Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya untuk mewujudkan Negara
Indonesia menjadi bangsa yang sehat, maju, mandiri, sejahtera, adil dan
makmur dengan sasaran meningkatnya kualitas sumber daya manusia
Indonesia yang ditandai dengan meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia
(IPM), Indeks Pembangunan Gender (IPG), Global Competitiveness Index dan
semakin kuatnya jati diri dan karakter bangsa. Pembangunan kesehatan harus
dilaksanakan dengan keterlibatan masyarakat luas dan dilaksanakan dengan
semangat kemitraan dengan lintas sektor, antara pemerintah dan swasta,
serta antara pusat dan daerah.
Upaya pemerintah untuk terus memperluas cakupan pembangunan
kesehatan dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, harus disertai
upaya mendorong kemandirian individu, keluarga dan masyarakat untuk
sehat. Salah satu tanggung jawab Pemerintah Kota Makassar adalah menjamin
tersedianya
pelayanan kesehatan yang berkualitas dan bermutu, merata dan terjangkau
oleh setiap individu, keluarga serta masyarakat , dan membangun kemitraan
antara pemerintah, masyarakat dan privat sektor.
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012 ini disusun dalam rangka
evaluasi terhadap pencapaian pembangunan kesehatan tahun 2012 dengan
mengacu kepada Indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) serta Millenium
Development Goals (MDGs). Dalam penyusunan profil kesehatan tahun 2012
ini, menyajikan bentuk data terpilah menurut jenis kelamin. Penyediaan data
terpilah dibutuhkan untuk memperoleh informasi pembuka wawasan yang
dapat
menggambarkan
kondisi,
kebutuhan,
persoalan
yang
dihadapi
perempuan dan laki-laki terkait dengan akses, partisipasi, kontrol dan manfaat
dalam pembangunan kesehatan. Bentuk data terpilah ini berbentuk kuantitatif
maupun kualitatif.
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
3. Sistematika Penyusunan
Penyajian Informasi yang terdapat di dalam Profil Kesehatan Tahun
2012 disusun dengan sistematika penyajian sebagai berikut :
Bab I
: Pendahuluan
Menyajikan
tentang
Latar
Belakang,
Maksud
dan
Tujuan
: Gambaran Umum
Menyajikan gambaran Kota Makassar secara umum dilihat dari
Kondisi Geografis Wilayah Kota Makassar, keadaan penduduknya
meliputi
jumlah
dan
pertumbuhan
penduduk,
persebaran
Bab IV
perbaikan
gizi
masyarakat,
imunisasi,
pengendalian
: Penutup
Bab ini menyajikan kesimpulan beberapa hal penting sehubungan
dengan pelaksanaan program kesehatan sepanjang tahun 2012
yang dituangkan kedalam Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun
2012, termasuk peluang dan tantangan penyusunannya serta
harapan-harapan demi suksesnya Program Kesehatan Kota
Makassar dalam mewujudkan Visi Makassar Sehat Menuju Kota
Dunia serta Misi Mewujudkan Warga Kota Yang Sehat
BAB II
GAMBARAN UMUM
2012
1,352,136
2011
2010
1,339,374
serta
kebijakan
pemerintah
tentang
penetapan
lokasi
Kecamatan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Ujung Tanah
Tallo
Bontoala
Wajo
Ujung Pandang
Makassar
Mamajang
Mariso
Tamalate
Rappocini
Panakkukang
Manggala
Biringkanaya
Tamalanrea
Jumlah
JUMLAH PENDUDUK
Tahun 2010
Tahun 2011 Tahun 2012
46.688
47.133
47.133
134.294
135.574
135.574
54.197
54.714
54.714
29.359
29.639
29.639
26.904
27.160
27.160
81.700
82.478
82.478
58.998
59.560
59.560
55.875
56.408
56.408
170.878
172.504
172.504
151.091
152.531
152.531
141.382
142.729
142.729
117.075
118.191
118.191
167.741
169.340
169.340
103.192
104.175
104.175
1,339,374
1.352.136
1.352.136
Gambar II.2
Jumlah Penduduk Kota Makassar per Kecamatan Tahun 2012
Biringkanaya
Panakkukang
Tamalate
Mamajang
27,160
29,639
Ujung
Bontoala
56,408
59,560
82,478
54,714
135,574
47,133
Ujung Tanah
0
50,000
169,340
118,191
142,729
152,531
172,504
100,000
150,000
200,000
Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk Kota Makassar per kecamatan tidak merata.
Dengan jumlah penduduk sebesar 1.352.136 jiwa dan luas wilayah 175,77 km
didapatkan angka Kepadatan Penduduk (Density) Kota Makassar sebesar
7.693 jiwa/km2. Ditinjau dari kepadatan penduduk, kecamatan Makassar
adalah terpadat yaitu 32.370 jiwa per km persegi, sedangkan kecamatan
Tamalanrea merupakan kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah
yaitu sekitar 3.272 jiwa per km persegi. Kepadatan penduduk Kota Makassar
per kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel II.3
Kepadatan Penduduk Kota Makassar per Kecamatan
Tahun 2012
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
KECAMATAN
Ujung Tanah
Tallo
Bontoala
Wajo
Ujung Pandang
Makassar
Mamajang
Mariso
Tamalate
Rappocini
Panakkukang
Manggala
Biringkanaya
Tamalanrea
MAKASSAR
PERSENTASE
PENDUDUK
JUMLAH
KELURAHAN
3.49
10.03
3.49
2.19
2.01
6.10
4.40
4.17
12.78
11.28
10.56
8.74
12.52
7.70
100,00
12
15
12
8
10
14
13
9
10
10
11
6
7
6
143
LUAS WIL.
