You are on page 1of 17

MATERI MAKALAH ( CACING KREMI )

M.KUL EPID.Lingkungan
Posted on Januari 18, 2012 by gkreatifity
A. PENGERTIAN CACING KREMI
Cacing kremi atau Oxyuris vermicularis merupakan cacing parasit yang banyak menginfeksi
anak-anak maupun dewasa dan ditandai dengan gejala khas berupa rasa gatal di sekitar anus.
Cacing dewasa dalam jumlah banyak kadang-kadang bisa ditemukan pada feses atau tinja orang
yang terinfeksi.
Cacing Kremi (Oksiuriasis, Enterobiasis) adalah suatu infeksi parasit yang terutama biasanya
menyerang anak-anak, dimana cacing Enterobius vermicularis (cacing kremi) tumbuh dan
berkembangbiak di dalam usus. Penyakit cacingan biasanya melanda orang-orang miskin yang
sehari hari sulit mendapat makanan dan kadang hanya bisa mengais sampah di jalan-jalan dan
menelan sisa makanan basi di tengah kerumunan lalat. Penyakit cacing yang disebabkan karena
makanan yang tidak bersih inilah yang disebut penyakit cacing kremi. Cacing ini biasanya
berkembang biak di perut dan terbuang bersama kotoran, jika bersarang di dubur akan
menimbulkan lubang dubur tersa gatal karena biasanya cacing betina meninggalkan telurnya di
lubang dubur tersebut.
Cacing kremi ini adalah salah satu jenis hewan yang biasa menjadi parasit bagi manusia. Dan
yang paling sering di jangkiti oleh hewan parasit ini. Cacing kremi ini bentuknya bulat halus
seperti benang dengan warna keputihan Cacing kremi betina berukuran 8-13 mm x 0,44 mm
dengan ekor panjang dan runcing sedangkan cacing kremi jantan berukuran 2-5 mm dengan ekor
melingkar (Bayangkan saja seperti parutan kelapa). Cacing ini biasa hidup didalam usus dan
paling sering ditemukan pada pangkal usus bagian bawah (anus).
Enterobius vermicularis telah diketahui sejak dahulu dan telah banyak dilakukan penelitian
mengenai biologi, epidemiologi dan gejala klinisnya. Parasit ini kosmopolit tetapi lebih banyak
ditemukan di daerah dingin daripada di daerah panas. Hal ini mungkin disebabkan karena pada
umumnya orang di daerah dingin jarang mandi dan mengganti baju dalam. Penyebaran cacing ini
juga ditunjang oleh eratnya hubungan antara manusia satu dengan lainnya serta lingkungan yang
sesuai.
Transmisi cacing ini seperti halnya cacing perut masuk langsung melalui mulut baik dengan
perantara makanan maupun dimasukan secara tidak sengaja oleh penderita yang habis
menggaruk lubang anusnya yang gatal. Sehingga pada anak anak sering terjadi reinfeksi akibat
tindakan itu.
Gatal-gatal akibat infeksi cacing kremi tidak hanya bisa dirasakan di daerah dubur. Pada wanita,
cacing tersebut bisa juga menyerang daerah sekitar alat kelamin termasuk vagina dan saluran
telur sehingga mengganggu sistem reproduksi.
Gejala umum terjangkiti oleh cacing kremi biasanya pada bagian dubur terasa gatal, berat badan
penderita menurun, terkadang juga mengalami diare. Apabila gejala gejala tersebut sudah
nampak jangan menggaruk dubur yang gatal dengan jari karena bila lecet dapat mengakibatkan
infeksi. Hindari makan makanan berlemak, kemudian olesi pada sekitar dubur dengan minyak
zaitun atau air garam.

