You are on page 1of 12

LAPORAN PEMICU 2

BLOK 17
MAKSILOFACIAL II
BENJOLAN DI GUSI

DISUSUN
OLEH : KELOMPOK 1

DOSEN PEMBIMBING

: Olivia Avriyanti, drg., Sp.BM, Rini O, drg., Sp.Perio,


Lasminda S, drg., M.Kes

FAKULATAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014

Nama-nama kelompok 1
Ketua

: Kelvin

(120600106)

Sekretaris

: Nazlia Aufa Hafart

(120600008)

Anggota

: T Azra Sahira

(120600001)

Deli Masri

(120600002)

Alfia Rizwika

(120600003)

Indah Anggaraini

(120600004)

Intan Saulina Mardia

(120600005)

Sri Ratna Permata Sari

(120600006)

Arfita Sipahutar

(120600007)

Nita Budiarti

(120600009)

Defri Komala Sari

(120600010)

Agnes F R P Mendrofa

(120600101)

Olda Priskilla Naomi

(120600102)

Santy Monica Gowasa

(120600103)

Yanta Sinisura S. Keloko

(120600104)

Aini Ramadhani

(120600105)

Ulfa rahmawati

(120600107)

Buahna Lumban Gaol

(120600108)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas rahmat
dan karunia-Nya,kami dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya. Laporan ini
berisi tentang hasil diskusi pemicu 2 yang berjudul Benjolan di Gusi.
Laporan ini tidak akan selesai tanpa bimbingan dari dosen pembimbing dan begitu
pula dengan fasilitator yang sudah membantu kami dalam diskusi dan memberikan kami
masukan-masukan yang berarti.
Untuk kesempurnaan makalah ini di masa mendatang, saran dan pendapat yang
konstruktif dari pembaca sangat diharapkan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi mahasiswa
selaku peserta didik serta pihak-pihak lain. Atas perhatiannya,kami ucapkan terima kasih.

Medan, 23 November 2014

Tim Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kehamilan adalah suatu kondisi yang melibatkan fisik secara kompleks dan
perubahan secara fisiologis.

Modifikasi metabolisme, sistem imun, dan tingkat hormone

yang tinggi membuat fetus dapat bertumbuh dan berkembang hingga lahir. Jumlah hormone
yang bervariasi dapat menyebabkan beberapa perubahan pada kulit dan mukosa rongga
mulut.

Proses perubahan tersebut berubah seiring dengan bertambahnya tingkat hormone

seks pada darah dan saliva. Hormon-hormon ini diperkirakan sebagai penyebab proses
inflamasi dan epulis gravidarum. 3
Epulis gravidarum adalah kondisi yang cukup jarang terjadi pada ibu hamil, hanya
sekitar 1,8 sampai 5%, dan lebih sering pada bagian anterior rahang atas.

Gambaran

klinisnya adalah lesi exophytic yang halus atau berlobus-lobus dan berwarna merah muda,
merah, atau ungu dengan papula eritematous disertai dasar yang bertangkai maupun tidak
bertangkai. 1

I.2 Deskripsi Topik

Seorang wanita usia 29 tahun datang ke klinik Bedah mulut RSGMP FKG USU
dengan keluhan muncul benjolan yang semakin membesar pada gusi kanan bawah sejak 6
bulan yang lalu. Awalnya benjolan sebesar biji kacang kemudian semakin membesar sebesar
biji kelereng, kadang-kadang terasa nyeri, sering berdarah terutama saat menyikat gigi.
Pasien sudah pernah berobat ke Puskesmas, kemudian dirujuk ke RSGMP FKG USU untuk
tatalaksana selanjutnya. Pasien sedang hamil dengan usia kandungan 7 bulan. Sebelumnya
pasien belum pernah mengalami penyakit seperti ini, tidak ada riwayat tumor di keluarga.
Kemudian pada pasien dilakukan pemeriksaan klinis ekstra oral dan
dapatkan gambaran seperti dibawah :

intra oral dan di

Pada pemeriksaan klinis intra oral di dapatkan gigi 43 dan 44 mobiliti derajat 2. Oral
Hygiene sedang. Dari gambaran rontgen tampak kehilangan tulang vertikal pada interdental
43 dan 44 lebih dari 1/3 servikal gigi 43 dan 44.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1.

