatan laring
Lainnya adalah laringitis diphterica
walau sudah jarang namun pada anakanak --> laringitis dengan pseudom
membran yang khas
Hati-hati : obstruksi jalan nafasnya
(bukan disfonia) dan komplikasi ke arah
jantung
Edema di daerahp ita suara atau sub glotik
Dapat karena reaksi alergi
Iritasi di daerah pita suara sekarang banyak
dihadapi karena banyaknya perokok -->
Rankhes Edema --> di daerah lamina
propira yang ............
Hal yang khas adalah edema menyeluruh di
daerah pita suara.
Terapi : menghilangkan edema dengan
suction atau squeze

Hal lain yang dapat menyebabkan disfonia :


c. Trauma dapat :
- Infeksi trauma ~ rigid broncoscopy,
pemasangan pipa endotracheal (terutama
jenis lama)
- Vocal abuse / autogenous trauma
- Contact ulcer
Pada keadaan tertentu fungsi pita suara
diambil alih oleh pita suara palsu --> namun
jika pemakaian suara intensif maka vocal cord
dapat ikut mengambil alih.
False vocal cord menjadi lebih tebal (+) otototot sehingga kualitas suara berubah / tidak
baik getarannya.
Vocal abuse adalah pemakaian suara yang
berlebihan dan salah (memaksakan memakai
nada tinggi / tidak biasa dan intensitas yang
tinggi), contoh pelatih bela diri yang berteriak
tiba-tiba dengan suara keras dan berulangulang sedang pada guru yang mengatur hal ini
dapat dihindari.
Normal ada comfortable pitch dan intensity -->
kemungkinan trauma pita suara <<

d. Tumor dapat dibagi jinak dan ganas


- Tumor jinak :
- Papiloma
- Vocal nodule (dapat tuor atau karena
hiperplasia akibat pemakaian suara
berlebihan --> singers node)
Banyak
pada
orang-orang
yang
memakai suara berlebihan dan salah,
contoh penyanyi yang memaksakan

24

suara tinggi dan rendah sehingga


pemmbebanan terhadap ita suara >>
- Dapat soliter / multipel
- Dapat unilateral / bilateral
--> akan mengganggu pdkt pita suara
sehingga mengakibatkan perubahan
voice quality.
Terapi pada voice nodule adalah remove
nodul dengan operating microscopic.
Di luar negeri banyak dicoba
memberikan voice terapi dengan
menahan beberapa nada yang tidak
sesuai sehingga suasana kerja pita suara
tidak menjadi berat (katanya nodul
dapat mengecil atau yang kecil dapat
menghilang) namun di Indonesia
kurang efektif karena pasien menjadi
bosan akibat berulang-ulang.
Poliposis of true cords : karena iritasi
pita suara yang lama
Papiloma laring / juvenile papilomatosis
laring --> banyak dihubungkan dengan
HPV (condyloma akuminata) pada ibu
pasien.
Suara serak pada bayi / anak --> jika
dilihat pada tonsil dan faring tidak ada
infeksi maka kita harus memikirkan
kelainan di daerah laring dan yang
terbanyak adalah papiloma.
Ada beberapa peneliti mengatakan
penyakit ini adalah karena hormonal
sebab ada beberapa kasus yang hilang
sendiri setelah dewasa --> jadi masih
merupakan masalah besar karena tidak
tahu sebab dan tindakannya (laser juga
belum dapat mengatasinya).
Komplikasinya
dapat
sangat
mengerikan misalnya karena menutup
jalan, jatuh ke ........ dilakukan
tracheostomy ternyata papiloma tersebut
turun ke bawah bahkan hingga ke paru.
Patokan :
- Dewasa tua, perokok, pemakaian
suara >>, suara sesak --> pikirkan tb
atau sesuatu yang tumbuh (mungkin
G)
- Bayi, suara serak, tanda infeksi (-),
dan terapi tidak berhasil -->
pikirkan papiloma laring

Tumor ganas pita suara


Ca yang banyak didapat di daerah laring
adalah Ca sel squamosa.
Dapat mengenai satu atau kedua pita suara
--> menyebabkan penjalaran ke sinus
piriformis sehingga daerah post crycoid
terkena ~ introitus esophagus --> gangguan
esophagia.
Ca di daerah laring akan cepat menjalar ke
KGB --> daerah jugular sup.

Pada Ca laring yang operabel --> dilakukan


pengangkatan laring pasca laringektomi :
diusahakan pasien dapat menggunakan
suara verbal dari esophagus
--> pasien harus menjalani rehabilitasi baik
umum namun yang utama adalah
rehabilitasi suara
Esophageal speech : udara ditelan ke
esophagus kemudian di dorong lagi ke atas
--> kemudian diubah menjadi suara.

Neurologist : pita suara normal, kelainan pada


pengaturan perintah di otak
Cotnoh pada :
- Parkinson peraturan afferen dan efferen
tidak baik sehingga suara bergelombang
jika menyebut hurup A panjang (karena
impuls ke pita suara tidak biak)
- Hal lain spastic disfonia : bicara tersendatsendat seperti tercekik --> karena
inkoordinasi di substansia nigra ~ koord
afferen dan efferen sehingga perintah ke
pita suara tidak baik
- Myastenia Gravis

e. Kelainan saraf perifer


Otot laring intrinsik semuanya disarafi oleh N.
reccurens, kecuali M. crycothyroidus dari N.
laryngitis superior --> paralisis dapat unilateral
atau bilateral.
Pada parese maka sisi yang sehat akan
melakukan kompensasi contoh pada abductor
mencoba menutup.
Contoh bahaya abductor paralyse bilateral
pasca penyumbatan struma --> pita suara tidak
mau membuka --> pasien sesak --> harus
trochaustomy dan diangkat satu sisi pita suara
--> dapat eksternal atau internal approach.

Kelainan sistemik contohnya kelainan di


hormonal juga akan menyebabkan disfonia.

Analisa suara dapat secara :


a. Subyektif : memakai telinga dan otak
- Yang dinilai adalah grade of deviance
(seberapa banyak deviasinya dari suara
normal)
Penilaian 1 - 5 oleh ahli speech
pathologysts. Syarat ia tidak boleh melihat
pasien (sehingga tidak terbawa /
terpengaruhi pasien) --> menggunakan tape
noiseless.
Harus dilakukan lebih dari 1 dan harus
ganjil, harus dilakukan oleh orang yang
independent
/
tidak
kenal,
tidak
berhubungan dan tidak ada kepentingan
sehingga hanya mendengar dan menilai).
Syarat lain antara speech pathologyst harus
mempunyai kriteria yang sama sehingga
perbedaan tidak extreem.
- Raffness / kekasaran
- Brightness / suara lepas
- Kelemahan suara pada usia lanjut =
esthenicity
- Strainness / deffortfull = pengeluaran suara
dengan tenaga
b. Obyektif : menggunakan program komputer
a. Parameter yang dapat dihitung
Contoh : frekuensi, intensitas, energi
b. Gambaran ketidakteraturan accustic form
(tidak sinusoidal)
c. Accustic way form dijabarkan dalam voice
spectogram
Dilihat adanya harmonik dan non
harmonik noise
d. Attitude suara tersebut ~ intensitas
e. Frekuensi

25

339 545 880 009 489 506 749 182

KELAINAN DAN PENYAKIT ESOPHAGUS

Gejala utama kelainan esophagus


1. Disfagia
2. Regurgitasi
3. Odinofagi (sakit menelan)
4. Panas di substernal dan epigastrium
5. Rasa nyeri di sepanjang esophagus
6. Hematemesis
--> tidak semua gejala ini harus ditemukan

Bila fistel kecil, semprotkan biru


metilen ke trakea. Pada esofagoskopi
tampak mukosa esophagus berwarna
biru

ad. Kelainan ini karena tidak terpisahnya


saluran nafas dan saluran cerna. Pada
perkembangan mudigah dan lebih banyak
terjadi pada kehamilan.
Pada bronkoskop terdapat lubang untuk
menghindari kollaps paru dengan memberi
aliran udara ke bronkus sisi lain.
Bronkoskop boleh dipakai untuk esofagoskopi
namun tidak sebaliknya karena dapat terjadi
kolaps paru kontralateral.
Dengan teknologi baru : serat optik broncoscop
lebih flexibel (dapat mengikuti kontur leher)
dan tidak menyebabkan rasa sakit pada
penderita.
Namun kedua alat saling melengkapi.
Rigid broncoscop lebih mudah untuk
mengeluarkan benda asing

Diagnosis kelainan esophagus :


a. Anamnesis terarah
b. Pemeriksaan fisik yang baik
c. Pemeriksaan radiologi :
- Foto polos
- Foto kontras
- Fluroskopi
d. Pemeriksaan manometrik
e. Esophagoskopi --> perlu diingat empat daerah
penyempitan fisiologis --> bahaya robekan
karena alat rigid / kaku, hati-hati banyak
merupakan awal kelainan di esophagus :
1. Crycofaring (diukur panjangnya dari garis gigi
depan)
Normal : +- 18 cm : introitus esophagus
2. Saat esophagus disilang oleh arcus aorta
Normal : +- 23 cm
3. Saat esophagus disilang oleh bronchus kiri
Normal : +- 27 cm
4. Saat esophagus menembus diaphragma :
Normal : +- 38 cm

Divertikulum Esophagus
Diverticulum Esophagus merupakan kantung yang
terdapat di lumen esophagus.
Bentuk divertikulum :
a. Divertikulum desakan (pulsion divertikulum)
b. Divertikulum tarikan (traction diverticulum)
c. Divertikulum kongenital

Kelainan kongenital Esophagus :


1. Atresia esophagus
- Terdapat sumbatan total di proksimal
esophagus
- Jika diberi minum :
- Batuk
- Sesak nafas
- Sianosis
- Terdapat stagnasi cairan mulut dan faring
2. Stenosis esophagus
- Sumbatan tidak total
- Keluhan timbul bila diberi makanan padat
- Diagnosis ditegakkan dari esofagogram,
pakai kontras untuk bronkografi --> hatihati untuk menghindari aspirasi
3. Fistula tracheo esophagus
- 70 - 80% merupakan kelainan kongenital
- Jika diberi minum :
- Batuk
- Sesak nafas
- Sianosis
- Pemeriksaan radiologik :
- Lambung berisi udara
- Paru-paru tampak gambaran aspirasi
- Ditegakkan dengan esofagogram
- Esofagoskopi :
- Bila fistel besar akan terlihat

Dapat juga dibagi menurut tempatnya :


- Divertikulum laring
- Divertikulum bifrenik
- Divertikulum parabronkhial
Divertikulum Esophagus ada yang asli dan ada
yang palsu :
- Asli : ditemukan seluruh dinding esophagus
- Palsu : ditemukan sebagian dinding esophagus
(mukosa dan sub mukosa)
Divertikulum
desakan
merupakan
suatu
divertikulum palsu, terjadi karena defek dari otot /
cacat otot M. crycofaring.
Divertikulum tarikan karena penarikan dinding
esophagus, contoh karena kontraktur jarik pada
pasien tuberkulosis, merupakan divertikulum asli.
Gejala klinis
a. Sumbatan esophagus
b. Nyeri di sternum, epigastrium dan punggung
c. Regurgitasi
d. Rasa terbakar di dada
Diagnosis :
1. Pemeriksaan radiologik

26

2. Esofagoskopi tampak 2 lumen, lumen yang


satu biasanya buntu

Gejala klinis :
- Hematemesis dan melena
- Perdarahan masif

Terapi :
1. Biasanya paliatif
Kantong dibersihkan setiap habis makan
dengan meminum air dalam posisi terlentang
atau miring tanpa bantal tergantung bentuk
divertikulum.
2. Operatif

Diagnosis :
a. Gejala klinis
b. Roentgen esophagus : tampak varises berupa
gambar sarang lebah
c. Esofagoskopi :
- Varises berupa nodul
- Varises berjalan longitudinal berbentuk
rosario

Akalasia
Definisi : adalah keadaan tidak mempunyai bagian
distal esophagus untuk relaxasi dan berkurangnya
gerakan peristaltik esophagus karena diduga
terdapat inkoordinasi neuromuskuler, sehingga
bagian proksimal dari penyempitan melebar (mega
esophagus)

Terapi :
1. Penghentian perdarahan memakai pipa
Sengstaken Blackmore
2. Sklerosing agents (membedakan penyempitan
dengan obat)

Etiologi :
- Belum dapat dibuktikan
- Dihubungkan dengan faktor psikis
Histologik ~ degenerasi sel ganglion plexus
aubach

ad. Pada penanganan yang terpenting adalah


menghentikan perdarahannya.
Esofagitis Korosif
Adalah peradangan di esophagus akibat luka
bakar zat kimia yang bersifat korosif.

Gejala :
a. Disfagia terutama bila menelan cairan -->
karena bergantung daya berat
b. Rasa nyeri di epigastrium
c. Regurgitasi

Zat korosif :
a. Asam kuat H2SO4, HNO3
b. Basa kuat KOH, NaOH
c. Zat organik contoh lisol dan karbol, merusak
jalan yang dilalui

Diagnosis :
1. Gejala klinis
2. Pada fluoroskopy terlihat gerakan peristaltik
kurang, ............ terhenti beberapa lama di
daerah penyempitan, kemudian turun ke
lambung dengan mudah.
3. Esophagogram tampak megaesohagus dan
mouse tail appearance
4. Esofagoskopi : tanda-tanda esofagitis -->
hiperemi dan udem (karena stagnasi
makanan), dan skope mudah dilewati tanpa
penyempitan (vs striktur : sulit)
5. Pemeriksaan manometri esophagus ~ tekanan
spine-esophagus

Zat kimia yang tertelan :


- Bersifat korosif
- Bersifat toksik
Zat organik lebih bersifat toksik
Patologi :
- Basa kuat mengakibatkan nekrosis liquefactum
- Asam
kuat
mengakibatkan
nekrosis
coagulation
- Zat organik mengakibatkan edema di mukosa
Gambaran klinik
Keluhan dan gejala tergantung pada
1. Jenis zat korosif
2. Konsentrasi zat korosif
3. Jumlah zat korosif
4. Lamanya kontak dengan dinding esophagus
5. Sengaja diminum atau tidak
6. Dimuntahkan atau tidak

Terapi :
a. Diet tinggi kalori
b. Antasid, sedatif dan anti kolinergik
c. Dilatasi daerah penyempitan dengan ..............
atau dengan balon
d. Operasi Heller kardiomiotomi
Varises Esophagus

bentuk Esofagitis Korosif


1. Esofagitis korosif tanpa ulserasi (mukosa
esophagus)
2. Esofagitis korosif dengan ulserasi ringan
3. Esofagitis korosif dengan ulserasi sedang

Varises Esophagus : terdapat pada pasien


hipertensi portal.
Merupakan anastomosis antara sistem portal
dengan vena cava inferior.

