You are on page 1of 15

A.

Sel Elektrokimia
Elektrokimia ilmu yang mempelajari aspek elektronik dari reaksi kimia. Elemen yang
digunakan dalam reaksi elektrokimia dikarakterisasikan dengan banyaknya elektron yang
dimiliki. Sel Elektrokimia adalah sel yang disusun untuk menjadikan suatu reaksi redoks
menghasilkan energi listrik yang selanjutnya diubah menjadi energi kimia atau sebaliknya.
Elektrokimia dibagi menjadi dua jenis, yaitu Sel Volta/Sel Galvani dan Sel Elektrolisis.
Dalam sel volta, reaksi redoks spontan digunakan untuk menghasilkan arus listrik.
Contohnya adalah batu baterai dan aki. Sedangkan dalam sel elektrolisis, arus listrik
digunakan untuk melangsungkan reaksi redoks tak spontan. Contohnya adalah elektrolisis air
dan penyepuhan.
a) Sel Volta/Sel Galvani
Sel Volta (Sel Galvani) adalah sel elektrokimia yang dapat menyebabkan
terjadinya energy listrik dari suatu reaksi redoks yang spontan. Sel Volta ini ditemukan
oleh Luigi Galvani dan Alessandro Guiseppe Volta. Reaksi redoks spontan adalah reaksi
redoks yang berlangsung serta-merta. Contohnya adalah reaksi adalah reaksi antara
logam zink dengan larutan tembaga(II) sulfat. Jika sepotong logam zink dimasukkan ke
dalam larutan tembaga(II) sulfat, segera terjadi reaksi di mana logam zink sedikit demi
sedikit melarut, sedangkan ion tembaga(II) diendapkan. Reaksi ini bersifat eksoterm yang
ditandai dengan naiknya suhu karutan. Reaksi yang terjadi dapat ditulis sebagai berikut.
Zn(s) + Cu2+(aq)

Zn2+(aq) + Cu(s)

Sementara itu, reaksi kebalikannya, yaitu reaksi antara logam tembaga dengan
larutan zink sulfat (ion Zn2+) tidak terjadi.
Cu(s) + Zn2+(a q)

Cu2+(aq) + Zn(s)

(tidak ada reaksi)

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kebalikan dari reksi spontan adalah tidak
spontan. Arus listrik adalah aliran elektron melalui kawat penghantar. Jika zink
dimasukkan ke dalam larutan ion tembaga(II), akan tejadi reaksi redoks tetapi tidak ada
arus listrik karena tidak ada aliran elektron. Ion-ion Cu2+ datag ke permukaan logam zink,
mengambil dua elektro, lalu mengendap. Dalam sel volta, reduktor dan oksidatornya
dipisahkan sehingga pemindahan elektron tidak terjadi secara langsung tetapi melalui
kawat penghantar.

Gambar 1. Rangkaian Sel Volta


Pada rangkaian sel volta, logam zink dicelpkan dalam larutan yang mengandung
ion Zn2+ sementara sepotong logam tembaga dicelupkan dalam larutan ion Cu2+ (larutan
garam tembaga(II)). Logam zink akan larut sambil melepas dua elektron. Elektron yang
dibebaskan tidak memasuki larutan tetapi tertinggal pada logam zink itu. Elektron
tersebut selanjutnya akan mengalir ke logam tembaga melalui kawat penghantar. Ion
Cu2+ akan mengambil elektron dari logam tembaga kemudian mengendap.
Dengan demikian, rangkaian tersebut dapat menghasilkan aliran elektron (listrik).
Akan tetapi bersamaan dengan melarutnya logam zink, larutan dalam larutan garam zink
menjadi bermuatan positif. Hal itu akan menghambat pelarutan logam zink selanjutnya.
Sementara itu, larutan dalam labu larutan garam tembaga(II) akan bermuatan negative
seiring dengan mengendapnya ion Cu2+. Hal ini akan menahan pengendapan ion Cu2+.
Jadi, aliran elektron yang disebutkan di atas tidak akan berkelanjutan. Untuk menetalkan
muatan listriknya, kedua larutan dihubungkan dengan suatu jembatan garam, yaitu
larutan garam (missal NaCl, KNO3 atau NaNO3) dalam agar-agar.
Kegunaan Sel Volta
Berdasarkan kegunaannya, sel Volta dibedakan atas dua macam sebagai berikut.
1. Sel Volta untuk penentuan pH larutan, energi reaksi, titrasi, kelarutan garam dan
sebagainya.
2.