Interpretasi Gambaran Klinis yang Tampak Berdasarkan Foto

Ekstra Oral :
Wajah terlihat simetris
Tidak ditemukan adanya pembengkakan, semua dalam batasan normal
Daerah labial dalam kondisi baik
Pasien terlihat sulit menutup mulut

Intra Oral :
Pada bagian lingual gigi 43 dan 44 terdapat nodul sebesar mulberry
Ukuran tumor seluas sekitar 2cm
Bentuk berlobus-lobus
Tekstur kilat/glossy dan licin
Daerah eritema
Warnanya bervariasi dari merah terang (di gingiva yang mengalami inflamasi)
sampai merah pucat (di gingiva yang mengalami pembesaran)
OH sedang

2.2.

Diagnosis Kasus dan Diagnosis Bandingnya


Suspect Diagnosis: epulis gravidarum disertai periodontitis lokalisata
Yaitu granuloma pyogenik (tumor jinak) yang berkembang pada ginggiva selama

kehamilan. Biasanya muncul pada trimester kedua kehamilan. Umumnya pasien tidak
mengeluhkan rasa sakit, namun lesi ini sangat mudah berdarah saat pengunyaan atau
penyikatan gigi. 5
Diagnosis Bandingnya : 5

Giant cell epulis

Fibroma

Hemangioma

Hiperplastik ginggiva

Peripheral ossifying fibroma

Metastatic cancer

Conventional granulation tissue

Angiosarcoma

Kaposis sarcoma

Non-hodgkins lymphoma

2.3.

Etiologi dan Patofisiologi Terjadinya Kasus


Etiologi
a. Primer
Yang termasuk faktor primer adalah plak bakteri. Plak adalah lapisan bakteri atau
deposit lunak yang menempel pada permukaan gigi, gusi, dan restorasi gigi. Plak
terdiri dari hampir 70% mikroorganisme dan 30% substansi interbakterial yang
meliputi polisakarida ekstraseluler, enzim, endotoksin dan antigen. Endotoksin yang
ditemukan pada plak adalah lipopolisakarida yang merupakan unsur pokok dari
dinding sel bakteri gram negatif. Lipopolisakarida merupakan mediator kuat pada
inflamasi dan respon imun. Sedangkan antigen pada plak merangsang respon imun
dan selanjutnya mengakibatkan kerusakan jaringan.mikroorganisme plak gigi
melepaskan komponen biologi aktif yaitu lipopolisakarida, kemotaktik peptida, dan
asam lemak. Komponen-komponen tersebut meranagsang sel epitel gingiva unutuk
menghasilkan bermacam-macam mediator biologi aktif yang didominasi oleh sitokin,
seperti interleukin-1 beta, interleukin-8, prostagladin, TNF-, dan matriks
metalloproteinase. 6

b. Sekunder
Faktor sekunder meliputi kalkulus dan peningkatan hormon estrogen dan
progresteron.
Progesteron : berfungsi untuk dilatasi pembuluh darah, menjadikannya lebih
permeabel, dan peningkatan proliferasi pembuluh darah kapiler.
Estrogen : berfungsi untuk meregulasi proliferasi, differensiasi, dan keratinisasi pada
jaringan gingiva.
Kedua hormon ini meningkatkan perdarahan gingival, menyebabkan pertumbuhan
gingiva, dan dapat menyebabkan poket periodontal yang lebih dalam juga. 5

Patofisiologi :
Pada kondisi ibu hamil, hormon estrogen dan progesteron meningkat
peningkatan hormon ini menyebabkan vaskularisasi ke jaringan meningkat pada

gingiva dengan oral hygiene kurang baik terdapat plak bakteri adanya vaskularisasi
yang meningkat dan iritasi pada gingiva, maka terjadilah respon host berupa inflamasi
gingivitis tidak dirawat berlangsung kronis terbentuk jaringan granulasi
terbentuklah epulis.