27

339 545 880 009 489 506 749 182

4. Esofagitis korosif dengan ulserasi berat tanpa


komplikasi
5. Esofagitis korosif dengan ulserasi dengan
komplikasi --> perforasi esophagus

Pada yang tertelan lisol dan karbol terapinya sama


dengan terapi intoksikasi dengan ............... supaya
zat yang tertelan tidak diserap terlalu banyak
(bahaya gagal nafas) dapat dengan bilas lambung
atau pencahar, dll --> jangan sekalipun dilakukan
pada zat korosif karena akan terjadi kontak kedua
kali yang makin berbahaya !!

ad. Berat = dinding esophagus


Esofagitis Korosif dibagi dalam tiga fase :
1. Fase akut (1 - 3 hari)
2. Fase laten (2 - 6 minggu) : keluhan / gejala
kurang
3. Fase kronis (1 - 3 tahun)

Tumor Esofagus
-

Komplikasi :
a. Syok
b. Koma
c. Edema laring
d. Aspirasi pneumonia
e. Perforasi esophagus
f. Mediastinitis
g. Kematian
Diagnosis :
- Pemeriksaan radiologik
- Pemeriksaan esofagoskopi --> tanda-tanda
ulserasi, jika berat harus dihentikan karena
jika dipaksakan dapat perforasi --> harus
diistirahatkan (+) pipa nasogaster.

Gejala klinis bergantung besar tumor :


- Gejala sumbatan
- Disfagia (> 50%)
ad. Harus diingat bahwa lumen esophagus
dapat membesar
Terapi : pembedahan

Penatalaksanaan :
Tujuan mencegah pembentukan striktur

Terapi esophagus korosif :


- Fase akut
- Perawatan umum (< 6 jam : neutralisasi -->
antasid / air jeruk + susu atau putih telur)
- Terapi
khusus
:
terapi
medik,
esophagoskopi --> untuk melihat apakah
efek pemberian obat berlangsung baik
Terapi khusus adalah untuk mencegah
pembentukan striktur --> dapat diberi
kortikosteroid , jika tidak ada kontra
indikasi (untuk mengurangi pembentukan
jaringan fibrosis berlebihan dengan dosis
tinggi 200 - 300 mg selama 3 hari)
Tampering off --> 250 mg selama 3 minggu
(maintenance dose)
Jika tidak diterapi dengan baik akan terjadi
striktur (kronik) --> harus dilakukan
dilatasi hingga 3x berturut-turut jika tidak
berhasil juga harus di operasi (pemotongan
bagian tersebut)
ad. Jika dilatasi naik terus dilator
diteruksan
-

Tumor jinak esofagus


- Jarang ditemukan biasanya jenis myoma
- Dibagi dalam 2 golongan :
1. Tumor yang berasal dari epitel :
papiloma
2. Tumor non epitel :
- Hemangioma
- Fibroma
- Neurofibroma
- Mioma

Tumor ganas esophagus


- Secara histologik digolongkan dalam :
1. Ca sel squamosa
2. Adeno ca
3. Carsinosarcoma
4. Sarcoma
ad. Ca sel squamosa paling sering

Etiologi :
- Belum diketahui
- Diduga :
- Makanan yang mengandung nitrosamin ~
ikan asin
- Alkohol
- Tembakau
- Makanan yang berjamur
Gejala :
1. Gejala sumbatan
2. Gejala penyebaran ke mediastinum
3. Gejala metastasis ke kelenjar limfe
Diagnosis :
a. Gejala klinis
b. Pemeriksaan radiologis ~ double contrast
c. Esopagoskopi : biopsi dan sitologi

Fase kronis
Jika nafas sesak harus dipasang pipa
enotrachea / intubasi bahkan tracheostomi
Jika ada gangguan elektrolit harus diatasi
dengan pemberian infus

Terapi :
- Tergantung pada :
- Lokasi tumor

28

- Jenis tumor
- Ada metastasis
Tumor stadium dini : pembedahan atau radiasi
Tumor stadium lanjut : radiasi paliatif

Benda asing di esophagus


- Biasany di daerah penyempitan fisiologis
esophagus
- 75% terdapat dibawah sphinet cricofaring

2. Anorganik : paku, jarum, batu, peniti,


dll --> sifat emergency lebih kurang
b. Cair :
1. Iritatif : bahan kimia
2. Non iritatif : cairan pH 7,4
c. Gas
Endogen : sekret kental, darah / bekuan,
krusta, perkijuan, membran difteri, bronkolit,
cairan amnion, mekonium, cairan lambung

Benda asing organik : kacang-kacangan


Sifat : reaksi jaringan hebat dengan gejala :
- Laringo trakeho bronkitis
- Toksemia
- Batuk-batuk
- Demam irreguler
- Higroskopik --> lunak --> iritasi mukosa
--> udem, radang, jaringan granulasi di
sekitar benda asing
- Radiolusen --> sehingga reaksi radiologis
baru terlihat setelah 24 jam

Gejala :
- Biasanya gejala sumbatan bergantung pada :
a. Ukuran dan bentuk benda asing
b. Lokasi benda asing
c. Komplikasi yang timbul akibat benda asing
- Yang tersering :
1. Disfagia
2. Adinofagia
3. Regurgitasi
- Kadang-kadang tanpa gejala
- Sumbatan jalan nafas terjadi jika benda asing
berbentuk bulat dan menekan dindin trakea esophagus
- Tajam --> rasa sakit
- Perforasi --> emfisema sub kutis

Benda asing anorganik


Sifat :
- Reaksi jaringan lebih ringan
- Radioopak --> dapat langsung di foto untuk
menilai lokasi
- Jaringan granulasi (periode lama)

Pemeriksaan fisik
- Jika benda asing tepi dan bentuknya tajam,
mungkin terdapat nyeri telan di leher,
pembengkakan dan pasien kesakitan sekali.
- Jika terdapat perforasi esophagus mungkin
terdapat emfisema subkutis.

Gejala sumbatan benda asing saluran nafas dan


saluran cerna tergantung pada :
1. Lokasi benda asing
2. Derajat sumbatan (total atau sebagian)
3. Sifat, bentuk dan ukuran benda asing
Jadi harus mengenali benar-benar apa yang
tertelan / aspirasi karena mempengaruhi
tindakan.
Terbaik minta duplikat ~ untuk mengetahui
apakah dapat diangkap dengan cunam.

Pemeriksaan Radiologik :
- Foto polos esophagus servical dan thorakal AP
dan lateral
- Foto thorax
- Foto kontras
Penatalaksanaan :
- Esofagoskopi dengan cunam yang sesuai
- Operasi : servikotomi dan esofagotomi
Thorakotomi (jikabenda asing sudah sampai
thorax)

Gejala dan tanda aspirasi benda asing


- Stadium 1: permulaan :
a. Coughing (batuk paroximal yang hebat)
b. Choking (tercekik)
c. Gagging (rasa tersumbat di tenggorok)
d. Sputteing (bicara gagap)
e. Wheezing (nafas berbunyi)
f. Cyanosis --> dapat jadi apneu
Stadium 1 biasanya tidak terlalu lama, dapat
hilang sianosisnya jika benda asing turun.
Biasanya pasien datang setelah stadium lanjut
karenanya walau pasien tenang harus
diobservasi dan anamnesis --> minimal 2 x 24
jam
- Stadium 2: interval asimtomatik
- Refleks laring melemah
- Gejala rangsang akut menghilang -->
berbahaya karena diagnosis terlambat
- Gejala dan tanda benda asing tidak ada -->
adanya benda asing diabaikan

Benda Asing di Saluran Nafas dan Saluran Cerna


Definisi (Jackson) :
Benda asing di dalam saluran organ adalah benda
yang berasal dari luar tubuh yang dalam keadaan
normal tidak ada.
--> jadi bila tersangkut
Benda asing saluran nafas
- Eksogen
a. Padat
1. Organik : kacang-kacangan, tulang -->
akut emergency --> harus dikeluarkan
secepatnya

29

339 545 880 009 489 506 749 182

Stadium 3 : karakteristik dengan gejala


komplikasi
a. Obstruksi, erosi, infeksi akibat benda asing
b. Batuk (dapat spasmodik)
c. Hemoptisis
d. Pneumonia
e. Abses paru (jika tidak terdeteksi lama)

dewasa dengan kepalan tangan, pada anak


kecil dengan 2 jari
Sumbatan tidak total
- Benda asing tajam
- Foto Roentgen leher / thorax ~ untuk
menilai lokasi karena radioopak
- Laringoskopi langsung
- Benda asing tidak tajam
- Laringoskopi
- Bila tidak ditemukan bronkoskopi

Benda asing tractus tracheo bronchial :


- Laring --> laringoskopi direct
- Trakea
- Bronkus
--> Broncoskopi
(Diatasnya dapat dikeluarkan tanpa bronchocopy)
-->
dapat
dikeluarkan
sendiri
dengan
largingoskopy tidak langsung dan pasien tidak
harus berbaring.

Sumbatan stadium 2, 3, fasilitas laringoskop dan


cunam tidak ada :
- Trakeostomi posisi trandelenburg --> supaya
benda asing tetap berada di atas stuma
- Rujuk untuk laringoskopi / bronkoskopi

Benda asing di laring


Gejala sumbatan laring tergantung :
a. Besar
b. Bentuk
c. Letak --> melintang, menusuk, dll
Jika menyumbat total --> gejala hebat

Benda asing di trakea


Gejala patognomonik :
- Gejala stadium permulaan diikuti :
- Audible slap --> getaran saat auskultasi di
daerah leher
- Palpatory thud --> getaran saat palpasi
- Asmatoid wheeze --> biasanya menyerupai
asma (jadi diagnosis banding dengan asma)
- Serak
- Sesak nafas
- Sianosis

Sumbatan total laring


Asfiksia --> spasme laring -->disfonia --> atonia
--> sianosis --> apnu (proses hanya beberapa
menit)
Sumbatan tidak total laring (partial)
a. Serak
b. Batuk (croupy cough)
c. Disfonia - atonia
d. Odinofagi (nyeri saat menelan)
e. Wheezing
f. Hemoptysis
g. Sesak nafas (derajat bervariasi)
h. Rasa subjektif benda asing

Diagnosis :
- Anamnesis / riwayat
- Pemeriksaan fisik : auskultasi, palpasi
- Pemeriksaan radiologis daerah leher
- Bronkoskopi
Penanggulangan benda asing di trakea
- Benda asing tidak tajam :
Segera
bronkoskopi
dengan
posisi
trandelenburg
- Benda asing tajam
- Segera bronkoskopi
- Bila gagal :
- Trakeostomi (live saving)
- Servikotomi (THT)
- Torakotomi (bedah thorax)
- Bila bmungkin buat Roentgen leher dan
thorax (jika tidak mengandung resiko) -->
untuk melihat posisi benda asing

Penanggulangan benda asing laring


Sumbatan total
- Benda asing tajam (jarang)
- Segera laringoskopi langsung (jika tidak
ada didorong)
- Bila gagal trakeostomi --> untuk life
saving!
- Benda asing tidak tajam (banyak)
- Laringoskopi langsung
- Pada anak dalam posisi terbalik,
punggung dipukul
- Perasat Heimlich (Heimlich manuever)
- Bila gagal : trakeostomi / krikotirotomi

Benda asing di karina :


- Atelektasis
- Emfisema

Perasat Heimlich--> hanya untuk benda


asing tidak tajam yang menyumbat total,
benda asing bulat di hipoofaring --> jika
tajam merupakan kontraindikasi
Diharapkan dengan penekanan benda asing
akan dibatukkan keluar --> pada orang

Tergantung derajat sumbatan oleh benda asing.


Benda asing bronkus
Gejala dan tanda permulaan :

30

Batu paroxismal, chocking, gagging, sputtering


--> sianosis
--> masuk trakea --> bronkus --> fase
asimptomatik --> fase pulmonum (setelah 24 jam /
lebih jika dibariakn)

Indikasi :
- Setiap kasus aspirasi benda asing tractus
tracheobronchial
- Semua kasus dugaan aspirasi benda asing
- Obstruksi bronkus klinis dan radiologis

Lanjut
- Fase pulmonum : gejala tergantung derajat
sumbatan bronkus
- Emfisema
- Atelektasis
- Drowned lung
- Abses paru
- Fase asimtomatis (< 24 jam)
Gambaran klinis :
- Keadaan umum Roentgen tidak ada
kelainan
- Benda asing di perifer : wheezing
(ekspirasi meningkat)

Indikasi kontra
- Absolut : tidak ada
- Relatif : keadaan umum buruk --> sementara
ditunda

Pemeriksaan Radiologik :
- Soft tissue : posisi leher tegak (AP dan lateral)
- Thoraks : PA dan lateral
- Fluoroskopi : evaluasi saat ekspirasi dan
inspirasi untuk melihat obstruksi parsial

Komplikasi benda asing jika tidak dikeluarkan


dalam periode yang lama.
Untuk periode lama --> perubahan patologik
jaringan
1. Penyakit paru kronik supuratif (akibat benda
asing eksogen / endogen)
2. Benda asing tertutup dengan sekret purulen /
bronkiektasis / abses paru
3. Benda asing tertutup jaringan granulasi

Untuk benda asing saluran nafas < 5 tahun


dilakukan dengan rigid bukan flexibel (serat optis)
karena airway tidak terjamin (karena hanya satu
jalur)
Fiber optic :
- Dapat sampai perifer
- Harus terampil karena channel hanya satu
- Forceps dibuat sesuai benda asingnya

Gambaran Roentgen : emfisema obstruktif (setelah


24 - 48 jam)
- Stadium permulaan : mediastinal shift ke
paru sehat saat ekspirasi
- Pelebaran ruang intercostal

BENDA ASING SALURAN CERNA

Penanggulangan benda asing bronkus


Benda asing tajam :
- Roentgen thorax
- Bronkoskopi segera
- Bila gagal torakotomi

Benda asing esophagus :


Gejala sumbatan tergantung :
1. Ukuran, bentuk benda asing
2. Letak benda asing (pada penyempitan
fisiologik / patologik)
3. Komlikasi oleh benda asing (contoh tajam -->
perdarahan)
4. Lama benda asing tertelan

Benda asing tak tajam :


- Roentgen thorax
- Bronkoskopi
- Fisioterapi : bila perlu setelah bronkoskopi

Tempat penyempitan fisiologik :


1. Servical esophagus (sphinet krikopharingx) -->
paling banyak
2. Mid esofagus : persilangan esophagus dengan
aorta ascendens (thorakal IV)
3. Persilangan esophagus dengan bronkus kiri
(thorakal V)
4. Esohpaghus distal --> hiatus diaphragmatica
--> sphinc gastroesophagus

Bronkoskopi
Adalah suatu cara pemeriksaan atau tindakan
dengan menggunakan broncoscopy.
Kegunaan bronkoskopi pada sumbatan saluran
nafas :
1. Melihat keadaan mukosa
2. Mengambil biopsi
3. Mengambil sekret
4. Mengambil benda asing
5. Mengambil tumor jinak
6. Memperluas lumen yang sempit

