Professional Documents
Culture Documents
Usia
Dengan meningkatnya usia dapat terjadi perubahan fungsi kognitif yang sesuai
dengan perubahan neurokimiawi dan morfologi (proses degeneratif). Usia lanjut
juga menyebabkan otak lebih rentan terhadap efek primer atau sekunder cedera
kepala, sehingga efek terjadinya gangguan kognitif lebih besar.
Hipertensi
Beberapa penyakit seperti hipertensi dan DM, dapat merusak struktur vaskular,
mengganggu sirkulasi serebral, dan selanjutnya merusak fungsi kognitif.
Gangguan mikrosirkulasi dan disfungsi endotel juga berperan pada gangguan
fungsi kognitif pada hipertensi.
DM
Hiperglikemi
o Tikus yang diabetes (32% HbA1c vs 12% pada control) yang
menunjukkan gangguan kognitif dijumpai peningkatan ekspresi
dari RAGEs pada neuron dan sel glia dan kerusakan pada white
matter dan myelin, menyarankan peranan RAGEs pada
terjadinya disfungsi serebral. Pada manusia, pasien dengan
diabetes dan Alzheimer disease memiliki N-carboxymethyllysine
(suatu tipe AGEs) yang lebih tinggi pada pewarnaan yang
dilakukan pada pemeriksaan postmortem dibanding pada pasien
yang hanya menderita Alzheimer disease
Hipoglikemi
o Korteks, basal ganglia, dan hipokampus sepertinya daerah yang
paling rentan terhadap hipoglikemia, dimana adanya nekrosis
laminar dan gliosis yang dijumpai pada daerah ini ketika
dilakukan
otopsi
pada
pasien
yang
meninggal
karena
hipoglikemia
Resistensi Insulin
o Resistensi insulin dan diabetes tipe 2 mungkin berkontribusi
dalam disfungsi kognitif melalui tiga mekanisme tidak langsung
lainnya.
o Pertama, disfungsi kognitif pada diabetes tipe 2 berhubungan
dengan marker inflamasi, dan peningkatan inflamasi mungkin
berperan dalam berkembangnya Alzheimers atau penyakit
makrovaskular.
o Mekanisme kedua yang potensial bagaimana resistensi insulin
dan diabetes tipe 2 bisa berperan dalam gangguan kognitif adalah
melalui hambatan pada aksis hypothalamicpituitary adrenal.
Baik hewan maupun manusia dengan diabetes tipe 2 mengalami
peningktan regulasi dari aksis hypothalamicpituitary adrenal,
yang meningkatkan kortisol serum dibandingkan dengan kontrol.
Dalam
penelitian
lain,
hiperkortisolemia
ditemukan
tangles
intraselular
dan
senile
plaque
Demensia
Definisi Demensia
Demensia
atau
progresif serta terdapat gangguan fungsi luhur (Kortikal yang multiple) yaitu daya ingat,
daya
kemampuan menilai, kesadaran tidak berkabut, biasanya disertai hendaya fungsi kognitif dan
ada kalanya diawali oleh kemerosotan (detetioration) dalam pengendalian emosi, perilaku
sosial atau motivasi. Sindrom ini
terjadi
pada
penyakit
kardiovaskular dan pada kondisi lain yang secara primer atau sekunder mengenai otak 1.
Demensia vaskular adalah penurunan kognitif dan kemunduran fungsional yang
disebabkan oleh penyakit serebrovaskuler, biasanya stroke hemoragik dan iskemik, juga
disebabkan oleh penyakit substansia alba iskemik atau sekuale dari hipotensi atau hipoksia 1.
Epidemiologi
Demensia vaskular merupakan penyebab demensia yang kedua tertinggi di Amerika
Serikat dan Eropa, tetapi merupakan penyebab utama di beberapa bagian di Asia. Prevalensi
demensia vaskular 1,5% di negara Barat dan kurang lebih 2,2% di Jepang. Di Jepang, 50%
dari semua jenis demensia pada individu berumur lebih dari 65 tahun adalah demensia
vaskular. Di Amerika Latin, 15% dari semua demensia adalah demensia vascular3.
Kadar prevalensi demensia adalah 9 kali lebih besar pada pasien yang telah
mengalami stroke berbanding kontrol. Setahun pasca stroke, 25% pasien mengalami
demensia awitan baru. Dalam waktu 4 tahun berikutnya, resiko relative kejadian demensia
adalah 5,5%. Demensia vaskular paling sering pada laki-laki, khususnya pada mereka dengan
hipertensi yang telah ada sebelumnya atau faktor risiko kardiovaskular lainnya. Insiden
meningkat sesuai dengan peningkatan umur3.