Gejalanya, selain rasa gatal, juga adanya lendir keruh dan kental berwarna sedikit kekuningan
seperti susu, terkadang berbusa. Keputihan ini biasanya juga diderita anak-anak perempuan
(balita sampai anak besar). Terjadi akibat spora yang menempel pada makanan atau barang lain
yang terkontaminasi. Sebab itu kalau ada anak perempuan mengeluh di daerah vagina terasa
gatal dan mengeluarkan lendir kekuningan, segeralah periksakan ke dokter. Mungkin
penyebabnya cacing kremi .
Penyakit akibat cacing kremi dikenal dengan Enterobiasis sebagaimana nama latin cacing kremi
yaitu Enterobious vermicularis. Penyebaran cacing kremi lebih banyak terjadi pada daerah
dengan hawa dingin.
Cacing kremi juga dapat menimbulkan komplikasi diantaranya salpingitis (peradangan saluran
indung telur), vaginitis (peradangan vagina, dan infeksi ulang.
B. PERJALANAN PENYAKIT CACING KREMI
Cacing Enterobius vermicularis menyebabkan infeksi cacing kremi yang disebut juga
enterobiasis atau oksiuriasis. Infeksi biasanya terjadi melalui 2 tahap. Pertama, telur cacing
pindah dari daerah sekitar anus penderita ke pakaian, seprei atau mainan. Kemudian melalui jarijari tangan, telur cacing pindah ke mulut anak yang lainnya dan akhirnya tertelan. Telur cacing
juga dapat terhirup dari udara kemudian tertelan. Setelah telur cacing tertelan, lalu larvanya
menetas di dalam usus kecil dan tumbuh menjadi cacing dewasa di dalam usus besar (proses
pematangan ini memakan waktu 2-6 minggu). Cacing dewasa betina bergerak ke daerah di
sekitar anus (biasanya pada malam hari) untuk menyimpan telurnya di dalam lipatan kulit anus
penderita. Telur tersimpan dalam suatu bahan yang lengket. Bahan ini dan gerakan dari cacing
betina inilah yang menyebabkan gatal-gatal. Telur dapat bertahan hidup diluar tubuh manusia
selama 3 minggu pada suhu ruangan yang normal. Tetapi telur bisa menetas lebih cepat dan
cacing muda dapat masuk kembali ke dalam rektum dan usus bagian bawah.
Dalam siklus hidupnya di dalam tubuh manusia, cacing kremi selalu berpindah-pindah. Sejak
berbentuk telur hingga menetas, cacing ini tinggal di usus 12 jari kemudian setelah berubah
menjadi larva akan berpindah ke usus tengah yang merupakan bagian atas sistem penyerapan
nutrisi.
Setelah dewasa, cacing ini akan bermigrasi ke bagian anus kemudian bergerombol dan
menyebabkan rasa gatal di bagian tersebut. Sebagian di antaranya juga akan keluar bersama feses
atau tinja dan umumnya bisa diamati dengan mata telanjang, berupa cacing putih yang bergerakgerak.
Dalam pengembaraannya menuju anus inilah, cacing dewasa sering tersesat lalu bersarang di
bagian-bagian yang tidak seharusnya kemudian bersarang di sana untuk bertelur. Salah satunya
adalah vagina, yang sering menjadi tempat bersarang cacing kremi dewasa khususnya yang
betina.
Di vagina, cacing kremi bisa menyebabkan gatal atau bahkan radang yang pada tingkat
keparahan tertentu bisa disertai koreng. Infeksinya bahkan bisa lebih jauh lagi, cacing-cacing itu
kadang menyebar hingga saluran telur sehingga bisa mengganggu sistem reproduksi.
Daur hidup cacing ini bekisar antara 2 minggu sampai 2 bulan. Cacing dewasa dari usus halus
pergi ke usus besar kemudian ke anus karena telur telur cacing itu hanya menetas kalau ada
OKSIGEN, sehingga diberi nama Oxyuris OK. Di malam hari cacing kremi yang mendekam di
usus penderita, biasanya turun ke kawasan dubur untuk bertelur.
Penyebaran cacing kremi lebih luas dari cacing lain. Penularan dapat terjadi pada suatu keluarga
atau kelompok-kelompok yang hidup dalam satu lingkungan yang sama seperti asrama, rumah

piatu. Telur cacing dapat diisolasi dari debu di ruangan sekolah atau kafetaria sekolah dan
mungkin ini menjadi sumber infeksi bagi anak-anak sekolah. Di berbagai rumah tangga dengan
beberapa anggota keluarga yang mengandung cacing kremi, telur cacing dapat ditemuka. (92%)
di lantai, meja, kursi, bufet, tempat duduk kakus (toilet seats), bak mandi, alas kasur, pakaian.
Hasil penelitian menunjukkan angka prevalensi pada berbagai golongan manusia 3-80%.
Penelitian di daerah Jakarta Timur melaporkan bahwa kelompok usia terbanyak yang menderita
entrobiasis adalah kelompok usia antara 5-9 tahun yaitu terdapat 46 anak (54,1%) dari 85 anak
yang diperiksa.
Gambar 1. Siklus Hidup Cacing Kremi
Habitat cacing dewasa biasanya di rongga sekum usus besar dan diusu halus yang berdekatan
dengan rongga sekum. Makanannya adalah isi dari usus. Cacing betina yang gravid mengandung
11.000 15.000 butir telur, bermigrasi kedaerah perianal untuk bertelur dengan cara kontraksi
uterus dan vaginanya. Telur-telur jarang dikeluarkan diusus, sehingga jarang ditemukan di dalam
tinja. Telur menjadi matang dalam waktu kira-kira 6 jam setelah dikeluarkan, pada suhu badan.
Telur resisten terhadap desinfektan dan udara dingin. Dalam keadaan lembab telur dapat hidup
sampai 13 hari.
Kopulasi cacing jantan dan betina mungkin terjadi di sekum. Cacing jantan mati setelah kopulasi
dan cacing betina mati setelah bertelur. Infeksi cacing kremi terjadi bila menelan telur matang,
atau bila larva dari telur yang menetas didaerah perianal bermigrasi kembali keusus besar. Bila
telur matang yang tertelan, telur menetas di duedenum dan larva rabditiform berubah dua kali
sebelum menjadi dewasa di yeyunum dan bagian atas ileum.
Waktu yang diperlukan untuk daur hidupnya, mulai dari tertelannya telur matang sampai
menjadi cacing dewasa gravid yang bermigrasi ke dareha perianal, berlangsung kira-kira 2
minggu sampai 2 bulan. Mungkin hanya berlangsung selama 1 bulan karena telur-telur cacing
dapat ditemukan kembali pada anus paling cepat 5 minggu sesudah pengobatan.
Infeksi cacing kremi dapat sembuh sendiri (self limited). Bila tidak ada reinfeksi, tanpa
pengobatan infeksi dapat berakhir.
C. GEJALA CACING KREMI
Entrobiasis relatif tidak berbahaya, jarang menimbulkan lesi yang berarti. Gejala klinis yang
menonjol disebabkan iritasi disekitar anus, perineum dan vagina oleh cacing betina gravid yang
bermigrasi kedaerah anus dan vagina sehingga menyebabkan pruritus lokal.. Oleh karena cacing
bermigrasi kedaerah anus dan menyebaban pruritus ani maka penderita menggaruk daerah
sekitar anus sehingga timbul luka garuk disekitar anus.
Keadaan ini sering terjadi pada waktu malam hari hingga penderita terganggu tidurnya dan
menjadi lemah. Kadang-kadang cacign dewasa muda dapat bergerak ke usus halus bagian
proksimal sampai ke lambung, esofagus dan hidung sehingga menyebabkan gangguan didaerah
tersebut. Cacing betina gravid mengembara dan dapat bersarang di vagina dan di tuba falopi
sehingga menyebabkan radang disaluran telur. Cacing sering ditemukan diapendiks tetapi jarang
menyebabkan appendisitis.
Beberapa gejala karena infeksi cacing Enterobiasis vermicularis dikemukakan oleh beberapa
penyelidik yaitu kurang nafsu makan, berat badan turun, aktifitas meninggi, enuresis, cepat
marah, gigi menggeretak, insomnia dan masturbasi, tetapi kadang sukar untuk membuktikan
hubungan sebab dengan cacing kremi.