Diagnosis :
- Anamnesis
- Gejala dan tanda klinis
- Gambaran radiologik
- Esofagoskopi

Indikasi :
- Untuk diagnosis
- Terapi

Gejala dan tanda sumbatan benda asing esophagus


- Gejala permulaan
a. Disfagia

Bronkoskopi benda asing

31

339 545 880 009 489 506 749 182

b. Odinofagia
c. Hipersalivasi
d. Regurgitasi
e. Muntah (vomitting)
Tanda lanjut : berat badan menurun (tidak
dapat minum dan makan)

Ad. jika sebelum tindakan sudah ada tandatanda perforasi --> tidak dilakukan
endoskopi
Roentgen leher / lateral
- Trakea dan laring tergeser ke depan
- Gelembung udara di jaringan
- Bayangan cairan / abses (setelah beberapa
hari)

Pemeriksaan radiologi :
- Foto polos leher : PA dan alteral
Benda asing radioopak : posisi lateral lebih
jelas
- Esofagogram :
Benda asing radiolusen : tanda inflamasi
penesophagus
- Kelebihan : diagnosis klinis
- Kerugian : benda asing tertutup kontras
(sehingga sulit untuk mencarinya)
- Tidak mutlak dilakukan

ad. Fibr optic tidak dapat melindungi benda asing


yang tajam sedang pada rigid dapat (dengan
scope)

Pemeriksaan radiologik :
- Benda asing tajam :
- Fluoroskopi mulai nasofaring sampai anus
- Roentgen esophagus di tempat benda
terlihat pada fluoroskopi tanpa kontras
- Komplikasi benda asing : emfisema servical,
mediastinal, pneumothorax, piothorax
Komplikasi benda asing esophagus :
1. Gejala : oleh karena aspirasi, radang (benda
asing lama di esophagus)
2. Penekanan trakhea : dispnu, stridor, sianosis
3. Perdarahan : laserasi oleh karena benda asing
4. Perforasi esophagus : benda asing tajam -->
selulitis lokal --> fistula trakeo esophagus
Penanggulangan benda asing esophagus
- Esophagoskopi --> cunam yang tepat
- Benda asing tajam di lambung :
- Observasi tanda perforasi (pylorus)
- Evaluasi Roentgen
- 2 x 24 jam posisi benda asing tertutup -->
laparotomi
Dugaan perforasi (klinis dan roentgen) dengan
emfisema
servical
/
mediastinal
-->
servikotomi / torakotomi
- Benda asing tidak tajam di lambung :
Observasi sampai keluarnya peranum
Perforasi esophagus servikal / torakal
Oleh karena benda asing / alat, tanda :
- Emfisema subkutis / mediastinum
- Pembengkakan leher, krepitasi --> kaku leher
- Demam / menggigil
- Gelisah
- Nadi, RR meningkat
- Nyeri menjalar ke punggung, retrosternal,
epigastrik
Perforasi ke pleura --> pneumothorax -->
empiema
Observasi pasca tindakan : 6 jam

32

OTITIS MEDIA

Malignant --> debris deskuamasi epitel karena


terperangkapnya epitel berlapis gepeng.

Definisi
Pembagian :
- OMA
- OME
- OMSK

OMSK : perforasi gendang kronik dengan


keluarnya cairan (dapat hilang timbul)
--> jika ditangani dengan cepat dan tepat akan
dapat sembuh dengan sempurna

OM :
- OM supuratif
- OMA
- OMSK
- OM Non supuratif
- OM sekretoria :
- Akut : barotrauma (serous)
- Kronik :
- Pasca OMA (serous / lue)
- Alergi
- Tumor
- dll
- OM serosa
- OM efusi

Ada 3 hipotesia terbentuk kolesteatom aquisita :


1. Invaginasi teori : melekut membentuk kantung
2. Migrasi teori : bergerak ke dalam
3. Metaplasia
OMSK dikatakan maligna jika diperkirakan
ada atau sudah ada koloesteatom
OMSK tipe berbahaya : Bony type
Pengobatan :
- Kemoterapi
- Operasi
Sebelum adanya antibiotik, OM banyak
menyebabkan komplikasi intra kranial namun
sekarang
tinggal
OMSK
yang
banyak
menyebabkannya
Jika kita menyebut OMA ~ non perforasi
OMSK jika perforasi menetap 2 bulan --> syarat
untuk melihat perforasi : sentral, marginal /
postero superior dan atik

ad. kronik jika 1 1/2 - 2 bulan diobservasi dulu


OM Serosa diperkirakan tidak membentuk
efusi ternyata ada walaupun tidak sekental OM
Supuratif
Kolesteatom : desquamasi epitel berlapis gepeng
- Kongenital : karena pada masa embriologis
ada epitel kulit yang terperangkap, dapat
terlihat tidak sengaja dengan cerebello pontin
dan telingah tengah --> sering baru diketahui
jika sudah perforasi
- Aquisita --> didapat setelah lahir, sering
berhubungan dengan OMS

Jenis sentral umumnya benign


Jenis marginal biasanya akan terbentuk atau sudah
ada kolesteatom
Jenis atik dapat dipastikan sudah ada kolestateom
Tanda-tanda klinis yang menyokong OMSK tipe
maligna :
- Abses / fistula di belakang daun telinga (90%
terdapat kolesteatom)
- Jaringan granulasi / polip dari cavum timpani
- Terlihat kolesteatom di epitimpani (dberis /
keropeng putih keabu-abuan)
- Pus berbau khas (aroma kolesteatom)
- Bayangan kolesteatom pada foto Roentgen
Mastoid
- Sklerotik di pinggir dan tengahnya hitam
- Kadang tidak terlalu khas kecuali ada
kolesteatom yang sudah besar
Kolesteatom : banyangan radiolusen dikelilingi
oleh radiooapk

Klinis / Patogenesis
OMA :
- Stadium non perforasi
- Sembuh
- OME
- Stadium perforasi
- Sembuh
- OMSK
OMA stadium perforasi tandanya jika terjadi
sebelum 2 bulan, namun jika eksaserbasi disebut
OMSK eksaserbasi akut
Tanda-tanda akut : pulsasi, rasa sakit, dulu
pernah, riwayat keluar air

Komplikasi jika tidak diobati dengan baik atau


terapi tidak tepat
a. OMSK tipe benigna maupun tipe maligna
dapat menimbulkan komplikasi
b. OMSK tipe maligna umumnya dapat
menyebabkan komplikasi yang berbahaya /
fatal

Di negara kita harus diperhatikan OM tuberkulosa


dan OM sifilis
OM adhesiva : gendang tidak perforasi namun
melengket ke medial
OMSK harus dapat dibedakan dengan benign dan
dangerous (malignant) type --> biasanya
disebabkan
antara
lain
karena
adanya
kolesteatoma.

ad. OMSK umumnya tidak menimbulkan rasa


sakit, jika tidak ada penyakit tambahan dan
awalnya gangguan pendengaran ringan -->
bukan gangguan utama

33

339 545 880 009 489 506 749 182

a. Mastoidektomi simple
b. Mastoidektomi radikal (cacat anatomi + tidak
ada perbaikan pendengaran)
c. Mastoidektomi radikal modifikasi
d. Miringoplasti
e. Timpanoplasti
f. Timpanoplasti pendekatan ganda (CAT /
Combina Approach Tympanoplasti)

Gangguan
pendengaran
buka
merupakan
komplikasi karena dapat terjadi pada semua jenis
OMSK.
Gangguan pendengaran dapat terjadi mulai ringan
sampai berat pada kedua jenis OMSK --> pasien
jarang mengeluh gangguan pendengaran jika
ringan apalagi jika unilateral.
Pengobatan OMSK :
1. Hanya konservatif
2. Konservatif + operatif
3. Harus operasi

Komplikasi OMSK
a. Intra temporal :
- Mastoiditis
- Labirinitis
- Parese N. VII
--> umumnya tidak menyebabkan kematian
namun kecacatan
b. Intra kranial
- Trombosis sinus lateralis
- Meningitis
- Abses otak
- Abses ekstradural
- Abses subdural
- Otitic hidrosefalus
ad. Kadang sulit dibedakan antara a dan b -->
protokool : harus dirawat, antibiotik IV dosis
tinggi harus segera diberikan dan buat CT
Scan dengan kontras jika fasilitas ada,
terutama jika ada kejang

Pengobatan konservatif
1. OMSK benigna akut
- Obat cuci telinga H2O2 3%
- Obat tetes telinga
- Antibiotik (oral / parenteral)
- Operasi :
- Bila tetap aktif
- Untuk penyembuhan permanen / ideal
2. OMSK benigna tenang :
- Awasio jangan reinfeksi
- Operasi (ideal)
3. OMSK maligna
- Harus operasi
- Konservatif sementara menunggu operasi
Jenis-jenis operasi pada OMSK :
a. Mastoidektomi simpel

Komplikasi intra kranial jauh lebih sering


ditemukan sebagai akibat OMSK tipe maligna.
Abses otak di Indonesia banyak menyebabkan
kematian karena sedikitnya ahli bedah saraf dan
pasien datang terlambat.
Dulu sebelum ada protokol 70 - 75% pasien
dengan abses otak mengalami kematian, namun
sekarang dapat menjadi 0 - 18%.

Tujuan operasi :
- Penyembuhan permanen
- Menghindari ketulian
- Memberikan fasilitas pada pasien untuk hidup
normal
Operasi pada OMSK benigna akut direkonstruksi
jika sering hilang timbul atau tidak sembuhsembuh walau sudah diberi pengobatan yang tepat
dan mengatasi fokal infeksi misalnya sinusitis dan
pembesaran tonsil.
Antibiotik sangat diperlukan pada fase akut atau
sub akut :
1. Ampicilin / penisilin / sulfa
2. Ampicilin (+) clavulinic acid atau obat-obat
yang dapat mengatasi beta lactamase

Slide :
- Otak sangat dekat dengan cavum timpani dan
rongga mastoid (kedua rongga dibatasi dengan
dinding posterior rongga telinga) --> ini
disatukan pada operasi tipe ABC -->
microsurgery yang sulit dan rumit
- Midle ear cleft : rongga mastoid, cavum
timpani dan tuba eustachius
- Membran timpani normal :
- Tidak ada perforasi
- Cone of light
- Seakan-akan tipis dan ada cande of maleus
- Warna keabu-abuan seperti mutiara
- OMA stadium supurasi : membran timpani
bulging dan terlihat dibelakangnya gambaran
nanah dan hemorargic
Jika tidak diobati dengan baik dapat ruptur dan
menyebabkan OMSK

Antibiotik topikal tidak perlu diberikan dalam


waktu lama bahkan kadang tidak perlu, apalagi
masih banyak obat tetes telinga yang mengandung
antibiotik yang bersifat ototoksik.
OMSK baik benigna maupun maligna dapat
menyebabkan tuli saraf (komplikasi ke telinga
dalam) walau memang banyak tipe maligna.
Operasi sebelah sisi untuk operasi lanjutnya sisi
lainnya dari penelitian dikatakan diberi jeda +- 9
bulan.

Jenis perforasi marginal / postero superior sebalah


pinggirnya dapat mengenai anulus dapat di pars
densa saja tetapi dapat juga mengenai pars
flaccida

Jenis-jenis operasi :

34

OM serosa : gendang utuh dibelakangnya ada


gambaran cairan atau gelembung udara
--> pasien datang dengan keluhan mendengar atau
rasa tersumbat
Marginal dan atik kolesteatom biasanya
hipotesanya adalah migrasi dan invaginasi
Komplikasi OMSK
- Ekstrakranial
- Intrakranial
Akibat OMSK :
- Tuli
- Meninggal
OMSK benign tenang : perforasi subtotal tanpa
nanah
--> terapi miringoplasti (menutup membran
tympani)
Jika terjadi komplikasi maka terapinya harus
timpanoplasti dan mastoidektomi
- Gambaran OM serosa dengan air fluid level
- Glue ear : membran timpani utuh dan
didalamnya terdapat cairan kental yang
retracted
- Kadang-kadang perforasi kecil sehingga tidak
terlihat, karenanya pasien setelah pemberian
obat tetes diminta untuk pumping tragusnya
(melakukan displacement method)

35

339 545 880 009 489 506 749 182

KELAINAN / PENYAKIT FARING

Diagnosis banding :
a. Abses retrofaring
b. Angiofibrom nasofaring juvenilis

Pendahuluan
- Kelainan / penyakit di nasofaring
- Kelainan / penyakit di orofaring
- Pertumbuhan tonsil dan adenoid
Secara fisiologik tonsil dan adenoid -->
hipertrofi
Kurve pertumbuhan tonsil dan adenoid

Terapi :
Adenoidektomi + curetage dengan adenotomi)
Biasanya dilakukan bersama tonsilektomi -->
tonsilo adenoidektomi
Komplikasi adenoidektomi :
1. Perdarahan jika terlalu dalam atau tidak
sempurna diangkat
2. Oklusi tuba (permanen)

Faring berdasarkan hubungan dibagi 3 :


- Hidung --> epifaring = nasofaring
- Rongga mulut --> meso faring = orofaring
- Laring = laringofaring atau hipofaring

ad. Adenoid adalah kumpulan kelenjar limfe yang


tidak mempunyai kapsul (sehingga sulit
diangkat)
--> pengerokan terlalu ke samping dapat
menyebabkan trauma pada muara tuba
sehingga akhirnya terjadi penutupan muara
tuba permanen.

Kelainan juga dapat dibagi di nasofaring,


orofaring dst.
Tonsil ada 3 macam :
- Di nasofaring = adenoid / tonsila pharyngeal
- Di orofaring = amandel / tonsila palatina
- Di dasar lidah = tonsila lingualis
--> walaupun jarang dapat mengalami
kelainan

PENYAKIT PADA OROFARING


Radang :
- Akut --> faringitis / tonsilitis akut
- Kronis

Tonsil selama hidup mengalami 2 puncak


pembesaran
- Umur 5 tahun
- Umur 10 tahun
Kemudian menurun namun tidak akan hilang.
Adenoid mempunyai puncak umur 8 tahun
kemudian mengecil hingga akhirnya hilang pada
umur 15 tahun.

