Professional Documents
Culture Documents
: SULASTRI
NIM
: 702011046
Skenario B Blok 21
Dr. Barru sebagai dokter layanan primer di kontrak oleh BPJS untuk program
pemeliharaan kesehatan 3000 klien dalam bentuk asuransi sosial, pembayaran
praupaya dalam bentuk kapitasi yang di berikan Rp 8000/kapita/bulan. Sistem yang
dianut adalah managed care yang berbeda dengan sistem asuransi konvensional.
Kunjungan pasien berobat rata-rata lebih dari 40 kali perbulan, sehingga biaya
Kapitasi yang diberikan tidak cukup untuk menutupi biaya operasional satu bulan,
padahal dokter layanan primer dalam kontraknya disebutkan adanya Risk-Profit
Sharing. Beberapa kliennya meminta ke BPJS untuk pindah ke dokter lain karena
kurang puas.
Rekam medik yang dibuat tidak lengkap dan hanya digunakan sebagai
dokumentasi biasa. Tidak ada pula program proaktif yang dibuat oleh dr. Barru
berdasarkan profil kesehatan kliennya.
I.
Klarifikasi Istilah
1. Pembayaran praupaya: pembayaran sebelum dilakukan upaya kesehatan.
2. Managed care: pengelolaan pelayanan kesehatan yang sadar biaya dan sadar
mutu.
3. Kapitasi: metode pembayaran untuk pelayanan kesehatan dimana penyedia
layanan dibayar dalam jumlah per pasien tanpa memperhatikan jumlah dan atau
sifat layanan yang diberikan.
4. Asuransi: perjanjian antara penanggung dan tertanggung yang mewajibkan yang
tertanggung membayar sejumlah premi untuk memberikan pergantian atas risiko
kerugian dari peristiwa yang tidak terduga (kerugian, kerusakan, kematian).
5. Risk-Profit Sharing: pembagian hasil.
6. Dokter layanan primer: dokter pelayanan kesehatan tingkat pertama.
7. Profil kesehatan: gambaran kesehatan seseorang.
8. Proaktif: aktif berdasarkan inisiatif sendiri.
II.
Identifikasi Masalah
1. Dr. Barru sebagai dokter layanan primer di kontrak oleh BPJS untuk program
pemeliharaan kesehatan 3000 klien dalam bentuk asuransi sosial, pembayaran
praupaya dalam bentuk kapitasi yang di berikan Rp 8000/kapita/bulan.
2. Sistem yang dianut adalah managed care yang berbeda dengan sistem asuransi
konvensional.
3. Kunjungan pasien berobat rata-rata lebih dari 40 kali perbulan, sehingga biaya
Kapitasi yang diberikan tidak cukup untuk menutupi biaya operasional satu bulan,
padahal dokter layanan primer dalam kontraknya disebutkan adanya Risk-Profit
Sharing.
4. Beberapa kliennya meminta ke BPJS untuk pindah ke dokter lain karena kurang
puas.
5. Rekam medik yang dibuat tidak lengkap dan hanya digunakan sebagai
dokumentasi biasa. Tidak ada pula program proaktif yang dibuat oleh dr. Barru
berdasarkan profil kesehatan kliennya.
III.
Analisis Masalah
1. Dr. Barru sebagai dokter layanan primer di kontrak oleh BPJS untuk program
pemeliharaan kesehatan 3000 klien dalam bentuk asuransi sosial, pembayaran
praupaya dalam bentuk kapitasi yang di berikan Rp 8000/kapita/bulan.
a. Bagaimana metode pembayaran dokter pelayanan primer?
