You are on page 1of 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara lebih baik di perlukan sarana
berpikir.Tersedianya sarana tersebut memungkinkan dilakukannya penelahan
ilmiah secara teratur dan cermat.Penguasaan sarana berpikir ini merupakan
suatu hal yang bersifat imperative bagi seorang ilmuwan.Tanpa menguasai hal
ini,maka kegiatan ilmiah yang baik tak dapat dilakukan.
Sarana berpikir ini pada dasarnya merupakan alat yang membantu
kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh.Pada langkah
tertentu biasanya diperlukan sarana yang tertentu pula.Oleh karena itu,maka
sebelum kita mempelajari sarana-sarana berpikir ilmiah seyogyanya kita
menguasai langkah-langakah dalam kegiatan ilmiah tersebut.
Dengan jalan ini maka kita akan sampai pada hakikat yang
sebenarnya,sebab sarana merupakan alat yang membantu kita dalam mencapai
suatu tujun tertentu,atau dengan perkataan lain sarana ilmiah mempunyai
fungsi-fungsi yang khas dalam kaitan kegiatan ilmiah secara menyeluruh.
Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik,maka
diperlukan sarana berupa bahasa,logika,matematika,dan statistika.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud bahasa sebagai sarana berpikir ilmiah?
2. Apa yang dimaksud matematika sebagai sarana berpikir ilmiah?
3. Apa yang dimaksud statistika sebagai sarana berpikir ilmiah?
4. Apa yang dimaksud logika dan bagaimana cara berpikir yang benar?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui bahasa sebagai sarana berpikir ilmiah
2. Untuk membahas pengertian matematika sebagai sarana dalam
berpikir ilmiah
3. Untuk menjelaskan pengertian statistika sebagai sarana berpikir
ilmiah
4.Untuk mengetahui pengertian logika dan cara berpikir yang benar

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Bahasa Sebagai Sarana Berpikir Ilmiah


2.1.1 Pengertian Bahasa
Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh
proses berpikir ilmiah dimana bahasa merupakan alat berpikir dan alat
komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain.
Banyak ahli bahasa yang yang telah memberikan uraiannya tentang
pengertian bahasa.Sudah barang tentu sudah ahli berbeda-beda cara
menyampaikannya.Bloch and Trager mengatakan bahwa a language is a
system of arbitrary vocal symbols by means of which a social group
cooperates artinya(Bahasa adalah suatu system symbol-simbol bunyi yang
arbitrer yang dipergunakan oleh kelompok sosial sebagai alat untuk
berkomunikasi).
Senada dengan definisi diatas,Joseph Broam mengatakan bahwa a
language is a structured system of arbitrary vocal symbols by means of which
members of social group interact(Bahasa adalah suatu sistem yang berstruktur
dari symbol-simbol bunyi arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota
sesuatu kelompok sosial sebagai alat bergaul satu sama lain.
Batasan diatas memerlukan sedikit penjelasan agar tidak terjadi salah
paham.Oleh karena itu ,perlu di teliti setiap unsur yang terdapat dadalamnya.
-Simbol-simbol
Jika dikatakan bahwa bahasa adalah suatu sistem symbol-simbol,hal tersebut
mengandung makna bahwa ucapan si pembicara dihubungkan secara simbolis
dengan objek-objek ataupun kejadian dalam dunia praktis.
-Simbol-simbol vocal
Simbol-simbol yang membangun ujaran manusia adalah symbol-simbol
vocal,yaitu bunyi-bunyi yang berurutan-urutan bunyinya dihasilkan dari kerja
sama berbagai organ atau alat tubuh dengan sistem pernapasan.Untuk
memenuhi maksudnya,bunyi-bunyi tersebut haruslah didengar oleh orang lain
dan harus diartikulasikan sedemikian rupa untuk memudahkan si pendengar
untuk merasakannya secara jelas dan berbeda dari yang lainnya.Dengan kata
lain,tidak semua bunyi yang dihasilkan oleh organ-organ manusia merupakan
symbol-simbol bahasa, lambing-lambang kebahasaan.
-Simbol-simbol vocal arbitrer
2

Istilah arbitrer disini bermakna mana sukadan tidak perlu ada hubungan
yang valid secara filosofis antara ucapan lisan dan arti yang dikandungnya.Hal
ini akan lebih jelas bagi orang yang mengetahui lebih dari satu
bahasa.misalnya,untuk menyatakan jenis binatang yang disebut Eqqus
Caballus,orang inggris menyebutnya horse,orang Perancis cheval,orang
Indonesia kuda,dan orang arab hison.Semua kata ini sama tepatnya,sama
arbitrernya.Semuanya adalah konvensi sosial yakni sejenis persetujuan yang
tidak diucapkan atau kesepakatan secara diam-diam antara sesame anggota
masyarakat yang member setiap kata makna tertentu.