Infeksi cacing kremi ringandengan hanya sejumlah kecil cacing dewasa dalam tubuhtidak ada
gejala. Gejala-gejala muncul dengan moderat atau infeksi berat. Beberapa minggu setelah
menelan telur cacing kremi, cacing betina dewasa bermigrasi dari usus ke daerah sekitar anus, di
mana mereka bertelur. Migrasi biasanya terjadi pada malam hari. Migrasi ini menyebabkan:
Gatal-gatal di daerah anal atau vaginal
Insomnia, lekas marah dan gelisah
Gejala saluran pencernaan yang samar-samar, seperti sebentar-sebentar sakit perut dan mual
Gejala umum terjangkiti oleh cacing kremi biasanya pada bagian dubur terasa gatal, berat badan
penderita menurun, terkadang juga mengalami diare. Apabila gejala gejala tersebut sudah
nampak jangan menggaruk dubur yang gatal dengan jari karena bila lecet dapat mengakibatkan
infeksi. Hindari makan makanan berlemak, kemudian olesi pada sekitar dubur dengan minyak
zaitun atau air garam.
Gejala lainnya berupa:
Rasa gatal hebat di sekitar anus
Rewel (karena rasa gatal dan tidurnya pada malam hari terganggu)
Kurang tidur (biasanya karena rasa gatal yang timbul pada malam hari ketika cacing betina
dewasa bergerak ke daerah anus dan menyimpan telurnya disana)
Nafsu makan berkurang, berat badan menurun (jarang terjadi, tetapi bisa terjadi pada infeksi
yang berat)
Rasa gatal atau iritasi vagina (pada anak perempuan, jika cacing dewasa masuk ke dalam
vagina)
Kulit di sekitar anus menjadi lecet atau kasar atau terjadi infeksi (akibat penggarukan).
D. DIAGNOSIS CACING KREMI
Cacing kremi dapat dilihat dengan mata telanjang pada anus penderita, terutama dalam waktu 12 jam setelah anak tertidu pada malam hari. Cacing kremi berwarna putih dan setipis rambut,
mereka aktif bergerak.
Telur maupun cacingnya bisa didapat dengan cara menempelkan selotip di lipatan kulit di sekitar
anus, pada pagi hari sebelum anak terbangun. Kemudian selotip tersebut ditempelkan pada kaca
objek dan diperiksa dengan mikroskop.
Infeksi cacing sering diduga pada anak yang menunjukkan rasa gatal di sekitar anus pada waktu
malam hari. Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dan cacing dewasa. Telur cacing dapat
diambil dengan mudah dengan alat anal swab yang ditempelkan di sekitar anus pada waktu pagi
hari sebelum anak buang air besar dan mencuci pantat (cebok).
Anal swab adalah suatu alat dari batang gelas atau spatel lidah yang pada ujungnya dilekatkan
Scotch adhesive tape. Bila adhesive tape ini ditempelkan di daerah sekitar anus, telur cacing akan
menempel pada perekatnya. Kemudian adhesive tape diratakan pada kaca benda dan dibubuhi
sedikit toluol untuk pemeriksaan mikroskopik. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan 3 hari berturutturut.
E. CARA PENULARAN CACING KREMI
Sebagian besar jenis cacing parasit termasuk cacing kremi merupakan soil transmited infection
yang penularannya harus diperantarai oleh tanah. Telur cacing parasit baru akan menjadi bentuk
infektif (bisa menginfeksi) jika sudah berada di tanah, kemudian masuk lewat saluran
pencernaan.
Penularan cacing harus melalui tanah, terutama tanah liat. Bahkan tinja sekalipun kalau langsung