Sel Volta untuk menghasilkan tenaga listrik, misalnya untuk penerangan, penggerak
motor, radio transistor, dan kalkulator, contoh:
a. Sel Aki

Sel aki dalam keadaan terisi (siap pakai) terdiri atas elektrode Pb (anode)
dan PbO2 (katode). Keduanya dicelupkan dalam larutan H2SO4 30%. Jika
kedua elektrode telah terlapisi oleh endapan PbSO4 yang terbentuk sebagai
hasil reaksi di dalam sel aki, aliran elektron akan terhenti karena terhalang oleh
endapan itu. Dikatakan aki telah habis sehingga harus diidi (disetrum). Hal ini
dapat dilakukan apabila elektrodenya belum rusak.
b. Sel Kering atau baterai kering (Sel Leclanche)
Baterai kering ditemukan oleh Leclanche yang mendapat hak paten atas
penemuan itu pada tahun 1866. Sel Leclanche terdiri atas suatu silinder seng
yang berisi pasta dari campuran batu kawi (MnO2), salmiak (NH4Cl), karbon
(C), dan sedikit air. Seng sebagai anode dan katodenya berupa elektrode inert
yaitu grafit yang dicelupkan di tengah-tengah pasta. Pasta berfungsi sebagai
oksidator.
c. Baterai Nikel Kadmium
Baterai Nikel Kadmium adalah baterai kering yang dapat diisi kembali.
Reaksi sel:
Anode: Cd(s)

+ 2OH-(aq)

> Cd(OH)2(s) + 2e

Katode: NiO2(s) + 2H2O(l) + 2e > Ni(OH)2(s) + 2OH-(aq)


Cd(s) + NiO (s) + 2H2O(l) > Cd(OH)2(s) + Ni(OH)2(s)
d. Baterai Perak oksida
Baterai perak oksida banyak digunakan sebagai baterai kecil yang
banyak digunakan pada arloji, kalkulator, dan berbagai jenis alat elektronik
lainnya. Reaksi elektrodenya:
Anode: Zn(s) + 2OH-(aq) > Zn(OH)2(s) + 2e
Katode: Ag2O(s) + H2O(l) + 2e > 2Ag(s) + 2OH-(aq)
b) Sel Eleltrolisis
Seorang ahli dari Inggris bernama Michael Faraday mengalirkan arus listrik ke
dalam larutan elektrolit dan ternyata terjadi suatu reaksi kimia. Proses penggunaan arus
listrik untuk menghasilkan reaksi kimia disebut sel elektrolisis. Arus listrik ini bisa
berasal dari sel volta. Untuk memahami bagaimana reaksi kimia yang terjadi dalam sel

elektrolisis, maka perlu diingat ketentuan-ketentuan reaksi elektrolisis. Dalam setiap


