You are on page 1of 71

RADIOLOGI PADA KASUS TRAUMA

Dr. H. Agus Prawira P, Sp.Rad

CEDERA KEPALA

FRAKTUR CRANIUM
Secara morfologis cedera kepala dapat dibagi atas
fraktur cranium dan lesiintrakranial
Gambaran fraktur, dibedakan atas :
a) Linier
Fraktur linier merupakan garis fraktur tunggal pada
tengkorak yang meliputi seluruh ketebalan tulang.
Pada pemeriksaan radiologi akan terlihat sebagai
garis radiolusen.

b)

Diastase
Fraktur yang terjadi pada sutura, sehingga
terjadi pemisahan sutura cranial. Fraktur ini
sering terjadi pada anak dibawah usia 3
tahun

c. Fraktur Comminuted
Fraktur dengan dua atau lebih fragmen
fraktur.

d)

Depressed
Fraktur depressed diartikan sebagai fraktur
dengan tabula eksterna pada satu atau lebih
tepi fraktur terletak dibawah level anatomic
normal dari tabula interna tulang tengkorak
sekitarnya yang masih utuh.

LESI INTRAKRANIAL
Lesi intrakranial dapat diklasifikasikan
sebagai fokal atau difusa, walau kedua
bentuk cedera ini sering terjadi
bersamaan. Lesi fokal termasuk
hematoma
epidural,
hematoma
subdural, dan kontusi (atau hematoma
intraserebral).

a) Hematoma Epidural
Epidural hematom (EDH) adalah perdarahan
yang terbentuk di ruang potensial antara
tabula interna dan duramater dengan cirri
berbentuk bikonvek atau menyerupai lensa
cembung.
Paling sering terletak diregio temporal atau
temporoparietal dan sering akibat robeknya
pembuluh meningeal media.

b) Hematom Subdural
Hematoma subdural (SDH) adalah perdarahan
yang terjadi di antara duramater dan
arakhnoid.
SDH
lebih
sering
terjadi
dibandingkan EDH, ditemukan sekitar 30%
penderita dengan cedera kepala berat. Terjadi
paling sering akibat robeknya vena bridging
antara korteks serebral dan sinus draining.

c) Kontusi dan hematoma intraserebral.


Mayoritas kontusi terjadi dilobus frontal dan
temporal, walau dapat terjadi pada setiap
tempat termasuk serebelum dan batang
otak. Perbedaan antara kontusi dan
hematoma intraserebral traumatika tidak
jelas batasannya. Bagaimanapun, terdapat
zona peralihan, dan kontusi dapat secara
lambat
laun
menjadi
hematoma
intraserebral dalam beberapa hari.

TRAUMA THORAKS

11/25/2014

16

PEMERIKSAAN RADIOLOGIS PADA


THORAKS

Pada keadaan trauma, chest radiografi sangat


penting untuk menilai keterlibatan
Kepala
Leher
Fasial injury
Thoraks: Rib fraktur, hemothorak, pneumothorak,
kontusi paru, acute respiratory distress syndrome
(ARDS) dapat terlihat, dan hallmarks injury dapat
diidentifikasi semua

11/25/2014

17

IDENTIFIKASI RONTGEN PADA CEDERA


THORAKS
1. Proses Membaca pada Foto Thorak
- tentukan bahwa foto yang dibaca adalah penderita yang dimaksud
- penilain cepat untuk keadaan patologis yang dicurigai
- pakai hasil pemeriksaan fisik untuk membaca foto ronsen, dan pakai penemuan
foto ronsen untuk memperkuat pemeriksaan fisik.
2. Trakea dan Bronkus
- identifikasi adanya udara intersitial dan pleura yang mungkin menandakan
adanya cedera airway yang besar.
- identifikasi laserasi trakea yang mungkin terlihat sebagai pneumomediastinum,
pneumothorak, emfisema subkutis dan interstisiel pada leher, atau
pneumoperitoneum.
- identifikasi ruptur bronkus yang mungkin nampak sebagai pneumothorak masif,
dengan kebocoran udara yang tidak tertolong dengan pemasangan selang dada.
11/25/2014