2.1.2 Fungsi Bahasa


Para ahli telah berselisih pendapat dalam hal fungsi bahasa.Aliran
filsafat bahasa dan psikolinguistik melihat fungsi bahasa sebagai sarana untuk
menyampaikan pikiran,perasaan,dan emosi,sedangkan aliran sosiolinguistik
berpendapat bahwa fungsi bahasa adalah sarana untuk perubahan masyarakat.
Walaupun tampak perbedaan,pendapat ini saling melengkapi.Secara
umum dapat dinyatakan bahwa fungsi bahasa adalah:
-Koordinator kegiatan-kegiatan masyarakat.
-Penetapan pemikiran dan pengungkapan.
-Penyampaian pikiran dan perasaan.
-Penyenangan jiwa.
-Pengurangan kegoncangan jiwa.

Menurut halliday sebagaimana yang dikutip oleh thaimah bahwa fungsi


bahasa adalah sebagai berikut:
-Fungsi instrumental:Penggunaan bahasa untuk mencapai suatu hal yang
bersifat materi seperti makan,minum,dan sebagainya.
-Fungsi regulatoris:Penggunaan bahasa untuk memerintah dan perbaikan
tingakah laku.
-Fungsi interaksional:Penggunaan bahasa untuk saling mencurahkan perasaan
pemikiran antara seseorang dan orang lain.
-Fungsi personal:Seseorang menggunakan bahasa untuk mencurahkan
perasaan dan pikiran
-Fungsi heuristik:Penggunaan bahasa untuk mencapai mengungkap tabir
fenomena dan keinginan untuk mempelajarinya.
-Fungsi imajinatif:Penggunaan bahasa untuk mengungkapkan imajinasi
seseorang dan gambaran-gambaran tentang discovery dan tidak sesuai dengan
realita(dunia nyata)
3

-Fungsi representasional:Penggunaan bahasa untuk menggambarkan


pemikiran dan wawasan serta menyampaikannya pada orang lain.

Kneller mengemukakan 3 fungsi bahasa sebagaimana yang dikutip


oleh jujun dalam filsafat ilmu,yaitu simbolik,emotif,dan afektif.Fungsi
simbolik dan fungsi emotif menonjol dalam komunikasi ilmiah,sedangkan
fungsi afektif menonjol dalam komunikasi estetik.
Sedangkan buhler membedakan fungsi bahasa ke dalam bahasa
ekspresif,bahasa konatif,dan bahasa representasional.Bahasa ekspresif yaitu
bahasa yang terarah pada diri sendiri yakni si pembicara,dan bahasa
representasional yaiyu bahasa yang terarah pada kenyataan lainnya,yaitu apa
saja selain si pembicara atau lawan bicara.

2.1.3 Bahasa sebagai sarana berpikir ilmiah


Untuk dapat berpikir ilmiah,seseorang selayaknya menguasai kriteria
maupun langkah-langkah dalam kegiatan ilmiah.Dengan menguasai hal
tersebut tujuan yang akan digapai akan terwujud.Di samping menguasai
langkah-langkah tentunya kegiatan ini di bantu oleh sarana berupa
bahasa,logika,matematika,dan statistika.
Berbicara masalah secara ilmiah,ada dua hal yang harus di perhatikan,
Pertama:Sarana ilmiah itu merupakan ilmu dalam pengertian.Ia merupakan
kumpulan pengetahuan yang di dapatkan berdasarkan metode ilmiah,seperti
menggunakan pola berpikir induktif dan deduktif dalam mendapatkan
pengetahuan.Kedua:Tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah agar dapat
melakukan penelaahan ilmiah secara baik.
Dengan demikian,jika hal tersebut di kaitkan dengan berpikir
ilmiah,sarana ilmiah merupakan alat bagi cabang-cabang pengetahuan untuk
mengembangkan materi pengetahuan berdasarkan metode ilmiah.Sarana
berpikir ini juga mempunyai metode tersendiri yang berbeda dengan metode
ilmiah dalam mendapatkan pengetahuan.Ini disebabkan sarana ini adalah alat
bantu proses metode ilmiah dan bukan merupakan ilmu itu sendiri.
Bahasa sebagai alat komuniksi verbal yang digunakan dalam proses
berpikir ilmiah di mana bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi
untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain,baik pikiran
yang berlandaskan logika induktif maupun deduktif.Dengan kata lain,kegiatan
berpikir ilmiah ini sangat berkaitan erat dengan bahasa.Menggunakan bahasa
yang baik dalam berpikir belum tentu mendapatkan kesimpulan yang
benar.Apa lagi dengan bahasa yang tidak baik dan benar.Premis yang salah
akan menghasilkan kesimpulan yang salah juga,semua itu tidak terlepas dari
fungsi bahasa itu sendiri sebagai sarana berpikir

