Professional Documents
Culture Documents
dan gayam bentuknya agak gepeng (pipih). Warna buah mangga juga
berbeda-beda, mangga arum manis atau gadung berwarna hijau tua, mangga
lali-jiwa berwarna hijau tua kebiru-biruan, mangga santok, cengkir, golek, bacang
berwarna hijau muda, mangga kepodang dan gedong berwarna kekuningkuningan sampai jingga, sedangkan jenis mangga madu berwarna agak kemerahmerahan atau lembayung (AAK, 1991).
Buah mangga yang masih muda pada umumnya memiliki daging buah
yang berwarna keputih-putihan. Menjelang tua daging buah berubah menjadi
kekuning-kuningan sampai kejingga-jinggaan. Rasa daging buah mangga
bervariasi, yaitu asam sampai manis dengan aroma yang khas pada setiap jenis
dan varietas mangga (Rukmana, 1997).
dimakan, buah yang masak lebih banyak memberikan sumber kalori atau tenaga.
Selulosa dan pektin yang terkandung di dalam buah mangga dapat memudahkan
pembuangan kotoran (AAK, 1991).
Karbohidrat daging buah mangga terdiri dari tepung, gula sederhana
(sukrosa, glukosa dan fruktosa) dan selulosa. Gula tersebut memberikan rasa
manis dan sumber energi yang dapat segera digunakan oleh tubuh. Protein pada
mangga terdapat dalam enzim, menyebabkan perubahan kimia dan metabolisme.
Enzim sering berefek tidak baik pada warna daging buah selama disimpan atau
dikalengkan (Pracaya, 2004).
Adapun komposisi kimia dan nilai gizi dari buah mangga dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Kimia dan Nilai Gizi Buah Mangga dalam 100 gram
Komposisi
Air(%)
Protein (%)
Lemak (%)
Gula total (%)
Serat (%)
Mineral (%)
Kapur(%)
Fosfor (%)
Besi (mg/gram)
Vitamin A (IU)
Vitamin B1 (mg/100 g)
Vitamin B2 (mg/100 g)
Vitamin C (mg/100 g )
Asam nikotinat (mg/100 g)
Nilai kalori per 100 g
Mentah
90,00
0,70
0,10
8,80
0,40
0,03
0,02
4,50
150
0,03
3,00
39
Matang
86,10
0,60
0,10
11,80
1,10
0,30
0,01
0,02
0,30
4800
0,04
0,05
13,00
0,30
50-60
vitamin serta zat-zat yang mudah menguap dan berbau harum. Di Indonesia
banyak ditemui varietas mangga yang berpotensi untuk dibuat juice maupun
produk olahan lainnya, karena mempunyai sifat-sifat khas yang dapat
dimanfaatkan. Sebagai contoh adalah mangga kopyor yang mempunyai kadar sari
buah yang tinggi, mangga kweni yang mempunyai aroma yang kuat serta mangga
lalijiwo yang mempunyai serat halus (Yuniarti, 2000).
kebutuhan rumah tangga yaitu bumbu dapur, santan, kopra, minyak kelapa dan
kelapa perut kering dan air kelapa untuk nata de coco, minuman ringan, sirup dan
obat-obatan (Palungkun, 2004).
Buah kelapa berbentuk bulat panjang dengan ukuran kurang lebih sebesar
kepala manusia. Komposisi buah kelapa (tua) : sabut 33 persen, tempurung
12 persen, daging buah 28 persen dan air buah 25 persen. Kopra adalah nama
perdagangan dari kelapa kering. Minyak kelapa dapat digunakan untuk margarin,
sabun, shortening, dan lain-lain ( Syarief dan Irawati, 1988).
Adapun klasifikasi ilmiah dari buah kelapa adalah sebagai berikut :
Regnum : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas
: Liliopsida
Ordo
: Arecales
Famili
: Arecaceae
Genus
: Cocos
Spesies
: Cocos nucifera
Lingkungan tumbuh yang sesuai dan pemeliharaan yang baik akan menghasilkan
bahan baku bermutu untuk diolah lebih lanjut (Aliansyah, 2008).
