Professional Documents
Culture Documents
BAB I PENDAHULUAN
Jumlah
Kalori (kkal)
458
Air (%)
2.2
Karbohidrat (%)
75.1
Protein (%)
6.9
Lemak (%)
14.4
Vit B1 (mg)
0.09
Besi (mg)
2.7
Kalium (mg)
62
Fosfor (mg)
87
Biskuit memiliki kadar air yang rendah dengan tingkat kekerasan, kerapuhan
dan kerenyahan yang bervariasi. Perbedaan kadar air yang terdapat pada biskuit
akan memberikan pengaruh terhadap tekstur biskuit. Tektur pada bikuit dikatakan
rapuh bila dapat dipatahkan dengan mudah tanpa didahului oleh adanya perubahan
bentuk saat diberi tekanan (Anonymousa, 2002).
Berdasarkan jenisnya, produk biskuit dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu
biskuit manis dan biskuit asin. Biskuit manis atau disebut juga biskuit keras
merupakan jenis biskuit dengan rasa manis yang dibuat dari adonan keras,
berbentuk pipih, bila dipatahkan penampang potongannya bertekstur padat, dapat
berkadar lemak tinggi atau rendah. Sedangkan biskuit asin atau disebut juga kreker
merupakan jenis biskuit yang dibuat dari adonan keras melalui proses fermentasi
atau pemeraman, berbentuk pipih yang rasanya mengarah asin dan relatif renyah,
serta bila dipatahkan penampangnya potongannya berlapis-lapis (Anonymousb,
2006).
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk menambah wawasan
mahasiswa tentang produksi biskuit dari bahan yang digunakan, alat yang
digunakan serta cara pembuatan biskuit. Tujuan berikutnya adalah untuk
mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama melaksanakan perkuliahan dalam
dunia industri serta untuk mempelajari segala hal tentang produksi biskuit yang
sesuai dengan teknologi hasil pertanian.
2.2.2 Gula
Gula merupakan bahan penting dalam pembuatan adonan biskuit karena
memberikan rasa manis terhadap produk yang dihasilkan, memberikan tekstur yang
bagus, mengatur fermentasi serta warna yang lebih baik. Gula yang digunakan
adalah gula kristal (sukrosa) dan dekstrosa (Eliason,1996)
Gula yang digunakan sebagai penabur di atas biskuit, gula cair, gula khusus
(gula cair fermentasi) merupakan
dicairkan dan didalamnya telah dibiakkan yeast selama kurang lebih tiga hari. Fungsi
dari gula fermentasi ini adalah agar biskuit yang dihasilkan memiliki aroma (flavor)
yang berbeda. Gula halus berasal dari gula kristal (sukrosa) yang diolah secara
khusus (dihaluskan) sebelum digunakan. Sedangkan dekstrosa merupakan produk
yang sudah tersedia di pasaran (Eliason,1996).
2.2.3 Lemak
Lemak atau minyak yang digunakan dalam pembuatan adonan biskuit terdiri dari
tiga macam yaitu minyak goreng, shortening, dan bakers fat. Fungsi lemak dalam
adonan sebagai peminyakan untuk pengembangan sel dalam adonan sehingga
dapat memperbaiki remah biskuit yang dihasilkan (Ketaren 1986).
Lemak yang digunakan dalam pembuatan adonan biskuit diantaranya :
1. Minyak Goreng
Minyak goreng ini digunakan sebagai pengganti dari margarin karena menurut
Ketaren (1986), pada pembuatan biskuit sifat lemak yang dipentingkan adalah lemak
yang mempunyai nilai shortening serta stabilitas yang tinggi dan bukan lemak yang
dapat membentuk krim atau emulsi. Minyak yang digunakan dalam pembuatan
biskuit adalah minyak yang tidak dihidrogenasi karena minyak kelapa sawit
merupakan minyak dengan asam lemak jenuh tinggi sehingga tahan terhadap
ketengikan oksidatif dan mencegah waxy mouthfeel di mulut.
2. Shortening
Shortening mempengaruhi pengkerutan dan keempukan terhadap produk yang
dipanggang, dan juga sebagai pelumas dalam pencegahan pengembangan protein
yang berlebihan selama pembuatan adonan biskuit (Desrosier, 1988).