Ketika bahasa disifatkan dengan ilmiah,fungsinya untuk komunikasi


disifatkan dengan ilmiah juga,yakni komunikasi ilmiah.Komunikasi ilmiah ini
merupakan proes penyampaian informasi berupa pengetahuan.Untuk
mencapai komunikasi ilmiah,maka bahasa yang digunakan harus terbebas dari
unsur emotif.
Disamping itu bahasa imiah juga harus bersifat reproduktif,dengan arti
jika si pengirim komunikasi menyampaikan suatu informasi
berupaXmisalnya,si pendengar juga harus menerimaXjuga.Hal ini di
maksudkan untuk tidak terjadi kesalahan informasi,di mana suatu informasi
berbeda maka proses berpikirnya juga akan berbeda.

2.2 Matematika sebagai sarana berpikir ilmiah


2.2.2 Matematika sebagai bahasa
Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna
dari serangkaian pernyataan yang ingin kita sampaikan.Lambang-lambang
matematika bersifat artifisial yang baru mempunyai arti setelah sebuah
makna diberikan kepadanya.Tanpa itu maka matematika hanya merupakan
kumpulan rumus-rumus yang mati.
Bahasa verbal mempunyai beberapa kekurangan.Untuk mengatasi
kekurangan yang terdapat pada bahasa verbal,kita berpaling kepada
matematika.Dalam hal ini kita katakan bahwa matematika adalah bahasa yang
berusaha untuk menghilangkan sifat majemuk dan emosional dari bahasa
verbal.Lambang-lambang dari matematika yang dibuat secara artifisial dan
individual yang merupakan perjanjian yang berlaku khusus untuk masalah
yang sedang kita kaji.Sebuah objek yang kita telaah dapat kita lambangkan
dengan apa saja sesuai dengan perjanjian kita.
Umpamanya kita sedang mempelajari kecepatan jalan kaki seorang
anak,maka objekkecepatan jalan kaki seorang anaktersebut dapat kita
lambangkan dengan X.Dalam hal ini hanya mempunyai satu arti,yakni
kecepatan jalan kaki seorang anak.Lambang matematika yang berlambang
X ini kiranya mempunyai arti yang jelas,yakni kecepatan jalan kaki seorang
anak.Di samping itu lambang X tidak bersifat majemuk sebab X hanya
melambangkan kecepatan jalan kaki seorang anak dan tidak mempunyai
pengertian yang lain.Jika kita hubungkan kecepatan jalan kaki seorang
anakdengan objek lain,umpamanya jarak yang di tempuh seorang anak
(yang kita lambangkan dengan Y)maka kita dapat melambangkan hubungan
tersebut sebagai Z=Y/X,di mana Z melambangkan waktu berjalan kaki
seorang anak.Pernyataan Z=Y/X kiranya jelas tidak mempunyai konotasi
emosional dan hanya mengemukakan informasi mengenai hubungan nantara
X,Y,dan Z.Dalam hal ini pernyataan matematika mempunyai sifat yang
jelas,spesifik,dan infomatif dengan tidak menimbulkan konotasi yang tidak
bersifat emosional.

Matematika mempunyai kelebihan lain dibandingkan dengan bahasa


verbal.Matematika mengembangkan bahasa numerik yang memungkinkan kita
untuk melakukan pengukuran secara kuantitatif.Umpamanya gajah dan semut
maka kita hanya bisa mengatakan gajah lebih besar dari semut.Bahasa verbal
hanya mampu mengatakan pernyataan yang bersifat kualitatif.Demikian juga
maka penjelasan dan ramalan yang diberikan oleh ilmu bahasa verbal
semuanya bersifat kualitatif.Kita bisa mengetahui bahwa logam mulia kalau di
panaskan akan memanjang.
Untuk mengatasi masalah ini,kita mengembangkan konsep
pengukuran.Lewat pengukuran kita dapat mengetahui dengan tepat berapa
panjang sebatang logam,dan berapa pertambahan panjangnya kalau logam itu
di panaskan.Dengan mengetahui hal ini,maka pernyataan ilmiah yang
merupakan pernyataan kualitatif sebatang logam kalau di panaskan akan
memanjangdapat di ganti dengan pernyataan matematika yang lebih
eksak,umpamanya:Pt=1+ t),di mana Pt merupakan panjang logam tersebut
pada temperatur 0 dan merupakan koefisien pemuaian logam tersebut.
Sifat kuantitatif dari matematika ini meningkatkan daya prediktif dan
kontrol dari ilmu.Ilmu memberikan jawaban yang lebih bersifat eksak yang
memungkinkan pemecahan masalah secara lebih tepat dan cermat.Matematika
memungkin ilmu mengalami perkembangan dari tahap kualitatif ke
kuantitatif.Perkembangan ini merupakan suatu hal yang imperatif bila kita
menghendaki daya prediksi dan kontrol yang lebih tepat dan cermat dari ilmu.