18

IDENTIFIKASI RONTGEN PADA CEDERA


THORAKS
3. Rongga Pleura dan Parenkim Paru
a. Rongga Pleura
- identifikasi cairan abnormal pleura yang mungkin adalah hemothorak
- identifikasi udara abnormal yang mungkin menunjukkan pneumothorak
biasanya terlihat sebagai area lusen di puncak tidak ada corak bronkial
atau vaskular.
b. Parenkim Paru
- identifikasi infiltrat paru yang menandakan adanya kontusio paru,
hematom, aspirasi, dll. Kontusio paru terlihat seperti konsolidasi rongga
udara irregular dan bercak-bercak atau homogen, difuse atau ekstensif.
- identifikasi laserasi parenkim paru. Laserasi terlihat sebagai hematom,
bervariasi tergantung besarnya perlukaan dan terlihat sebagai area
konsolidasi.

11/25/2014

19

IDENTIFIKASI RONTGEN PADA CEDERA


THORAKS
4. Mediastinum
- identifikasi adanya udara atau darah yang mendorong
struktur mediastinum, mengaburkan demarkasi antara
bidang-bidang jaringan atau membatasi mereka dengan
radiolusen.
- identifikasi tanda-tanda radiologis yang berhubungan
dengan cedera jantung atau pembuluh darah mayor.
a. udara atau darah di perikardium dapat menimbulkan
kontur jantung yang membesar. Perubahan progresif
ukuran jantung mungkin disebabkan pneumoperikardium
atau hemoperikardium.

11/25/2014

20

IDENTIFIKASI RONTGEN PADA CEDERA


THORAKS
b. ruptur aorta dicurigai bila:
- pelebaran mediastinum, temuan yang paling dapat
diandalkan
- fraktur iga I dan II
- obliterasi knob aorta
- deviasi trakea ke kanan
- adanya cap pleura
- elevasi dan pergeseran ke kanan bronkus prinsipal kanan
- depresi bronkus prinsipal kiri
- obliterasi rongga antara arteri pulmonal dan aorta
- debais esofagus (NGT) ke kanan

11/25/2014

21

IDENTIFIKASI RONTGEN PADA CEDERA


THORAKS
5. Diafragma
Ruptur diafragma harus dicurigai, berdasarkan mekanisme
trauma, gejala klinis pada penderita, dan kelainan pada
foto ronsen. Foto ronsen awal mungkin tidak dapat
mengidentifikasi cedera diafragma. Foto-foto sekuens yang
mungkin diperlukan:
Evaluasi dengan telitI diafragma akan adanya:
- elevasi (dapat mencapai sela iga IV pada ekspirasi penuh)
- ruptur (udara gaster atau usus diafragma)
- identikasi yang sulit (iregular atau kabur) akibat adanya
cairan atau masa jaringan lunak.
11/25/2014

22

IDENTIFIKASI RONTGEN PADA CEDERA


THORAKS
Perubahan-perubahan pada ronsen yang menunjukkan adanya cedera:
- elevasi, iregularitas, atau obliterasi diafragma segmental atau total
- densitas seperti satu masa di atas diafragma mungkin disebabkan
oleh cairan
- udara atau contrahaz yang mengisi usus atau gaster di atas diafragma
- pergesaran mediastinum ke kontralateral
- melebarnya kontur jantung, jika peritoneum herniasi ke dalam
perikardium
- efusi pleura
- identifikasi cedera penyerta, , misalnya: lien, pankreas, ginjal dan
hepar

11/25/2014

23

IDENTIFIKASI RONTGEN PADA CEDERA


THORAKS
6. Tulang Dada
- Klavikula
- Skapula
- Iga I-III, iga IV-IX dan iga IX-XII
- Sternum:
a. identifikasi sternomandibular junction dan korpus sternal apakah
patah atau tidak. Fraktur sternal sering sulit dideteksi pada foto AP
pada hematom mediastinal. Sesudah penderita stabil, cone down
view, foto dengan over penetrasi, posisi lateral, atau CT Scan
mungkin dibutuhkan untuk iluminasi yang lebih baik pada
kecurigaan fraktur sternum.
b. identifikasi cedera penyerta, mis, kontusio jantung, cedera
pembuluh darah besar (mediastinum melebar).
11/25/2014

24

1. FRAKTUR IGA, STERNUM DAN


SKAPULA
Metode Radiologi Diagnostik
Metode pencitraan yang digunakan untuk
patah tulang rusuk adalah rontgen dada tegak.