(km)
5.94
5.83
2.1
1.99
2.63
2.52
2.25
1.82
20.21
9.23
17.05
24.14
48.22
31.84
175.77
KEPADATAN
PENDUDUK /km
7.934
23.254
26.504
14.893
10.327
32.729
26.471
30.993
8.535
16.525
8.371
4.896
3.511
3.271
7.693
Gambar II.3
Kepadatan Penduduk Kota Makassar per Kecamatan
Tahun 2012
35,000
32,656
Ujung Tanah
30,923
Tallo
30,000
26,412
25,995
Bontoala
23,202
25,000
Wajo
Ujung Pandang
20,000
14,860
16,448
Makassar
Mamajang
15,000
10,304
10,000
Mariso
8,517 8,352
7,917
Tamalate
4,885
3,504
3,264
5,000
Rappocini
Panakkukang
Rasio
Beban
Tanggungan
(Dependency
Ratio)
yaitu
0 14 tahun +
NO
KELOMPOK UMUR
(Tahun)
0-4
67.025
62.530
129.554
5-9
66.656
62.383
129.039
10-14
61.758
58.268
120.026
15-19
69.163
74.190
143.353
20-24
83.367
87.312
170.679
25-29
65.534
66.304
131.838
30-34
54.546
56.512
111.057
35-39
48.290
50.024
98.315
40-44
41.969
45.410
87.379
10
45-49
33.220
35.181
68.401
11
50-54
25.760
25.486
51.246
12
13
14
55-59
60-64
>=65
JUMLAH
18.580
12.999
18.814
667.681
18.873
15.423
26.559
684.455
37.453
28.422
45.373
1.352.136
10
Gambar II. 4
Komposisi Penduduk menurut Kelompok Umur dan
Jenis Kelamin di Kota Makassar Tahun 2012
26,559
18,814
15,423
12,999
18,873
18,580
25,486
25,760
35,181
33,220
45,410
41,969
50,024
48,290
56,512
54,546
66,304
65,534
65+
60 - 64
55 - 59
50 - 54
45 - 49
40 - 44
35 - 39
30 - 34
25 - 29
Perempuan
Laki-Laki
87,312
83,367
74,190
69,163
20 - 24
15 - 19
58,268
61,758
62,383
66,656
62,530
67,025
10 - 14
5-9
0-4
0
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
11
keseluruhan nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dalam satu tahun di
wilayah tersebut.
Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS Kota Makassar, hasil
perhitungan PDRB Kota Makassar atas dasar harga berlaku meningkat dari
tahun-tahun sebelumnya dalam kurun waktu 8 tahun terakhir, yakni sebesar
Rp. 37.007,452 miliar rupiah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel II.5
berikut :
Tabel II. 5
Perkembangan PDRB Kota Makassar & Sul-Sel
Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2006 2010
TAHUN
PDRB SUL-SEL
( Juta Rp )
PDRB MAKASSAR
( Juta Rp )
% PDRB MAKASSAR
THDP PDRB SUL-SEL
2006
60.902.828,80
18.165.876,32
29,83
2007
69.271.924,56
20.794.721,30
30,02
2008
85.143.191,27
26.068.221,49
30,62
2009
99.904.658,31
31,263.651,65
31,29
2010
117.767.611,22
37.007.451,94
31,42
Tabel II.6
Perkembangan dan Pertumbuhan Ekonomi Kota Makassar
Tahun 2006 2010
2006
PDRB adh
Berlaku
(Milyar Rp)
18.165.876,32
2007
20.794.721,30
14,47
12.261.538,92
8,11
2008
26.068.221,49
25,06
13.561.827,18
10,52
2009
31.263.651,65
19,93
14.798.187,68
9,20
2010
37.007.451,94
18,37
16.252.451,43
9,83
Tahun
15,38
PDRB adh
Konstan
(Juta Rp)
11.341.848,21
Pertumbuhan
Ekonomi
(Persen)
8,09
Perkembangan
(persen)
C. TINGKAT PENDIDIKAN
Indikator pokok kualitas pendidikan formal. Khusus untuk Kota
Makassar pada Tahun 2009 persentase penduduk yang telah menempuh
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
12
PENDIDIKAN
Jml
Tidak/Belum Pernah Sekolah
Belum/Tidak Tamat SD
SD
SLTP
SMU/SMK
AK/DIPLOMA (D-I/D-II/D-III)
UNIVERSITAS( D-IV/S-1/S-2/S-3)
11.925
61.482
88.094
77.203
163.067
10.267
67.428
%
2,49
12,82
18,37
16,10
34,01
2,14
14,06
Perempuan
Jml
23.916
77.130
108.379
85.389
163.074
18.705
63.019
%
4,43
14,29
20,08
15,82
30,22
3,47
11,68
13
BAB III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Derajat kesehatan masyarakat dinilai dengan menggunakan beberapa
indikator yang mencerminkan kondisi mortalitas (kematian), status gizi dan
morbiditas (kesakitan). Derajat kesehatan masyarakat yang digambarkan
dalam bab ini yaitu melalui Angka Mortalitas ; terdiri atas Angka Kematian
Bayi(AKB), Angka Kematian Balita (AKABA), Angka Kematian Ibu (AKI), Indeks
Pembangunan Manusia termasuk angka harapan hidup, Angka Morbiditas ;
angka kesakitan beberapa penyakit balita dan dewasa.
Gambaran tentang derajat kesehatan berisi uraian tentang indikator indikator kualitas hidup, mortalitas, morbiditas dan status gizi, yaitu :
1. Kualitas hidup antara lain dilihat dari indikator Angka Harapan Hidup
Waktu Lahir.
2. Mortalitas dilihat dari indikator-indikator Angka Kematian Bayi (AKB) per
1.000 Kelahiran Hidup, Angka Kematian Balita (AKABA) per 1.000 anak
balita, dan Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000 Kelahiran Hidup.
3. Morbiditas dilihat dari indikator-indikator Angka Kesakitan Demam
Berdarah Dengue (DBD) per 100.000 penduduk, Angka Kesakitan Malaria
per 1.000 penduduk, Persentase Kesembuhan TB Paru, Persentase
Penderita HIV/AIDS terhadap penduduk beresiko dan Angka "Acute Flacid
Paralysis" (AFP) pada anak usia < 15 tahun per 100.000 anak.