2.2.3 Matematika sebagai sarana berpikir deduktif


Matematika merupakan ilmu deduktif.Nama ilmu deduktif di peroleh
karena penyelesaian makalah-makalah yang di hadapi tidak di dasari atas
pengalaman sepertri halnya yang terdapat di dalam ilmu-ilmu empirik,
melainkan di dasarkan atas deduksi-deduksi(penjabaran-penjabaran).
Bagaimana orang dapat secara tepat mengetahui ciri-ciri deduksi, merupakan
satu masalah pkok yang di hadapi oleh filsafat ilmu. Deduktif ialah penalaran
yang sesuai dengan hukum-hukum serta aturan-aturan logika formal, dalam
hal ini oarang menganggap tidaklah mungkin titik tolak yang benar
menghasilkan kesimpulan-kesimpulan yang tidak benar.
Matematika merupakan pengetahuan dan sarana berfikir deduktif.
Bahasa yang di gunakan adalah bahasa arti fisial, yakni bahasa buatan.
Keistimewaan bahasa ini adalah terbebas dari aspek emotif dan afektif serta
jelas kelihatan bentuk hubungannya. Matematika lebih mementingkan bentuk
logisnya. Pernyataan-pernyataannya mempunyai sifat yang jelas. Pola pikir
deduktif banyak digunakan baik dalam bidang ilmiah maupun bidang lain
yang merupakan proses pengambilan kebenarannya telah di tentukan.
Misalnya: jika diketahui A termasuk dalam lingkungan B, sedangkan B tidak
ada hubungan dengan C, maka A tidak ada hubungan dengan C.

Matematika merupakan salah puncak kegemilangan intelektual.Di


samping pengetahuan mengenai matematika itu sendiri,matematika juga
memberikan merupakan bahasa,proses,dan teori yang memberikan ilmu suatu
bentuk dan kekuasaan.fungsi matematika menjadi sangat penting dalam
perkembangan berbagai macam ilmu pengetahuan.Penghitungan matematis
misalnya menjadi dasar desain ilmu tekni,metode matematis memberikan
inspirasi kepada pemikiran di bidang sosial dan ekonomi bahkan pemikiran
matematis dapat memberikan warna kepada kegiatan arsituktur dan seni lukis.
Dalam perkembangan ilmu pengetahuan alam matematika memberikan
konstribuis yang cukup besar.konstribusi matematika dalam perkembangan
ilmu alam,lebih di tandai dengan penggunaan lambang-lambang bilangan
untuk penghitungan dan pengukura,di samping hal lain seperti
bahasa,metode,dan lainnya,hal ini sesuai dengan objek ilmu dan alam,yaitu
gejala-gejala alam yang dapat diamti dan dilakukan penelaahan yang
berulang-ulang. Berbeda dengan ilmu sosial yang memiliki objek penelaan
yang kompleks dan sulit dalam melakukan pengamatan,di samping objek
penelaan yang tak berulang maka kontribusi matematika tidak mengutamakan
pada lambang-lambang bilangan.
Adapun ilmu-ilmu sosial dapat di tandai oleh kenyataan bahwa
kebanyakan dari masalah yang dihadapinya tidak mempunyai pengukuran
yang mempergunakan bilangan dan pengertian tentang ruang adalah sama
sekali tidak relevan .
2.3 Statistika Sebagai Sarana Berpikir Ilmiah
2.1.3 Pengertian Satistik
Pada mulanya, kata statistik di artikan sebagai keterangan-keterangan
yang di butuhkan oleh negara dan berguna bagi negara.
Secara etimologi, kata statistik berasal dari status(bahasa latin) yang
mempunyai persamaan arti dengan kata state(bahasa inggris), yang dalam
bahasa Indonesia di terjemahakan dengan negara. Pada mulanya, kata
statistic diartikan sebagiai kumpulan bahasa keterangan(data), baik yang
berwujud angka (data kuantitatif) maupun yang tidak berwujud angka(data
kuantitatif), yang mempunyai arti penting dan kegunaan yang besar bagi suatu
negara namun pada perkembangan selanjutnya, arti kata statistic hanya di
batasi pada kumpulan bahan keterangan yang berwujud angka(data kuantitatif)
saja.
Ditinjau dari segi terminologi, dewasa ini istilah statistik terkandung
berbagai macam pengertian.
Pertama, istilah statistik kadang diberi pengertian sebagai data statistik,
yaitu kumpulan bahan keterangan berupa angka atau bilangan.
Kedua, sebagai kegiatan statistik atau kegiatan perstatistikan atau
kegiatan penstatistikan.