ketentuan reaksi elektrolisis terjadi persaingan antarspesi (ion atau molekul) untuk
mengalami reaksi reduksi atau reaksi oksidasi. Setiap zat yang mempunyai kemampuan
reduksi besar akan mengalami reaksi reduksi dan setiap zat yang mempunyai kemampuan
oksidasi besar akan mengalami reaksi oksidasi. Sel volta menghasilkan arus listrik searah
ketika reaksi redoks di dalam sel terjadi secara spontan. Adapun sel elektrolisis
merupakan kebalikan dari sel volta, yakni menerapkan arus listrik searah untuk
mendorong agar terjadi reaksi elektrokimia di dalam sel. Elektrolisis artinya penguraian
suatu zat akibat arus listrik. Zat yang terurai dapat berupa padatan, cairan, atau larutan.
Arus listrik yang digunakan adalah arus searah (direct current (DC)). Tempat
berlangsungnya reaksi reduksi dan oksidasi dalam sel elektrolisis sama seperti pada sel
volta, yaitu anode (reaksi oksidasi) dan katode (reaksi reduksi). Perbedaan sel elektrolisis
dan sel volta terletak pada kutub elektrode. Pada sel volta, anode () dan katode (+),
sedangkan pada sel elektrolisis sebaliknya, anode (+) dan katode (). Pada sel elektrolisis
anode dihubungkan dengan kutub positif sumber energi listrik, sedangkan katode
dihubungkan dengan kutub negatif. Oleh karena itu pada sel elektrolisis di anode akan
terjadi reaksi oksidasi dan dikatode akan terjadi reaksi reduksi.
Penggunaan Elektrolisis dalam Industri
a. Elektroplatting
Elektroplatting adalah aplikasi elektrolisis pada pelapisan suatu logam atas
logam yang lain. Teknik ini bisa dipakai untuk memperbaiki penampakan dan daya
tahan suatu logam. Contohnya, suatu lapisan tipis logam chromium pada bemper baja
mobil untuk membuatnya menarik dan melindunginya dari karat. Pelapisan emas dan
perak dilakukan pada barang-barang perhiasan yang berasal dari bahan-bahan logam
yang murah. Berbagai lapisan-lapisan tipis logam tersebut ketebalannya berkisar
antara 0,03 s/d 0,05 mm.
b. Pembuatan Aluminium
Bauksit

adalah

biji

aluminium

yang

mengandung

Al2O3-.

Untuk

mendapatkan aluminium, bijih tersebut dimurnikan dan Al2O3 nya dilarutkan dan
didisosiasikan dalam larutan elektrolit eryolite. Pada katoda, ion-ion aluminium

direduksi menghasilkan logam yang terbentuk sebagai lapisan tipis dibagian bawah
wadah elektrolit. Pada anoda yang terbuat dari karbon, ion oksida teroksidasi
menghasilkan O2 bebas. Reaksinya adalah :
Al+ + 3e- Al(l)

(katoda)

2O2- O2(g) + 4e-

(anoda)

4Al3+ + 6O2- 4Al(l) + 3O2(g) (total)


c. Pembuatan Magnesium
Sumber utama magnesium adalah air laut. Mg2+ mempunyai kelimpahan
terbesar ketiga dalam laut, kalahannya oleh ion natrium dan ion klorida. Untuk
memperoleh magnesium, Mg(OH)2 diendapkan dari air laut. Pemisahan itu dilakukan
dengan cara filtrasi dan lalu dilarutkan dalam asam hidroklorit.
Mg(OH)2 + 2HCl MgCl2 + 2H2O
Larutan MgCl2 diuapkan dan menghasilkan MgCl2 padat yang lalu dilelehkan
dan akhirnya dielektrolisa. Magnesium bebas akan diendapkan pada katoda dan gas
klorin dihasilkan pada anoda.
MgCl2(l) Mg(l) + Cl2(g)
d. Penyulingan Tembaga
Salah satu elektrolisis yang paling menarik adalah pemurnian atau
penyulingan logam tembaga. Tembaga dapat dimbil dari bijinya, dengan cara ini
sampai ke tingkat kemurnian 99%. Pengotornya sebagian besar adalah perak, emas,
platina, besi dan seng menurunkan konduktivitas listrik tembaga secara drastis
sehingga harus disuling ulang sebelum dipakai sebagai kawat atau kabel.
Tembaga tidak murni dipakai sebagai elektroda sebagai anoda pada sel
elektrolisis yang mengandung larutan tembaga sulfat dan asam sulfat (sebagai
elektrolit). Katoda pada sistem ini adalah tembaga dengan kemurnian tinggi. Jika
selnya dijalankan pada tegangan yang diperlukan, hanya tembaga dan pengotornya
yang lebih mudah teroksidasi daripada tembaga, seng dan besi yang larut disekitar
anoda. Logam-logam yang kurang aktif akan runtuh dan mengendap dibagian dasar
wadah. Pada katoda, ion tembaga direduksi tetapi ion seng dan ion besi tertinggal