4. Status Gizi dilihat dari indikator-indikator persentase balita dengan gizi
buruk dan persentase kecamatan bebas rawan gizi.
A. ANGKA KEMATIAN/MORTALITY RATE
Mortalitas adalah kejadian kematian yang terjadi pada kurun waktu dan
tempat tertentu yang diakibatkan oleh keadaan tertentu, dapat berupa
penyakit maupun sebab lainnya.
Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat
dari kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Di samping itu
kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian
keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
14
data
kematian
di
fasilitas
pelayanan
kesehatan
hanya
4,000
3,136
2,932
3,034
2,000
2.2
2.3
0
2010
Jumlah Kematian
2010
2.2
2012
15
JENIS PENYAKIT
JUMLAH
Asthma
Hipertensi
Jantung
Ginjal
Diabetes Mellitus
Maag
Broncho Pneumonia
Lahir Mati
Lever
Prematur
745
574
454
195
191
165
140
133
91
88
16
10.9
10
A
K
B
6.9
6.78
4
2
0
2010
2011
2012
TAHUN
Sumber : Bidang Bina Kesmas Dinkes Kota Makassar
17
terhadap kesehatan anak balita seperti status gizi, sanitasi, penyakit menular
dan tidak menular serta kecelakaan. Indikator ini menggambarkan tingkat
kesejahteraan sosial dalam arti besar dan tingkat kematian penduduk.
Besarnya tingkat kematian balita menunjukkan tingkat permasalahan
kesehatan yang dihadapi masyarakat .
Dari hasil penelitian terhadap semua kasus kematian Balita yang
disurvei pada SKRT 1995 dan Surkesnas 2001 diperoleh gambaran besarnya
proporsi penyebab utama kematian Balita, yang dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tabel III. 2
Pola Penyakit Penyebab Kematian Balita di Indonesia
Hasil SKRT 1995 dan Surkesnas 2001
SKRT 1995
SURKESNAS 2001
Jenis penyakit
30,8 %
Jenis penyakit
1. Sistem Pernafasan
%
22,8 %
(Pneumonia)
2. Gangguan perinatal
21,6 %
2. Diare
13,2 %
3. Diare
15,3 %
3. Saraf
11,8 %
6,3 %
4. Tifus
11,0 %
5. Saraf
5,5 %
5. Sistem pencernaan
5,9 %
6. Tetanus
3,6 %
6. Infeksi lain
5,1 %
18
Kematian Balita sebesar 2,7 per 1.000 kelahiran hidup dan mengalami
penurunan pada tahun 2012 didapatkan jumlah kematian balita sebanyak 43
balita dari 24.034 kelahiran hidup sehingga diperoleh Angka Kematian Balita
sebesar 1,79 per 1.000 kelahiran hidup.
Gambar III. 3
Angka Kematian Balita
Di Kota Makassar Tahun 2010 2012
3
2.5
A
K
A
B
A
2.7
2
1.5
1.86
1.79
1
0.5
0
2010
2011
2012
TAHUN
Sumber : Bidang Bina Kesmas Dinkes Kota Makassar
kapasitas
pelayanan
kesehatan,
kualitas
pendidikan
dan
yaitu
sebesar
8,32
per
100.000
kelahiran
hidup
(AKI : 8,32/100.000 KH). Angka ini didapatkan dari hasil formulasi data yang
dilaporkan serta hasil pencatatan unit-unit pelayanan kesehatan yang direkap
dan dilaporkan oleh Bidang Bina Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
19
per
100.000 kelahiran hidup, (AKI = 11,4/100.000 KH) sama dengan tahun 2010
dimana tercatat 3 kasus kematian ibu dari 25.830 kelahiran hidup dengan
AKI : 11,6/100.000 KH. Adapun kasus kematian maternal tersebut terjadi di
wilayah kerja Puskesmas yang disajikan dalam tabel berikut.
Tabel III. 3
Jumlah Kematian Ibu Maternal di Wilayah Puskesmas
Kota Makassar Tahun 2012
PUSKESMAS
JUMLAH KEMATIAN
IBU
Batua
Pampang
1
1
Jumlah
20
Gambar III. 4
Angka Kematian Ibu
Di Kota Makassar Tahun 2010 2012
A
K
I
14
12
10
8
6
4
2
0
11.6
11.4
8.32
2010
2011
2012
TAHUN
Sumber : Bidang Bina Kesmas Dinkes Kota Makassar
21
22
Gambar III. 5
Umur Harapan Hidup
di Kota Makassar Tahun 2012
74.5
74
U
H
H
73.5
73.43
73.58
74.05
73.86
73
Capaian
72.5
Target
72
71.5
71
70.5
2009
2010
2011
2012
C. STATUS GIZI
Status gizi masyarakat dapat diukur melalui indikator-indikator, antara
lain bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), status gizi balita, status
gizi wanita usia subur , Anemia gizi besi pada ibu dan pekerja wanita, dan
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) Khusus untuk GAKY di Kota
Makassar walaupun kasusnya tetap ada ditemukan tetapi jumlahnya tidak
berarti, terbukti dengan cakupan kelurahan dengan garam beryodium baik
mencapai angka 100%.
Adapun indikator-indikator yang sangat berperan menentukan status
gizi khususnya di Kota Makassar dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Berat Badan Lahir Rendah (kurang dari 2.500 gram merupakan salah
satu faktor utama yang amat berpengaruh terhadap kematian bayi baik
kematian perinatal maupun neonatal). BBLR dibedakan dalam 2 kategori yaitu
: BBLR karena prematur (usia kandungan kurang dari 37 minggu) atau BBLR
karena intrauterine growth retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup
bulan tetapi berat badannya kurang. Di Kota Makassar masih banyak BBLR
dengan IUGR karena ibu berstatus gizi buruk, anemia dan menderita penyakit
menular seksual (PMS) sebelum konsepsi atau pada saat hamil.