Ketiga, kadang juga dimaksudkan sebagai metode statistik, yaitu caracara tertentu yang perlu ditempuh dalam rangka mengumpulkan, menyusun
atau mengatur, menyajikan, menganalisis, dan memberikan interpretasi
terhadap sekumpulan bahan keterangan yang berupa angka iti dapat berbicara
atau dapat memberikan pengertian makna tertentu.
Keempat, istilah statistic dewasa ini juga dapat diberi pengertian
sebagai ilmu statistik. Ilmu statistik tidak lain adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari dan memperkembangkan secara ilmiah tahap-tahap yang ada
dalam kegiatan statistik. Dengan ungkapan lain, ilmu statistic adalah ilmu
pengetahuan yang membahas (mempelajari) dan memperkembangkan prinsipprinsip, metode dan prosedur yang perlu di tempuh atau dipergunakan dalam
rangka: (1) pengumpulan data angka, (2) penyusunan atau pengaturan data
angka, (3) penyajian atau penggambaran atau pelukisan data angka, (4)
penganalisisan terhadap data angka, (5) penarikan kesimpulan ( conclusion),
(6) pembuata perkiraan (prediction) secara ilmiah( dalam hal ini secara
matematika) atas dasar pengumpulan data angka tersebut.
Dalam kamus ilmiah popular, kata statistic berarti table, grafik, daftar
informasi, angka-angka, informasi.Sedangkan kata statistika berarti ilmu
pengumpulan, analisis dan klasifikasi data, angka sebagai dasar untuk induksi.
Jadi statistik merupakan sekumpulan metode untuk membuat keputusan yang
bijaksana dalam keadaan yang tidak menentu.
2.2.3 Sejarah Perkembangan Statistik
Peluang yang merupakan dasar dari teori statistika, merupakan konsep
baru yang tidak dikenal dalm pemikiran Yunani Kuno, Romawi, dan bahkan
Eropa dalam abad pertengahan. Teori mengenai kombinasi bilangan sudah
terdapat dalam aljabar yang dikembangkan sarjana muslim, namun bukan
dalam lingkup teori peluang. Konsep statistika sering dikaitkan dengan
distribusi variable yang ditelaah dalam suatu populasi tertentu. Abraham
Demoitre(1667-1754) mengembangkan teori galat atau kekeliruan (theory of
error). Pada tahun 1757 Thomas Simpson menyimpulkan bahwa terdapat
suatu distribusi yang berlanjut( continuous distribution) dari suatu variable
dalm suatu frekuensi yang cukup banyak. Pierre Simon de Laplace(17491827) mengembangkan konsep Demoivre dan simpson ini lebih lanjut dan
menemukan distribusi normal sebuah konsep mungkin paling umum dan
paling banyak dipergunakan dalam analisis statistika disamping teori peluang.
Distribusi lain, yang tidak berupa kurva normal, kemudian ditemukan Francis
Galton(1822-1911)dan Karl Pearson(1857-1935).
Teknik kuadrat terkecil(least squares) simpangan baku dan galat baku
untuk rata-rata( the standard error of the mean) dikembangkan Karl Friedrich
Gaus(1777-1855). Pearson melanjutkan konsep-konsep Galton dan
mengembangkan konsep regresi, korelasi, distribusi, chi-kuadrat dan analisis
statistika untuk data kualitatif. Pearson menulis buku The Grammar of
Science sebuah karya klasik dalm filsafat ilmu. Willam Searly Gosset, yang
terkenal dengan nama samaran Student, mengembangkan konsep tentang
8