dijilat tidak akan menularkan cacing. Telur cacing yang terbang ke udara juga hanya akan
menular jika hinggap di makanan, jadi tidak menular lewat pernapasan
Penyakit ini sama seperti penyakit kulit yang bisa menular. Penularan cacing kremi terjadi
autoinfeksi . karena telurnya bisa nempel dimana aja, di pakaian, sprei or debu , sehingga akibat
tidak hygienisnya tangan / kuku sehingga bersama makanan masuk ke mulut dari tangannya
yang penuh telur/debu. Penyakit kremian ini sering pula disebut penyakit enterobiasis
/oksiuriasis penyakit yang sangat sering ditemukan terutama pada anak-anak.
Infeksi ini dapat terjadi akibat tertelannya telur cacing enterobius vermicularis (oxyuris
vermicularis). Setelah telur cacing tertelan, larvanya akan menetas di usus duabelas jari
(duodenum) dan tumbuh menjadi bentuk dewasa di usus besar. Cacing betina yang hamil (dapat
mengandung 11.000-15.000 telur) akan berpindah ke daerah sekitar anus (perianal) untuk
mengeluarkan telur-telurnya disekitar anus.
Proses berpindahnya cacing ini akan menimbulkan sensasi gatal pada daerah sekitar anus
penderita. Keadaan ini sering terjadi pada waktu malam hari sehingga penderita sering terganggu
tidurnya dan menjadi lemah. Selain gatal-gatal Gejala lain yang dapat dirasakan oleh penderita
infeksi cacing kremi adalah : Kurang nafsu makan, Berat badan menurun, Aktivitas meningkat,
Sering mengompol, Cepat marah, Sulit tidur, dll.
Penularan cacing kremi dapat terjadi pada satu keluarga atau kelompok-kelompok yang hidup di
lingkungan yang sama, seperti asrama, rumah piatu, dll. Proses penularannya dapat terjadi
melalui :
Penularan dari tangan ke mulut sesudah menggaruk darerah sekitar anus
Penularan dari tangan dapat menyebarkan telur kepada orang lain karena memegang bendabenda lain yang terkontaminasi telur cacing ini
Telur cacing dapat ditemukan di debu ruangan sekolah, asrama, kavetaria, dan lainnya. Telur
cacing di debu ini akan mudah diterbangkan oleh angin dan dapat tertelan
Telur yang telah menetas di sekitar anus dapat berjalan kembali ke usus besar melalui anus.
Gambar 2. Cara Penularan Cacing Kremi
Penularan dapat dipengaruhi oleh :
1. Penularan dari tangan ke mulut sesudah menggaruk daerah perianal (autoinfeksi) atau tangan
dapat menyebarkan telur kepada orang lain maupun kepada diri sendiri karena memegang bendabenda maupun pakaian yang terkontaminasi.
2. Debu merupakan sumber infeksi oleh karena mudah diterbangkan oleh angin sehingga telur
melalui debu dapat tertelan.
3. Retrofeksi melalui anus : larva dari telur yang menetas di sekitar anus kembali masuk ke usus.
Anjing dan kucing bukan mengandung cacing kremi tetapi dapat menjadi sumber infeksi oleh
karena telur dapat menempel pada bulunya. Frekuensi di Indonesia tinggi, terutama pada anak
dan lebih banyak ditemukan pada golongan ekonomi lemah. Frekuensi pada orang kulit putih
lebih tinggi darpada orang negro. Kebersihan perorangan penting untuk pencegahan. Kuku
hendaknya selain dipotong pendek, tangan dicuci sebelum makan. Anak yang mengandung
cacing kremi sebaiknya memakai celana panjang jika hendak tidur supaya alat kasur tidak
terkontaminasi dan tangan tidak menggaruk daerah perianal. Makanan hendaknya dihindarkan
dari debu dan tangan yang mengandung parasit. Pakaian dan als kasur hendaknya dicuci bersih
dan diganti setiap hari.