Jawab:
Pembayaran tunai
1. Sistem kapitasi
Sistem kapitasi adalah sistem pembayaran di muka yang dilakukan oleh
badan
asuransi
kepada
sarana
pelayanan
kesehatan
berdasarkan
asuransi
kepada
sarana
pelayanan
kesehatan
berdasarkan
asuransi
kepada
sarana
pelayanan
kesehatan
bedasarkan
Menurut Soetono & Kurtanty (PB IDI) (2013), metode pembayaran pada
dokter layanan primer pada era JKN adalah sebagai berikut:
1. Salary
Metode salary merupakan metode yang paling sederhana. Dalam metode
ini, dokter menerima pembayaran yang nilainya tetap untuk jam kerja
tertentu secara periodik (umumnya bulanan) setelah ia melaksanakan
tugasnya sesuai dengan aturan yang telah ditentukan. Nilai atau besar
Soetono & Kurtanty (PB IDI). 2013. Metode pembayaran dokter layanan
primer era-JKN. Jakarta. IDI
Kapitasi adalah perkalian utilisasi dan unit cost: Utilisasi x Unit cost
Unit Cost (biaya rata-rata per jenis layanan): Jumlah pemasukan untuk
suatu layanan/jumlah kunjungan untuk layanan dimaksud (diperoleh dari
data keuangan)
2. Sistem yang dianut adalah managed care yang berbeda dengan sistem asuransi
konvensional.
a. Apa prinsip-prinsip dari asuransi konvensional?
Jawab:
Insurable Interest
Hak untuk mengasuransikan, yang timbul dari suatu hubungan keuangan,
antara tertanggung dengan yang diasuransikan dan diakui secara hukum.
Proximate cause
adalah suatu penyebab aktif, efisien yang menimbulkan rantaian kejadian
yang menimbulkan suatu akibat tanpa adanya intervensi suatu yang mulai
dan secara aktif dari sumber yang baru dan independen.
Indemnity
Suatu mekanisme dimana penanggung menyediakan kompensasi finansial
dalam upayanya menempatkan tertanggung dalam posisi keuangan yang ia
miliki sesaat sebelum terjadinya kerugian.
Subrogation
Pengalihan hak tuntut dari tertanggung kepada penanggung setelah klaim
dibayar.
Contribution
Sedangkan adalah hak penanggung untuk mengajak penanggung lainnya
yang sama-sama menanggung, tetapi tidak harus sama kewajibannya
terhadap tertanggung untuk ikut memberikan indemnity.
3. Kunjungan pasien berobat rata-rata lebih dari 40 kali perbulan, sehingga biaya
Kapitasi yang diberikan tidak cukup untuk menutupi biaya operasional satu bulan,
padahal dokter layanan primer dalam kontraknya disebutkan adanya Risk-Profit
Sharing.
a. Apa yang dimaksud Risk-Profit Sharing?
Jawab:
Risk Profit Sharing merupakan sistem bagi hasil antara penangung dan
yang ditangung yang sesuai dengan kesepakatan. Pembayaran kapitasi
biasanya disertai dengan kesepakatan bagi hasil untuk menanggung risiko
(kerugian) dan keuntungan secara bersama, dalam hal ini para peserta juga
diikutkan. Sistem bagi hasil ini akan dapat memberikan dorongan kepada
semua pihak yang berperan untuk berperilaku wajar (tidak berkelebihan dan
tidak kurang) dalam menggunakan sarana pemeliharaan kesehatan, sehingga
dapat mengendalikan biaya kesehatan.
Sistem Risk Profit Sharing/RPS (pembagian Risiko dan Keuntungan) pada
dasarnya merupakan kesehatan antara suatu Bapel JPKM dengan PPK dalam
dua hal :
PPK sepakat akan turut menangan risiko finansial yang disebabkan karena
penggunaan berlebihan (over utilization) dan turut mendapat sebagian dari
keuntungan yang diperoleh pada akhir masa kapitasi.
Sistem RSP memakai konsep withhold, yaitu sebagian dari kapitasi
yang akan dibayarkan kepada PPK, ditahan oleh Bapel dan disimpan dalam
suatu dana cadangan (contingency fund) yang akan dipakai untuk menutup
kerugian yang mungkin terjadi dalam pengelolaan program.
4. Beberapa kliennya meminta ke BPJS untuk pindah ke dokter lain karena kurang
puas.
IV.
Kesimpulan
Dr. Barru sebagai dokter layanan primer belum menjalankan managed care dengan
semestinya sehingga pasiennya tidak puas dan pindah ke dokter layanan primer
lainnya.
V.
Kerangka Konsep
Dr. barru, dokter layanan primer belum
menjalankan managed care dengan baik