pengambilan contoh. Desigent Experiment di kembangkn oleh Ronald


Alylmer Fisher(1890-1962) disamping analisis varians dan covarians,
distribusi z, distribusi t, uji signifikan dan teori tentang perkiraan (theory of
estimation).
Demikianlah, statistik yang relatif sangat mudah dibandingkan dengan
matematika berkembang dengan sangat cepat terutama dalam dasawarsa lima
puluh tahun belakanagn ini. Penelitian ilmiah, baik yang berupa survei
maupun eksperimen, dilakukan lebih cermat dan teliti dengan mempergunakan
teknik-teknik statistika yang diperkembangkan sesuai dengan kebutuhan.
2.3.3 Hubungan Antara Sarana Ilmiah Bahasa, Logika, Matematika, dan
Statistika
Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, agar dapat melakukan
kegiatan berpikir ilmiah dengan baik, diperlukan sarana yang berupa bahasa,
logika, matematika, dan statistika. Bahasa merupakan alat komunikasi verbal
yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah dimana bahasa merupakan
alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut
kepada orang lain.
Di tinjau dari pola berpikirnya, maka ilmu merupakan gabungan antara
berpikir deduktif dan berpikir induktif. Untuk itu penalaran ilmiah
menyandarkan diri kepada proses logika deduktif dan logika induktif.
Matematika mempunyai peranan yang penting dalam berpikir deduktif,
sedangkan statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif. Jadi
keempat sarana ilmiah ini saling berhubungan erat satu sama lain.
Bahasa merupakan sarana komunikasi, maka segala sesuatu yang
berkaitan dengan komunikasi tidak terlepas dari bahasa, seperti berpikir
sistematis dalam menggapai ilmu dan pengetahuan. Dengan kata lain, tanpa
mempunyai kemampuan berbahasa, maka seseorang tidak dapat melakukan
kegiatan ilmiah secara sistematis dan teratur.
Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan
pengetahuan. Agar pengetahuan yang di hasilkan dari penalaran itu
mempunyai dasar kebenaran, proses berpikir itu harus dilakukan dengan cara
tertentu. Suatu penarikan kesimpulan baru tersebut dianggap valit kalau proses
penarikan kesimpulan tersebut dilakukan menurut cara tertentu. Cara
penarikan kesimpulan ini disebut logika, dimana logika dapat didefinisikan
sebagai pengkajian untuk berpikir secara sahih. Terdapat bermacam-macam
cara penarikan kesimpulan, diantaranya, penarikan kesimpulan dengan cara
logika induktif dan logika deduktif. Logika induktif erat hubungannya dengan
penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan
umum.Sedangkan logika deduktif membantu kita dalam menarik kesimpulan
dari hal yang bersifat umum menjadi khusus yang bersifat individual.
Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan
pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas untuk
menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum.
9

Deduksi adalah sebaliknya, cara berpikir dimana dari pernyataan yang


bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus, mempergunakan pola
berpikir yang dinamakan silogismus. Pernyataan yang mendukung silogismus
ini disebut premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis mayor dan
premis minor.
2.3.4 Tujuan Pengumpulan Data Statistik
Tujuan dari pengumpulan data statistic dibagi kedalam dua golongan
besar yaitu tujuan kegiatan praktis dan kegiatan keilmuan. Dalam bidang
statistika, perbedaan yang penting dari kedua kegiatan ini dibentuk oleh
kenyataan bahwa dalam kegiatan praktis hakikat alternative yang sedang
dipertimbangkan telah diketahui, paling tiadak secara prinsip, dimana
konsekuensi dalam memilih salah satu dari aternatif tersebut dapat dievaluasi
berdasarkan serangkaian perkembangan yang akan terjadi.
2.3.5 Statistika dan Cara Berpikir Induktif
Ilmu secara sederhana dapat didefinisikan sebagai pengetahuan yang
telah teruji kebenarannya. Semua kenyataan ilmiah adalah sesuai fakta,
dimana konsekuensinya dapat di uji baik dengan jalan mempergunakan
pancaindera, maupun dengan alat-alat yang membantu pancaindera tersebut.
Pengujian secara empiris merupakan salah satu mata rantai dalam metode
ilmiah yang membedakan ilmu dari pengetahuan-pengetahuan lainnya. Kalau
kita telaah lebih dalam, pengujian merupakan suatu proses pengumpulan data
yang relevan dengan hipotesis yang diajukan. Sekiranya hipotesis itu di
dukung oleh fakta-fakta empiris maka pernyataan hipotesis tersebut diterima
atau disahkan kebenarannya.Sebaliknya jika hipotesis tersebut bertentangan
dengan kenyataan, hipotesis itu ditolak.Pengujian mengharuskan kita untuk
menarik kesimpulan yang bersifat umum dari kasus-kasus yang bersifat
individual.
Kesimpulan yang ditarik dalam penalaran deduktif adalah benar jika
premis-premis yang dipergunakannya adalah benar dan prosedur penarikan
kesimpulannya adalahsah.Sedangkan dalam penalaran induktif meskipun
premis-premisnya adalah benar dan prosedur penarikan kesimpulannya adalah
sah, maka kesimpulan itu belum tentu benar.

2.3.6 Peranan Statistika dalam Tahap-tahap Metode Keilmuan

10

Statistika merupakan sekumpulan metode dalam memperoleh


pengetahuan. Langkah langkah yang dipergunakan dalam kegiatan keilmuan
adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.