11/25/2014

25

1. FRAKTUR IGA, STERNUM DAN


SKAPULA

11/25/2014

26

2. PNEUMOTHORAKS
Metode Radiologi Diagnostik
Metode pencitraan pilihan untuk deteksi
pneumotoraks adalah rontgen dada PA yang
diambil selama pernafasan
Pernafasan dapat meningkatkan penampilan
pneumotoraks dengan meningkatkan
kepadatan paru-paru, yang meningkatkan
kontras antara udara yang terjebak.

11/25/2014

27

2. PNEUMOTHORAKS

11/25/2014

28

3. HEMOTHORAKS
Metode Radiologi Diagnostik
Plain radiografi adalah modalitas pencitraan
diagnostik pilihan, dan korelasi klinis sering
digunakan untuk mengkonfirmasi diagnosis.

11/25/2014

29

4. HEMOPNEUMOTHORAKS
Metode Radiologi Diagnostik
Pilihan modalitas pencitraan untuk
mendeteksi hemopneumothorax adalah
rontgen dada PA.
Pernafasan mungkin menonjolkan penampilan
komponen pneumotoraks entitas ini.

11/25/2014

30

4. HEMOPNEUMOTHORAKS

11/25/2014

31

5. TENSION PNEUMOTHORAKS
Metode Radiologi Diagnostik
Diagnosis tension pneumothorax idealnya
harus dibuat dari evaluasi klinis, karena
bahkan penundaan kecil (seperti memperoleh
rontgen dada) dapat mempercepat kematian.
Meskipun demikian tension pneumothorax
dapat segera divisualisasikan pada rontgen
dada.

11/25/2014

32

5. TENSION PNEUMOTHORAKS

11/25/2014

33

6. Kontusio Paru
Metode Radiologi Diagnostik
Pilihan modalitas pencitraan untuk
mendeteksi memar paru adalah rontgen dada.

11/25/2014

34

7. Tamponade Jantung
Pada rontgen dada, tampak bayangan jantung
yang membesar dengan gambaran paru yang
bersih.

11/25/2014

35

TRAUMA ABDOMEN

11/25/2014

36

DEFINISI
Trauma abdomen didefinisikan sebagai
kerusakan terhadap struktur yang terletak
diantara diafragma dan pelvis yang
diakibatkan oleh luka tumpul atau yang
menusuk.

11/25/2014

37

KLASIFIKASI TRAUMA ABDOMEN


1. Berdasaran jenis organ yang cedera.
- Pada organ padat seperti hepar dan limpa dengan gejala utama
perdarahan
- Pada organ berongga seperti usus dan saluran empedu dengan gejala
utama adalah peritonitis.
2. Berdasarkan daerah organ yang cedera.
- Organ Intraperitoneal
Intraperitoneal abdomen terdiri dari organ-organ seperti hati, limpa,
lambung, colon transversum, usus halus, dan colon sigmoid.
- Organ Retroperitoneal
Retroperitoneal abdomen terdiri dari ginjal, ureter, pancreas, aorta, dan
vena cava. Trauma pada struktur ini sulit ditegakkan diagnosis berdasarkan
pemeriksaan fisik. Evaluasi regio ini memerlukan CT scan, angiografi, dan
intravenous pyelogram.

11/25/2014

38

KLASIFIKASI TRAUMA ABDOMEN


3. Berdasarkan mekanisme trauma.
- Trauma tumpul
Suatu pukulan langsung, misalnya terbentur pinggiran stir ataupun bagian
pintu mobil yang melesak kedalam karena tabrakan, bisa menyebabkan trauma
kompresi ataupun crush injury terhadap organ viscera.
Trauma tarikan (shearing injury) terhadap organ viscera sebenarnya adalah
crush injury yang terjadi bila suatu alat pengaman (misalnya seat belt jenis lapbelt
ataupun komponen pengaman bahu) tidak digunakan dengan benar.
Organ yang paling sering kena adalah lien (40 55%), hepar (34 45%), dan usus
halus (5 10%). Sebagai tambahan, 15% nya mengalami hematoma
retroperitoneal.
- Trauma tajam
Luka tusuk ataupun luka tembak (kecepatan rendah) akan mengakibatkan
kerusakan jaringan karena laserasi ataupun terpotong.
Luka tusuk tersering mengenai hepar (40%), usus halus (30%), diafragma (20%)
dan colon (15%).
Luka tembak paling sering mengenai usus halus (50%), colon (40%), hepar (30%),
dan pembuluh darah abdominal (25%).
11/25/2014