F. PENCEGAHAN & PENGOBATAN CACING KREMI


Infeksi keremi ringan atau mereka yang tanpa gejala tidak membutuhkan pengobatan. Jika
seseorang memiliki gejala, perlu obat anti-parasit. Untuk gejala infeksi, obat-obatan hampir
selalu efektif dalam menghilangkan parasit. Karena anak-anak begitu mudah menyebar cacing
kremi kepada keluarga mereka, dokter akan meresepkan obat untuk seluruh anggota keluarga
mencegah agar terhindar dari infeksi dan reinfeksi.
Cara terbaik untuk menghindari penyakit cacingan adalah dengan upaya pencegahan berupa
melaksanakan pola hidup bersih dan sehat, karena walau bagaimanapun upaya pencegahan lebih
baik daripada pengobatan.
Menjaga kebersihan perorangan berperan penting untuk pencegahan penyakit ini, antara lain
dengan :
Kuku hendaknya selalu dipotong pendek
Tangan hendaknya selalu dicuci sebelum makan
Makanan sebaiknya dihindarkan dari debu dan tangan yang mengandung parasit
Pakaian dan alas kasur hendaknya dicuci bersih dan diganti setiap hari.
Jika salah satu anggota keluarga terinfeksi cacing kremi, sebaiknya pengobatan diberikan kepada
seluruh keluarga, agar penyebaran cacing ini dapat dihentikan secara menyeluruh.
Seluruh anggota keluarga sebaiknya diberi pengobatan bila ditemukan salah seorang anggota
mengandung cacing kremi. Obat piperazin dosis tunggal 3-4 gram (dewasa) atau 25 mg/kg berat
badan (anak-anak), sangat efektif bial diberikan pagi hari diikuti minum segelas air sehingga
obat sampai ke sekum dan kolon. Efek samping yang mungkin terjadi adalah mual dan muntah.
Obat lain yang juga efektif adalah pirantel pamoat dosis 10 mg/kg berat badan atau mebendazol
dosis tunggal 100 mg atau albendazol dosis tunggal 400 mg. Mebendazol efektif terhadap semua
stadium perkembangan cacing kremi, sedangkan pirantel dan pipreazin dosis tunggal tidak
efektif terhadap stadium muda. Pengobatan sebaiknyadiulang 2-3 minggu kemudian. Pengobatan
secara periodik memberikan prognosis yang baik.
Infeksi cacing kremi dapat disembuhkan melalui pemberian dosis tunggal obat anti-parasit
mebendazole, albendazole atau pirantel pamoat. Seluruh anggota keluarga dalam satu rumah
harus meminum obat tersebut karena infeksi ulang bisa menyebar dari satu orang kepada yang
lainnya.
Untuk mengurangi rasa gatal, bisa dioleskan krim atau salep anti gatal ke daerah sekitar anus
sebanyak 2-3 kali/hari.
Meskipun telah diobati, sering terjadi infeksi ulang karena telur yang masih hidup terus dibuang
ke dalam tinja selama seminggu setelah pengobatan. Pakaian, seprei dan mainan anak sebaiknya
sering dicuci untuk memusnahkan telur cacing yang tersisa.
Langkah-langkah umum yang dapat dilakukan untuk mengendalikan infeksi cacing kremi
adalah:
Mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang air besar
Memotong kuku dan menjaga kebersihan kuku
Mencuci seprei minimal 2 kali/minggu
Mencuci jamban setiap hari
Menghindari penggarukan daerah anus karena bisa mencemari jari-jari tangan dan setiap
benda yang dipegang/disentuhnya
Menjauhkan tangan dan jari tangan dari hidung dan mulut.

Home INFO CACING KREMI - OXYURIS VERMICULARIS

CACING KREMI - OXYURIS VERMICULARIS


Diposkan oleh Erick Samuel on Selasa, 03 April 2012

Deskripsi cacing Kremi

Penyakit akibat cacing kremi dikenal dengan Enterobiasis sebagaimana nama latin cacing kremi
yaitu Enterobious vermicularis.
Penyebaran cacing kremi lebih banyak terjadi pada daerah dengan hawa dingin.
Cacing kremi betina berukuran 8-13 mm x 0,44 mm dengan ekor panjang dan runcing sedangkan
cacing kremi jantan berukuran 2-5 mm dengan ekor melingkar (Bayangkan saja seperti parutan
kelapa).
Daur hidup cacing ini bekisar antara 2 minggu sampai 2 bulan
Cacing dewasa dari usus halus pergi ke usus besar kemudian ke anus karena telur telur cacing itu
hanya menetas kalau ada OKSIGEN, sehingga diberi nama Oxyuris OK.
Di malam hari cacing kremi yang mendekam di usus penderita, biasanya turun ke kawasan
dubur untuk bertelur.

Setelah itu, ia akan masuk kembali ke usus.


Payahnya, cacing ini sering nyasar. Bukannya kembali ke usus, malah masuk ke liang vagina jika
wanita.
Akibatnya, korban akan mengalami keputihan karena cacing kremi.
Gejalanya, selain rasa gatal, juga adanya lendir keruh dan kental berwarna sedikit kekuningan
seperti susu, terkadang berbusa. Keputihan ini biasanya juga diderita anak-anak perempuan
(balita sampai anak besar). Terjadi akibat spora yang menempel pada makanan atau barang lain
yang terkontaminasi. Sebab itu kalau ada anak perempuan mengeluh di daerah vagina terasa
gatal dan mengeluarkan lendir kekuningan, segeralah periksakan ke dokter. Mungkin
penyebabnya cacing kremi .

Sebaran / Distribusi cara menginfeksi

Penyakit ini kayak penyakit kulit bisa menular


Penularan cacing kremi terjadi autoinfeksi . karena telurnya bisa nempel dimana aja, di pakaian,
sprei or debu , sehingga akibat tidak hygienisnya tangan / kuku sehingga bersama makanan
masuk ke mulut dari tangannya yang penuh telur/debu
Penyakit kremian ini sering pula disebut penyakit enterobiasis /oksiuriasis penyakit yang sangat
sering ditemukan terutama pada anak-anak
Infeksi ini dapat terjadi akibat tertelannya telur cacing enterobius vermicularis (oxyuris
vermicularis)
Setelah telur cacing tertelan, larvanya akan menetas di usus duabelas jari (duodenum) dan
tumbuh menjadi bentuk dewasa di usus besar.
Cacing betina yang hamil (dapat mengandung 11.000-15.000 telur) akan berpindah ke daerah
sekitar anus (perianal) untuk mengeluarkan telur-telurnya disekitar anus
Proses berpindahnya cacing ini akan menimbulkan sensasi gatal pada daerah sekitar anus
penderita
Keadaan ini sering terjadi pada waktu malam hari sehingga penderita sering terganggu tidurnya
dan menjadi lemah. Selain gatal-gatal,

Gejala lain yang dapat dirasakan oleh penderita infeksi cacing kremi adalah :

Kurang nafsu makan


Berat badan menurun
Aktivitas meningkat
Sering mengompol
Cepat marah
Sulit tidur
dll

Penularan cacing kremi dapat terjadi pada satu keluarga atau kelompok-kelompok yang hidup
di lingkungan yang sama, seperti asrama, rumah piatu, dll. Proses penularannya dapat terjadi
melalui :

Penularan dari tangan ke mulut sesudah menggaruk darerah sekitar anus

Penularan dari tangan dapat menyebarkan telur kepada orang lain karena memegang bendabenda lain yang terkontaminasi telur cacing ini
Telur cacing dapat ditemukan di debu ruangan sekolah, asrama, kavetaria, dan lainnya. Telur
cacing di debu ini akan mudah diterbangkan oleh angin dan dapat tertelan
Telur yang telah menetas di sekitar anus dapat berjalan kembali ke usus besar melalui anus.