Observasi
Hipotesis
Ramalan
Pengujian Kebenaran

2.3.7 Penerapan Statistika


Statistika diterapkan secara luas dalam hampir semua pengambilan
keputusan dalam bidang managemen. Statistika diterapkan dalam penelitian
pasar, penelitian produksi, kebijaksanaan penanaman modal, kontrol kualitas,
seleksi peagawai, kerangka percobaan industri, ramalan ekonomi, auditing,
pemilihan resiko dalam pemberian kredit, dan masih banyak lagi. Penerapan
metode statistika dalam bidang opini terus menerus berkembang.Kemajauan di
bidang genetiaka, ilmu-ilmu alam terutama astronomi, geologi, dan fisika
adalah salah satu dari bidang bidang keilmuan dimana metode statistiak untuk
pertama kali dikembangkan dan diterapkan.
2.4 Logika Sebagai Sarana Berpikir Ilmiah
2.1.4 Pengertian Logika
Logika adalah sarana untuk berpikir sistematis, valid dan dapat
dipertanggung jawabkan.Karena itu, berpikir logis adalah berpikir sesuai
dengan aturan-aturan berpikir, seperti setengah tidak boleh lebih besar
daripada satu.
2.2.4 Aturan Cara Berpikir yang Benar
Kondisi adalah hal-hal yang harus ada supaya sesuatu dapat terwujud,
dapat terlaksana.Untuk bepikir baik, yakni berpikir benar, logis, dialektis, juga
di butuhkan kondisi-kondisi tertentu.
a.

Mencintai Kebenaran

Sikap ini sangat fundamental untuk berpikir yang baik, sebab sikap ini
senantiasa menggerakkan si pemikir untuk mencari, mengusut, meninggalkan
mutu penalarannya; menggerakkan si pemikir untuk senantiasa mewaspadai
ruh-ruh yang akan menyelewengkannya dari yang benar.
b. Ketahuilah (dengan sadar) apa yang sedang anda Kerjakan
Kegiatan yang sedang dikerjakan adalah kegiatan berpikir. Andai kata
intelek kita intuitif, pada setiap langkah, kita dapat melihat kebenaran secara
langsung tanpa terlebih dahulu memburunya melalui proses yang berbelitbelit. Pada taraf hidup kita di dunia ini, sifat intelek kita diskursif, dan hanya
dalam beberapa hal intuitif. Karena untuk mencapai kebenaran, kita harus
bergerak melalui berbagai macam langkah dam kegiatan.
c. Ketahuilah(dengan sadar) apa yang sedang anda katakan.
11

Pikiran diungkapkan kedalam kata-kata.Kecermatnan pikiran


terungkap kedalam kecermatan kata-kata.Anda senantiasa perlu menguasai
ungkapan pikiran kedalam kata tersebut, baik yang eksplisist maupun yang
implisit.Harus menguasai dengan betul dan seksama mengenai isi
(komprehensif), lingkungan (ekstensi), arti fungsional (suposisi), dan istilah
(term) yang digunakan, karena istilah merupakan unsur konstitutif penalaran.
Waspdalah terhadap term-term ekuivokal (bentuk sama, tetapi arti berbeda),
analogis (bentuk sama, tetapi arti sebagian sama sebagian berbeda).
d. Buatlah distingsi (perbedaan) dan pembagian (klasifikasi) yang semestinya
Jika da dua hal yanag tidak mempunyai bentuk yang sama, hal itu
jelasa berbeda. Tetapi banyak kejadian dimana dua hal atau lebih mempunyai
bentuk sama, namuan tidak identik. Disinilah perlunya dibuat suatau distingsi,
suatu pembedaan.
e. Cintailah definisi yanga tepat
Definisis harus diburu hingga tertangakap.Definisi artinya pembatasan,
yakni membuat jelas batas-batas sesuatu.Harus hindari kalimat-kalimat dan
uraian-uraian yang gelap, tidak terang strukturnya, dan tidak jelas artinya.
f. Ketahuilah (dengan sadar) mengapa anda menyimpulkan begini atau
begitu
Anda harus bisa dan biasa melihat asumsi-asumsi, implikasi-implikasi
dan konsekuensi-konsekuensi dari suatu penuturan (assertion), pernyataan,
atau kesimpulan yang anada buat. Sering terjadi banayk orang tidak tahu apa
yang mereka kataka (nyatakan) da mengapa mereka berakata (menyatakan)
begitu. Jika bahan yang ada tidak cukup untuk menarik kesimpulan,
hendaknya oranag menahan diri untuk tidak membuat pembatasa-pembatasan
(membuat reserve) dalam kesimpulan.
g. Hindarilah kesalahan-kesalahan dengan segala usaha dan tenaga, serta

sangguplah mengenal jenis, macam, dan nama kesalahan, demikian juga


menegnali sebab-sebab kesalahan pemikiran (penalaran)
Dalam belajar logika ilmiah (scientific) anda tidak hanya mau tahu hukumhukum, prinsip-prinsip bentuk-bentuk pikiran sekedar untuk tahu saja.anda
juga perlu tahu:
1. Dalam praktik, menjadi cakap dan cekatan (yakni secara spontan,
tanpa kesulitan) berpikir sesuai dengan hokum, prinsip bentuk berpikir
yang betul, tanpa mengabaikan dialektika, yakni proses perubahan
keadaan.
2. Selanjutya sanggup mengenali jenis-jenis, macam-macam, nama-nama,
sebab-sebab kesalahan pemikiran, dan sanggup menghindari, juga
menjelaskan segala bentuk dan sebab keslahan dengan semestinya.
2.3.4 Klasifikasi

