You are on page 1of 2

PENDAHULUAN

Latar belakang
Kebakaran hutan merupakan kebakaran yang terjadi di dalam kawasan
hutan. Kebakaran lahan adalah kebakaran yang terjadi diluar kawasan hutan
(Pubowaseso 2004). Proses kebakaran adalah proses kimia-fisika yang merupakan
kebalikan dari reaksi fotosintesa yaitu :
C6H12O6 + O2 + Sumber Panas CO2 + H2O+ Panas.
Proses fotosintesa energinya terpusat secara perlahan, sedangkan proses
kebakaran, energi yang diperoleh berupa panas kemudian dilepaskan dengan
cepat. Proses kebakaran dapat trejadi bila terdapat tiga unsur yang bersatu yaitu
bahan bakar, oksigen, dan panas. Bila salah satu dari ketiga unsure tersebut tidak
ada maka kabakaran tidak dapat terjadi. Prinsip ini dikenal dengan istilah prinsip
segitiga api yang merupakan kunci utama dalam mempelajari kebakaran hutan
dan lahan yang termasuk dalam upaya pengendalian kebakaran. Bahan bakar dan
oksigen tersedia dihutan dalam jumlah yang berlimpah, sedangkan sumber panas
penyalaannya sangat tergantung keadaan kondisi alami suatu daerah dan kegiatan
manusia (Sormin dan Hartono 1986).
Api dapat mulai mambakar dan menyebar ke padang rumput ketika
kandungan air pada komponen rumput mati mendekati atau dibawah nilai 35%.
Kadar air rumput kering sebesar 35% dianggap sebagai kadar air kritis untuk
berpeluang terbakar. Faktor utama perilaku api yang mempengaruhi kebakaran
hutan adalah karakteristik bahan bakar (kadar air, jumlah, ukuran dan susunan
bahan bakar). Kondisi cuaca (suhu, curah hujan, kelembaban dan angin) serta
topografi lapangan (Purbowaseso 2004).
Perilaku api yakni bagaimana bahan bakar menyala, perkembangan api dan
penjalaran api. Perilaku api dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain bahan
bakar yang merupakan salah satu faktor lingkungan, selain faktor cuaca dan
topografi. Secara umum, bahan bakar yang tersedia akan menentukan
ketersediaan energi maksimum untuk terbakar. Susunan bahan bakar juga
menentukan aerasi dan penjalaran api secara horizontal maupun vertical, dan
distribusi ukurannya dapat mempengaruhi kemudahan penyalaan awal. Selain itu
kandungan kimia bahan bakar dapat meningkatkan atau menurunkan kemampuan
untuk terbakar (flamabilitas). Kadar air yang terdapat dalam bahan bakar juga
berpengaruh terhadap perilaku api, terutama dalam kecepatan pembakaran dan
kemampuan terbakar dari bahan bakar tersebut (Dymon et al 2004).
Tujuan
Praktikum pengamatan perilaku api ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh bahan bakar serasah dan ranting yang dikeringkan dengan ofen dan
kering secara alami/kering udara terhadap perilaku api.

DAFTAR PUSTAKA

Dymond, Caren C, O Roswintiarti and M. Brady. 2004. Characterizing and


Mapping Fuels for Malaysia and Western Indonesia. International Journal
of Wildland Fire: 13, 232-334. CSIRO Publishing
Purbowaseso. 2004. Pengendalian Kebakaran Hutan. Jakarta (ID): Rineka Cipta.
Sormin BH dan Hartono. 1986. Metode dan teknik Penanggulangan kebakaran
Hutan. Kerjasama Proyek Diklat dalam rangka Pengindonesian Tenaga
Kerja. Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelesatarian Alam.
Departemen Kehutanan. Bogor.

You might also like