23
Berdasarkan data jumlah bayi lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) yang diperoleh dari Bidang Bina Kesehatan Masyarakat, tahun 2012
jumlah bayi BBLR sebanyak 473 dari 24.034 bayi lahir hidup atau sekitar 2 %,
meningkat dibandingkan tahun 2011 jumlah bayi BBLR sebanyak 186 dari
26.129 bayi lahir hidup atau sekitar 0,71 %. Tahun 2010 persentase bayi lahir
hidup dengan BBLR di Kota Makassar adalah 0,71 % dimana terdapat 184 bayi
lahir dengan BBLR dari 25.830 bayi lahir hidup. Persentase Bayi BBLR selama
tiga tahun terakhir, terlihat pada gambar berikut :
Gambar III. 6
Persentase Bayi dengan BBLR di Kota Makassar
Tahun 2010 2012
2.5
B
B
L
R
2
2
1.5
1
0.5
0.71
0.71
2010
2011
0
2012
TAHUN
Sumber : Bidang Bina Kesmas Dinkes Kota Makassar
24
tahun 2011
15
13.52
11.59
10
5
3.07
2.82
2.77
0
2010
2011
GIZI BURUK
2012
GIZI KURANG
Keberhasilan
Dinas
Kesehatan
Kota
Makassar
menurunkan
25
pelayanan kesehatan
26
yaitu :
meningkat pada tahun 2011 (8.996 bayi ASI ekslusif dari 12.778 bayi 0-6
bulan ) atau 70,40 % dan tahun 2012 sebanyak 8.469 atau sekitar 63,7% dari
13.300 bayi berumur 0-6 bulan.
Data mengenai jumlah Balita gizi buruk dan gizi kurang pada tahun
2012 menurut kecamatan di Kota Makassar disajikan dalam tabel berikut ini
Tabel III. 4
Jumlah Balita Gizi Buruk, Gizi Kurang per Kecamatan
Di Kota Makassar Tahun 2012
Kecamatan
Mariso
Gizi Buruk
Jumlah
%
136
10,73
Gizi Kurang
%
Jumlah
747
59,27
37
1,81
298
Mamajang
384
13,40
1.230
Tamalate
169
5,98
735
Rappocini
91
4,24
625
Makassar
9
0,57
67
Ujung Pandang
16
2,04
115
Wajo
120
5,15
362
Bontoala
100
7,52
388
Ujung Tanah
430
10,41
1.115
Tallo
132
5,86
844
Panakukang
85
6,26
383
Manggala
479
6,47
2.063
Biringkanaya
63
6,65
441
Tamalanrea
2.251
2,77
9.413
TOTAL
Sumber : Bidang Bina Kesmas Dinkes Kota Makassar
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
13,54
44,40
29,24
29,33
4,24
16,36
17,57
29,43
30,44
37,14
30,26
35,50
38,51
11.59
27
Tabel III. 5
Status Gizi Buruk dan Gizi Kurang pada Balita
Di Kota Makassar Tahun 2010 2012
TAHUN 2010
STATUS GIZI
BALITA
TAHUN 2011
TAHUN 2012
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
GIZI BURUK
2.034
3,07
1.966
2,82
2.251
2,77
GIZI KURANG
9.629
14,54
9.408
13,52
9.413
11,59
28
Tabel III. 6
Pola 10 Penyakit Utama
Di Kota Makassar Tahun 2012
NO
NAMA PENYAKIT
JUMLAH
130.939
19,64
97.318
14,60
Batuk
85.436
12,82
79.072
11,86
57.463
8,62
53.782
8,07
Gastritis
44.457
6,67
44.214
6,63
Sakit kepala
38.880
5,83
10
34.993
5,25
1. Penyakit Menular
a. Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini menyebar melalui
droplet orang yang telah terinfeksi basil tuberkulosis. Bersama dengan malaria
dan HIV/AIDS, tuberkulosis menjadi salah satu penyakit yang pengendaliannya
menjadi komitmen global dalam MDGS
Khusus di Kota Makassar, berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang
Bina Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota
Makassar, jumlah kasus TB Paru klinis di Puskesmas dan RS sebanyak 900
kasus dan kasus baru TB BTA (+) yang ditemukan pada tahun 2012 sebanyak
1.819 kasus (puskesmas dan rumah sakit) meningkat dibandingkan tahun
2011 dimana dilaporkan jumlah penderita TB Paru Klinis di Puskesmas dan
29
Tabel III. 7
Penderita TB Paru Klinis dan yang diobati
Menurut Sarana Pelayanan Kesehatan di Kota Makassar Tahun 2012
NO
1
2
SARANA
KESEHATAN
Puskesmas
Rumah sakit
JUMLAH
JUMLAH PENDERITA
KLINIS
+
Diobati
286
1070
1156
614
749
716
900
1.819
1.932
penduduk
antarwilayah,
semakin
mudahnya
komunikasi
30
baru penderita AIDS Tahun 2012 sebanyak 206 kasus. Di Kota Makassar tahun
2010 dilaporkan 371 penderita HIV dan 87 penderita AIDS dan meningkat di
tahun 2011 yaitu 516 penderita HIV yang ditemukan di Puskesmas dan Rumah
Sakit dan 448 penderita AIDS di Rumah Sakit. Pada tahun 2012 kasus
HIV/AIDS menurun dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 493 kasus yang
ditemukan di Puskesmas dan Rumah Sakit dan kasus AIDS menurun menjadi
407 kasus yang ditemukan di Rumah Sakit.
Kota Makassar termasuk daerah yang beresiko tinggi karena selain
merupakan daerah tujuan wisata, faktor lifestyle masyarakat perkotaan telah
bergeser, yang sangat dimungkinkan oleh pengaruh globalisasi dimana budaya
luar tersebar dengan cepat seperti Free Sex, Penyalahgunaan NAPZA,
kelompok resti seperti waria, yang masih terselubung dalam masyarakat.