12

Sebuah konsep klasifikasi, seperti panas atau dingin, hanyalah


menempatkan objek tertentu dalam sebuah kelas. Suatu konsep perbandingan,
seperti lebih panas atau lebih dingin, mengemukakan hubungan menganai
objek tersebut dalam norma yang mencakup pengertian lebih atau kurang,
dibandingkan objek lain. Jauh sebelum ilmu mengembangkan konsep
temperatur, yang dapat diukur, waktu itu kita sudah dapat mengatakan, Objek
ini lebih panas dibandingkan dengan objek itu.
Kita tidak boleh mengecilkan kegunaan konsep klasifikasi terutama
pada bidang-bidang dimana metode keilmuan dan metode kuantitatif belum
berkembang.Sekarang psikiologi telah mempergunakan metode kuantitatif
secara lebih sering, namun masih terdapat daerah-daerah dalam psikiologi
dimana konsep perbandingan yang bias diterapkan. Bidang antropologi hampir
tak mempunyai konsep kuantitatif sama sekali.Bidang ini kebanyakan
bertalian dengan klasifikasi dan membutuhkan sekali adanya kriteria empiris
yang dapat dipergunakan sebagai dasar untuk perbandingan.

2.4.4 Aturan Definisi


Definisi secara etimologi adalah suatu usahauntuk memberi batasan
terhadap sesuatu yanag dikehendaki seseoranag untuk memindahkannya
kepada orang lain. Dengan kata lain, menjelaskan materi yang memungkinkan
cendekiawan untuk membahas tentan hakikatnya.
Sedangkan pengertian secara terminologi adalah sesuatu yang
menguraikan makna lafads kulli yang menjelaskan karakteristik khusus pada
diri individu.Penulis memberi pengertian definisi sebagai pengurai makna
lafads kulli karena lafads juzI tidak mempunyai pengrtian terminology
dengan adanya perubahan karakteristik yang konsisten menyertainya.
Definisi yang baik adalah jamiwa mani (menyeluruh dan membatasi).
Hal ini sejalan dengan kata definisi itu sendiri, yaitu definite
(membatasi).Salah satu contoh yang sering diungkapkan adalah manusia
adalah binatang yang berakal. Binatang adalah genus sedangkan berakal
adalah differensia, pembeda utama manusia dengan makhluk-makhluk lain.
Jadi definisi yang valid dalam logika perlu bahasan yang jelas antara objekobjek yang didefinisikan.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

13

Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik,maka


diperlukan sarana seperti bahasa,logika,matematika,dan statistika.Bahasa
merupakan alat komunikasi verbal yang di pakai dalam seluruh proses berpikir
ilmiah dimana bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk
menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain
Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna
dari serangkaian pernyataan yang ingin kita sampaikan.Lambang-lambang
matematika bersifat artifisial yang baru mempunyai arti setelah sebuah
makna diberikan kepadanya.Tanpa itu maka matematika hanya merupakan
kumpulan rumus-rumus yang mati.
Ditinjau dari segi terminologi, istilah statistik terkandung berbagai
macam pengertian.
Pertama, istilah statistik kadang diberi pengertian sebagai data statistik, yaitu
kumpulan bahan keterangan berupa angka atau bilangan. Kedua, sebagai
kegiatan statistik atau kegiatan perstatistikan atau kegiatan penstatistikan.
Ketiga, kadang juga dimaksudkan sebagai metode statistik, yaitu cara-cara
tertentu yang perlu ditempuh dalam rangka mengumpulkan, menyusun atau
mengatur, menyajikan, menganalisis, dan memberikan interpretasi terhadap
sekumpulan bahan keterangan yang berupa angka itu dapat berbicara atau
dapat memberikan pengertian makna tertentu. Keempat, Ilmu statistik tidak
lain adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari dan memperkembangkan
secara ilmiah tahap-tahap yang ada dalam kegiatan statistik.
Logika adalah sarana untuk berpikir sistematis, valid dan dapat
dipertanggung jawabkan.
Ditinjau dari pola berpikirnya, maka ilmu merupakan gabungan anatara
berpikir deduktif dan berpikir induktif. Dengan demikian,penalaran ilmiah
menyadarkan kita kepada proses logika deduktif dan logika induktif.
Matematika mempunyai peranan penting dalam berpikir deduktif,sedangkan
statistika mempunyai peran penting dalam berpikir induktif.

DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar Amsal.2012.Filsafat Ilmu,Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.

14

Suriasumantri,Jujun S.1995.Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar


Populer.Jakarta:Pustaka Sinar Harapan.
Sudijono,Anas.1996.Pengantar Statistik Pendidikan.Jakarta:Raja Grafindo
Persada.

15

You might also like