Menjaga kebersihan perorangan berperan penting untuk pencegahan penyakit ini, antara
lain dengan :

Kuku hendaknya selalu dipotong pendek


Tangan hendaknya selalu dicuci sebelum makan
Makanan sebaiknya dihindarkan dari debu dan tangan yang mengandung parasit
Pakaian dan alas kasur hendaknya dicuci bersih dan diganti setiap hari.

Jika salah satu anggota keluarga terinfeksi cacing kremi, sebaiknya pengobatan diberikan
kepada seluruh keluarga, agar penyebaran cacing ini dapat dihentikan secara menyeluruh.

Cacing Kremi
(Enterobius vermicularis atau Oxyuris vermicularis)
A. Pengertian Cacing Kremi
Parasitologi ialah ilmu yang berisi kajian tentang organisme Jasad hidup, yang hidup di
permukaan atau di dalam tubuh organisme lain baik sementara waktu atau selama hidupnya,
dengan cara mengambil sebagian atau seluruh fasilitas hidupnya dari organisme lain
tersebut, hingga organisme lain tersebut jadi merugi (dirugikan).
Cacing kremi atau Oxyuris vermicularis atau Enterobius vermicularis adalah parasit
yang hanya menyerang manusia, penyakitnya kita sebut oxyuriasis atau enterobiasis. Cacing
kremi termasuk dalam Kerajaan:Animalia, Filum: Nematoda, Kelas: Secernentea, Upakelas:
Spiruria, Ordo: Oxyurida, Famili: Oxyuridae, Genus: Enterobius.

Cacing kremi (Enterobius vermicularis).

Insiden cacing Enterobius vermicularis tinggi di negara-negara barat terutama di USA


yang mencapai 35-41%. Pada daerah tropis insiden lebih sedikit oleh karena cukupnya sinar
matahari, udara panas, kebiasaan ke WC dimana sehabis defekasi dicuci dengan air tidak
dengan kertas toilet. Akibat dari hal tersebut pertumbuhan telur menjadi terhambat sehingga
dapat dikatakan penyakit ini tidak berhubungan dengan keadaan sosial ekonomi tetapi lebih
dipengaruhi oleh iklim dan kebiasaan hidup.
Penularan cacing ini tidak merata pada lapisan masyarakat melainkan menyebar pada
suatu keluarga atau kelompok-kelompok yang hidup dalam satu lingkungan yang sama.
Enterobiasis sering menyerang anak-anak usia 5-14 tahun. Udara yang dingin, lembab dan
ventilasi yang jelek merupakan kondisi yang baik bagi pertumbuhan telur.

B.

Morfologi Enterobius Vermicularis


1. Morfologi telur E. vermicularis.

Ukuran telur E. vermicularis yaitu 50-60 mikron x 20-30 mikron (rata-rata 55 x 26


mikron). Telur berbentuk asimetris, tidak berwarna, mempunyai dinding yang tembus
sinar dan salah satu sisinya datar. Telur ini mempunyai kulit yang terdiri dari dua lapis
yaitu : lapisan luar berupa lapisan albuminous, translucent, bersifat mechanical
protection. Di dalam telur terdapat bentuk larvanya. Seekor cacing betina memproduksi
telur sebanyak 11.000 butir setiap harinya selama 2 samapi 3 minggu, sesudah itu
cacing betina akan mati. (Soedarto, 1995)
2.

Morfologi cacing E. vermicularis.


Cacing dewasa E. vermicularis berukuran kecil, berwarna putih, yang betina jauh
lebih besar dari pada yang jantan. Ukuran cacing jantan adalah 2-5 mm, cacing jantan
mempunyai sayap yang dan ekornya melingkar seperti tanda tanya. Sedangkan ukuran
cacing betina adalah 8-13 mm x 0,4 mm, cacing betina mempunyai sayap , bulbus
esofagus jelas sekali, ekornya panjang dan runcing. Uterus cacing betina berbentuk
gravid melebar dan penuh dengan telur. Bentuk khas dari cacing dewasa ini adalah tidak
terdapat rongga mulut tetapi dijumpai adanya 3 buah bibir, bentuk esofagus bulbus
ganda (double bulb oesophagus), didaerah anterior sekitar leher kutikulum cacing
melebar, pelebaran yang khas disebut sayap leher (cervical alae). (Srisari G, 2006)