dilarutan karena lebih sukar tereduksi dari pada tembaga. Secara pelan-pelan tembaga
anoda terlarut dan tembaga katoda makin tumbuh. Suatu saat tembaga akan
mempunyai kemurnian 99,95%. Kotoran yang terkumpul dibagian bawah biasanya
disebut sebgai anoda, dapat dipindahkan secara periodik dan nilai perak, emas dan
platina dapat pula dihitung untuk memperoleh total efisiensi pelaksanaan proses
penyulingan.
e. Elektrolisis Brine
Brine (air asin) adalah larutan natrium klorida jenuh. Pada katoda, air lebih
mudah direduksi daripada ion natrium dan gas H2 akan terbentuk. Reaksi :
2e- + 2H2O H2(g) + 2OH-(aq)
Walaupun air lebih mudah teroksidasi daripada ion klorida, namun seperti
telah disebut bahwa ada faktor-faktor yang kompleks yang mempengaruhi sehingga
yang teroksidasi adalah ion klorida.

B. Aplikasi Elektrokimia dalam Sel Bahan Bakar Hidrogen


Tak dapat disanggah lagi bahwa energi merupakan kebutuhan pokok manusia.
Buktinya, konservasi energi terus dilakukan. Kayu, batubara, hingga minyak bumi adalah
sederetan sumber energi yang stoknya mulai menipis. Kayu kurang efisien dijadikan energi
karena dibutuhkan dalam jumlah yang besar sehingga berdampak global warming. Batubara
dan minyak bumi telah menipis setelah dikeruk sekian lamanya. Maka dari itu, ilmuwan terus
meneliti dan berusaha menemukan sumber energi baru untuk mengatasi masalah tersebut
dengan energi terbarukan.
Untuk keluar dari masalah energi, kita perlu mengeksplorasi potensi yang ada. BBG
atau bahan bakar gas dapat dipertimbangkan menjadi alternatif. Demikian juga dengan
batubara. Namun, gas dan batubara tergolong sebagai bahan bakar fosil, energi tak
terbarukan, sehingga belum efektif untuk memenuhi kebutuhan energi kita. Berdasarkan
penelitian tahun 2005, batubara akan habis hingga 252 tahun lagi, minyak mentah dalam
jangka waktu 32 tahun lagi, dan gas alam hanya tersisa 72 tahun lagi. Bahan bakar hidrogen,
biomassa, panas bumi, dan kekuatan alam dapat menjadi pertimbangan untuk bebas dari
bahan bakar fosil.
Dari sekian banyak energi terbarukan, BBH (Bahan Bakar Hidrogen) atau bahan
bakar hidrogen merupakan energi yang ramah lingkungan. Produk hasil pembakarannya
hanya air sehingga tidak menjadi polusi. BBH telah digunakan sebagai bahan bakar roket.
Dengan hidrogen yang relatif sedikit direaksikan dengan oksigen menghasilkan energi yang
dapat mengantarkan roket keluar angkasa. Prinsip ini telah menjadi pemikiran eropa untuk
mencanangkan BBH sebagai sumber energi nasional, seperti Swedia dan Inggris. Indonesia
yang memiliki sumber hidrogen berlimpah dapat dieksplorasi menjadi energi sehingga
pencanangan BBH sebagai sumber energi nasional sangat cocok diterapkan.
Pengertian Sel Bahan Bakar
Fuel cell adalah alat yang mampu menghasilkan listrik arus searah. Alat ini terdiri
dari dua buah elektroda, yaitu anoda dan katoda yang dipisahkan oleh sebuah membran
polimer yang berfungsi sebagai elektrolit. Membran ini sangat tipis, ketebalannya hanya
beberapa mikrometer saja. Hidrogen dialirkan ke dalam fuel cell yaitu ke bagian anoda,