Tonsilitis akut :
- Folicularis
- Lakunaris
- Membranosa --> contoh slide disebabkan oleh
jamur

HIPERTROPHY ADENOID
- Bila sering meradang --> hipertrophy
- Akibatnya :
1. Pernafasan lewat mulut
Menyebabkan :
a. Facies adenoid : ciri khas anak telirhat
seperti bodoh ditandai kelainan gigi
incisivus atas akan menonjol dan mulut
terlihat membuka.
b. Gangguan ventilasi dan drainage sinus
paranasal sehingga mudah infeksi
daerah orofaring ke bawah bahkan
hingga ke paru-paru (karena fungsi
pertahanan hidung tidak berfungsi)
2. Penyumbatan luka
Menimbulkan
radang
dan
dapat
menyebabkan ketulian
OMA --> OMP --> pekak
3. Gejala umum
- Retardasi mental ~ facies adenoid
- Gangguan tidur, tidur ngorok ~
sumbatan nasofaring

ad. Abses
peritonsil
biasanya
merupakan
komplikasi dari tonsilitis akut
Bercak-bercak = detritus --> infiltrasi ke epitel
sehingga epitel terkikis dan jaringan limfoid
superfisial bereaksi
Dapat timbul pada semua umur
Anak-anak lebih sering --> komplikasi
TONSILITIS AKUT
Patologi :
Infiltrasi pada epitel --> terkikis --> jaringan
lmfoid superfisial bereaksi --> infiltrasi sel PMN
(klinis terlihat sebagai bercak kekuningan :
dehitus mengisi kripti)
Dehitus bercak --> folicularis
Dehitus menjadi satu --> lacunakis
--> membranosa
Gejala peradangan tonsilitis akut :
- Suhu tinggi 40oC
- Nyeri menelan (karena pada proses menelanya
palatim dan lidah bergerak)
- Nyeri di sendi-sendi (karena 50% penyebabnya
ada virus)
- Otalgia (refered pain karena N. IX dan X ada
juga cabangnya di telinga
- Lesu dan anorexia (karena penyebabnya
biasanya virus)

Diagnosis :
a. Gejala dan tanda klinis
b. Pemeriksaan digital (diraba)
c. Pemeriksaan sinar x (lateral)

36

Pemeriksaan : tonsil
- Membengkak
- Merah
- Dehitus dapat merupakanf olikel, lacuna dan
pseudomembran
- Limfadenopati (anak-anak)

TONSILITIS DIPHTERICA
Etiologi :
Corynebacterium diphteriae
Kuman --> eksotoksin
Kekerapan :
- Di bawah 10 tahun
- 2 - 5 tahun
- Dewasa dapat juga

Terapi :
- Antibiotik, sulfonamid (sulfa + trimetoprim)
- Analgetik, antipiretika
- Lokal : kumur, obat isap --> isanya desinfektan

Gejala dan tanda


Klinis :
- Gejala infeksi umum
- Perubahan lokal
- Akibat eksotoksin

ad. Fungsi obat kumur untuk higiene mulut dan


dapat ditambah analgetik atau antibiotik -->
hati-hati komplikasi)
Komplikasi :
- Abes peritonsil --> abses parafaring --. slide
pembengkakan uvula ke satu sisi
- Toksemi, septikemi (karena pembuluh darah
leher >>)
- OMA
- Radang paru, endokarditis, artritis --> biasanya
berhubungan dengan kadar ASTO
TONSILITS
/
MEMBRANOSA

ad. Suhu biasanya tidak terlalu tinggi namun


keadaan umumnya jelek
Perubahan lokal : faring dilapisi pseudomembran
bahkan dapat sampai bawah hingga saluran nafas
menjadi sempit (karena disertai pembengkakan
mukosa)
Exotoxin dapat ke jantung, ginjal dan otot motorik
(misalnya mata)
Diagnosis : diagnosis gambaran klinis
Untuk kelengkapan pemeriksaan lab :
1. Preparat langsung
2. Pembiakan
3. Penyuntikan kuman pada marmut

TONSILOFARINGITIS

1.
2.
3.
4.

Septic sore throat


Angina plaut vincent
Difteri
Penyakit / kelainan darah
- Leukemia akuta
- Infeksius mononukleus
5. Proses spesifik : tuberkulosis, lues
6. Infeksi jamur :
- Moniliasis
- Actinomikosis
- Blastomikosis

Spesifik membran pada difteri :


- Warna keabu-abuan
- Melekat erat dengan dasar ~ mudah berdarah
- Dibawahnya terdapat banyak kuman untuk
swab sebelum pemberian antibiotik --> untuk
penunjang diagnosis
Terapi :
- ADS ~ berat dan lama penyakit
- Isolasi
- Antibiotik, kortikosteroid, simptomatik 2 - 3
minggu
- Pengamatan cermat, tumbuhnya komplikasi

ad. Hati-hati pada penderita TPM berulang harus


diperhatikan :
- AIDS / kelainan imunoloik
- Pemakaian analgetik berlebihan yang
toksik terhadap darah (sebelum terjadi
agranulositosis)
Tuberkulosis khas pasien mengeluh nyeri hebat
Tonsilitis dengan bercak-bercak dan keadaan
umum buruk karena makannya terganggu.

Komplikasi :
- Laringitis, makin muda usia makin cepat
timbul
- Karena eksotoksin :
- Myokarditis
- Saraf kranial (motorik)
- Ginjal ~ nefritis

Pembicaraan :
- Etiologi
- Gejala dan tanda
- Pemeriksaan
- Diagnosis
- Komplikasi
- Terapi

TONSILITS SEPTIK
Etiologi : S. hemolyticus (dalam susu sapi)
Indoesia jarang ~ susu dimasak (humidifikasi)

ad. Difteri bukan hanya pada anak bahkan pada


orang dewasa biasanya lebih fatal.

Gejala dan tanda :


a. Demam tinggi 39 - 41oC mendadak

37

339 545 880 009 489 506 749 182

b. Nyeri telan

Kontra indikasi untuk tonsilektomi


berbeda-beda)
1. Cold
2. Infeksi sistemis kronis
3. Adenopati servical
4. Asma
5. Hipertrophy tanpa obstruksi
6. Gangguan perdarahan
7. Cleft palate
8. Sub mucous cleft of hard palate
9. Uvula bifida

Patologi :
- Mukosa hiperemis, bercak putih keabu-abuan,
edema
- Foctor ex ore
ANGINA PLAUT VINCENT
Etiologi :
- Higiene mulut <
- Defisiensi vitamin C
- Keuman spirilum dan basil fusiform

(dapat

Indikasi adenoidektomi :
1. Obstruksi hidung
2. OM serosa
3. OMA residifans
4. Kasus tertentu OMSK
5. Kecurigaan keganasan (nasofaring)

Gejala dan tanda :


- Demam di mulut, gigi, kepala
- Badan lemah
- Mudah berdarah dan hipersalivasi
- Gangguan pencernaan
Patologi :
- Seperti tonsilitis septik
- Hanya membran menutup ulkus

Indikasi absoult :
1. Quinsey = abses peritonsil
2. Obstruksi jalan nafas kronis --> korpulmonalis
3. Biopsi kecurigaan keganasan ~ curigai
pembesaran tonsil unilateral
4. Hipertrofi / disfagi menyebabkan penurunan
berat badan

Diagnosis banding : difteri


RADANG KRONIK FARING
Perhatikan kuman gram negatif
Faktor predisposisi :
a. Iritasi menahun
b. Cuaca
c. Terapi tidak adekuat
d. Higiene mulut
Dua bentuk tonsilitis kronik :
- Hipertrophy (biasa pada anak-anak)
- Atrophy (biasa pada orang dewasa)

ad. Pada abses peritonsil + abses retroauriculer


harus pengobatan sumber infeksi dan terapi
adekuat (jangan hanya insisi + antibiotik)
Untuk melakukan adenoidektomi ada yang harus
menunggu sampai infeksi akut lewat.
Abses peritonsil jika diangkat walau lebih mudah
namun perdarahan >> sedang jika ditunda dapat
terjadi perlengketan namun antibiotik tidak harus
dosis tinggi dan spektrum luas.

Gejala dan tanda :


- Tonsil membesar / melengket --> karena
jaringan limfoid diganti jaringan ikat akibat
infeksi berulang sehingga mengkerut dan
terjadi infeksi di luar kapsul
- Dehitus
- Rasa menghalangi / kering

Indikasi lainnya relatif :


Anak : selain indikasi absolut yang diterima :
1. Residifans (> 3x/tahun)
2. Obstruksi
3. Demam reumatik
4. Post infeksius mononukleous

ad.
T0 : sudah diangkat
T1 : normal
T2 : menutupi pilar posterior ~ palato pharyngeus
T3 : mendekati garis tengah

Anak dengan amandel


menurunya kecerdasan :
- Anak sering sakit
- Daya tahan menurun

Terapi :
- Lokal, higiene mulut dengan :
- Kumur-kumur
- Tablet isap
- Tonsilektomi

Komplikasi :
- Ke sekitar
- Jauh ~ reaksi imunologis

38

membesar

penyebab

Indikasi
tonsilo
adenoidektomi
harus
berdasarkan operasi, tidak boleh ditentukan
berdasarkan 1x pemeriksaan
Fungsi mekanisme pertahanan jaringan
limfoid, cincin Waldeyer pada anak lebih besar
daripada orang dewasa
Obstruksi hidung pada anak harus diingat
peranan alergi disamping oleh adenoid
hipertrofi (harus dipastikan dengan foto
Roentgen lateral)

Selalu harus diingat komplikasi tonsilo


adenoidektomi (hati-hati refleks vagal)
Peranan tonsil sebagai fokus infeksi yang
sudah menjadi kesepakatan (dianut para
pakar). Misalnya : demam reumatik,
glomerulonefritik (contoh lain kulit, mata)

39

339 545 880 009 489 506 749 182

MASALAH DIAGNOSIS DISFAGIA

Disfagia :
- Adalah gejala penyakit atau kelainan
- Disebabkan karena gangguan transportasi
- Sensasi makanan yang tersangkut
Daerah gyrus presentralis --> hipothalamus -->
pusat menelan di batang otak.
Daerah sensitif

Tanda aspirasi ~ sumbatan di atas


Hilang timbul ~ spasme otot
Lamanya : transient ~ radang
Cepat : keganasan
Jenis makanan : padat dan cairan
Kelainan neuromuskuler
Keluhan lain : serak, nyeri dada, dll

Disfagia jarang yang berdiri sendiri misalnya


dengan :
a. Odinofagi : nyeri waktu menelan ~ peradangan
b. Rasa panas di dada
c. Rasa mual dan muntah
d. Regurgitasi
e. Hematemesis
f. Melena
g. Anoreksi
h. Hipersalivasi
I. Batuk
j. Rasa tersumbat di tenggorok
k. Berat badan turun

Menelan merupakan proses integrasi :


- Korteks serebri
- Pusat menelan di batang otak
- Saraf kranial motorik dan sensorik
- Persarafan intrinsik laring dan esophagus
- Kerja otot-otot esophagus
Keberhasilan tergantung :
- Ukuran bolus
- Diameter lumen
- Gerakan peristaltik
- Fungsi sphingcter

Pemeriksaan fisik harus dilakukan keseluruhan


dari alat yang dilalui waktu menelan :
- Orofaring dan leher
- Tanda radang leher
- Kelumpuhan otot rongga mulut
- Tanda parese bulbar : disarti, disfoni, ptosis,
atrofi lidah
- Fungsi saraf kranial : V, X, IX, XII

Mekanisme menalan ...... (halam 234)


Kecuali turunnya makanan bergantung peristaltik
1. Makin ke distal mmakin lambat
2. Perlambatan pada daerah penekanan aorta
3. Padat ~ peristaltik
Cairan ~ gravitasi
Proses :
a. Fase oral : mengunyah + pembentukan bolus ~
disadari
b. Fase faringeal : keadaan tidak disadari (terjadi
refleks)
c. Fase esofagial : juga tidak disadari + gerakan
peristaltik

Pemeriksaan radiologi :
- Foto polos --> rutin
- Foto kontras ~ mukosa
- Cine film atau videotape ~ peristaltik
- CT Scan ~ keganasan esophagus
- MRI ~ kelainan di otak
ad. Contoh foto kontras dinding baik, kontras
turun dan tidak ada filling defect

ad. Pada proses menelan fase faringeal kita


berhenti bernafas karena rima glotis menutup.
Jika gerakan peristaltik bolus dapat sampai ke
lambung.

Pemeriksaan esofagoskopi
Tujuan :
1. Melihat langsung ke dalam lumen esophagus
--> isi, tanda peradangan, kontras turun
2. Melihat mukosa esophagus
3. Melihat kelainan bentuk lumen esophagus

Disfagia : sulit menelan


a. Gangguan mekanik : sumbatan dalam lumen,
kelainan mukosa dan penekanan lumen
b. Gangguan neuromuskuler : sentral, saraf, otot
rangka dan otot polos esophagus --> plexus
Auerbach + Meisner
c. Gangguan emosi : globus histericus

ad. Proximal : thyroid, thymus, kelenjar


mediastinum
Esophagoskopi merupakan tabung kaku dari
metal, harus dalam narkose karena posisi
kepala ekstensi maksimal supaya lurus dan
supaya otot leher menjadi relax.
Flexibel exofagoskopi lebih menyenangkan
bagi pasien, namun biayanya cukup tinggi.
Slide : gambar esofagoskop adenocarcinoma
--> licin (bukan squamous cell : seperti
kembang kol)

Masalah disfagia :
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan penunjang radiologi
4. Pemeriksaan penunjang esofagoskopi
5. Pemeriksaan penunjang manometri
ad.1.
- Jenis makanan : padat atau cair

Pemeriksaan Manometrik

40

--> menilai fungsi motorik peristaltik esophagus,


terutama kasus dengan kecurigaan kelainan
neuromuskuler
--> hasil : gambaran grafik untuk mengetahui
diagnosis
-

Wanita 28 tahun mengeluh sulit menelan sejak


1 tahun yang lalu
--> kecuirgaan sumbatan bagian distal dan
pelebaran bagian proksimal
- Esofagoskopi : rongga besar menuju ke satu
titik --> menyokong adanya achalasia

Pria 67 tahun mengeluh sulit menelan sejak


bangun tidur
Pemeriksaan fisik : tidak ada kelainan
Esofagoskopi : ada benda asing -->
pengambilan benda asing ~ gigi tiruan -->
harus dibuka sebelum tidur

ad. Untuk menarik uang logam yang tersumbat


esophagus lebih mudah dari menarik gigi
palsu, karena kita harus menggambarkan
terlebih dahulu cetakan dan posisi hampir
selalu sama, kecuali jika sudah ada perforasi
Disfagia juga bisa terjadi karena kelainan
kongenital, contoh fistul tracheoesophagus -->
pemeriksaan sebaiknya adalah foto dengan kontras
broncographi.
Disfagia juga dapat karena divertikulum :
terbentuk suatu kantung pada esophagus --> dapat
diperiksa dengan :
1. Foto kontras
2. Esofagoskopi
Terapinya dengan operasi

41

339 545 880 009 489 506 749 182

TRAUMA LARING

Trauma laring L:
a. Tumpul
- Olah raga (karate, silat, basket)
- Kecelakaan lalu lintas (mobil, motor)
b. Tajam (tembus)
- Peluru, pisau, kawat
Patofisiologi trauma tumpul, tergantung dari :
- Berat trauma
- Elastisitas kerangka laring
Yaitu :
Pada anak-anak kerangka laring masih lentur
sehingga jika terkena trauma tidak ruptur.
Pada orang tua kerangka laring sudah
mengalami kalsifikasi sehingga kaku dan
mudah terjadi ruptur.