2.4.

Prosedur dan Rencana Terapi Pada Pasien


Prosedur :
Scalling dan root planning
Eksisi
Splinting
Inform Consent : Diberitahukan kepada pasien bahwa setelah dilakukan perawatan,
kemungkinan untuk timbul kembali (recurrent) tetap ada.
Rencana Perawatan:
Fase preeliminary : tidak dilakukan
Fase I :

kontrol plak

scalling dan root planning

DHE

edukasikan pada pasien mengapa lesi ini dapat terjadi


Instruksikan pasien untuk menjaga OH

Splinting

dilakukan setelah dilakukannya eksisi pada pasien

Fase II : bedah eksisi + Pack periodontal


Prosedur dilakukannya bedah eksisi antara lain:

Anastesi lokal

Lakukan eksisi epulis

Tempatkan pack periodontal pada lesi yang telah dieksisi

Evaluasi fase II
Fase III : tidak dilakukan
Fase IV : periksa secara periodik plak dan kalkulus pasien dan kondisi gingivanya
NB: setelah massa di eksisi, specimen wajib di kirim ke bagian Patologi Anatomi
untuk dipastikan massa tersebut adalah tumor jinak.

2.5.

Prognosa dari Gigi


Ad. Bonam, jika:
Faktor etiologi telah dihilangkan
Pasien dapat menjaga OH setelah perawatan

2.6.

Apakah pada Kasus Tersebut Dapat Diindikasikan Bone Graft? Jika Iya,
Tentukan Pemilihan Bahan yang Akan Digunakan?
Bone Graft
Tidak diindikasikan untuk dilakukan bone graft karena:
Kerusakan tulang adalah secara vertikal dimana kemungkinan penyembuhan masih
sangat baik.
Kondisi pasien adalah seorang ibu hamil.
Jika kita lakukan bone graft dengan autograft, maka trauma yang terjadi akan
semakin besar dan tidak diindikasikan untuk ibu hamil karena resiko infeksi
semakin besar.
Jika kita lakukan bone graft dengan bahan yang di sintetik, tingkat keamanan
bahan tersebut bagi ibu hamil tidak diketahui. Contohnya bone graft yang
berbasis ceramic. Bahan ini tidak memiliki protein natural yang dapat
merangsang pertumbuhan tulang sebaik bahan yang memiliki protein natural
(cth infuse bone graft). Bahan keramik hanya bersifat osteokonduktif dan tidak
memiliki sifat osteoinduksi dan osteogenik. Meskipun sifat osteokonduktif ini
sudah baik dalam merangsang pertumbuhan tulang, namun tetap lebih baik
dihindari dilakukan karena tingkat keamanan yang belum diketahui secara
pasti.
Umur kehamilan ibu telah 7 bulan. Sehingga proses persalinan dapat
diperkirakan 2 bulan lagi. Oleh karena itu, jika setelah proses persalinan
kondisi tulang belum memadai, dapat dilakukan bone graft pada saat ibu telah
melahirkan.

2.7.

Komplikasi dan Perawatan Pasca Terapi Pada Pasien


Komplikasi pasca terapi yang dapat terjadi adalah: 5
Perdarahan

Terekstrasinya gigi 43 dan 44


Sepsis karena pada ibu hamil terjadi imunosupresi (mild degree)
Supine hipotensive syndrome
Rekurensi
Fraktur pada tulang
Terbukanya lukanya operasi
Oedematus
Infeksi
Hipersensitivitas dentin
Perawatan pasca bedah:

Pemberian antibiotic. Yang aman bagi ibu hamil adalah golongan penicillin dan
macrolides. Contoh golongan penicillin adalah amoxicillin, contoh untuk
golongan macrolides adalah erythromycin dan azithromycin.