sedang oksigen atau udara dialirkan ke bagian katoda, dengan adanya membran, maka gas
hidrogen tidak akan bercampur dengan oksigen. Membran dilapisi oleh platina tipis yang
berfungsi sebagai katalisator yang mampu memecah atom hidrogen menjadi elektron dan
proton. Proton mengalir melalui membran, sedang elektron tidak dapat menembus membran,
sehingga elektron akan menumpuk pada anoda, sedang pada katoda terjadi penumpukan ion
bermuatan positif. Apabila anoda dan katoda dihubungkan dengan sebuah penghantar listrik,
maka akan terjadi pengaliran elektron dari anoda ke katoda, sehingga terdapat arus listrik.
Elektron yang mengalir ke katoda akan bereaksi dengan proton dan oksigen pada sisi katoda
dan membentuk air.
Hidrogen bukanlah sumber energi (energy source) melainkan pembawa energy
(energy carrier), artinya hidrogen tidak tersedia bebas di alam atau dapat ditambang layaknya
sumber energi fosil. Hidrogen harus diproduksi. Ada beberapa metode pembuatan gas
hidrogen yang telah kita kenal. Namun semua metode pembuatan tersebut prinsipnya sama,
yaitu memisahkan hidrogen dari unsur lain dalam senyawanya. Tiap-tiap metode memiliki
keunggulan dan kekurangan masing-masing. Tetapi secara umum parameter yang dapat
dipertimbangkan dalam memilih metode pembuatan H2 adalah biaya, emisi yang dihasilkan,
kelaikan secara ekonomi, skala produksi dan bahan baku.
Table 1. Metode Pembuatan Hidrogen
Metode
Pembuatan

Deskripsi

Kelebihan

CH4 + H2O > CO + 3H

Teknologinya

Kekurangan

Hidrogen

sering
CO + H2O > CO2 + H2

Steam Reforming

Gas

alam

dengan

direaksikan

steam

(T=700-

1000oC) dan katalis.


Pemurnian H2:

sudah -

digunakan

Tergantung

di ketersediaan gas alam

berbagai industri pupuk


dan H2O2

- Emisi CO2

Penyerapan
Bahan biomassa (jerami, limbah

padat

Emisi CO2 lebih

rumah sedikit

tangga,

kotoran)

dipanaskan dalam reaktor,


Gasifikasi

mengasilkan

Biomasa

gas

H2 ,

campuran
CO,

CH4.

Selanjutnya, proses sama


seperti steam reforming.

Bahan

berlimpah

baku
dan

terbarukan
-

Bisa diproduksi di

seluruh tempat di dunia


- Biaya murah

Batu
dalam

bara

dipanaskan -

reaktor

Merupakan metode -

menjadi tertua

mahal (2 kali steam

gas. Direaksikan dengan


Gasifikasi

reforming

Batu steam dan O2 menjadi H2,

Bara

Biaya produksi

dari

gas

alam)

CO, CO2
-

Emisi

lebih

bahaya: CO2, CO, dan


sulfur
Memanfaatkan arus listrik - Zero emission (bila Elektrolisa Air

untuk

menguraikan

air listriknya

Memerlukan energi

dihasilkan listrik cukup besar

menjadi H2 (di katoda) dari generator listrik


dan O2 (di anoda)

bebas polusi)

Komponen Sel Bahan Bakar


1. Katalisator
Katalisator dipilih dari golongan Pt, Ru, Rh, Ni, Os, Mn, Ti, W, Fe, Ir, Mo dan
Sn. Yang biasa digunakan adalah paduan logam Pt dan Ru. Bisa juga menggunakan
paduan 3 macam atau 4 macam logam dari golongan tersebut.