Tidak langsung : memakai cermin


Langsung :
- Dilakukan di ruangan khusus : operasi
- Dengan laringoskopi
- Dilihat :
- Edema
- Hematoma
- Laserasi mukosa
- Pergerakan pita suara
- Deformitas : pendesakan sehingga
menjadi sempit
- Esofagus (esofagoskopi)
Pemeriksaan penunjang
Radiologik :
- Foto jaringan lunak : AP - lateral
- CT Scan (fractur, sub glotik, komisura
anterior)

Terapi
Tujuan :
a. Menyelamatkan jiwa pasien
b. Memulihkan suara ~ jika memungkinkan

add :
- Pada anak-anak --> jika fraktur masih dapat
kembali normal, paling parah terjadi fractur
cartilago thyroid
- Pada orang tua --> jika trauma tulang tidak
balik normal karena sudah tidak lentur terjadi
multi fracture

Keadaan Gawat Darurat : menyelamatkan jiwa


pasien, yaitu :
Pasien datang dengan stridor inspirasi, sesak berat
--> lakukan :
1. Sumbatan jalan nafas --> trakeostomi
2. Perdarahan diatasi pada trauma terbuka dan
tajam
3. Shock diatasi
4. Hati-hati adanya cedera saraf dan spinal
(cedera tulang servical)

Trauma moderate / tidak terlalu berat, terjadi


perubahan sebagai berikut :
- Edema
- Hematoma
- Mukosa rusak (tidak luas)
--> ad. tidak terjadi fracture !
Trauma berat :
a. Fractur os hyoid
b. Fractur tulang rawan tiroid
c. Fractur tulang rawan krikoid
d. Ligamen putus
e. Dislokasi tulang rawan antenoid
f. Cedera N. reccurens
g. Kriko trakea terpisah

Terapi Medik : bila kelainan laring tidak berat


- Edema, hematoma
- Laserasi ringan
- Fractur tulang rawan tiroid (posisi baik)
--> 1. Pasien dirawat, observasi 24 jam
Jalan nafas, jika memberat lakukan
tindakan tracheostomy
2. Tidur dengan kepala dinaikkan
3. Istirahat suara
4. Obat :
- Kortikosteroid ~ anti udem
- Antibiotik
5. Makanan : cair dan lunak

Diagnosis :
- Anamnesis : riwayat trauma, jenis trauma
Gejala : sesak, nyeri, disfagia, serak diserati
stridor --> kemungkinan trauma laring
- Pemeriksaan fisik :
Leher
- Pembengkakan
- Hematoma
- Nyeri tekan
- Deformitas --> terutama pada laki-laki
karena tulang rawan tiroid menonjol sebab
sudut tulang rawan lebih lancip, jika terjadi
deformitas akan menghilang
- Perdarahan
- Stridor
- Hemoptisis
- Emfisema sub kutis
- Laringoskopi : melihat laring

Terapi Bedah :
Jika ada indikasi bedah yaitu :
1. Laserasi mukosa luas
2. Tulang rawan terbuka
3. Fraktur multipel bergeser
4. Dislokasi tulang rawan aritenoid
5. Paralisis pita suara bilateral
6. Emfisema sub kutis progresif
7. Sumbatan jalan nafas yang memerlukan
tracheostomi
--> Bila ragu-ragu ada atau tidaknya fraktur,
namun ada gejala no. 6 dan 7 tetap dilakukan
tindakan bedah (eksplorasi)

42

Timing Operasi (explorasi)


a. Menunggu beberapa hari (?)
b. Ada beberapa ahli yang mengatakan segera,
karena :
- Infeksi pasca bedah sedikit
- Penyembuhan lebih cepat
- Pembentukan jaringan granulasi minimal

Pita suara :
- Saat inspirasi : membuka
- Saat bicara : menutup
Jika ada dislokasi tulang rawan arithenoid maka
pita suara tidak dapat menutup sempurna.

Pasien dengan fractur laring juga kadang-kadang


ada fractur lain sehingga ditangani oleh bagian
bedah, jika dilihat ada sesak nafas kemudian
dilakukan tracheostomi dan terjadi kesulitan saat
pemasangan canul (karena sudah terjadi jaringan
granulasi) baru di konsul THT ~ namun sudah
terlambat.
Sehingga terapi bedah harus dilakukan paling
lama dalam satu minggu --> karena jika sudah
lebih dari 1 minggu sudah ada jaringan granulasi
dan sulit diatasinya.
Komplikasi trauma laring :
- Pembentukan jaringan granulasi dan fibrous
akan terjadi stenosis laring
- Paresis pita suara karena trauma N. reccurens
Pada trauma leher selain mengenai laring, juga
dapat mengenai tulang servical --> konsul ke
orthopedi atau bedah saraf.
Fractur Vertebra Servical :
Gejala :
a. Leher membengkak dan nyeri
b. Dispnoe
c. Paraplegia atau quadriplegia
Diagnosa : foto AP dan lateral
Terapi :
- Leher dan kepala diimobilisasi
- Sumbatan jalan nafas --> tracheostomi
- Konsul bedah saraf
Bila ada trauma servical harus hati-hati terutama
pada tracheostomy direct karena kepala
mengalami ekstensi.
Bila ragu adanya fractur maka indikasi
eksplorasi :
a. Sumbatan jalan nafas yang memerlukan
tracheostomi
b. Emfisema sub kutis yang progresif
c. Laserasi mukosa yang luas
d. Tulang rawan krikoid terbuka
e. Paresis pita suara bilateral
Komplikasi :
- Stenosis laring
- Paralisis N. reccurens
Bila laring atau leher fraktur maka udara masuk
ke leher bahkan jika berat dapat ke muka atau
sampai ke skrotum karena ada kebocoran sehingga
perlu dilakukan eksplorasi

43

339 545 880 009 489 506 749 182

NASAL ALERGI

Dua faktor untuk menimbulkan reaksi alergi :


a. Sensitisasi terhadap suatu allergen
b. Adanya kontak ulang penderita yang sensitif
tersebut dengan alergen
ad. Jadi pertama kali masih pengenalan, setelah
kontak ulang dengan alergen baru terjadi
reaksi alergi
Ada empat tipe kerusakan jaringan (Gell dan
Coombs)
1. Reaksi tipe I atau reaksi anafilaksis /
immediate hipersensitivity
2. Reaksi tipe II atau reaksi sitotoksik / sitolitik
3. Reaksi tipe III atau reaksi imun
4. Reaksi tipe IV atau reaksi tuberkulin / delayed
hipersensitivity

Rhinitis Allergi Perennial


Adalah penyakit yang disebabkan oleh suatu
reaksi alergi pada hidung dengan keluhan yang
hilang timbul atau menetap tanpa dipengaruhi
oleh musim
Allergen penyebabnya :
a. Sofa kain
b. Karpet
c. Binatang peliharaan
d. Tanaman
e. Dermatophagoides : debu rumah di kapuk
Allergen dapat inhalasi dapat ingestan (yang
tersering)

Reaksi tipe I ~ IgE immediate


Antigen --> meransang sel B --> merangsang IgE
--> IgE menempel pada mastosit yang sudah
tersensitisasi (dipermukaan mastosit sudah ada
tempat untuk mengikat IgE --> IgE menempel di
mastosit) --> ikatan Antigen - Antibodi / cross link
--> degranulasi / pelepasan mediator -->
anafilaksis

Pemeriksaan Fisik :
- Tanda alergi pada daerah muka (terutama pada
anak)
- Allergic facies :
- Hidung tersumbat lama
- Perubahan kontur gigi
- Mulut terbuka
- Mata seperti mengantuk
(Pasien bernafas lewat mulu sehingga
mulut depan maju, juga terdapat pada
facies adenoid)
- Allergic salute : tangan bergerak mengusap
hidungnya berulang kali
- Allergic crease : di atas hidung terdapat
tanda atau bekas garukan
- Allergic shiner : di bawah mata terlihat
biru karena hidung tersumbat dan terjadi
stasis vena (terlihat sejak kecil)
- Rhinoskopi anterior : mukosa hidung terlihat
konka inferior pucat, livide (biru), basah,
sensitif (~ mudah bersin) --> mata berair
- Foto sinus paranasal : penebalan mukosa
karena astium terbuka akibat udem

Allergic mediators :
a. Histamine
b. Eosinofil
c. ECF - A
d. SRS - A
e. PAF
f. BK - A
g. NCF - A
Histamine :
- Pembuluh darah
- Kelenjar ~ hipersekresi
-

Immediate rhinitis symptoms


- Itch, sneezing
- Watery discharge
- Nasal congestion
--> puncak reeaksi : 4 - 6 jam

Chronic angoing rhinitis


- Nasal blockage
- Loss of smell
- Nasal hiperactivities
--> pada alergi yang berat, suilt diatasi dengan
kortikosteroid

Terdapat di subtropis
Maret s/d april : kadar tertinggi tree pollen
April s/d juli : grass pollen
Agustus s/d oktober : rag weed
Gambaran klasik :
a. Hidung dan mata merah dan sembab
b. Hidung tersumbat sehingga pasien bernafas
lewat mulut
c. Ingus dapat mengalir sendiri

ad. Nasal itching = hidung terasa gatal


Suborbital venous congestion : bengkak,
kebiruan
Denniels lines on lower eyelid of apatient with
cronic rhinitis

Di Indonesia biasanya Rhinitis alergi perennial


Sedang di luar negeri (4 musim) biasanya adalah
Rhinitis Allergi Musiman
--> musim gugur : pollen banyak bertebaran di
udara atau hay fever / polinosis --> adalah suatu
kerato konjunctivitis yang disebabkan oleh
allergen tepung sari / pollen atau spora jamur

44

Laboratorium :
a. Sistologi sekret hidung --> bila > 5
b. Jumlah eosinofil dalam sel darah tepi -->
bila > 200
c. Kadar IgE total dalam darah --> > 100
d. Pemeriksaan IgE spesifik cara RAST
(Radio Allergen Sorben Test)

Jika :
- Anamnesis (+)
- Test alergi (-)
- Kadar IgE sedikit
--> diperiksa zat-zat spesifik
Test kulit
a. Test gores / strach
b. Test tusuk / prick --> yang paling sering
Dengan jarum ukuran 2 1/2 B, tunggu 10 15 menit --> reaksi atau tidak
Setiap allergen 1 jarum suntik, posisi jarum
45o
Kontra indikasi : tidak boleh minum
histamin
Kontrol (+) : histamin
Kontrol (-) : buffer
c. Test intradermal

d. Selimut tipis, katun


e. Tirai sering dicuci
f. Figura (-)
Antihistamin Oral
- Efektif untuk mengatasi gejala di mata dan
hidung
- Dosis sekali sehari
- Efektivitas tidak dipengaruhi oleh inflamasi
lokal
- Mula kerja lebih lambat
- Efek samping : sedasi, penambahan berat
badan, aritimia --> jangan diberi terlalu lama
pada penderita sakit jantung, hipertensi
Kortikosteroid
- Anti inflamasi ampuh
- Memperbaiki peningkatan permeabilitas epitel
dan dinding pembuluh darah
- Jangka pendek
Jangka panjang dengan dosis tinggi :
penekanan adrenal dan resistensi terapi
menurun

Test efek samping : bila alergi akan terjadi


indurasi
- Tunggu 10 - 15 menit
- Tidak dapat lepas dari shock s/d sianosis -->
harus cepat-cepat dilepas
- Merupakan tanda pasien alergi dingin
- Menyertai prick test
ad. Intradermal test : alergen yang dimasukkan >>
Punch test : untuk periksa dermatitis

Kortikosteroid Topikal
- Bubuk, suspensi, aerosol, aqueous (paling
banyak digunakan)
- Jumlah sel mukosa hidung berkurang
- Mencegah sitotoksik prot. eos
- Mengurangi aktivitas limfe
- Mencegah keluarnya sel dan plasma
- Semua gejala rhinitis alergi teratasi termasuk
hiper responsif

Rhinitis alergi merupakan suatu reaksi inflamasi :


Terapi :
- Avoidance : menghindari alergen penyebab
- Anti histamin H1 : untuk mencegah gejala
yang lebih berat, contoh CTM
- Dekongestan
- Preparat anti kolinergik : untuk mengurangi
rinorhea dengan spray
- Stabilisator
mastosit
misalnya
:
Na
kromoglikat
- Kortikosteroid
- Imunoterapi : makan waktu lama, biaya dan
compliance pasien harus >>

Anti histamin topikal


- Azelastin
- Mengurangi aktivitas eosinofil
- Menghambat adhesi molekul
--> biasa diberikan pagi hari
- Sodium cromglicate
- Semprot / bubuk
- 5,24 gram 4x/hari
- Mengikat Reseptor Like Protein
- Menghambat
pergerakan
Ca++
ke
membran
- Efek lebih rendah dari kortikosteroid
semprot

Ad.
- Bila ada alergi pada pergantian suhu karena
konka kurang dapat menyesuaikan diri
terhadap udara atau suhu pagi-siang-malam.
- CTM efek sampingnya : mengantuk, mulut
terasa kering --> penggantinya adalah long
acting
- Dekongestan topikal (hanya tetes hidung) jika
terlalu lama digunakan akan menyebabkan
rhinitis medikamentosa
- Kortikosteroid dapat menyebabkan efek
samping >> sehingga bila terpaksa digunakan
boleh dengan dosis tinggi sehingga efek cepat
(lebih baik dari spray)

Perubahan imunologik pada imunoterapi


- Pembentukan IgG blocking antibiotik
- Terjadi respons feedback
Imunoterapi / desensitisasi / hiposensitisasi
--> mengurangi kepekaan penderita terhadap
suatu alergen
ad. Bila IgG blocking antibodi --> sel B berkurang
--> IgE tidak ada sehingga bila debu masuk
pasien lebih tenang

Untuk avoidance kamar tidur sebaiknya :


a. Isi kamar seperlunya saja
b. Kasur / bantal busa
c. Sprei, sarung bantal cuci 2x/minggu

Cara pemberian imunoterapi :

45

339 545 880 009 489 506 749 182

Penyuntikan subkutan
Mulai dengan dosis kecil
Dosis dinaikkan bertahap sampai dosis
pemeleiharaan yang dapat diterima pasien
Dosis pemeliharaan dipertahankan sampai 1 2 tahun tanpa atau sedikit keluhan

Rhinitis Medikamentosa :
- Akibat vasokonstriktor topikal jangka panjang
- Rebound dilatation : dikompreskan -->
merusak mukosa hidung --> mukosa hidung
menebal --> lebih dimanpatkan lagi
- Sumbatan menetap
- Sekret berlebihan
- Oral / topikal kortikosteroid dengan tappering
off) ~ diturunkan
Jika tidak berhasil rujuk THT : konka dipotong
parsial

Faktor penyebabkan imunoterapi / kurang berhasil


a. Anamnesa kurang cermat
b. Allergen penyebab tidak sesuai
c. Diagnosis bukan rhinitis alergi yaitu rhinitis
vasomotor, septum deviasi
d. Terapi avoidance tidak sempurna
e. Timbul allergen penyebab baru
f. Dosis imunoterapi / tidak adekuat
g. Penderita tidak teratur berobat

Polip : seperti kolang kaling berisi air, yang sudah


sering teritasi bentuknya seperti konka.