Selain itu perilaku seks menyimpang juga merupakan salah satu sumber
penularan penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS.
Kegiatan Program Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS Bidang
P2PL Dinas Kesehatan Kota Makassar pada tahun 2011 antara lain :
HIV/AIDS
menimbulkan
kesadaran
segenap
lapisan
31
Gambar III. 8
Kasus HIV-AIDS Kota Makassar
Tahun 2010-2012
600
516
500
400
493
448
407
371
HIV
300
AIDS
200
87
100
0
2010
2011
2012
c.
Pneumonia
Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru (alveoli).
Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur. Populasi yang
rentan terserang pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia
lanjut lebih dari 65 tahun dan orang yang memiliki masalah kesehatan
(malnutrisi, gangguan imunologi). Menurut hasil Riskesdas 2007, pneumonia
merupakan penyebab kematian nomor dua pada balita (13,2%) setelah diare
(17,2%). Data penemuan penderita pneumonia pada balita dan ditangani dapat
dilihat pada gambar berikut.
32
Gambar III. 9
Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Pneumonia Balita
Di Kota Makassar
Tahun 2010-2012
913
920
894
900
880
860
843
840
820
800
2010
2011
2012
d. Kusta
Penyakit kusta adalah penyakit yang menular menahun dan disebabkan
oleh kuman Kusta (Mycobacterium lepra) yang menyerang kulit, saraf dan
jaringan tubuh lainnya. Ada 2 jenis penyakit kusta, yaitu : kusta kering (Pausi
basiler) dan kusta basah (Multi basiler). Anggapan bahwa kusta disebabkan
oleh kutukan, keturunan, dosa, guna-guna maupun makanan adalah anggapan
yang salah. Kondisi inilah yang menyebabkan sehingga seseorang yang terkena
kusta terlambat berobat ke pelayanan kesehatan sehingga menyebabkan
kecacatan.
Pada tahun 2000, dunia (termasuk Indonesia) telah berhasil mencapai
status eliminasi. Eliminasi didefinisikan sebagai pencapaian jumlah penderita
terdaftar kurang dari 1 kasus per 10.000 penduduk. Dengan demikina, sejak
tahun tersebut di tingkat dunia maupun nasional, kusta bukan lagi menjadi
masalah kesehatan bagi masyarakat.
Berdasarkan hasil pencatatan dan pelaporan dari Bidang Bina P2PL
Dinas Kesehatan Kota Makassar jumlah penderita kusta tipe PB (kusta kering)
pada tahun 2012 berjumlah 16 kasus baru. Adapun menurut kelompok umur
penderita PB 0-14 tahun sebanyak 4 kasus dan umur 15 TAHUN sebanyak 12
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
33
kasus sedangkan untuk penderita kusta tipe MB (kusta basah) sebanyak 110
kasus . Adapun menurut kelompok umur 0-14 tahun sebanyak 7 kasus dan
umur 15 tahun sebanyak 103 kasus. Untuk cacat tingkat 2 meningkat menjadi
8,73%, ini dikarenakan pemeriksaan kontak (penderita baru dan sembuh)
secara selektif dilakukan oleh petugas hingga ditemukan penderita anak.
Angka prevalensi penyakit kusta yaitu 0,9 per 100.000 penduduk. Penemuan
kasus baru kusta selama 3 tahun terakhir disajikan pada gambar berikut :
Gambar III. 10
Jumlah Kasus Baru Penderita Kusta (PB+MB)
Di Kota Makassar Tahun 2010-2012
200
184
144
150
126
100
50
0
e.
Diare
Penyakit diare sampai kini masih menjadi masalah kesehatan
34
KECAMATAN
TAHUN
2009
2010
2011
2012
MARISO
2.157
1936
2368
1677
MAMAJANG
3.223
2106
1840
1796
MAKASSAR
3.458
3339
3383
2087
U.PANDANG
1.268
920
926
726
WAJO
1.982
1028
1135
994
BONTOALA
3.972
2060
2402
1508
TALLO
5.014
4357
3392
1876
UJUNG TANAH
2.370
2749
2792
2787
PANAKUKANG
4.476
4359
4226
3555
10
MANGGALA
3.293
3491
2960
3111
11
RAPPOCINI
2.633
3426
3382
2244
12
TAMALATE
3.936
2795
2049
1695
13
TAMALANREA
4.273
3374
3591
2547
14
BIRINGKANAYA
2.959
3800
3494
2662
45.014
39.740
37.940
29.265
JUMLAH
35
37,940
40,000
35,000
29,265
30,000
25,000
Penderita
20,000
15,000
10,000
5,000
0
2010
2011
2012
telah
Meningkatnya
akses
penduduk
pada
fasilitas
kesehatan
yang
36
a. Tetanus Neonatorum
Tetanus neonatorum disebabkan oleh basil Clostridium tetani, yang
masuk ke tubuh melalui luka. Penyakit ini menginfeksi bayi baru lahir yang
salah satunya disebabkan oleh pemotongan tali pusat dengan alat yang tidak
steril. Kasus tetanus neonatorum banyak ditemukan di negara berkembang
khususnya dengan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan yang rendah.
Di Kota Makassar selama 3 tahun terakhir tidak ditemukan kasus
tetanus neonatorum.
b. Campak
Campak adalah suatu penyakit akut dengan daya penularan tinggi, yang
ditandai dengan demam, korisa, konjungtivitis, batuk disertai enanthem
spesifik (Kopliks Spot) diikuti ruam makulopapular menyeluruh. Komplikasi
campak cukup serius seperti diare, pneumonia, otitis media, eksaserbasi, dan
kematian. Kematian akibat campak sering terjadi pada anak dengan malnutrisi
terutama di negara berkembang. Jika seseorang pernah menderita campak,
maka dia akan mendapatkan kekebalan terhadap penyakit tersebut seumur
hidupnya.