2. Membran penukar ion


Polymeric electrolyte membrane fuel cell (PEMFC) disebut juga proton exchange
membrane fuel cell. Membran ini berupa lapisan tipis padat yang berfungsi sebagai
elektrolit pemisah. Membran in berupa lapisan tipis padat yang berfungsi ssebagai
elektrolit pemisah katoda dan anoda. Membran ini ssecara selektif mengontrol
transport proton dari anoda ke katoda dalam fuel cell. Membran polimer merupakan
komponen yang sangat penting dalam PEM fuel cell. Membran polimer ini dapat
memisahkan reaktan dan menjadi sarana transportasi ion hydrogen yang dihasilkan di
anoda menuju katoda sehingga menghasilkan energy listrik.
Cara Kerja Sel Bahan Bakar (Fuel Cell)

Gambar 2. Sel Bahan Bakar


Secara sederhana proses dapat dilihat pada Gambar.1 diatas :
Hidrogen (yang ditampung dalam sebuah tabung khusus) dialirkan melewati anoda, dan
oksigen/udara dialirkan pada katoda
Pada anoda dengan bantuan katalis platina Pt hidrogen dipecah menjadi bermuatan
positif (ion/proton), dan negatif (elektron)
Membran di tengah-tengah anoda-katoda kemudian hanya berfungsi mengalirkan
proton menyebrang ke katoda
Proton yang tiba di katoda bereaksi dengan udara dan menghasilkan air
Tumpukan elektron di anoda akan menjadi energi listrik searah yang dapat menyalakan
lampu.

Rekasi yang terjadi di anoda dan katoda adalah:

Gambar 3. Reaksi dalam Sel Bahan Bakar


Anoda : H2

2H+ + 2e-

Katoda : O2 + 2H+ + 2e-

H2O

Reaksi total

H2O + energy listrik + kalaor

: H2 + O2

Kelebihan dan Kekurangan Sel Bahan Bakar


a. Kelebihan
1. Tidak Mengeluarkan Emisi Berbahaya (Zero Emission)
Sebuah sistem fuel cell hanya akan mengeluarkan uap air apabila memakai hidrogen
murni. Tetapi ketika memakai hidrogen hasil dari reforming hidrokarbon/fosil (misal:
batu bara, gas alam, dll) maka harus dilakukan uji emisi untuk menentukan apakah
sistem tersebut masih dapat dikategorikan zero emission. Menurut standar yang
dikeluarkan United Technologies Corporation (UTC) pada tahun 2002, maka sebuah
sistem fuel cell dapat dikategorikan zero emission ketika mengeluarkan emisi
pencemar udara yang sangat rendah, dengan kriteria sbb: NOx =< 1 ppm, SO2 =< 1
ppm, CO2 =< 2 ppm.
2. Efisiensi Tinggi (High efficiency)

Oleh sebab fuel cell tidak menggunakan proses pembakaran dalam konversi energi,
maka efisiensinya tidak dibatasi oleh batas maksimum temperatur operasional (tidak
dibatasi oleh efisiensi siklus Carnot). Hasilnya, efisiensi konversi energi pada fuel
cell melalui reaksi elektrokimia lebih tinggi dibandingkan efisiensi konversi energi
pada mesin kalor (konvensional) yang melalui reaksi pembakaran.
3. Cepat Mengikuti Perubahan Pembebanan (Rapid load following)
Fuel cell memperlihatkan karakteristik yang baik dalam mengikuti perubahan beban.
Sistem Fuel cell yang menggunakan hidrogen murni dan digunakan pada sebagian
besar peralatan mekanik (misal: motor listrik) memiliki kemampuan untuk merespon
perubahan pembebanan dengan cepat.
4. Temperatur Operasional Rendah
Sistem fuel cell sangat baik diaplikasikan pada industri otomotif yang beroperasi pada
temperatur rendah. Keuntungannya adalah fuel cell hanya memerlukan sedikit waktu
pemanasan (warmup time), resiko operasional pada temperatur tinggi dikurangi, dan
efisiensi termodinamik dari reaksi elektrokimia lebih baik.
5. Reduksi Transformasi Energi
Ketika fuel cell digunakan untuk menghasilkan energi listrik maka fuel cell hanya
membutuhkan sedikit transformasi energi, yaitu dari energi kimia menjadi energi
listrik. Bandingkan dengan mesin kalor yang harus mengubah energi kimia menjadi
energi panas kemudian menjadi energi mekanik yang akan memutar generator untuk
menghasilkan energi listrik. Fuel cell yang diaplikasikan untuk menggerakkan motor
listrik memiliki jumlah transformasi energi yang sama dengan mesin kalor, tetapi
transformasi energi pada fuel cell memiliki efisiensi yang lebih tinggi.
b. Kekurangan
1. Hidrogen
Hidrogen sulit untuk diproduksi dan disimpan. Saat ini proses produksi hidrogen
masih sangat mahal dan membutuhkan input energi yang besar (artinya: efisiensi
produksi hidrogen masih rendah). Untuk mengatasi kesulitan ini, banyak negara
menggunakan teknologi reforming hidrokarbon/fosil untuk memperoleh hidrogen.
Tetapi cara ini hanya digunakan dalam masa transisi untuk menuju produksi hidrogen
dari air yang efisien.