Etiologi
Penyebab demensia yang paling sering pada individu yang berusia diatas 65 tahun
adalah (1) penyakit Alzheimer, (2) demensia vaskuler, dan (3) campuran antara keduanya.
Penyebab lain yang mencapai kira-kira 10 persen diantaranya adalah demensia Lewy body
(Lewy body dementia), penyakit Pick, demensia frontotemporal, hidrosefalus tekanan
normal, demensia alkoholik, demensia infeksiosa (misalnya human immunodeficiency virus
(HIV) atau sifilis) dan penyakit Parkinson. Banyak jenis demensia yang melalui evaluasi dan
bentuk
demensia
adalah
dampak
dari
kematian
sel
saraf atau
fungsinya.
sampai sekarang belum mendapatkan gambaran yang jelas bagaimana demensia terjadi6.
Mekanisme dari kerusakan white matter oleh faktor resiko cardiovascular dan A7.
Stress
oksidatif
dan
inflamasi
yang
diinduksi
dari
factor-faktor
tersebut
Penyakit serebrovaskular fokal terjadi sekunder dari oklusi vaskular emboli atau
trombotik. Area otak yang berhubungan dengan penurunan kognitif adalah substansia alba
dari hemisfera serebral dan nuklei abu-abu dalam, terutama striatum dan thalamus
6
Makroskopis korteks serebral pada potongan koronal dari suatu kasus demensia
vascular.
Infark lakunar bilateral multipel mengenai thalamus, kapsula interna dan globus palidus
1. Infark Multiple
Dementia multi infark merupakan akibat dari infark multiple dan bilateral. Terdapat
riwayat satu atau beberapa kali serangan stroke dengan gejala fokal seperti hemiparesis,
hemiplegi, afasia, hemianopsia. Pseudobulbar palsy sering disertai disarthia, gangguan
berjalan (sleep step gait). Forced laughing/crying, refleks babinski dan inkontinensia. CT
scan otak menunjukan hipodens bilateral disertai atrifi kortikal kadang disertai dilatasi
ventrikel.
2. Infark Lakuner
Lakunar adalah infark kecil, diameter 2-15 mm yang disebabkan kelainan pada small
penetrating arteries di daerah diencephalon, batang otak dan subkortikal akibat dari
hipertensi. Pada 1/3 kasus, infark lakunar bersifat asimptomatik. Apabila menimbulkan
gejala, dapat terjadi gangguan sensoris, TIA, hemiparesis atau ataxia. Bila jumlah lakunar
bertambah maka akan timbul sindrom demensia, sering disertai pseudobulbar palsy. Pada
derajat yang berat terjadi lacunar state. CT scan kepala menunjukan hipodensitas multiple
dengan ukuran kecil, dapat juga tidak tampak pada CT scan karena ukurannya yang kecil atau
terletak di batang otak. MRI kepala akurat untuk menunjukan adanya lakunar terutama di
batang otak, terutama pons.
3. Infark Tunggal
Strategic single infarc dementia merupakan akibat lesi iskemik pada daerah kortikal
atau subkortikal yang mempunyai fungsi penting. Infark girus angularis menimbulkan gejala
sensorik, aleksia, agrafia, gangguan memori, disorientasi spasial dan gangguan konstruksi.
Infark id daerah distribusi arteri serebri posterior menimbulkan gejala anmnesia disertai
agitatasi, halusinansi visual, gangguan visual dan kebingungan. Infark daerah distribusi arteri
arteri serebri anterior menimbulkan abulia, afasia motorik dan apraksia. Infark lobus
parietalis menimbulkan gangguan kognitif dan tingkah laku yang disebabkan gangguan
persepsi spasual. Infark pada daerah distribusi arteri paramedian thalamus mengkasilkan
thalamic dementia.
4. Sindroma Binswanger
Gambaran klinis sindrom Binswanger menunjukan demensia progresif dengan
riwayat stroke, hipertensi dan kadang diabetes melitus. Sering disertai gejala pseudobulbar
palsy, kelainan piramidal, gangguan berjalan (gait) dan inkontinensia. Terdapat atropi white
matter, pembesaran ventrikel dengan korteks serebral yang normal. Faktor resikonya adalah
small artery disease (hipertensi, angiopati amiloid), kegagalan autoregulasi aliran darah di
otak usia lanjut, hipoperfusi periventrikel karena kegagalan jantung, aritmia dan hipotensi.