Cacing Dewasa E. Vermicularis

C. Siklus Hidup
Habitat cacing dewasa biasanya di rongga sekum, usus besar dan di usus halus yang
berdekatan dengan rongga sekum. Makanannya adalah isi dari usus.Manusia merupakan
satu-satunya hospes definitif. E.vermicularis dan tidak diperlukan hospes perantara. Cacing
dewasa betina mengandung banyak telur pada malam hari dan akan melakukan migrasi

keluar melalui anus ke daerah perianal dan perinium. Migrasi ini disebut Nocturnal
migration. Telur-telur jarang dikeluarkan di usus sehingga jarang ditemukan di dalam tinja.
Di daerah perinium tersebut cacing-cacing ini bertelur dengan cara kontraksi
uterus,kemudian telur melekat di daerah tersebut. Telur dapat menjadi larva infektif pada
tempat tersebut, terutama pada temperatur optimal 23-26 C dalam waktu 6 jam. Telur
resisten terhadap desinfektan dan udara dingin. Dalam keadaan lembab telur dapat hidup
sampai 13 hari. Waktu yang diperlukan untuk daur hidupnya, mulai dari tertelannya telur
matang sampai menjadi cacing dewasa gravid yang bermigrasi ke daerah perianal,
berlangsung kira-kira 2 minggu sampai 2 bulan.
Infeksi cacing kremi terjadi bila menelan telur matang, atau bila larva dari telur yang
menetas di daerah perianal bermigrasi kembali ke usus besar. Bila telur matang yang
tertelan,telur menetas di duodenum dan larva rabditiform berubah dua kali sebelum menjadi
dewasa di yeyunum dan bagian atas ileum. Infeksi cacing kremi dapat sembuh sendiri. Bila
tidak adareinfeksi,tanpa pengobatanpun infeksi dapat berakhir.

Siklus Hidup E. Vermicularis

D. Infeksi dan Penularan


Penularan dapat dipengaruhi oleh :
1. Penularan dari tangan ke mulut (hand to mouth), setelah anak anak menggaruk daerah
sekitar anus oleh karena rasa gatal, kemudian mereka memasukkan tangan atau jari
jarinya ke dalam mulut. Kerap juga terjadi, sesudah menggaruk daerah perianal mereka
menyebarkan telur kepada orang lain maupun kepada diri sendiri karena memegang
benda-benda maupun pakaian yang terkontaminasi. Telur Enterobius vermicularis
menetas di daerah perianal kemudian larva masuk lagi ke dalam tubuh (retrofeksi)
melalui anus terus naik sampai sekum dan tumbuh menjadi dewasa. Cara inilah yang kita
kenal sebagai : autoinfeksi.

2. Debu merupakan sumber infeksi oleh karena mudah diterbangkan oleh angin sehingga
telur yang ada di debu dapat tertelan.
3.

Anjing

dan

kucing

bukan

mengandung

cacing

kremi

tetapi

dapat menjadi sumber infeksi oleh karena telur dapat menempel pada bulunya.
Parasit ini kosmopolit tetapi lebih banyak ditemukan di daerah dingin daripada di
daerah panas. Hal ini mungkin disebabkan karena pada umumnya orang di daerah dingin
jarang mandi dan mengganti baju dalam. Penyebaran cacing ini juga ditunjang oleh eratnya
hubungan antara manusia satu dengan lainnya serta lingkungan yang sesuai.
Frekuensi di Indonesia tinggi, terutama pada anak dan lebih banyak ditemukan pada
golongan ekonomi lemah. Frekuensi pada orang kulit putih lebih tinggi daripada orang
negro.
Penyebaran cacing kremi lebih luas dari cacing lain. Penularan dapat terjadi pada suatu
keluarga atau kelompok-kelompok yang hidup dalam satu lingkungan yang sama seperti
asrama atau rumah piatu. Telur cacing dapat diisolasi dari debu di ruangan sekolah atau
kafetaria sekolah dan mungkin ini menjadi sumber infeksi bagi anak-anak sekolah. Di
berbagai rumah tangga dengan beberapa anggota keluarga yang mengandung cacing kremi,
telur cacing dapat ditemukan (92%) di lantai, meja, kursi, bufet, tempat duduk kakus (toilet
seats), bak mandi, alas kasur, pakaian. Hasil penelitian menunjukkan angka prevalensi pada
berbagai golongan manusia 3-80%. Penelitian di daerah Jakarta Timur melaporkan bahwa
kelompok usia terbanyak yang menderita entrobiasis adalah kelompok usia antara 5-9 tahun
yaitu terdapat 46 anak (54,1%) dari 85 anak yang diperiksa.

E.

Gejala Klinis
1. Rasa gatal hebat di sekitar anus, kulit di sekitar anus menjadi lecet atau kasar atau terjadi
infeksi (akibat penggarukan). Rasa gatal atau iritasi vagina (pada anak perempuan, jika
cacing masuk ke dalam vagina).
2. Rewel (karena rasa gatal).
3.

Kurang tidur (biasanya karena rasa gatal yang timbul pada malam hari ketika cacing
betina bergerak ke daerah anus dan meletakkan telurnya disana).

4. Napsu makan berkurang, berat badan menurun (jarang, tetapi dapat terjadi pada infeksi
berat).
5. Kulit di sekitar anus menjadi lecet, kasar, atau terjadi infeksi (akibat penggarukan).

F.