Pada tahun 2012, data dari Bidang Bina P2PL Dinas Kesehatan Kota
Makassar menyebutkan bahwa terdapat 207 kasus campak klinis , dan tidak
ditemukan korban meninggal. Adapun cakupan pemberian imunisasi campak
selama 3 tahun terakhir yaitu, tahun 2010 sebanyak 31.232 bayi, tahun 2011
sebanyak 30.328 bayi yang diimunisasi dari 29.339 bayi yang ada dan di tahun
2012 sebanyak 28.182 bayi yang diimunisasi dari 24.338 bayi yang ada.
Adapun cakupan Imunisasi Campak selama 3 tahun terakhir dapat
dilihat pada gambar berikut :
37
Gambar III. 12
Cakupan Imunisasi Campak Di Kota Makassar
Tahun 2010 s/d 2012
32,000
31,232
30,328
31,000
30,000
28,182
29,000
28,000
27,000
26,000
2010
2011
2012
c.
Difteri
Difteri adalah suatu penyakit bakteria akut terutama menyerang tonsil,
faring, laring, hidung, adakalanya menyerang selaput lendir atau kulit serta
kadang-kadang konjungtiva atau vagina. Penyebab penyakit ini adalah
Corynebacterium diphteria. Penyakit ini muncul terutama pada bulan-bulan
dimana temperatur lebih dingin di negara subtropis dan pada umumnya
menyerang anak-anak usia 1-10 tahun.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang Pencegahan Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Makassar, jumlah penderita
Difteri pada tahun 2010 sebanyak 3 orang penderita yang tersebar di tiga
kecamatan dan tiga kelurahan dan tidak ditemukan adanya kematian akibat
Difteri. Di tahun 2011 mengalami penurunan kasus dimana terdapat 2 kasus
difteri yang tersebar di dua kecamatan dan tidak ditemukan adanya kematian
dan mengalami peningkatan kasus di tahun 2012 sebanyak 7 kasus
diantaranya terdapat 1 kematian.
38
yang datangnya mendadak. Penyakit ini umumnya menyerang anak usia 0-3
tahun . AFP merupakan kelumpuhan yang sifatnya flaccid yang bersifat lunglai,
lemas atau layuh (bukan kaku), atau terjadi penurunan kekuatan otot, dan
terjadi secara akut (mendadak). Sedangkan non polio AFP adalah kasus
lumpuh layuh akut yang diduga kasus Polio sampai dibuktikan dengan
pemeriksaan laboratorium bukan kasus Polio.
Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit Polio telah dilakukan
melalui gerakan imunisasi Polio. Upaya ini juga ditindaklanjuti dengan kegiatan
surveilans epidemiologi secara aktif terhadap kasus-kasus Acute Flaccid
Paralysis (AFP) kelompok umur
8
8
7
6
5
4
3
2
1
0
5
kasus
kematian
1
0
2010
0
2011
0
2012
39
Aedes,
misalnya
Aedes
aegypti
atau
Aedes
albopictus.
Aedes
40
virus dengue tersebut ke manusia sehat yang digigitnya. Nyamuk betina juga
dapat menyebarkan virus dengue yang dibawanya ke keturunannya melalui
telur (transovarial). WHO memperkirakan setiap tahunnya terdapat 50-100
juta kasus infeksi virus dengue di seluruh dunia.
Tahun 2012 jumlah penderita DBD di seluruh wilayah Puskesmas di
Kota Makassar sebanyak 86 kasus dengan Angka Kesakitan/IR = 6,4 per
100.000 penduduk diantaranya terdapat 2 kasus kematian karena DBD yaitu
di Puskesmas Kapasa dan Puskesmas Cendrawasih . (Lihat Gambar III.14)
Berbagai upaya telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Makassar
dalam hal pencegahan dan penanggulangan penyakit Demam Berdarah
Dengue (DBD), antara lain penanggulangan fokus, pelaksananaan PSN/3M,
survei jentik dan abatesasi, serta fogging massal/kasus. Jumlah kasus DBD
dan kematian akibat DBD dapat terlihat pada grafik berikut :
Gambar III.14
Jumlah Kasus dan Kematian akibat DBD di Kota Makassar
Tahun 2010 s/d 2012
86
83
90
80
70
60
50
Kasus
38
40
Kematian
30
20
10
2010
2011
2012
Penanggulangan fokus
Penanggulangan fokus dimaksudkan untuk memutus mata rantai
perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti yang merupakan vektor
41
perkembangbiakan
vektor
nyamuk.
Hasil
survey
Pelaksanaan PSN/3M
Pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk merupakan tindak
lanjut dari survei epidemiologis yang dilakukan oleh petugas
kesehatan setempat, yang dilakukan melalui Gerakan 3 M ; Menguras
tempat penyimpanan air, Menutup tempat penampungan air serta
mengubur barang-barang bekas yang mungkin dapat digenangi air
dan menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk DBD. Pelaksanaan
PSN/3M dilakukan di Tempat-Tempat Umum, Sekolah setiap Hari
Jumat dan Sabtu.
42
ii.
iii.
virus
H5N1
dengan
cara;
membakar
unggas
yang
mati/terinfeksi, pemberian vaksin pada unggas, serta menyelidiki kasuskasus yang mirip dengan AI.
iv.
gambar berikut
43
Gambar III.15
Jumlah Suspect Flu Burung dan Kematian akibat Flu Burung
di Kota Makassar
Tahun 2010 s/d 2012
5
4
3
Kasus
Kematian
1
0
0
0
2010
2011
2012
44
BAB IV
SITUASI UPAYA KESEHATAN
45
antenatal
dan
kemampuan
program
dalam
menggerakan
105
100
104.4
104.2
94.89
96 94.53
95.43
K1
95
K4
90
85
2010
2011
2012
46
Pada gambar IV.1 diatas nampak adanya fluktuasi cakupan K1 dan peningkatan
cakupan K4, dimana cakupan K4 telah melampaui target Standar Pelayanan
Minimal yaitu 95% pada tahun 2015.
