You are on page 1of 3

(i)

(ii)
(iii)

Jika diperlukan, penggunaan antipiretik atau analgesik seperti acetaminophen atau


NSAID untuk pengobatan gejala sedang sampai berat atau mengontrol demam yang
tinggi dengan faringitis GAS harus dipertimbangkan sebagai tambahan terhadap
antibiotik yang sesuai.
Aspirin harus dihindari pada anak-anak.
Terapi tambahan dengan kortikosteroid tidak di anjurkan.

Ringkasan Bukti
Beberapa studi mendukung manfaat dari NSAID seperti ibuprofen dalam mengurangi demam
dan nyeri pada anak-anak dan dewasa dengan faringitis. Dalam studi lainnya, penghilang nyeri
yang lebih signifikan menggunakan acetaminophen digabung dengan placebo. Meskipun aspirin
juga telah terbukti mengurangi nyeri pada orang dewasa dengan infeksi saluran pernapasan atas,
kami tidak menyarankan penggunaannya pada anak-anak karena resiko sindrom Reye. Hasil dari
random sampling menunjukkan bahwa kortikosteroid mengurangi durasi dan keparahan gejala
dan tanda pada faringitis GAS pada dewasa dan anak-anak, meskipun durasi penurunan nyeri
nya minimal. Pengaruh pemakaian NSAID dan acetaminophen dalam ulasan pasien ini tidak
jelas. Meskipun efek samping dari terapi tidak terbukti pada data yang diterbitkan, follow up
jangka panjang belum dilakukan. Mengingat khasiat antimikroba, sifat self limited dari faringitis
GAS, khasiat analgesic sistemik dan topical dalam mengurangi gejala akut faringitis GAS, dan
potensi efek samping steroid sistemik, kami tidak menyarankan penggunaan kortikosteroid pada
peyakit ini.
Berbagai agen topical telah dipasarkan untuk terapi faringitis akut. Termasuk ke dalamnya
bilasan, obat penyemprot, dan pelega tenggorokan. Beberapa mengandung anestesi topical,
seperti ambroxol, lidocain, dan benzocaine, yang dapat meringankan gejala sementara. Pelega
tenggorokan mungkin efektif tapi berbahaya bagi anak-anak karena dapat menyebabkan
tersedak.
V. Apakah pasien dengan faringitis GAS episode berulang mungkin menjadi pembawa
faringitis kronik?
Rekomendasi
11. Kami menyarankan dokter yang merawat pasien dengan faringitis episode berulang yang
terbukti dengan bukti lab GAS, menganggap bahwa mereka mungkin mengalami >1 episode
faringitis streptokokus dalam jarak waktu yang dekat, tapi mereka juga harus waspada terhadap
kemungkinan pasien sebenarnya pembawa faringitis kronis yang mengalami infeksi virus
berulang.
12. Kami merekomendasikan bahwa pembawa GAS tidak membenarkan upaya untuk
mengidentifikasi mereka dan tidak memerlukan terapi antimkroba karena pembawa GAS tidak
mungkin menyebarkan faringitis ke lingkungan sekitar.