2. Fuel cell membutuhkan hidrogen murni, bebas dari kontaminasi zat-asing. Zat-asing
yang meliputi sulfur, campuran senyawa karbon, dll dapat menonaktifkan katalisator
dalam fuel cell dan secara efektif akan menghancurkannya. Pada mesin kalor
pembakaran dalam (internal combustion engine), masuknya zat-asing tersebut tidak
menghalangi konversi energi melalui proses pembakaran.
3. Harga Katalisator Platinum Mahal
Fuel cell yang diaplikasikan pada industri otomotif memerlukan katalisator yang
berupa Platinum untuk membantu reaksi pembangkitan listrik. Platinum adalah logam
yang jarang ditemui dan sangat mahal. Berdasarkan survei geologis ahli USA, total
cadangan logam platinum di dunia hanya sekitar 100 juta kg. Dan pada saat ini,
diperkirakan teknologi fuel cell berkapasitas 50 kW memerlukan 100 gram platinum
sebagai katalisator (DEO, 2000). Misalkan penerapan teknologi fuel cell berjalan baik
(meliputi: penghematan pemakaian platinum pada fuel cell, pertumbuhan pasar fuel
cell rendah, dan permintaan platinum rendah) maka sebelum tahun 2030 diperkirakan
sudah tidak ada lagi logam platinum. Untuk itulah diperlukan penelitian untuk
menemukan jenis katalisator alternatif yang memiliki kemampuan mirip katalisator
dari platinum.
4. Pembekuan
Selama beroperasi, sistem fuel cell menghasilkan panas yang dapat berguna untuk
mencegah pembekuan pada temperatur normal lingkungan. Tetapi jika temperatur
lingkungan terlampau sangat dingin (-10 s/d -20 C) maka air murni yang dihasilkan
akan membeku di dalam fuel cell dan kondisi ini akan dapat merusak membran fuel
cell. Untuk itu harus didesain sebuah sistem yang dapat menjaga fuel cell tetap berada
dalam kondisi temperatur normal operasi.
5. Teknologi Tinggi & Baru
Perlu dikembangkan beberapa material alternatif dan metode konstruksi yang baru
sehingga dapat mereduksi biaya pembuatan sistem fuel cell (harga komersial saat ini
untuk pembangkit listrik dengan fuel cell ~$4000/kW) (Javit Drake, 29/03/2005).
Diharapkan dimasa depan dapat dihasilkan sebuah sistem fuel cell yang lebih
kompetitif dibandingkan mesin bakar/otomotif konvensional (harga saat ini: $20/kW)
dan sistem pembangkit listrik konvensional (harga saat ini: $1000/kW) (Matthew M.

Mench, 24/05/2001). Teknologi baru tersebut akan mampu menghasilkan reduksi


biaya, reduksi berat dan ukuran, sejalan dengan meningkatnya kehandalan dan umur
operasi (lifetime) sistem fuel cell. Penggunaan sistem fuel cell dalam industri otomotif
minimal harus memiliki umur operasi 4.000 jam (ekivalen 100.000 mil pada
kecepatan 25 mil per jam) dan dalam industri pembangkit listrik minimal harus
memiliki umur operasi 40.000 jam.

You might also like