47
(PONEK) selama 24 jam dalam tujuh hari yang dikenal dengan sebutan PONED
dan PONEK, menggerakkan seluruh lapisan masyarakat, utamanya untuk
pelaksanaan Program Perencanaan Persalinan dengan Pencegahan Komplikasi
(P4K).
Gambar IV.2
Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Bidan atau Tenaga Kesehatan
yang Memiliki Kompetensi kebidanan
Di Kota Makassar
Tahun 2010 s/d 2012
98
96.27
96
94
94.05
92.81
92
90
2010
2011
2012
48
komplikasi
itu
sendiri
adalah
penanganan
terhadap
49
sesuai
standar
yang
meliputi :
Pelayanan
pemantauan
2.
3.
50
4.
5.
sebesar 39,75 % . Diharapkan cakupan ini dapat mencapai 100% pada tahun
2015.
B. Perbaikan Gizi Masyarakat
Program perbaikan gizi di Kota Masyarakat dilakukan melalui upaya
penanggulangan gizi masyarakat dan upaya peningkatan gizi masyarakat.
Adapun upaya penanggulangan gizi masyarakat meliputi berbagai upaya
antara lain Usaha Perbaikan Gizi Masyarakat (UPGK), penanggulangan Kurang
Energi Kronik (KEK), penanggulangan Kurang Vitamin A, penanggulangan
Anemia Gizi (AGB) serta usaha peningkatan status gizi anak sekolah melalui
gearakan Anak Makassar Sehat dan Cerdas (AMSC) serta program Nutrition
Improvement Thought Community Empowerement (NICE). Sementara upaya
peningkatan gizi masyarakat dilakukan melalui pemasyarakatan Keluarga
Sadar Gizi (Kadarzi) dan pengembangan Jaringan Informasi Pangan dan Gizi
(JPG).
1. Pemberian Tablet Tambah Darah pada Ibu Hamil (FE)
Saat hamil, kebutuhan zat besi meningkat dua kali lipat dari kebutuhan
sebelum hamil. Hal ini terjadi karena sebelum hamil, volume darah meningkat
sampai 50%, sehingga perlu lebih banyak zat besi untuk membentuk
hemoglobin. Selain itu, pertumbuhan janin dan plasenta yang sangat pesat juga
memerlukan zat besi. Dalam keadaan hamil, suplemen zat besi dari makanan
belum cukup sehingga dibutuhkan suplemen berupa tablet besi. Oleh
karenanya dalam rangka penanggulangan permasalahan anemia gizi besi, telah
dilakukan program pemberian tablet Fe.
Cakupan pemberian tablet Fe di Puskesmas se-Kota Makassar tahun 2012 yaitu
sebesar 70,40% untuk tablet Fe1 (30 tablet) dan 63,59% untuk tablet Fe3 (90
tablet). Cakupan pemberian tablet besi selama 3 tahun terakhir dapat dilihat
pada gambar berikut ini.
51
Gambar IV.3
Cakupan Pemberian Tablet Fe1 dan Fe3
Di Kota Makassar
Tahun 2010 s/d 2012
97.12
96
100
80
60
63.59
70.4
59.4 40.8
40
20
0
2010
2011
2012
52
Gambar IV.4
Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A pada Balita (12-48 bulan)
Di Kota Makassar
Tahun 2010 s/d 2012
91.73
2012
138.37
2011
86.77
2010
0
50
100
150
53
Gambar IV.5
Cakupan Pemberian ASI Ekslusif pada Bayi (0-6 bulan)
Di Kota Makassar
Tahun 2010 s/d 2012
63.7
2012
34.8
2011
91.12
2010
0
20
40
60
80
100
54
Imunisasi Hepatitis B
Pemberian vaksin hepatitis B ini berguna untuk mencegah virus hepatitis B
yang dapat menyerang dan merusak hati dan bila itu terus terjadi sampai
si anak dewasa akan bisa menyebabkan timbulnya penyakit kanker hati
Imunisasi BCG
Pemberian vaksinasi dan juga imunisasi BCG ini bermanfaat untuk
mencegah timbulnya penyakit TBC. Dilakukan sekali pada bayi sebelum
usia 3 bulan. Biasanya dilakukan bila bayi berusia 1 bulan.
Imunisasi DPT
Diberikan untuk mencegah terjadinya penyakit Difteri, Pertusis dan
Tetanus. Penyakit difteri dapat menyebabkan pembengkakan dan
penyumbatan pernafasan,
serta
mengeluarkan
racun
yang dapat
melemahkan otot jantung. Penyakit pertusis yang dalam kondisi berat bisa
menyebabkan terjadinya pneumonia.
-
Imunisasi Polio
Diberikan untuk mencegah penyakit polio yang dapat menyebabkan
kelumpuhan atau kecacatan. Imunisasi diberikan sebanyak 4 kali, yaitu
saat bayi berusia 1 sampai 4 bulan.
Imunisasi Campak
Pemberian imunisasi campak diberikan untuk mencegah penyakit campak.
Pemberiannya hanya sekali saja yaitu pada saat anak berusia 9 bulan.
Pemberiannya dapat diulang pada saat anak masykl SD atau mengikuti
program BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah) yang dicanangkan
pemerintah.