Penambahan shortening ini berfungsi untuk memperbaiki tekstur, meningkatkan
kelezatan dan keempukan, memperbaiki aerasi sehingga produk bisa mengembang,
2.2.6 Telur
Telur yang digunakan dalam pembuatan adonan biskuit adalah telur segar yang
sebelumnya dilakukan pemisahan antara putih dan kuning telur. Telur yang
digunakan dalam pembuatan adonan biskuit hanya bagian kuningnya saja karena
mengandung lesitin yang mempunyai daya pengemulsi dan dapat memberikan cita
rasa, sedangkan bagian putih telur digunakan sebagai bahan dalam pembuatan krim
untuk biskuit jenis bunga gem (Winarno,1991).
Selain digunakan kuning telur untuk keperluan sebagai pengemulsi juga
digunakan lesitin yang berasal dari kedelai. Hal tersebut dilakukan karena daya
simpan dari telur sendiri tidak terlalu lama serta ketersediaan telur juga terbatas
sehingga digunakan pula lesitin yang berasal dari kedelai (Winarno,1991).
2.2.7 Garam
Garam yang digunakan adalah garam yang mengandung iodium. Menurut Matz
(1992), efek penambahan garam dalam adonan secara umum adalah meningkatkan
warna remahan dan butiran kue. Selain itu, penambahan garam dalam pembuatan
adonan biskuit biasanya berfungsi untuk menambah cita rasa dan meningkatkan
aroma, memperkuat kekompakan adonan dan memperlambat pertumbuhan aroma,
memperkuat kekompakan adonan dan memperlambat pertumbuhan jamur pada
produk akhir. Penambahan garam pada adonan juga ditentukan sesuai dengan
takaran (formula) yang ada untuk pembuatan satu kali adonan.
pengembang
yang
digunakan
yaitu
sodium
bikarbonat.
Bahan
Menurut Hui (1992), umumnya ammonium bikarbonat ini dilarutkan di dalam air lalu
ditambahkan pada adonan saat dimixer. Ammonium bikarbonat akan terurai pada
suhu tinggi (Winarno, 2004). Bahan tersebut dipadukan dengan natrium bikarbonat
agar diperoleh kualitas pengembangan dan preservatif yang bagus terhadap produk
akhir biskuit.
2.3.3 Emulsifier
Emulsifier yang digunakan adalah Soybean Lecithin. Lesitin berfungsi sebagai
emulsifier untuk menstabilkan fase minyak dan air pada adonan sehingga mencegah
adonan lengket saat mixing.
Bebas dari kontaminasi, kotoran, batu, kontaminasi jamur, mikroba, serangga dan
tikus.
2. Memenuhi standar yang berlaku.
Apabila bahan yang digunakan tidak memenuhi standar yang telah diberlakukan
makaakan direject atau dikembalikan ke supplier menurut perjanjian yang ada.
reologis
yang
berbeda
tergantung
dari
formula
yang
ditambahkan.
3.3 Pemipihan
menggunakan
oven
yang
menggunakan
system
noozle
menggunakan empat macam bumer dengan suhu pemanggangan yang berbedabeda. Suhu pemanggangan biscuit yang digunakan pada oven I 290oC, oven II
320oC, oven III 3300C,dan oven IV 270oC. Proses pemanggangan ini memerlukan
waktu 5-7 menit tergantung dari kecepatan konveyer dan jenis biscuit yang
diproduksi. Oven yang digunakan dalam pembuatan biscuit asin ini hanya 2 line
sementara dalam pembuatan biscuit manis berjumlah 4 line. Parameter yang harus
diperhatikan dalam proses pemanggangan adalah mengendalikan kecepatan
konveyer dan membuka tutup cerobong asap oven (Faridi, 1994).
3.6 Pendinginan
Proses pendinginan ini dimaksudkan untuk menurunkan suhu produk dan
mencegah terjadinya penyerapan uap air sehingga tidak terjadi pengembunan di
dalam kemasan yang menghasilkan uap air sehingga dapat memperpendek umur
simpan biskuit. Pendinginan juga berfungsi menghilangkan bau ammonia yang tidak
sedap sehingga saat dikemas produk dapat tahan lama. Proses pendinginan
tersebut dilakukan dengan cara manual yaitu dengan penghembusan angin yang
dihasilkan oleh blower setelah produk keluar dari oven ( Desrosier,1988)