13. Kami tidak menyarankan tonsilektomi untuk menguragi frekuensi faringitis GAS.
Ringkasan Bukti
Karena pengujian ulang setelah terapi tidak lagi disarankan untuk pasien dengan faringitis GAS
akut, hanya yang berulang dan gejala faringitis akut dalam beberapa minggu atau bulan yang
menyelesaikan terapi untuk faringitis akut perlu untuk dikaji ulang. Jika pasien bergejala seperti
itu lagi memiliki hasil kultur positif dan atau hasil RADT, ada beberapa penjelasan yang
mungkin: ketidakpatuhan meminum antibiotic; infeksi faringitis GAS yang baru didapat dari
keluarga, teman sekelas, lingkungan masyarakat; pembawa GAS kronik dengan infeksi virus.
Pembawa faringitsis kronik memiiki kehadiran GAS di dalam faring tapi tidak ada bukti dari
respon imunitas tubuh seperti meningkatnya titer antibody anti streptokokus. Individu yang di
identifikasi sebagai pembawa faringitis kronis biasanya tidak memerlukan terapi antimikroba
lebih lanjut. Selain itu, jauh lebih sulit untuk mengeradikasi pembawa faringitis GAS dari
tenggorokan daripada pasien dengan infeksi streptokokus. Hal ini terutama berlaku untuk
penisilin atau terapi amoxicillin dan juga beberapa anti mikroba lainnya. Bukti klinis dan
epidemiologi menunjukkan bahwa penisilin atau amoxicillin memiliki tingkat kegagalan yang
relatif tinggi untuk mengatasi GAS.
Terapi antimikroba tidak di indikasikan untuk sebagian pembawa streptokokus kronis. Namun
ada keadaan yang memungkinkan untuk memberantasnya, yaitu; (1) demam reumatik,
glomerulonephritis, infeksi GAS invasive, (2) faringitis GAS pada komunitas tertutup atau
sebagian tertutup, (3) adanya demam reumatik akut pada keluarga atau riwayat penyakit dahulu,
(4) pada keluarga yang memiliki kecemasan yang tinggi terhadap infeksi GAS, (5) tonsilektomi
yang dipertimbangkan. Sejumlah antimikroba secara substansif lebih efektif dibandingkan
peinisilin dan amoxicillin dalam memberantas pembawa GAS kronik.
Dalam praktek sehari-hari, seringkali sulit untuk membedakan antara pembawa GAS dengan
infeksi virus dari pasien faringitis streptokokus akut. Petunjuk yang dapat membantu yaitu usia
pasien, musim, karakteristik epidemiologi local(prevalensi influenza dan atau penyakit
enterovirus).
Dalam banyak kasus, dokter mungkin tidak dapat membedakan antara pembawa GAS dari
infeksi akut dan lebih memilih penggunaan antimikroba lain. Untuk satu episode faringitis yang
terkait hasil lab GAS yang terjadi tak lama setelah terapi antimikroba yang tepat, pengobatan
dengan salah satu agen pada table 2 adalah tepat. Karena kepatuhan pasien meminum obat sering
menjadi masalah, pemberian penisilin benzatin G intramuscular harus dipertimbangkan. Untuk
episode kedua, tidak diperlukan swab tenggorokan untuk kultur setelah terapi kedua kecuali
gejala pasien menetap.
Sebuah keadaan klinis yang lebih menantang adalah orang yang dalam periode bulan-tahun
mengalami beberapa episode faringitis akut dimana hasil kultur dan atau RADT menunjukan

adanya GAS. Sangat memungkinkan bahwa sebagian besar pasien pembawa streptokokus kronik
mengalami infeksi virus berulang kali. Untuk pasien dengan frekuensi episode diskrit, informasi
yang tepat tentang gejala dan tanda, respon klinis terhadap terapi antibiotic, dan ada atau tidak
adanya faringitis GAS pada hasil kultur swab tenggorokan sangat membantu dalam membedakan
antara pembawa kronis dengan episode berulang faringtis GAS akut. Serotype atau genotype dari
isolasi streptokokus diperoleh dari episode yang berbeda dari pasien juga dapat membantu dalam
tercapainya determinasi karena pembawa memiliki strain GAS yang sama
Profilaksis antimikroba terus menerus tidak dianjurkan kecuali untuk mencegah ARF berulang
pada pasien yang memiliki episode demam reumatik sebelumnya. Jika dokter mencurigai bahwa
penyebaran infeksi ping-pong adalah penjelasan dari infeksi episode berulang dalam keluarga,
akan lebih membantu jika untuk memeriksa swab tenggorokan dari semua anggota keluarga dan
mengobati semuanya yang hasil kulturnya dan atau RADT nya positif. Tidak ada bukti yang
menyatakan bahwa binatang merupakan salah satu penyebar GAS dalam sebuah keluarga.
Tonsilektomi dapat dipertimbangkan pada pasien yang gejalanya tidak berkurang dari waktu ke
waktu n untuk pasien yang tidak ada alternatif faringitis GAS berulang.

You might also like