Daging buah merupakan lapisan tebal (8-15 mm) berwarna putih dan air
kelapa merupakan bagian dari kelapa yang mengandung sedikit karbohidrat,
protein, lemak dan beberapa mineral. Perbedaan mendasar antara daging buah
kelapa muda dan daging buha kelapa tua adalah kandungan minyaknya. Kelapa
muda memiliki rasio kadar air dan minyak yang besar. Kelapa disebut tua jika
rasio kadar air dan minyaknya optimum untuk menghasilkan santan dalam jumlah
yang terbanyak. Sebaliknya, bila buah kelapa terlalu tua, kadar airnya akan
semakin berkurang. Pada kondisi tersebut hasil santan yang diperoleh menjadi
sedikit (Astawan, 2007).
Air Kelapa
Air kelapa merupakan salah satu produk dari tanaman kelapa yang belum
dimanfaatkan. Air kelapa muda merupakan minuman yang sangat populer dan air
kelapa dari buah yang tua telah dikembangkan sebagai produk industri, namun
pemasarannya masih terbatas. Di Philipina, air kelapa dimanfaatkan untuk
pembuatan minuman ringan, jelly, ragi, alkohol, nata de coco, dextran, anggur,
cuka, dan sebagainya (Suhardjo, 1995).
Selain buahnya (daging buah), air kelapa sangat potensial dikembangkan
menjadi komoditas hasil perkebunan yang bernilai tinggi. Air buah kelapa
merupakan limbah industri pengolahan buah kelapa khususnya industri minyak
kelapa, kelapa parut kering dan kopra. Walaupun demikian air buah kelapa
memiliki keunikan dan keunggulan komparatif tertentu dengan lingkup
penggunaannya yang cukup luas (Palungkun, 2004).
0,55
persen
protein,
0,74
persen
lemak,
serta
0,46
persen
mineral
(Astawan, 2007).
Beberapa jenis kelapa ada yang memiliki kadar gula sebesar 3 persen
pada air kelapa tua dan 5,1 persen pada air kelapa muda, sehingga air kelapa muda
berasa lebih manis daripada air kelapa tua. Asam amino yang banyak terkandung
pada air kelapa adalah asam glutamat, arginin, leusin, lisin, prolin, asam aspartat,
alanin, histidin, fenilalanin, serin, sistin dan tirosin. Vitamin yang banyak
terkandung pada air kelapa adalah vitamin C, asam nikotinat, asam pantotenat,
biotin, riboflavin dan asam folat (Astawan, 2007).
Adapun komposisi kimia air kelapa muda dan kelapa tua dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2. Komposisi Kimia Air Buah Kelapa dalam 100 gram
Komposisi
Kalori (kal)
Protein (g)
Lemak (g)
Karbohidrat (g)
Kalsium (mg)
Fosfor (mg)
Besi (mg)
Vitamin A (IU)
Asam askorbat (mg)
Air (g)
Bdd (g)
17,0
0,2
1,0
3,8
15,0
8,0
0,2
0,0
1,0
95,5
100
gel, sebagai pengemulsi dan dalam beberapa hal dapat meratakan penyebaran
antibiotik (Winarno, 1984).
CMC digunakan lebih kurang 0,5% untuk mengentalkan sari buah dan
mencegah pengapungan ampas buah selama penyimpanan, memberi rupa yang
lebih jernih dan lebih cerah, menghasilkan tekstur yang diinginkan. Karena CMC
mempunyai gugus karboksil, maka viskositas larutan CMC dipengaruhi oleh pH
larutan (Winarno, 1986).
Selama penyimpanan sirup akan mengalami pengendapan pada bagian
bawah botol. Untuk mempertahankan kestabilannya agar tidak mengendap selama
penyimpanan maka ditambahkan bahan penstabil atau stabilizer antara lain
gelatin, gum arab, karagenan dan CMC. CMC dengan konsentrasi 0,1 0,5 %
sering digunakan pada sirup (Winarno, 1989).