55
116.9
2012
101.6
2011
104.88
2010
90
95
100
105
110
115
120
56
Gambar IV.6
Cakupan Imunisasi TT2+ pada Ibu Hamil
Di Kota Makassar
Tahun 2011 s/d 2012
91.2
2012
90.9
2011
90.7
90.8
90.9
91
91.1
91.2
masyarakat
miskin,
yang
57
Target
58
BAB V
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN
A. SARANA KESEHATAN
1. Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS)
Puskesmas mimiliki fungsi sebagai : 1) pusat pembangunan
berwawasan kesehatan, 2) pusat pemberdayaan masyarakat, 3) pusat
pelayanan kesehatan masyarakat primer dan 4) pusat pelayanan kesehatan
perorangan primer. Keadaan sarana kesehatan di Kota Makassar dalam
jumlah dan distribusi Puskesmas dan Puskesmas Pembantu sebagai ujung
tombak pelayanan kesehatan dasar telah lebih merata. Hal ini menunjukkan
bahwa Kota Makassar telah melampaui konsep wilayah puskesmas dimana
1 puskesmas melayani 30.000 penduduk. Dengan demikian rasio puskesmas
terhadap 100.000 penduduk adalah 3, Ini berarti bahwa setiap 100.000
penduduk rata-rata dilayani oleh 3 puskesmas. Sedangkan rasio puskesmas
pembantu terhadap puskesmas adalah 1 : 1 yang berarti setiap Puskesmas
mempunyai 1 puskesmas pembantu. Hal ini sejalan dengan misi Pemerintah
Kota Makassar untuk memberikan pelayanan kesehatan yang merata dan
terjangkau bagi seluruh masyarakatnya. Sampai dengan akhir tahun 2012,
jumlah Puskesmas di Kota Makassar sebanyak 39 unit, dengan rincian
Puskesmas perawatan sejumlah 8 unit dan Puskesmas non perawatan 31
unit. Dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan masyarakat ,
Puskesmas dibantu satu atau beberapa Puskesmas pembantu. Jumlah
puskesmas pembantu sampai dengan akhir tahun 2012 sebanyak 43 unit.
Sesuai target yang ditetapkan pada tahun 2012, diharapkan
puskesmas ISO bertambah 2 namun dalam implementasinya ternyata
melebihi target, terdapat 3 penambahan puskesmas ISO (PKM Dahlia, PKM
Mamajang, PKM Malimongan Baru), sehingga sampai tahun 2012 telah ada
11 puskesmas dengan pelayanan berstandar ISO 9001-2008, antara lain :
Puskesmas Bara-Barayya (tahun 2008), Puskesmas Batua dan Jongaya
(tahun 2009), Puskesmas Sudiang Raya dan Puskesmas Kassi-Kassi (tahun
2010), Puskesmas Jumpandang Baru, Puskesmas Makkasau dan Puskesmas
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
59
39
39
38.5
38
38
37.5
37
37
36.5
36
2010
2011
2012
Tabel V. 1
Keadaan Sarana Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
JENIS SARANA KESEHATAN
JUMLAH
Puskesmas
Puskesmas Pembantu
Puskesmas Keliling
Rumah Sakit
Rumah Sakit Bersalin
Rumah Bersalin
Bidan Praktek Swasta
Balai Pengobatan / Klinik
Apotek
Toko Obat
Industri Obat Tradisional
39
43
40
20
15
13
14
32/69
345
43
1
60
61
Makassar pada tahun 2012 sebanyak 972 posyandu dengan rincian sebagai
berikut :
-
Pratama
: 0 posyandu
Madya
: 200 posyandu
Purnama
: 466 posyandu
Mandiri
: 306 posyandu
mencapai
79,42 %.
466
600
322
400
200
200
0
0
PRATAMA
MADYA
PURNAMA
MANDIRI
62
terjadi
b.
c.
d.
B. TEMPAT-TEMPAT UMUM
Tempat-Tempat Umum (TTU) dan Tempat Umum Pengelolaan
Makanan (TUPM) merupakan suatu sarana yang dikunjungi banyak orang
dan berpotensi menjadi tempat penyebaran penyakit. TUPM meliputi hotel,
restoran/ rumah makan, pasar dan lain-lain.
Setiap tahunnya
63
64
Medis (dokter spesialis, dokter umum & dokter gigi) sebanyak 236
orang terdiri dari :
o
Dokter Spesialis
: 25 orang
Dokter Umum
: 132 orang
Dokter Gigi
: 79 orang
Sanitarian : 47 orang,
Fisioterapi : 1 Orang
Gambar V. 3
Proporsi Tenaga Kesehatan Menurut Jenisnya
Di Kota Makassar Tahun 2011
484
500
400
300
200
100
236
235
81
131
68
47
65
66
D. PEMBIAYAAN KESEHATAN
Pembiayaan kesehatan baik yang bersumber dari APBN maupun
APBD digunakan untuk membiayai program-program kesehatan yaitu
anggaran pembangunan kesehatan dan anggaran rutin. Anggaran kesehatan
digunakan untuk membiayai pelaksanaan berbagai kegiatan yang tertuang
dalam 17 program yang terdiri dari 12 program utama dan 5 program
penunjang.
Pelaksanaan
kegiatan
dan
program
kesehatan
berdasarkan
APBD Kota
Rp. 124.740.775.000,-
Rp. 12.491.200.000,-
APBN
Dana Alokasi Khusus (DAK)
Rp.
8.176.850.000,-
Jamkesmas
Rp.
4.556.214.000,-
Jampersal
Rp.
8.778.356.000,-
BOK
Rp.
4.202.600.000,-
Lain-lain
NICE
Rp.
2.688.000.000,-
GAVI
Rp.
145.660.000,-
Rp. 165.779.655.000,-
67
2. Belanja
Untuk tahun 2012 ini, total alokasi belanja Dinas Kesehatan Kota Makassar
sebesar
Rp.
124.740.775.000,-
dan
total
realisasi
sebanyak
adalah
Rp.
68.831.428.000,-
dengan
realisasi
Rp.
Alokasi
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
8,176,850,000
4,556,214,000
8,778,356,000
4,202,600,000
2,688.000,000
145,660,000
Realisasi
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
8,014,590,727
2,546,035,000
3,179,970,000
4,115,541,000
2,688,000,000
145,660,000
Persentase
Realisasi
98.02
55.88
36.23
97.93
100.00
100.00
68
BAB VI
PENUTUP
Profil Kesehatan Kota Makassar disusun berdasarkan hasil kegiatan
sepanjang tahun 2012 oleh unit-unit kesehatan serta Instansi terkait yang berada
dalam wilayah Kota Makassar. Berbagai peningkatan telah dicapai sebagai hasil
dari pembangunan kesehatan, sejalan dengan perbaikan kondisi umum
serta
69
70