5. Angiopati amiloid cerebral
Terdapat penimbunan amiloid pada tunika media dan adventitia arteriola serebral.
Insidennya meningkat denga bertambahnya usia. Kadang terjadi dementia dengan onset
mendadak.
6. Hipoperfusi
Dementia dapat terjadi akibat iskemia otak global karena henti jantung, hipotensi
berat, hipoperfusi dengan atau tanpa gejala oklusi karotis, kegagalan autoregulasi arteri
serebral, kegagalan fungsi pernafasan. Kondisi tersebut menyebabkan lesi vaskular di otak
yang multiple terutama di daerah white matter.
2.6.
Kriteria Diagnosis
Terdapat beberapa kriteria diagnostik yang melibatkan tes kognitif dan neurofisiologi
a. Kriteria Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, fourth edition, text
revision (DSM-IV-TR). Kriteria ini mempunyai sensitivitias yang baik tetapi spesifitas
yang rendah. Rumusan dari kriteria diagnostik DSM-IV-TR adalah seperti berikut5:
Skor
Awitan mendadak
Deteriorasi bertahap
Depresi
Keluhan somatik
Emosi labil
Riwayat hipertensi
Arteriosklerosis penyerta 13
Skor ini berguna untuk membedakan demensia alzheimer dengan demensia vaskular.
Bila skor 7 : demensia vaskular. Skor <4 : penyakit alzheimer.
c. Kriteria
the National
Institute of Neurological
1.
A. Demensia
Didefinisikan
dengan
penurunan
kognitif
dan
dimanifestasikan
dengan
kemunduran memori dan dua atau lebih domain kognitif (orientasi, atensi, bahasa,
fungsi visuospasial, fungsi eksekutif, kontrol motor, praksis), ditemukan dengan
pemeriksaan klinis dan tes neuropsikologi, defisit harus cukup berat
sehingga
mengganggu aktivitas harian dan tidak disebablan oleh efek stroke saja.
Kriteria eksklusi yaitu kasus dengan penurunan kesadaran,
delirium,
psikosis,
gangguan sistemik
B. Penyakit serebrovaskular
Adanya
tanda
fokal
pada
pemeriksaan
neurologi
seperti
hemiparesis,
kelemahan fasial bawah, tanda Babinski, defisit sensori, hemianopia, dan disartria yang
konsisten dengan stroke (dengan atau tanpa riwayat stroke) dan
bukti penyakit
serebrovaskular yang relevan dengan pencitraan otak (CT Scan atau MRI) seperti infark
pembuluh darah multipel atau infark strategi single (girus angular, thalamus, basal
forebrain), lakuna ganglia basal multipel dan substansia alba atau lesi substansia alba
periventrikular yang ekstensif, atau kombinasi dari yang di atas.
dengan
defisit
kognitif
yang
variasi
dan
bukti
penyakit
D. Tidak ada kelainan patologi atau klinikal yang dapat menyebabkan demensia
Gejala Klinis
Tanda dan gejala kognitif pada demensia vaskular yaitu subkortikal, bervariasi dan
biasanya menggambarkan peningkatan kesukaran dalam menjalankan aktivitas harian
seperti makan, berpakaian, berbelanja dan sebagainya. Hampir semua kasus demensia
vaskular menunjukkan tanda dan simptom motorik .
Tanda dan gejala fisik :
Kehilangan memori, pelupa
Lambat berfikir (bradifrenia)
Pusing
Kelemahan fokal atau diskoordinasi satu atau lebih ekstremitas
Inersia
Langkah abnormal
Konsentrasi berkurang
Perubahan visuospasial
Penurunan tilikan
Defisit pada fungsi eksekutif seperti kebolehan untuk inisiasi, merencana dan
mengorganisasi
Sering atau Inkontinensia urin dan alvi. Inkontinensia urin terjadi akibat kandung
kencing yang hiperrefleksi.
Riwayat
bertahap
pasien
yang mendukung
demensia
vaskular
adalah
kerusakan
inkontinensi emosional, stroke, dan tanda dan gejala fokal. Contoh kerusakan bertahap
adalah kehilangan memori dan kesukaran membuat keputusan diikuti oleh periode yang stabil
dan kemudian akan menurun lagi.
Awitan dapat perlahan atau mendadak. Didapatkan bahwa TIA yang lama dapat
menyebabkan penurunan memori yang perlahan sedangkan stroke menyebabkan gejala yang
serta-merta6.