Molekul karboksimetil selulosa sebagian besar meluas atau memanjang
pada konsentrasi rendah tetapi pada konsentrasi yang lebih tinggi molekulnya
bertindih dan menggulung, kemudian pada konsentrasi yang lebih tinggi lagi
membentuk benang kusut menjadi gel yang termoreversibel. Meningkatnya
kekuatan ionik dan menurunnya pH dapat menurunkan viskositas karboksimetil
selulosa akibat polimernya yang bergulung. Saat ini, karboksimetil selulosa telah
banyak dan bahkan memiliki peranan yang penting dalam berbagai aplikasi.
Khusus di bidang pangan, karboksimetil selulosa dimanfaatkan sebagai bahan
penstabil, thickener, adhesive dan pengemulsi (Deviwings, 2008).
Stabilizer merupakan senyawa hidrokoloid yang untuk menambah
kekentalan sebelum bahan dibekukan. Selain mencegah kristalisasi es pada saat
penyimpanan stabilizer dapat mempertahankan bentuk es setelah dihidangkan,
menghasilkan es krim dengan body yang halus dan lembut sehingga teksturnya
lebih menarik dan meningkatkan kekentalan sehingga tidak mudah meleleh.
Stabilizer yang bisa digunakan adalah CMC (Carboxy Methyl Celulosa), sodium
alginate, gum arab, karagenan dan agar (Kumalaningsih dan Suprayogi, 2006).
Penstabil dipakai dalam es krim, kuah sayur, saus, puding, pengisi kue,
untuk partikel tersuspensi, seperti misalnya, partikel coklat disuspensi dalam susu
coklat dan banyak makanan lain. Banyak dari penstabil ini mengandung pati, pati
yang dimodifikasi, gelatin, pektin, gum selulosa, alginat, karagenan dan berbagai
gum lain. Selain bertindak sebagai penstabil, banyak dari senyawa ini
mempengaruhi sifat fisika dan rasa mulut makanan (deMan, 1989).
Karboksimetil selulosa (CMC) merupakan eter polimer selulosa linear dan
berupa senyawa anion yang bersifat biodegradable, tidak berbau, tidak berwarna,
tidak beracun, butiran atau bubuk yang larut dalam air, memiliki rentang pH
sebesar 6,5 sampai 8,0 dan stabil pada rentang pH 2 10, transparan serta tidak
bereaksi dengan senyawa organik. Karboksimetil selulosa berasal dari selulosa
kayu dan kapas yang diperoleh dari reaksi antara selulosa dengan asam
monokloroasetat, dengan katalis berupa senyawa alkali. Karboksimetil selulosa
juga merupakan senyawa serba guna yang memiliki sifat penting seperti
kelarutan, reologi dan adsorpsi di permukaan (Deviwings, 2008).
Jenis bahan seperti CMC (carboxy methyl celullose), pektin, dan modified
starch ditambahkan ke dalam larutan sari buah sebagai pengental, untuk membuat
penampilan lebih menarik atau menambah volume. Dosis yang digunakan
sebanyak 1% dari jumlah yang dibuat (Satuhu, 1996).
CMC tidak berwarna dan tidak berbau, mudah larut dalam air panas dan
air dingin. Kekentalan dihasilkan oleh kontribusi dari CMC untuk stabilisasi
produk-produk beku seperti es krim. CMC juga dapat digunakan sebagai
stabilizer utama dalam es krim untuk mengontrol ukuran kristal es dan
pembentukan kristal es selama pembekuan dan penyimpanan untuk memberikan
tekstur lembut saat dimakan (Phillips and Williams, 1987).
Polisakarida stabilizer meliputi berbagai jenis hidrokoloid, diantaranya
yaitu karboksimetil selulosa yang sering digunakan pada produk makanan beku
untuk mengontrol pembentukan kristal-kristal es dan menghasilkan tekstur produk
yang baik (Eliasson, 2004).