39

1. RUPTUR HATI
Metode Radiologi Diagnostik
Pada keadaan umum pasien baik, dapat
dilakukan CT Scan pada abdomen yang
hasilnya menunjukkan adanya laserasi.
Class

Criteria

Capsular tear, < 1cm parenchymal depth

II

Parenchymal tear, 1-3cm parenchymal depth

III

Parenchymal disruption, > 3cm parenchymal depth but < 25% of hepatic lobe

IV

Parenchymal disruption, 25-50% of heptic lobe

Parenchymal disruption, > 50% of hepatic lobe

VI

Hepatic avulsion

11/25/2014

40

1. RUPTUR HATI

Grade 4 intraparanchymal hepatic


hematoma
of right lobe (arrow).
11/25/2014

41

2. RUPTUR LIEN
Metode Radiologi Diagnostik
Penegakan diagnosis dengan menggunakan CT
scan.
Class

Criteria

Capsular disruption, subcapsular hematoma

II

Peripheral laceration, hematoma < 3cm

III

Fractures extending to the hilum, hematoma > 3cm

IV

Shattered spleen, vascular disruption

11/25/2014

42

2. RUPTUR LIEN

Anatomi normal , liver , spleen


11/25/2014

Grade 4 splenic rupture (arrow).


43

3. RUPTUR USUS HALUS


Metode Radiologi Diagnostik
Diagnosis ruptur usus ditegakkan dengan
ditemukannya udara bebas dalam
pemeriksaan Rontgen abdomen.
Pada pasien dengan perlukaan pada usus dua
belas jari dan colon sigmoid didapatkan hasil
pemeriksaan pada Rontgen abdomen dengan
ditemukannya udara dalam retroperitoneal.
11/25/2014

44

3. RUPTUR USUS HALUS


Gambaran ct scan :
Udara ekstraluminal .
Ekstravasasi kontras oral .
Penebalan atau diskontinuitas dd. Usus .
Clotting dekat usus yang terkena .
Gambaran jaringan lunak kabur .

11/25/2014

45

3. RUPTUR USUS HALUS

Perforation with extravasation of contrast


from the duodenum (arrow).
11/25/2014

46

4. RUPTUR GINJAL
Metode Radiologi Diagnostik
Diagnosis, membedakan antara laserasi ginjal
dengan memar pada ginjal dapat dilakukan
dengan pemeriksaan IVP atau CT scan.
Manfaat CT scan :
Diagnosis dan staging renal trauma .
Menentukan dalamnya laserasi cortex .
Luasnya daerah devaskularisasi jaringan .
Menilai pelvio-calyceal system ginjal .
Perluasan perirenal hematom .
11/25/2014

47

4. RUPTUR GINJAL
Class Criteria
I

Contusions, small corticomedullary lacerations that do not


communicate
With the collection system

II

Laceration that communicates with the collection system

III

Shattered kidney, injury to the vascular pedicle

IV

Upj avulsion, laceration of the renal pelvis

11/25/2014

48

4. RUPTUR GINJAL

Anatomi normal setinggi ginjal

11/25/2014

Grade I renal lacertion displaying the


extension of injury
to the vascular pedicle.
49

5. RUPTUR PANKREAS
Metode Radiologi Diagnostik
Pemeriksaan CT scan dapat menetapkan
diagnosis.
Gambaran CT scan trauma pancreas :
linier hipodens sekitar pancreas .
penebalan fascia gerota .
cairan retro pancreas
kronik : pseudocyst e.c. Trauma duktus /
laserasi .
11/25/2014

50

5. RUPTUR PANKREAS

Anatomi setinggi pancreas

11/25/2014

Pancreatic laceration
(arrow).
51

6. RUPTUR VESICA URINARIA

Rupture of bladder with extravasation of urine into


the peritoneal cavity (arrow).