Diagnosis
Cara memeriksa Enterobiasis yaitu dengan menemukan adanya cacing dewasa atau telur dari
cacing E. vermiculsris. Adapun caranya adalah sebagai berikut :
1. Cacing dewasa
Cacing dewasa dapat ditemukan dalam feses, dicuci dalam larutan NaCl agak panas,
kemudian dikocok sehingga menjadi lemas, selanjutnya diperiksa dalam keadaan segar
atau dimatikan dengan larutan fiksasi untuk mengawetkan.
2. Telur cacing
Telur E. vermicularis jarang ditemukan didalam feses, hanya 5% yang positif pada
orang-orang yang menderita infeksi ini. Telur cacing E. vermicularis lebih mudah
ditemukan dengan teknik pemeriksaan khusus, yaitu dengan menghapus daerah sekitar
anus dengan Scotch adhesive tape swab.

3.

Pengobatan dan Pencegahan


Infeksi cacing kremi dapat disembuhkan melalui pemberian dosis tunggal obat antiparasit mebendazole, albendazole atau pirantel pamoat. Seluruh anggota keluarga dalam satu
rumah harus meminum obat tersebut karena infeksi ulang bisa menyebar dari satu orang
kepada yang lainnya.
Untuk mengurangi rasa gatal, bisa dioleskan krim atau salep anti gatal ke daerah sekitar
anus sebanyak 2-3 kali/hari. Meskipun telah diobati, sering terjadi infeksi ulang karena telur
yang masih hidup terus dibuang ke dalam tinja selama seminggu setelah pengobatan.
Pakaian, seprei dan mainan anak sebaiknya sering dicuci untuk memusnahkan telur cacing
yang tersisa. Langkah-langkah umum yang dapat dilakukan untuk mengendalikan infeksi
cacing kremi adalah:
Mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang air besar

Memotong kuku dan menjaga kebersihan kuku


Mencuci seprei minimal 2 kali/minggu
Mencuci jamban setiap hari
Menghindari penggarukan daerah anus karena bisa mencemari jari-jari tangan dan setiap
benda yang dipegang/disentuhnya
Menjauhkan tangan dan jari tangan dari hidung dan mulut.

1. Higiene
Higiene adalah usaha kesehatan masyarakat yang mempelajari pengaruh kondisi
lingkungan terhadap kesehatan manusia, upaya mencegah timbulnya penyakit karena
pengaruh lingkungan kesehatan serta membuat kondisi lingkungan yang baik sehingga
terjamin pemeliharaan kesehatannya. (Indan Entjang, 2000:74)
Faktor-faktor Higiene Perorangan :

a.

Kebiasaan mandi
Kesehatan anak sangat penting karena kesehatan semasa kecil menentukan kesehatan
pada masa dewasa. Anak yang sehat akan menjadi manusia dewasa yang sehat. Membina
kesehatan semasa anak berarti mempersiapkan terbentuknya generasi yang sehat akan
memperkuat ketahanan bangsa. Anak harus menjaga kesehatannya sendiri salah satunya
membiasakan mandi sehari dua kali, sehingga bisa mengurangi angka infeksi E.
Vermicularis.

b. Kebiasaan mengganti pakain dalam


E. vermicularis melakukan migrasi pada malam hari. Cacing dewasa betina yang
mengandung telur melakukan migrasi keluar melalui anus pada malam hari, kemudian
bertelur di daerah perianal dan perineum. Telur ini sebagian menempel pada pakaian
dalam dan telur tersebut akan menjadi infektif dalam waktu 6 jam.
c.

Kebiasaan mengganti alas tidur


Salah satu penularan E. vermicularis adalah autoinfeksi atau penularan dari tangan
kemulut penderita itu sendiri. Hal ini dikarenakan cacing dewasa betina mengandung
telur melakukan migrasi keluar anus dan telur terletak di perineum dan perianal, sebagian

telur ada yang berguguran di alas tidur kemudian telur menjadi infektif dan akan
menginfeksi orang lain dan diri sendiri.
d. Kebiasaan memotong kuku
Usaha pencegahan penyakit cacingan antara lain: menjaga kebersihan badan, kebersihan
lingkungan dengan baik, makanan dan minuman yang baik dan bersih, memakai alas
kaki, membuang air besar di jamban (kakus), memelihara kebersihan diri dengan baik
seperti memotong kuku dan mencuci tangan sebelum makan. Agar infeksi Enterobius
vermicularis tidak dapat berkurang. Departemen Kesehatan R.I (2001:100)
e.

Kebiasaan Mencuci tangan


Anak-anak paling sering terserang penyakit cacingan karena biasanya jari-jari tangan
mereka dimasukkan ke dalam mulut, atau makan tanpa cuci tangan, sehingga telur E.
Vermicularis dapat masuk kedalam perut anak.
Kebiasaan penggunaan faeces manusia sebagai pupuk tanaman menyebabkan semakin
luasnya pengotoran tanah, persediaan air rumah tangga dan makanan tertentu, misalnya
sayuran akan meningkatkan jumlah penderita Enterubiasis.

2. Sanitasi Lingkungan Rumah


Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitik beratkan pada pengawasan
terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Jadi
lebih baik mengutamakan usaha pencegahan terhadap berbagai faktor lingkungan yang
baik sehingga munculnya penyakit dapat dihindari. (Budioro, B. 1997:85).
Faktor-faktor sanitasi lingkungan rumah antara lain : adanya sinar matahari, jenis lantai
kamar tidur, adanya ventilasi, jendela dan genteng kaca yang langsung menyinari tempat
tidur, sehingga telur atau cacing dewasa Enterobius vermicularis bisa mati.

You might also like