Karboksimetil selulosa merupakan bahan penstabil yang memiliki daya
ikat yang kuat dan berperan untuk meningkatkan kekentalan dan tekstur produk
makanan, seperti jelli, salad dan produk es (Belitz and Grosch, 1987).
Penyimpanan Beku
Pembekuan adalah cara terbaik yang sekarang umum digunakan untuk
pengawetan pangan dalam jangka waktu panjang. Pangan beku memiliki hampir
seluruh aroma dan rasa, warna, dan nilai gizi aslinya. Disamping berbagai
keunggulan ini, pembekuan sering menimbulkan efek yang merugikan terhadap
tekstur sebagai akibat pembekuan es (Hermana, 1991).
Hampir semua pangan dapat dibekukan dengan baik dan pada umumnya
produk makanan beku lebih baik daripada makanan kaleng, karena produk
tersebut memiliki persamaan yang dekat dengan bahan makanan segar
(Gaman dan Sherrington, 1992).
(cooling)
dan
pembekuan
(freezing).
Pendinginan
adalah
pembentukan kristal es yang besar dan jika dicairkan kembali produk akan banyak
kehilangan cairan (Adawyah, 2007).
Sorbet
Sorbet adalah produk makanan beku yang tidak mengandung produk susu
(non-dairy) dan biasanya terbuat dari sari buah-buahan yang sekaligus berfungsi
sebagai pemberi rasa (flavouring agent). Komposisi sorbet secara umum adalah
sukrosa 10%, padatan sirup jagung 8,50% atau padatan jus buah, stabilizer 0,40%,
asam sitrat 0,70%, Air 57,40% dan bahan-bahan lainnya sampai 100%. Namun
saat ini, sorbet juga sudah dimodifikasi dengan menggunakan jus buah-buahan
(Universitas Kristen Petra, 2008).
Sorbet adalah produk buah beku yang dibuat dengan penambahan gula dan
bubur buah. Tidak seperti gelato, sorbet ini tidak mengandung bahan hewani dan
cenderung sedikit lebih lembut dari gelato. Sorbet ini mengandung kadar lemak
yang rendah dibandingkan produk yang lainnya, karena tidak dilakukan
penambahan produk hewani untuk meningkatkan kadar lemaknya. Dalam menu
sehari-hari disebut dengan sorbetto untuk membedakannya dari gelato
( Smith, 2009).
Sekarang ini, banyak produk dessert beku yang beredar dipasaran. Seperti,
puding beku, cheescake beku, es krim berlapis coklat karamel dan kacang, es krim
dengan butiran coklat dan produk buah beku dengan krim atau tanpa krim. Sorbet
merupakan salah satu produk dessert beku yang mengandung bubur buah atau
padatan jus buah dengan gula dan zat penstabil. Sama seperti produk es buah,
sorbet
juga
merupakan
produk
yang
tidak
mengandung
lemak
Sorbet sering diartikan sama dengan water ice, italian ice dan sherbet.
FDA belum memiliki klasifikasi tersendiri untuk sorbet, karena pengertiannya
yang hampir mirip dengan sherbet. Pengertian sherbet di Amerika Serikat adalah
produk yang mengandung bahan-bahan produk susu seperti krim atau susu yang
ditambahkan sampai kandungan lemak susunya mencapai 1% atau 2%. Produk
yang mengandung kadar lemak yang tinggi didefenisikan sebagai es krim,
sedangkan produk dengan kandungan lemak rendah disebut sebagai water ice.