Inflamasi fase cepat


- Nasoendoskopi : m ukosa kemerahan, edema,
sekret encer
- Biopsi : aktivitas mastosit
- Sekret : histo, PG2, LTCA, ICAM 1 (sel epitel)
Inflamasi fase lambat
- Nasoendoskopi : mukosa pucat, sekret
berkurang
- Biopsi : infiltrasi sel inflamasi
- Sekret : sitokin, IL3, IL5, IL4, GMCSF, ICAM
1 bertambah
Inflamasi fase lambat dan Rechallenge
- Fase lambat : gejala berlanjut setelah 2 - 4 jam
masksimal setelah 6 - 8 jam dan menurun
secara gradual
- Fase rechallange : gejala timbul lagi 12 - 24
jam setelah serangan
- Gejala :
- Hidung tersumbat / nasal blockage
- Kurang penciuman
- Sangat peka / nasal hiperaktif
Selain terapi yang pernah dibicarakan, normalisasi
struktur dan faal hidung harus diperhatikan
seperti antara lain :
a. Konka hipertrofi
b. Septum deviasi
c. Sinusitis
d. Polip hidung
Gangguan vasomotor hidung :
--> gangguan fisiologis lapisan mukosa hidung
yang disebabkan oleh bertambahnya aktivitas
parasympatis
- Obat hipertensi
- Hormonal : KB, hipotiroid ~ parasimpatis
menonjol
- Stress ~ parasimpatis menonjol --> pengobatan
dengan terapi medik + psikoterapi
--> mirip dengan rhinitis alergi yaitu :
a. Edema
b. Sekret mukoid (vs alergi : encer)

46

LIMFADENOPATI LEHER

Kelenjar limfe mandibula : ke jugularis interna


superior
- Kelenjar liur sub ma
- Bibir atas
- Bibir bawah (lateral)
- Rongga hidung
- Rongga mulut (anterior)
- Kelopak mata (media)
- Palatum molle
- Lidah 2/3 depan

Adalah kelainan atau ketidak normalan KGB


leher
--> dapat membesar 1 atau 2 sisi, dapat
merupakan gambaran penyakit lain di daerah
leher dan muka atau dapat juga merupakan
kelainan primer.
Setiap iritasi terus menerus akan sering
menimbulkan kelainan terutama radang dan
neoplasma --> gejala yang jelas tampak ada
pembesaran KGB leher sehingga harus dipastikan
berasal dari mana --> karenanya pembesaran ini
tdak boleh diperlakukan seenak-enaknya.
Untuk THT umumnya pembesaran KGB leher
berhubungan dengan Ca nasofaring.

Kelenjar jugularis inferior superior :


- Palatum molle
- tonsil
- Posterior lidah
- Supra glotik
- Sinus piriformis
- Dasar lidah

Di daerah leher
- 75 buah kelenjar limf pada satu sisi leher -->
seperti pohon kelenjar sehingga THT (+) bedah
kepala dan leher (THTKL)
- Terbanyak :
- Rangkaian jugularis interna
- Spina assesorius
- Metastasis tumor sering pada rangkaian
jugularis interna mulai dari clavicula sampai
dasar tengkorak

Kelenjar jugularis interna media :


- Sub glotik
- Sinus piriformis (inferior)
- Krikoid (posterior)
- Kelenjar sup
- Retrofaring (bagian bawah)
Kelenjar jugularis interna inferior :
- Tiroid
- Trachea
- Esofagus (bagian servical)
- Kelenjar superior
- Paratraceha
--> makin ke bawah peranan THT makin
berkurang

Rangkaian jugularis interna :


- Kelompok superior
- Kelompok media
- Kelompok inferior
Yang lain :
- Submandibula
- Sub mental
- Servicalis superfisialis
- Retrofaring
- Paratrachea
- Spinalis assesorius
- Skalenus anterior
- Supraclavicula --> umumnya lebih sering dari
paru

Kelenjar servical supf --> ke jugularis interna


superior
- Kulit muka
- Parotis dan sekitarnya
- Retroauricular
- Oksipital
Kelenjar retrofaring : ke jugularis interna dan
spinalis assesorius (superior)
- Nasofaring
- Hipofaring
- Telingah tengah
- Tuba eustachius

Daerah penyebab tumor ke leher


1. Daerah segitiga submental dan submandibula
2. Daerah 1/3 atas termasuk :
3. Daerah jugularis anterior carotis, persilangan
ornohioid dan sternocleido mastoideus
4. dan S ....................

Kelenjar paratrakhea : ke jugularis interna inferior


dan mediastinum superior
- Laring (bawah)
- Hipofaring
- Eosphagus (servical)
- Trachea (atas)
- Tiroid

Kelenjar limfe submental : ke kelenjar sub


mandibula dan kelenjar jugularis interna
- Dagu
- Bibir bawah (tengah)
- Pipi
- Gusi
- Dasar mulut bagian depan
- Bawah lidah 1/3 depan

Kelenjar spinalis assesorius :


- Kulit kepala (parietal)
- Leher (bagian belakang)

47

339 545 880 009 489 506 749 182

Kelenjar parafaring : ke supraclavicula


- Nasofaring
- Orofaring
- Sinus paranasal

Tumor marker untuk keganasan kepala dan


leher

ad.
- Dengan CT Scan kita dapat melihat semua
kelainan tanpa ada yang luput (kemungkinan
luput sangat sedikit) dan dapat menggantikan
semua jenis pemeriksaan radiologik dengan
angka ketepatan yang tinggi
- Pada pembesaran kgb tidak boleh dilakukan
biopsi terbuka karena palpasi saja sudah dapat
menyebabkan pecahyna pembuluh darah
kapiler sehingga memudahkan metastasis
- Ca nasofaring ~ tumor marker IgA EBV
Daerah sempit 1 1/2 x 3 cm
Fossa Rasenmuler merupakan daerah peralihan
dari mukosa hidung dan faring karena
mempunyai banyak sekali kelenjar limfe
seingga banyak menyebabkan metastasis di
daerah leher walau tumor masih kecil.
- Ca nasofaring merupakan tumor terbesar no. 4
di Indonesia (jadi relatif sangat sering)

Kelenjar jugularis interna --> truncus jugularis -->


ductus torasikus (kiri)
Ductus limfaticus (kanan) atau ke vena -->
pembuluh darah --> penyebaran limfogen (lebih
sering pada tumor)
Benjolan di leher
1. Kongenital
a. Limfangioma (antara lain higroma kistik)
b. Kista dermoid
c. Kista ductus tiroglosus (dan ganas)
d. Kista brankial (dan ganas) ~ sisa masa
embrional
e. Laringokel : dari larig terdapat benjolan
yang
sangat
mengganggu
karena
menyumbat pernafasan
2. Tumor jinak
a. Schwannoma
b. Neurofibroma
c. Ganglioma
d. Neuroma
e. Khemodoktroma ~ jaringan ikat
f. Limfoma :
- Hodgkin
- Non Hodgkin
3. Infeksi
a. Limfadenitis :
- Umum
- Spesifik
b. Peradangan di tempat lain :
- Gigi
- Tonsil
- Sinus dll
c. Sarkoidosis
d. Infeksi dari ruang-ruang leher dalam
- Retrofaring
- Para faring
- Sub mandibula
- Mononukleosis infeksiosa
- Brucelosis
- Toxoplasmosis dll
4. Tumor ganas
a. Primer
b. Metastasis
- Nasofaring --> umumnya karena paling
sering menyebar walau tumor primer
masih kecil
- Laring
- Sinus
- Tiroid dll

Indonesia termasuk ras mongoloid yang insiden


Ca nasofaring cukup tinggi, bersama :
- Cina bagian selatan
- Hongkong
- Taiwan
- Muangthai
- Malaysia
- Singapura
Pemeriksaan histopatologik
- Biopsi buta
- Biopsi dengan rinoskopi posterior
Daerah lain di dunia :
- Afrika utara
- Negara Balkan
- Tanah hijau (eskimo) --> sekarang banyak
karena banyak memakan daging yang
diawetkan ~ karsinogenik
Epidemiologi
Prevalensi 4,7 / 100.000 penduduk
Cina bagian selatan 39,84/100.000 penduduk
atau 25000 kasus baru/tahun
RSCM FKUI
1988 - 1992 : 524 kasus baru :
- 22 (4,20%) : suku Tionghoa
- 502 (95,80%) : non suku Tionghoa
Etiologi :
Virus Epstein Barr
1. Kanker nasofaring
2. Mononukleosis infeksiosa
3. Limfoma Burkit
Target cells : reseptor (+) Beta limfosit (yang tidak
ada pada limf manusia)

Pemeriksaan
- Darah tepi (Hb, leuko, dif., LED)
- Foto rontgen paru ~ infeksi spesifik oleh ca
- CT Scan kepala
- Biopsi dan aspirasi jarum halus

48

EBV :
- Infeksi
- Sosial ekonomi
- Kebiasaan hidup (kebudayaan)
- Lingkungan
- Pekerjaan
- Genetik
- Seks
- Rasial
- Geografis
- Parasit
Diagnosis :
1. Gejala telinga ~ karena terletak dekat dengan
tuba eustachius
2. Gejala hidung : seringkali memberi gejala
epistaksis ringan
3. Gejala leher : pembesaran kgb leher
4. Gejala mata
5. Gejala neurologi ~ saraf intra kranial
1980 - 1984 = 50% datang ke dokter setelah 3 - 6
bulan (559 kasus)
ad. Di Hongkokng 60% datang setelah ada
pembesaran kgb leher, padahal ini berarti
sudah sapai stadium 3 (jika > 6 cm sudah
stadium 4)
Gejala dini :
a. Gangguan telinga
b. Epistaksis
c. Sumbatan hidung
d. Sakit kepala
Diagnosis :
- Serologik
- PA
- CT Scan
Di RSCM FKUI
Dari 41 pasien Ca nasofaring, stadium III dan IV
- AIgA anti VCA 97,5%
- IgA anti EA 100%

49

339 545 880 009 489 506 749 182

GANGGUAN KESEIMBANGAN

contoh pada hipotensi tekanand arah kurang, O2


ke vstibuler kurang
sehingga tekanan
elektrostatik akan turun (jika tetap tidak akan
menimbulkan nystagmus) namun jika terjadi
kompensasi yang berbeda kiri kanan misalnya
karena perbedaan pembuluh darah arteri auditiva
interna akibat sumbatan, skleroitk ataupun
kelainan lain.
Jadi tidak pada semua penderita hipotensi atau
hipertensi akan terjadi nystagmus, jika pembuluh
darahnya normal / baik.

Saraf keseimbangan merupakan suatu saraf yang


terus menerus bekerja bahkan jika kita sedang
tidur.
Dalam keadaan istirahatpun keseimbangan
mempunyai potensial elektrostatik.
Alat keseimbangan tubu :
- Diam :
a. Cahaya (mata : berpegang pada garis-garis
horizontal dan vertikal)
b. Gravitasi
- Proprioseptif : ujung sarafnya ada pada
otot ekstensor
- Statoakustik : pada telinga bagian
dalam / vestibuler
1. Horizontal ~ utriculus
2. Vertikal ~ sakulus
- Gerak
a. Lurus
- Vertikal ~ sakulus
- Horizontal ~ utriculus
b. Putar
- Horizontal :
- Vertikal
--> tidak ada satu gerakanpun yang
tertinggal karena rangsang dapat berupa
proyeksi

Nystagmus bukan hanya karena kelainan perifer


saja namun dapat juga ditemukan kelainan sentral
dalam mengerem perifer, contoh pada ablasi jika
setelah tekanan darah turun kemudian naik karena
ada kerusakan di sentral kenaikannya tidak
seimbang sehingga terjadi nystagmus (walau
rangsang normal)
Stimulus pergerakan ditangkap oleh :
- Retina
- Vestibular apar
- Somato sensori
--> nucleus vestibularis --> gejala yang muncul :
- Nystagmus :
- Merupakan akibat berlebihan
- Merupakan gejala utama
- Gejala lain :
- Sakit kepala
- Mual
- Oleng / motion
- Vertigo
- Kantuk
- Depresi
- Muntah --> karena vestibular cerebellum
--> CTZ --> vomit center
- Jika ke sistem otonom, gejalanya :
- Bradicardia atau tachicardi
- Pucat (di muka)
- Keringat dingin (biasanya (+) muntah)

Gerakan andolymphe dapat bermacam-macam


dapat oleh gerakan kepala ataupun dengan panas
(merupakan prinsip dari test kalori --> vertigo)
Untuk pemeriksaan vestibular evaluasi dilihat
keadaan mata karena semua rangsang vestibular
berhubungan dengan mata.
Komponen nistagmus :
- Fase lambat
- Fase cepat : yang dapat dinilai dengan mata
--> untuk penamaan
Terbentuknya
nistagmus
bergantung
rangsangannya, dalam pengukuran adalah slow
componentnya karena langsung menjawab
rangsang, sedang yang cepat hanya kompensasi

ad. Muka dan pencernaan dipersarafi oleh saraf


otonom serta jantung sehingga dapat
diakibatkan
rangsang
abnormal
atau
berlebihan dari sistem keseimbangan terutama
dari vestibuler.

Normal --> dirangsang misalnya eksitasi dengan


panas maka akan terjadi ketidak seimbangan yang
ekmudian akan terjadi nystagmus akibat
depolarisasi.
Waktu nystagmus : mulai irigasi s/d berhentinya
nistagmus
--> Cobra 120 - 150 detik, jika kurang berarti
paresis
Sedang jika eksitasi dengan air dingin yang
menimbulkan
nistagmus
adalah
akibat
hiperpolarisasi.