11/25/2014

52

TRAUMA PADA VERTEBRAE

Anatomi
Vertebra terdiri atas 33 ruas tulang
belakang yang tersusun secara segmental
yang terdiri atas 7 ruas tulang servikal
(vertebra servikalis), 12 ruas tulang
torakal (vertebra torakalis), 5 ruas tulang
lumbal (vertebra lumbalis), 5 ruas tulang
sakral yang menyatu (vertebra sakral),
dan 4 ruas tulang ekor (vertebra
koksigea).6

MEKANISME CEDERA
Pada cedera tulang belakang, mekanisme
cedera yang mungkin adalah:
1. Hiperekstensi (kombinasi distraksi dan
ekstensi)

2. Pergeseran aksial (kompresi)

3. Fraktur remuk (Burst fractures)


Fraktur yang terjadi ketika ada penekanan
corpus vertebralis secara langsung, dan tulang
menjadi hancur. Fragmen tulang berpotensi
masuk ke kanalis spinalis

4. Fraktur dislokasi
Terjadi ketika ada segmen vertebra berpindah
dari tempatnya karena kompresi, rotasi atau
tekanan.
Ketiga
kolumna
mengalami
kerusakan sehingga sangat tidak stabil, cedera
ini sangat berbahaya.

5. Cedera pisau lipat (Seat belt fractures)


Sering terjadi pada kecelakaan mobil dengan
kekuatan tinggi dan tiba-tiba mengerem
sehingga membuat vertebra dalam keadaan
fleksi, dislokasi fraktur sering terjadi pada
thoracolumbar junction

TRAUMA EKSTREMITAS
1. Fraktur Bennett
Fraktur ini disebabkan oleh abduksi ibu jari
yang dipaksaan dan tamak sebagai fraktur
oblik yang mengenai permukaan artikulasi
proksimal pada tulang metakarpal I

2. Fraktur plato tibia


Kebanyakan fraktur ini mengenai bagian plat
tibia lateral. Mekanisme cederanya kerana
terpelintir, kadang-kadang fraktur
tidak
terlihat jelas pada proyeksi AP dan lateral yang
standar.

4. Fraktur pergelangan kaki.


Fraktur ini disebabkan oleh cedera inversi atau
eversi, atau kombinasi kedua mekanisme
tersebut

5. Fraktur Kalkaneus
Fraktur ini merupakan fraktur tulang tarsus
yang paling sering terjadi. Fraktur terjadi
akibat jatuh dari ketinggian dan biasanya
bilateral

6. Fraktur Colles
Fraktur ini akibat terjatuh dengan tangan
terentang. Fraktur radus terjadi di korpus
distal, biasanya sekitar 2 cm dari
permukaan artikular. Fragmen distal
bergeser ke arah dorsal dan proksimal,
memperlihatkan gambaran deformitas
dinner fork

7. Fraktur Smith
Fraktur ini biasanya akibat terjatuh pada
punggung tangan atau pukulan keras secara
langsung pada punggung tangan. Fragmen
distal bergeser ke arah ventral dengan deviasi
radius tangan yag memberikan gambaran
deformitas garden spade

8. Fraktur Suprakondiler
Fraktur ini merupakan jenis fraktur siku yang
paling sering terjadi pada anak-anak berusia
antara 3 sampai 10 tahun.

9. Galeazzi
Fraktur ini akibat terjatuh dengan tangan
terentang dan lengan bawah dalam keadaan
pronasi, atau terjadi karena pukulan langsung
pada pergelangan tangan bagian dorsolateral.
Fraktur ini merupakan fraktur sepertiga distal
radius dengan dislokasi sendi radioulna distal

10. Fraktur Lisfranc


Fraktur ini biasanya terjadi sesudah jatuh dari
ketinggian atau saat menuruni tangga pesawat
terbang. Ligamentum lisfranc yang terletak
antara tulang kuneiform I dan basis tulang
metatarsal II terputus atau mengalami avulsi
pada tempat insersinya

You might also like