Istilah sorbet didefenisikan sebagai produk yang tidak mengandung lemak susu,
namun mengandung jus buah (Wikipedia, 2009).
gula
pada umumnya
mempunyai rasa
manis,
tetapi
masing-masing bahan dalam komposisi gula ini memiliki suatu rasa manis khas
yang saling berbeda. Kekuatan rasa manis yang ditimbulkan oleh beberapa faktor
yaitu jenis pemanis, konsentrasi, suhu serta sifat mediumnya. Tujuan penambahan
gula adalah untuk memperbaiki flavor bahan makanan sehingga rasa manis yang
timbul dapat meningkatkan kelezatan (Sudarmadji, 1982).
kekurangan
sukrosa
akan
menyebabkan
rasa
yang
hambar
(Arbuckle, 1986).
Gula merupakan senyawa organik yang mempunyai kandungan nutrisi
sebagai sumber kalori. Umumnya gula digunakan sebagai bahan pengawet dalam
pembuatan aneka ragam produk-produk makanan seperti sirup buah-buahan, sari
buah pekat, buah-buahan beku dalam sirup, buah-buahan bergula dan lain-lain
(Buckle, et al., 1987).
Gula adalah bentuk dari karbohidrat, jenis gula yang paling sering
digunakan adalah kristal sukrosa padat. Gula digunakan untuk merubah rasa dan
keadaan makanan atau minuman. Gula atau sukrosa ini dapat dibuat dari tebu, bit
atau aren dengan proses pemurnian (Wikipedia, 2009).
Selain sebagai pemanis, gula juga merupakan pengawet. Kandungan air
pada bahan yang akan diawetkan ditarik dari sel buah sehingga mikroba menjadi
tidak cocok lagi tumbuh disana. Gula banyak digunakan untuk pengawetan bahan
makanan yang berasal dari buah-buahan. Bentuk produk olahan yang
menggunakan gula antara lain sari buah, jam, jelly, manisan buah, manisan
kering, dan lain sebagainya (Satuhu, 1996).
Asam Sitrat
Dalam banyak minuman tak beralkohol, asam organik seperti asam sitrat,
tartarat dan malat dipakai untuk memberikan rasa asam getir. Asam organik yang
dipakai sebagai tinambah makanan termasuk beberapa asam karboksilat rantai
lurus, seperti asam asetat. Asam organik lain yang dipakai sebagai pengasam atau
asidulan termasuk asam sitrat, tartarat, malat, laktat, suksinat, adipat dan fumarat
(deMan, 1989).
Asam sitrat merupakan asam organik lemah yang ditemukan pada daun
dan buah tumbuhan genus Citrus. Senyawa ini merupakan bahan pengawet yang
baik dan alami, selain digunakan sebagai penambah rasa masam pada makanan
dan minuman ringan. Keasaman asam sitrat didapatkan dari tiga gugus karboksil
COOH yang dapat melepas proton dalam larutan. Jika hal ini terjadi, ion yang
dihasilkan adalah ion sitrat. Sitrat sangat baik digunakan dalam larutan penyangga
untuk mengendalikan pH larutan (Wikipedia, 2009).
Asam-asam organik dapat ditambahkan dalam bahan pangan dengan
tujuan untuk pengawetan dan memperbaiki rasa, mengatur keasaman (pH),
stabilisasi warna dan mengikat logam. Asam-asam organik yang sering
ditambahkan dengan sengaja dalam bahan pangan, antara lain ; asam asetat, asam
laktat dan asam sitrat. Biasanya bahan pengawet ini ditambahkan dalam jumlah
(dosis) yang cukup besar, yaitu lebih dari 1% (Nurwantoro dan Djarijah, 1997).
Pewarna
Penentuan mutu bahan makanan pada umumnya sangat bergantung pada
beberapa faktor diantaranya cita rasa, warna, tekstur, dan nilai gizinya. Tetapi
sebelum faktor-faktor lain dipertimbangkan, secara visual faktor warna tampil
lebih dahulu dan kadang-kadang sangat menentukan. Suatu bahan yang dinilai
bergizi, enak, dan teksturnya sangat baik tidak akan dikonsumsi apabila memiliki
warna yang tidak sedap dipandang atau memberi kesan menyimpang dari warna
yang seharusnya (Winarno, 1984).
Menstabilkan warna
(Hartoyo, 2004).