Skema arus impuls vestibular


Reformasi Test Kalori :
- Fritzgerald dan Hallpile 1942 ~ classic
- Jumlah kalori : 7 x 240 cc x 40
- Posisi kss lateral : 90o/vertical
- Nistagmus : dititik kulminasi (yang paling
banyak nistagmusnya dihitung gambaran
slow componentnya)
--> sekarang ini banyak ditentang karena
terlalu kuat / besar rangsangnya
- Itaya dan Kitahara

Penyebab nystagmus selain kalori juga ada


misalnya tekanan darah yang berubah-ubah,

50

Penurunan suhu 0,05 oC/s dan suhu 37oC


Suhu 31,44 +/- 0,55 oC
WN 77,3 +/- 16,97s
Jika lebih dari nilai normal berarti ada
paresis
- Posisi kss lateral : 90/vertikal
- Nistagmus : VOR (AR nistagmus)
Sadja Widada 95
- Jumlah kalori :
310,26 +/- 151,19
WN 96 +/- 625
- Posisi kss lateral : 90/vertikal
- Nistagmus : VOR (AR nistagmus)
Entjep Hadjar dan Asmawati 99
- Jumlah kalori : 7 x 240 cc x 40
- Posisi kss lateral : 0 derajat s/d berapa ?
- Nistagmus : AR nistagmus
Nilai normal 14o sedang yang sakit 19o
--> jika lebih berarti parese
-

1. Sklerosis :
- Hipertensi : 43 (5,5%)
- Hipotensi : 31 (4%)
- Sekl. mulut 29 (3,7%)
- Kardiovaskuler : 34 (4,8%)
- Diabetes : 15 (2%)
2. Vasomotor :
- Migren :
A. auditiva internal seperti arteriol
dapat mengerut pada saat serangan
migren
Tes Posisi
- Duduk ke tidur : canalolithiasis, kotoran ada
pada canal (ata gerakan sebaliknya)
- Posisi tidur
- BR / BL
- HR / HL : jika hanya ini yang ada berarti pure
leher saja, jika campuran : leher + debris

Gangguan Keseimbangan periode 1991 / 1995


781 Pasien
- Fisiologis : motion sickness
Misalnya di ruang kaca karena tidak ada
keseimbangan antara mata, proprioseptif dan
vestibular
- Gravitasi : 0
- Gerakan >>
ad. karena ketidak selarasan informasi
- Patologis : 781
- Vertigo (-) : tidak merasa pusing,
vestibularnya destruksi
P. Meniere
Intoksikasi
Labyrinitis
- Vertigo (+) : 780
1. Tidak ada sebabnya : 122 (15,6%)
2. Ada sebabnya : 659 (84,4%)
- Perifer : 597 (76,4%)
- Sentral : 62 (8%)
~ Positional : 322 (41,3%)
~ Spontan : 275 (35,1%)
- Vertebra servikal : 100 (13%) --> putaran
kepala ~ pembuluh darah A. auditiva
interna
- VPP JJ : 22 (28,3%) ~ karena kotoran
menempel sering di kss posterior
--> vertigo paroximal posisi tipe jinak
ad. Spontan : 275 (35,1%) --> vertigo mendadak

PENYAKIT MENIERE
Dulu paling sulit di diagnosis karena harus
dipastikan adanya hydrops atau pertambahan
endolymphe
Penyebab belum diketahui karena penyerapan di
stria vaskuler berkurang.
Sekarang dapat didiagnosis dari anamnesis saja
karena kekhasan vertigo
1. Episode vertigo yang mereda
Ingat harus dibedakan dengan tumor acustik,
juga vertigo episodic namun semakin besar
2. Fluktuasi serangan : serangan : tulis saraf
(karena penekanan), td sign normal
Tuninitus biasanya menyertai vertigo
Meniere syndrome :
- Hearing loss
- Vertigo
- Tinitus
--> jika diketahui penyebabnya misalnya karena
hidrop endolimf dinamakan Meniere disease
Tes Gliserin Klockhoff
- 1,22 cc/kgBB gliserin
- 2 jam EMG diulang
--> jika ada penurunan maka berarti ada hidrop,
karena penyerapan menjadi lebih banyak

a. Jaringan : 120 (15,3%)


- Kolesteatom : 3 (0,3%)
- Kont. labyrint : 1
- Labirinitis : 39 (5%)
- Herpes : 2 (0,2%)
- P. meniere : 4%
- Neuritis vestibuler : 1%
- Kolesteatom : 3 (0,3%)
- Neuroma vestibuler : 2 (0,2%)
- Intoksikasi : 29 (3,7%)
b. Vaskuler : 155 (19,8%)

Obat :
1. Simptomatis
2. Vasodilator supaya penyerapan lebih baik
--> perifer : histamin like
Karena dapat mengembangkan stria vaskuler
3. Diet rendah garam
4. Diuretis : supaya darah menjadi kental
Dulu operasi :
a. Shunt : hasil kurang baik

51

339 545 880 009 489 506 749 182

b. Destruksi : jika pendengaran sudah hilang


namun vertigo masih mengganggu
Rehabilitasi :
a. Fisik --> latihan
b. Psikis --> gembirakan
ad. Operasi destruksi untuk menghilangkan
vertigo karena diharapkan keseimbangan
untuk selanjutnya dapat dikompensasi oleh
sentral.

52

ABSES LEHER DALAM

--> pasien tiduran berbaring sisi sakit di bawah


punksi dilakukan di daerah yang paling
berfluktuasi.
(+) insisi kemudian dibentuk celah dan
disuction
Kumur-kumur + antibiotik kemudian pulang
4 - 6 minggu dianjurkan untuk tonsilektomi
--> mungkin tidak perlu jika belum pernah
kelainan tonsil sebelumnya

Ruang di antara fascia leher dan muka : normal


tidak ada --> ruang potensial
- Ruang retrofaring
- Ruang prevertebra
- Ruang visera anterior
- Ruang parafaring :
- Prestiloid
- Retrostiloid
- Ruang vaskulus visera
- Ruang submandibula :
- Sublingual
- Sub maxila
- Sub mental
- Ruang mastikator
ad. Fascia : merupakan perpadatan jaringan ikat
yang terdapat di antara organ-organ

Komplikasi :
- Dehidrasi karena kurang minum +- 5 hari
Jika terjadi syok harus diatasi terlebih dahulu
kondisi vitalnya
ad. ada policy di luar negeri bahwa tonsilektomi
laring dilakukan --> Quinsey tonsilektomi
Quinsey tonsilektomi pertimbangan :
- Jika abses letak tidak has dan sulit di jangkau
supaya dapat dilakukan drainage sempurna
Tindakan lain yang lebih ringan adalah aspirasi +
antibiotik dan observasi --> penelitian : hasil sama
dengan insisi (namun patokan dari dulu semua
abses harus diinsisi)

ABSES PERITONSIL
- Terjadi di ruang peritonsil
Tonsil mempunyai kapsul dimana melekat
pada fosa tonsil
Lateral : M. constrictor tonsil superior
Jika di antara ini terdapat nanah maka
terbentuk abses peritonesil
-->
- Dari tonsilitis akut yang meluas sehingga
kapsul nekrosis dan jika terjadi supurasi maka
nanah akan keluar dan membentuk abses
peritonsil
- Infeksi kelenjar Weber (kelenjar liur di sebelah
atas tonsil) sehingga kebanyakan terjadi pada
pool atas

ABSES RETROFARING
Mukosa dinding belakang faring di belakangnya
terdapat fascia.
Fascia :
- Leher dapat supf. ........
- Leher dalam media
- Leher dalam bagian dalam
Fascia leher dalam media melingkari visera
Fascia leher dalam anterior menglingkari M.
sternocleido mastoideus depan
Fascia leher bagian dalam
- Alar
- Posterior

abses akan mendorong tonsil ke


- Kontra lateral
- Bawah depan
--> infero antero medial
Yang sangat menonjol adalah pendorongan uvula
dan yang khas biasanya terlihat bulging /
penonjolan
Diagnosis :
- Anamnesis :
- Infeksi umum
- Infeksi lokal : odinofagia unilateral
tonsilitis akut), otalgia refered pain
- Karena tidak dapat menelan ludah
hipersalivasi
- Karena infeksi di atas sehingga pal. molle
sakit ~ gangguan fungsi --> terbentuk
sehingga suara sengau (pada fonasi)
-

ad. Ruang retrofaring anterior fascia leher dalam


Media + ..................
-

(vs
-->

ikut
gap

Hasil supurasi kgb yang mengalami infeksi


dari ISPA --> abses retrofaring
--> abses retrofaring
Terjadi pada anak kecil 5 - 6 tahun ke bawah
(setelah itu kelenjar dikatakan menghilang)
Pada organ dewasa karena trauma maka
infeksi dapat supurasi dalam membentuk abses
atau infeksi corpus spondilitis pecah ke depan
dan mengisi ruang retrofaring

Gejala umum infeksi :


- Odinofagia dan disfagia
- Sesak nafas terutama anak kecil (luman relatif
lebih kecil)
- Leher kaku (usaha untuk menstabilkan) -->
gambaran lordosis lehe rmenghilang
- Daerah resonansi suara berkurang = hot potato
voice (suara gumam)

M. pterygoid internus kadang ikut teriritasi /


inflamasi sehingga kadang ada gejala trismus

Diagnosis pasti dengan punksi dan aspirasi -->


dilakukan saat akan melakukan tindakan drainage
dan anestesi lokal (lidokain / silokain)

53

339 545 880 009 489 506 749 182

Tanda : spatel --> penonjolan ke depan hiperemis,


difus dinding belakang faring tampak unilateral
kecuali jika terkena seluruhnya

Insisi motion --> cari cavum abses lateral atas s/d


proc. stiloid --> antara anterior dan posterior
+ antibiotik aerob dan anaerob
+ drain di luka insisi, dibalut kemudian dirawat

Jika gejala menonjol namun di orofaring tidak


terlihat maka lihat dinding hipofaring dengan
laringoksopi langsung namun harus hati-hati dan
alat harus lengkap dan untuk mencegah masuknya
abses ke dalam saluran nafas bawah.

Komplikasi :
- Perdarahan karotis
- Trombophlebitis
- Sepsis
--> karena dekat dengan selubung karotis

Diagnosis radiologi : soft tissue leher lateral -->


lihat penonjolan garis soft tissuenya walau belum
tentu karena abses namun berdasarkan difus +
anamnesis maka kita dapat memperkirakan abses
dan rencanakan untuk drainage.

Insisi intra oral, indikasi ......... jika masih ada


bulging
--> Atasi keadaan umum
Antibiotik parenteral
Atasi komplikasi
Rujuk !!
Kebanyakan pasien imunodepresant, contoh disini
DM dimana asbes sulit diatasi

Komplikasi :
- Penjalaran ke ruang parafaring, mediastinum,
intrakranial
- Obstruksi jalan nafas
- Pecah ~ aspirasi

ABSES SUBMANDIBULA
- Juga banyak dijumpai
- Sebagian besar fokal infeksi di karies gigi
Ruang submandibula : sublingual + sub mental +
sub maxila (di bawah M. miohyoid)
= angina ludovici --> abses seluruh ruang tanpa
pembentukan pus namun gejala (+)
= pseudo angina ludovici --> abses seluruh ruang
dengna pembentukan pus atau hanya sebagian

Melakukan drainage dengan anestesi lokal karena


bahaya pecah.
Prinsip insisi harus selebar mungkin karena
mudah tertutup dan lebih sedikit terjadi residif.
Pasein hraus dirawat (posisi trandelenerg karena
ditakutkan penjalaran) + NGT jika perlu
Penjalaran :
- Mediastinum : karena dibatasi hanya oleh
fascia yang tipis
- Parafaring : karena letaknya sangat dekat
dengan retrofaring --> dekat dengan sub
mandibula

Dapat juga disebutkan di ruang mana terkenanya


misalnya abses submental
Khas :
- Pembengkakan di bawah dagu keras, seperti
papan merah
- Abses bawah lidah dapat mendorong lidah ke
atas belakang --> obstruksi jalan nafas --> jika
berat tracheostomi dulu

Abses peritonsil dan retrofaring tidak perlu


eksplorasi, dapat oleh dokter umum
ABSES PARAFARING
Lateral peritonsil
Tanda klinis yang menonjol :
- Pembengkakan di sekitar anulus mandibula
- Trismus ~ M. pterigoid interna (hampir selalu)

Angina ludovici --> terapi tetap eksplorasi jika 24


jam setelah pemberian antibiotik tidak membaik.
Jika abses sublingual dan dangkal --> insisi
namun hati-hati letak arteri
Tindakan untuk submandibula : eksplorasi dari
luar di tengah os hyoid di insisi
--> biasanya jaringan nekrosis
Eksplorasi N. mylohioid sampai sublingual
(+) drain dan dirawat seperti abses parafaring

Parafaring :
- Anterior
- Posterior ~ bahaya karena lewat selubung
karotis namun lebih jauh mungkin trismus
tidak lebih berat
Spatel tampak pendorongan dinding lateral faring
ke medial bahkan kadang tonsilnya juga (vs
peritonsil tidak ada pembengkakan keluar)
Eksplorasi harus dari luar karena jika dari dalam :
- Abes tidak terdrainage baik
- Mengenai organ penting
Insisi di depan M. sternoicleidomast (selubung
carotis di media), di bawah angulus +- 3 jari

54

SINUSITIS

Trauma karena dinding dari sinus contoh


frontal mengalami fractur : diskontinuitas
tulang sehingga menyebabkan infeksi atau
radang yang mempersulit drainage sinus
- Hipertrofi adenoid di daerah nasofaring -->
merupakan penyebab lain sinusitis selain
ISNA
Diagnosis berdasarkan foto Roentgen
lateral, massa di daerah nasofaring
- Kelainan gigi :
1. Abses periapikal
2. Abses odontal
3. Akibat ekstrasi gigi
Kista radikuler --> gigi / benda asing dalam sinus

Paranasal sinuses : frontal, ethomoid (air cells),


sphenoid, maxillary
Sinusitis : itis pada sinus
Sinus paranasal adalah sinus / rongga sekitar
hidung
Anatomi berdasarkan muara sinus pada rongga
hidung :
- Anterior : frontal, ethmoid anterior dan
maxilla
- Posterior : sinus sphenoid dan ethmoid
posterior
Sinusitis adalah peradangan / inflamasi di mukosa
sinus dan tulang-tulangnya.
Di foto terlihat perselubungan di daerah sinus -->
kerugian hanya telrihat di daerah sinus yang besar
(maxilla dan frontal)
CT Scan : dapat terlihat etmoid anterior dan
posterior serta maxilla

ad. Gigi penyebab sinusitis biasanya geraham atas


Caries dentis --> pulpitis --> GP (granuloma
periodontal)
Melalui pulpa dan foramen apikal --> rad.
penapikal akut / kronis abses :
- Granuloma (supurasi)
- Periodontitis (abses)

Berdasarkan perjalanan klinik :


- Akut : gejala dan tanda kurang dari beberapa
minggu
- Sub akut : beberapa minggu s/d < 3 bulan
- Kronik : > 3 bulan
- Akut rekurens :
Gejala / keluhan sinusitis berulang 6x dalam 1
tahun, masing-masing +- 10 hari
Definisi beda pada anak-anak dan dewasa

Kompleks osteomeatal, terdiri dari :


Rongga / saluran sempit dengan variasi anatomi
yang luas, berisi ostium-ostium untuk drainase :
Sinus etmoid anterior, sinus maxilla, sinus frontal
--> ventilasi dan drainase sinus-sinus tergantung
KOM
Bula etmoid : sel etmoid anterior paling besr
Nasofrontal receses : muara sinus frontal
Recessus spheno etmoid : muara etmoid / sfenoid

Biasanya didahului oleh ISNA terutama pada anak


ISNA merupakan faktor pencetus tersering
sinusitis akut
ISNA (kongesti nasal + batuk) > 7 hari --> diduga
sinusitis akut

KOM :
Daerah dibatasi proc. unanatus, hiatus semilunaris
infundibulum, osteum sinus maxila, muara sel
etmoid anterior dan muara sinus-sinus lainnya.