Faktor Resiko
demensia
dengan pemburukan
vaskular
yang
telah
dibedakan
mungkin menyertai
dari
demensia
penyakit
tipe
Alzheimer
serebrovaskular
selama
satu periode waktu. Walaupun pemburukan yang jelas dan bertahap mungkin tidak
ditemukan pada semua kasus, gejala neurologis fokal adalah lebih sering pada demensia
vaskular dibandingkan pada demensia tipe Alzheimer, demikian juga faktor risiko standar
untuk penyakit serebrovaskular5.
status
mental
yang cepat.
keracunan
Individu
atau
ini
infeksi
yang dapat diobati. Biasanya sembuh sempurna setelah penyebab yang mendasari
diatasi.
5. Kehilangan memori
Antara penyebab kehilangan memori yang lain adalah5:
Malnutrisi
Dehidrasi
Fatigue
Depresi
Efek samping obat
Gangguan metabolik
Trauma kepala
Tumor otak jinak
Infeksi bakteri atau virus
Parkinson
Prevensi
Sindrom demensia vaskular biasanya disebabkan oleh stroke. Jadi, prevensi
(terapi primer) atau terapi sekunder stroke adalah kunci untuk mencegah penurunan kognitif
ini. Memodifikasi faktor resiko kemunduran kognitif dapat membantu mencegah stroke dan
demensia vaskular. Faktor resiko yang paling penting adalah hipertensi. Penelitian
kohort
epidemiologi
dan
percobaan
intervensi
dengan
pengobatan
antihipertensi
Manajemen Terapi
Tujuan penatalaksanaan demensia vaskular adalah:
Mencegah terjadinya serangan stroke baru
Menjaga dan memaksimalkan fungsi saat ini
Mengurangi gangguan tingkah laku
Meringankan beban pengasuh
Menunda progresifitas ke tingkat selanjutnya
Membawa nota untuk mencatat nama, tanggal, dan tugas yang perlu dilakukan.
Melatih otak dengan mengingat kembali acara sepanjang hari sebelum tidur. Ini dapat
membina kapasiti memori
Menjauhi distraksi seperti televisi atau radio ketika coba memahami pesan atau
instruksi panjang.
Banyak bersabar. Marah hanya akan menyebabkan pasien lebih sukar untuk
mengingat sesuatu. Belajar teknik relaksasi juga berkesan.
B. Diet
Penelitian di Rotterdam mendapati terdapat peningkatan resiko demensia vaskular
berhubungan dengan konsumsi lemak total. Asam folat, vitamin B6 dan vitamin B12 yang
rendah juga berhubungan dengan peningkatan homosisteine yang merupakan faktor resiko
stroke.
2. Medikamentosa
a. Mencegah demensia vaskular memburuk
Progresifitas
demensia
vaskular
dapat
diperlambat
jika
faktor
resiko
anti
platlet
berguna untuk mencegah stroke berulang. Pada demensia vaskular, aspirin mempunyai
efek positif pada defisit kognitif.
clopidogrel.
Aspirin
Mencegah platelet-aggregating thromboxane A2 dengan memblokir aksi prostaglandin
sintetase seterusnya mencegah sintesis prostaglandin
Tioclodipine
Digunakan untuk pasien yang tidak toleransi
terapi aspirin.
Clopidogrel bisulfate
Obat antiplatlet yang menginhibisi ikatan ADP ke reseptor platlet secara direk. Agen
hemorheologik
meningkatkan
kualiti
darah
dengan
menurunkan viskositi,
bulan. Di European
Prognosis
Prognosis demensia vaskular lebih bervariasi dari penyakit Alzheimer. Berdasarkan
beberapa penelitian, demensia vaskular dapat memperpendek jangka waktu hidup sebanyak
50% pada lelaki, individu dengan tingkat edukasi yang rendah dan pada individu
dengan hasil uji neurologi yang memburuk.
Penyebab
kematian
adalah
komplikasi
dari
demensia,
penyakit
DAFTAR PUSTAKA
disorders.
Kaplan
&
Sadock's
Synopsis
of
Psychiatry:
Diakses
dari
http://www.geriatricsandaging.ca/fmi/xsl/article.xsl?
lay=Article&Name=Dementia:%20Biological%20and%20Clinical%20AdvancesPart%
20I&-find. 10 Juli 2013.
9. Roman, G.C. dkk. (1993). The Internet Stroke Center. Ninds-Airen Diagnostic
Criteria.43 (2): 250-60. Diunduh dari http://www.strokecenter.org/trials/scales/nindsairen.html.
10. Lovestone, Simon dan Gauthier, Serge. 2001. Management of Dementia. London:
Lundbeck Institude.