Pemberian analgetik. Yang aman bagi ibu hamil adalah acetaminophen, ataupun
parasetamol.

Pemberian vitamin

Diet Lunak, dan diet harus TKTP (tinggi kalori tinggi protein)

Instruksi menjaga OH untuk menghindari recurrent dari penyakit tersebut.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Epulis gravidarum yaitu granuloma pyogenik (tumor jinak) yang berkembang pada
ginggiva selama kehamilan. Biasanya muncul pada trimester kedua kehamilan. Umumnya
pasien tidak mengeluhkan rasa sakit, namun lesi ini sangat mudah berdarah saat pengunyaan
atau penyikatan gigi.
Etiologi epulis terbagi dua yaitu primer dan sekunder. Yang termasuk faktor primer
adalah plak bakteri. Plak adalah lapisan bakteri atau deposit lunak yang menempel pada
permukaan gigi, gusi, dan restorasi gigi. Plak terdiri dari hampir 70% mikroorganisme dan
30% substansi interbakterial yang meliputi polisakarida ekstraseluler, enzim, endotoksin dan
antigen. Jika plak tidak dibersihkan dengan baik maka, plak tersebut akan mengiritasi
jaringan gingiva. Faktor sekunder adalah perubahan hormonal yaitu terjadi peningkatan
hormone progesterone dan estrogen yang dapat memicu peningkatan vaskularisasi ke
jaringan sehingga respon perlawanan tubuh terhadap iritasi semakin besar. Selain itu kalkulus
juga berperan sebagai faktor predisposisi terjadinya epulis.
Perawatan pada kasus ibu hamil yang mengalami epulis adalah tergantung pada
kondisi nya. Pada beberapa kasus epulis dapat sembuh sendiri setelah ibu hamil tersebut
melewati persalinan. Namun pada keadaan yang lebih parah, dimana sudah terbentuk
jaringan fibrous, maka kondisi tersebut perlu dilakukan tindakan bedah yaitu eksisi untuk
mengangkat massa tersebut.
Pada kondisi ibu hamil yang mengalami epulis yang parah, kondisi gigi geligi juga
dapat terganggu, dimulai dari mobility sampai terjadi nya kerusakan tulang alveolar. Namun
hal tersebut dapat diatasi jika epulis telah dieksisi dan pada gigi geligi yang mengalami
dampaknya dapat dilakukan perawatan berupa splinting dan bone graft. Namun pada kasus
ini, kondisi pasien adalah sedang hamil sehingga tidak disarankan untuk dilakukan bone graft
karena tingkat keamanan bone graft pada ibu hamil tidak diketahui pasti. Sehingga jika
memang perlu dilakukan bone graft, maka lebih baik jika ditunggu sampai sang ibu telah
melahirkan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan terjadi pada janin.

Daftar Pustaka
1. Jafarzadeh H, Sanatkhani M, Mohtasham N. Oral pyogenic granuloma: a review. J
Oral Sci. 2006; 48: 167-75.
2. Erickson CV, Matus NR. Skin disorders of pregnancy. Am Fam Physic. 1994; 3: 60210.
3. Laine MA. Effect of pregnancy on periodontal and dental health. Acta Odontol Scand.
2002; 60: 257-64.
4. Paradowska A, Slawecki K, Chojak EG. Pregnancy tumor: review of literature. Dent
Med Probl. 2008; 45(1): 51-4.
5. Chopra D et al. Epulis Gravidarum mimicking a neoplasm. Dental Tribune. 2010; 24.
6. Carranza. Clinical Periodontology. 9th edition. Philadelphia.: WB Saunder, 2002 : 6465.

You might also like