You are on page 1of 2

Diagnosis

demam tifoid masih merupakan penyakit endemik di Indonesia. Diagnosis dibi demam tifoid
sangat bermanfaat agar dapat diberikan pengobatan yang tepat dan dapat dihindari terjadinya
komplikasi. Pengetahuan gambaran klinis penyakit ini sangat penting untuk membatu mendeteksi
secara dini penyakit ini. Walaupun demikian pada kasus-kasus tertentu dibutuhkan pemwriksaan
tambahan untuk membantu menegakkan diagnosa. Pada keadaan demikian peranan laboratorium
dalam membantu menegakkan diagnosis sangat penting.
Manifestasi Klinis
masa tuntas demam tifoid berlangsung antara 10-14 hari. Gejala-gejala klinis yang timbul sangat
bervariaai dan ringan sampai dengan berat, dari tidak terdiagnosis hingga gambaran penyakit yang
khas dengan komplikasi hingga kematian.
Secara umum gejala klinis penyakit ini pada minggu pertama ditemukan keluhan dan gejala
serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya, yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri
otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau siare, perasaan tidak enak diperut, batuk, dan
epitaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu badan meningkat. Sifat demam adalah
meningkat perlahan-lahan dan terutama pada sore hingga malam hari. Dlam minggu kedua gejalagejala menjadi lebih jelaa berupa demam, bradikardia relatif, ludag yang berselaput (kotor di
tengah, tepi dan ujung merah serta tremor), hepatomegali, splenomegali, meteroismus, gangguan
mental berupa somnolen, stupor, koma, delirium, atau psikosis, roseoalae jarang ditemukan pada
orang Indoneaia. Bradikardia relatif adalah peningkatan suhu 1OC tidak diikuti peningkataan
denyut nadi 8 kali per menit.
Pemeriksaan Laboratorium
A. Pemeriksaan Darah Periver Lengkap
pada pemeriksaan darah periver lengkap dapat ditemukan leukopenia, dapat pula
ditemukan kadar leukosit normal atau leukositosis. Leukositosis dapat terjadi walaupun
tanpa disertai infeksi sekunder. Selain itu pula dapat ditemukan anemia ringan dan
trombositopenia. Pada pemeriksaan hitung jenis leukosit, dapat terjadi aneusinofilia
maupin limfopenia. Laju endap darah pada demam tofoid dapat Meningkat.
B. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT seringkali meningkat, tetapi akan kembali menjadi normal setelah
sembuh. Kenaikan
C. Uji Widal
uji wodal dilakukan untuk deteksi antibodi terhadap kuman salmonella typhi. Pada uji
widal terjadi suatu reaksi aglutinasi antara antigen kuman S. typhi dengan antibodi yang
disebut aglutinin. Antigen yang digunakan pada uji wodal adalah suspensi salmonella
yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Akibat infeksi dari S. typhi, pasien
membuat antibodi yaitu:
a. Aglutinin O yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).
b. Aglutinin H, karena rangsangan antigen H (berasal dari vlagella kuman)
c. Aglutinin Vi, karena rangsangan antigen V (berasal dari simpai kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut, hanya aglutininO dan H yang dogunakan untuk
diagnosis demam tifoid. Makin tinggi titernya, makin besar kemungkinan menderita

demam tifoid.
pembentukan aglutinin mulai yerjadi pada akhir minggu pertama demam, kemudian
meningkat secara cepat dan mencapai puncak pada minggu ke-empat, dan tetap tinggi
selama beberapa minggu. Pada fase akut mula-mula timbul aglutinin O kemudian
diikuti dengan aglutinin H. Pada fase akut mula-mula timbul aglutinin O, kemudian
diikuti dengan aglutinin H. pada orang yang telah sembuh aglutinin O masih tetap
dijumpai setelah 4-6 bulan, sedangkan aglutinin H menetap lebih lama antara 9-12
bulan. Oleh karena otu uji Widal bukanlah pemeriksaan untuk menentujan
kesembuhan penyakit.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Uji Widal
Ada 2 faktor yang mempengaruhi uji widal yaitu faktor yang berhubungan dengan
penderita dan faktor teknis.
Faktor yang berhubungan dengan pemderita, yaitu:
1. Pengobatan dini dengan antibiotik, pemberian kortikosteroid
2. gangguan pembentukan antibodi
3. saat pengambulan darah
4. daerah endemik atau non endemik
5. riwayat vaksinasi
6. reaksi anamnestik, yaitu peningkatan titer aglutinin pada infeksi bukan dengan
demamtifoid akibat infeksi demam tifoid masa lalu atau vaksinasi
faktor genetik, yaitu:
1. Akibat agkutinasi silabg
2. strain Salmobella yang digubakan untuk suspensi abfigen
3. teknik pemeriksaan antar laboratorium
D. Kultur Darah

You might also like