Slide :
- Terlihat tanda-tanda peradangan : konka media
udem + hiperemis
- Sekret mukopurulen keluar dari muara sinus
- Faktor penyebab sinusitis antara lain :
- ISNA
- Alergi
- Kelainan anatomis : konka bulosa yang
mengalami pneumonisasi
- Septum deviasi
Contoh spina tonjolan pada septum dengan
sudut lancip
- Benda asing dalam rongga hidung -->
reaksi peradangan sehingga muara udem
- Polip --> gangguan ventilasi dan drainage
sinus
- Kelainan anatomis : penonjolan proc.
uncinatus yang merupakan reaksi penting
osteomealal

Aliran drainage sinus yang alamiah selalu melalui


ostium yang bermuara di infundibulum (meatus
medius)
Slanjutnya dengan bergantung gerakan silia ~
mempengaruhi gerakan sekret
Kemudian aliran selalu ke belakang di daerah
nasofaring
ad. Patognomonis sinusitis : post nasal drip, atau
sekret belakang hidung --> harus ditanyakan pada
penderita
Normal aliran selalu ke arah nasofaring
Sinusitis --> sekret purulen di daerah belakang
hidung
Pada operasi : approach KOM karena harus
mengikuti patofisiologinya

ad. Konka bulosa adalah konka media yang


mengalam pneumonisasi : ada udara di
dalamnya --> gambaran radiolusent

Patogenesis :
Messer Klinger
- Menyelidiki pola mukosilier rongga hidung
dan sinus PN

55

339 545 880 009 489 506 749 182

........... patogenesis sinusitis :


- Sinus etmoid anterior dan posterior
- Fokus infeksi peradangan rongga hidung
dan sinus PN
- Penyebab infeksi sekunder di sinus maksila
dan frontal
Berkembang teknik of FESS (operasi tidak
radikal tetapi mengubah fungsi alamiah)

Pemeriksaan fisik :
- Rinoskopi anterior (dekongesti topikal)
- Pus di hidung / nasofaring
- Pus di meatus medius / sup
- Mukosa hidung merah dan irreguler ~
hipertrofi mukosa
Tanpa pus belum tentu bukan infeksi akut
karena drainase sinus tertahan / tersumbat
- Sinusitis akut
- Edema peri orbital
- Kulit di atas sinus yang terkena --> merah

Diagnosis :
Sinusitis kronis :
- Anamnesis yang cermat
- Pemeriksaan klinis
- Pemeriksaan penunjang

--> Diagnosis dapat ditegakkan !


Terapi dilaksanakan

Sinusitis Maksila Akut


- Sakit / nyeri tekan pipi
Ke muka : etmoid
Ke dahi : frontal
- Gigi penyebab : sakit sekali
- Sekret hidung : mukopurulen / hijau, bau
busuk yang khas (bau feses)
- Toksemia

Ad. Jika konka inferior sangat besar kita dapat


memberi tampon adrenalin untuk melihat
konka superior
Transluminasi
- Termudah
- Kebenaran diragukan
- Keredupan (+) --> hanya 30% (+) dengan
kultur
- Masih berfungsi untuk menilai perkembangan
penyakit (resolusi penyakit setelah terapi) atau
unilateral kelainannya
- Kegunaan : hindari radiasi pada wanita hamil,
jika hasil normal berarti sinus normal

Sinusitis Maksila Kronis


- Gejala tidak sehabat yang akut
- Gigi penyabab tidak harus sakit
- Khas : sekret bau feses
Sinusitis Kronis :
- Tanda dan gejala serupa dengan sinusitis akut
yang berkepanjangan
- Kadang-kadang 1 (2) gejala dari :
- Sakit kepala kronik
- Post nasal drip
- Batuk kering kronik
--> diagnosis sulit karena gejala tidak khas

ad. Jika redup dapat dicurigai sinusitis


Diagnostik naso endoskopi
- Teleskop dihubungkan dengan kamera
- 3 jalur :
- Inferior ~ nasofaring
- Media ~ meatus modus
- Superior ~ konka + meatus superior
- Evaluasi :
- Anatomi dan radiasinya
- Kelainan di meatus medius secara langsung
(contoh polip)

Pasien mengeluh :
- Hidung mampet / obstruksi hidung
- Nyeri / rasa tekanan pada muka
- Ingus purulen
- Sakit kepala

Pemeriksaan diagnostik lain : sinuskopi -->


melihat langsung daerah sinus biasanya sinus
maxilla
Dapat dari daerah fossa canina dengan trocar -->
daerah tertipis dinding anterior sinus maxilla, di
atas caninus ada daerah cekung
Hasil terlhat fucocele di dalam sinus maxilla oleh
jamur (kristal massa putih)

Nyeri pada muka


- Maksila --> pipi
- Etmoid --> cantus media
- Frontal --. dahi dan medial orbita
- Sfenoid --> retro orbital atau oksipital
Tanda dan gejala lain
a. Sakit kepala yang tidak jelas
b. Halitosis
c. Anosmia
d. Post nasal drip disebabkan batuk --. dapat ke
saluran nafas bawah --> bronkitis
e. Sign wheezing (terutama pada anak)
f. Demam : 50% dewasa, anak 39%
g. Udem ringan pre orbital pada anak
h. Rasa cepat capai

Radiografi standar Roentgen sinus PN (posisi


Waters)
Keuntungan :
- Pemeriksaan tidak invansif
- Evaluasi cepat : hanya untuk sinus daerah ......
Kerugian :
- Anatomi sinus etmoid anterior : info terbatas

56

Peradangan lunak sinus PN : ketepatan


diragukan

Interpretasi :
- Perselubungan homogen / opasitas
- Air fluid level
- Penebalan mukosa jika > 4 mm di daerah sinus
(maxilla)

Sinuskopi :
- Diagnosis
- Terapi : mencuci --> memasukkan cairan
antiseptik dari meatus inferior, dicuci melalui
lubang sehingga keluar melalui ostium
alamiah

Pemeriksaan Alergi --> penting pada sinusitis


1. Anamnesis (riwayat penyakit) --> bersin > 5
kali ~ ingus > 1 jam pagi hari
2. Pemeriksaan laboratorium : darah (eosinofil
meningkat), tinja, ingus
3. Tes alergi (tes kulit) --> kontrolnya histamin
karena histamin release merupakan salah satu
teori patogenesis alergi
Sinusitis odontogenik
- Tersering sinus maxilla
- Dapat merusak dinding
hematogen

ataupun

Mencegah pertumbuhan bakteri dalam rongga


sinus tertutup

Sinusitis Kronik pada dewasa


- Infeksi kronik --> obstruksi sinus persisten -->
koreksi
- Peran terapi medik terbatas :
- Antibotik jangka waktu lama
- Dekongestan
- Nasal steroid topikal
- Imunoterapi pada alergi

secara

Kasus Akut Darurat ~ komplikasi


- Selulitis pre orbita : sinusitis etmoid melalui
lamina papiroseal ke rongga orbita --> ada
massa yang mendorong bola mata keluar (CT
Scan) --> rencana drainage mukus +
etmoidektomi ekstranasal

Faktor penting penatalaksanaan sinusitis


1. Kenali tanda dan gejala gawat darurat secara
medis pada sinusitis
2. Diagnosis sinusitis akut berdasarkan :
- Anamnesa
- Pemeriksaan fisik
3. Protokol penatalaksanaan medik :
- Antibiotik dan dekngestan sebagai terapi
awal
- Identifikasi kondisi pasien --> rujuk ke
spesialis

Segera rujuk kalau ada tanda / gejala bahaya


- Sakit atau eritema di mata --> abses periorbita
- Eksoftalmus + tanda radang --> selusitis /
abses orbita
- Perjalanan infeksi ke rongga intra kranial
- Tanda / gejala meningitis
- Abses intrakranial

Terapi primer antibiotik + dekongestan


- 40% sembuh tanpa antibiotik
- Mempercepat penyembuhan
- Mencegah komplikasi
- Mencegah perubahan menjadi kronik

Sinusitis sfenoid akut


- Nyeri / sakit kepala dalam beberapa tempat
- Nyeri orbita
- Pandangan kabur
- Demam tanpa sebab
--> harus segera diterapi karena berdekatan
dengan struktur penting N. optic, sinus
cavernosus, A. carotis interna, N. opthalmic,
N. maxilaris dan N. mandibular

Terapi penunjang : mukolitik, irigan nasal dan


antrum, steroid topikal / sistemik --> mempercepat
mengatasi udem
Terapi antibiotik empirik didasari pengetahuan :
- ISNA menyebabkan inflamasi mukosa
- Inflamasi menyebabkan gangguan obstruksi
--> rongga sinus tertutup
- Infeksi berat akan segera terjadi dalam rongga
sinus yang tertutup

Nasal alergi :
Sistem mukosiliar terganggu --> sekret statis +
blockage ostium --> media yang baik untuk infeksi
bakteri --> sinusitis akut --> berulang > 6x dewasa
atau > 8x anak menajdi sinusitis akut recurrent

Kriteria antibiotik
- Efektivitas
- Efek samping <
- Harga murah
Dekongestan
--> ostium diusahakan terbuka
- Memperbaiki drainase, mencegah proses lebih
lanjut

57

339 545 880 009 489 506 749 182

TRAUMA HIDUNG DAN MUKA

Komplikasi :
a. Perdarahan
b. Infeksi
c. Deviasi septum / sinechia
d. Obstruksi ductus nasolacrimalis
e. Pertumbuhan berlebihan terutama pada balita
< 5 tahun

Trauma muka :
- Tanpa organ pelindung
- Kecelakaan lalu lintas
- Kecelakaan pekerjaan
- Kecelakaan rumah tangga
- Kecelakaan olahraga terutama gulat, tinju,
basket
- Perkelahian
- Remaja : laki > wanita

Trauma Maksila
Lefort I : alveolus
Lefort II : pyramid maksila, hidung, zigoma,
sebagian tulang 1/3 tengah muka
terpisah
Lefort III : maxila, hidung, zigoma, orbita
seluruh tulang muka terpisah
--> diagnosis prognosis dan cara penanganannya

Trauma Hidung
- Mudah terlihat ~ prominent / menonjol
- Anatomi
- Kulit
- Jaringan subkutis
- Kerangka : tulang, tulang rawan
- Septum

Gejala Klinis
a. Edema / hematoma
Laserasi / vulnus
b. Perdarahan / epistaksis
c. Deformitas muka / pipi mendatar / maloklusi
--> tidak dapat menutup dengan baik
d. Paresis N. VII
e. Krepitasi / diskontinuitas tulang-tulang muka

a. Otot konstriktor : vs levator : depresor septi


nasi (menurunkan puncak hidung)
Pembagian trauma hidung :
a. Waktu : baru atau lama
b. Hubungan dengan dunia : terbuka atau tertutup
c. Arah trauma : lateral atau anterior
d. Lokasi : cartilago, os nasal, daerah frontal atau
etmoid

Pemeriksaan Radiologik
a. Untuk melihat posisi tulang yang fraktur
b. Foto polos : AP / lateral / Waters
c. CT Scan / Tri dimensi

Gambaran Klinis :
a. Edema / laserasi
Hematom / vulnus
b. Perdarahan / epistasis
c. Deformitas
d. Nyeri tekan
e. Krepitasi
f. Disfungsi

Batas trauma baru dan lama serta reposisi (jika


edem sudah hilang) dan osteotomy adalah
pembentukan kalus (+- 2 minggu)
Penatalaksanaan
Prinsip :
- Reposisi (sebelum kalus mengeras), bila
terlambat hasil tidak optimal
- Fiksasi : kontrol maloklusi --> arch bar atau
interdental wiring +- 4 - 6 minggu

Diagnosis :
- Klinis
- Radiologis :
AP / lateral --> foto nasalis
Penanggulangan
- Tindakan penyelamat ~ ABC
- Mempertahankan fungsi hidung
komplikasi
- Tindakan tujuan estetis

FRAKTUR ZYGOMA
/

cegah

a. Simpel : zygoma bergeser ke lateral


b. Comminuted fracture :
- Fragmen-fragmen
- Depresi dasar orbita
c. Arcus zygoma fracture :
Depresi bagian caudal pipi

Anestesi :
a. Lokal
b. Umum

Indikasi operasi
a. Anestesi / hipestesi
b. Trismus (tidak dapat membuka mulut)
c. Diplopia ~ fractur dasar orbita
d. Pipi yang datar ~ estetik

Tindakan reposisi
a. Septum : Cunam Ashe
b. Kerangka hidung : Cunam Walsham
Fiksasi :
a. Tampon hidung (dalam)
b. Gips (luar)

Fractur os Frontal
- Deformitas kening

58

Gangguan saraf otak

Penatalaksanaan :
a. Bicornal incision / alis
b. Fragmen-fragmen tulang diangkat / reposisi
c. Dura dijahit
d. Fiksasi
TRAUMA LEHER
Terdapat organ-organ penting : laring, trakea,
carotid, esofagus, vertebra servicalis
Kausa :
a. Kecelakaan lalu-lintas
b. Kelalaian pekerja / rumah tangga
c. Tentamen suicide
d. Olah raga
Gejala :
1. Sesak nafas / stridor / suara serak
2. Hematom / hemoptisis
3. Disfagia
4. Krepitasi di leher karena udara yang masuk ke
bawah kulit
Patofisiologi :
- Luka :
- Terbuka
- Tertutup
- Perdarahan paraglotis
--> sumbatan jalan nafas ~ tindakan
tracheostomy
- Tembusnya membran tirokrikoid
- Emfisema subcutis
- Corpus alienum
--> sumbatan jalan nafas
- Fractur / dislokasi kerangka laring / cincin
krikoid / trachea
Pemeriksaan
- Laringoskopi : langsung / tidak langsung
- Foto Roentgen AP / lateral + CT Scan
Penatalaksanaan :
a. Perdarahan : tube + cuff
b. Obstruksi jalan nafas :
- Laringoskopi : faring edema, bilateral
paresis pita suara
Hematoma para laring
Emfisema
Fractur / dislokasi
- Tracheostomi
- Eksplorasi ~ melihat dislokasi atau fraktur

59

339 545 880 009 489 506 749 182

You might also like