Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
A Ductus
B Lobulus
C Sinus lactiferous
D Puting susu (nipple)
E Jaringan lemak
F Otot pectoralis mayor
G Tulang Iga
Pembesaran:
A sel normal
B membrane basal
C lumen (saluran tengah)
Vaskularisasi Payudara2,4,5
a. Arteri
Payudara mendapat perdarahan dari:
1. Cabang-cabang perforantes a. mammaria interna yang memperdarahi
tepi medial glandula mammae
2. Rami pektoralis a. thorakoakromialis yang memperdarahi glandula
mammae bagian dalam (deep surface)
b. Vena
Pada daerah payudara terdapat tiga grup vena yaitu:
1. Cabang cabang perforantes v. mammaria interna
2. Cabang-cabang v. aksilaris
a. v. thorako-akromialis
b. v. thorako-dorsalis
c. v. thorako lateralis
3. Vena-vena kecil yang bermuara pada v.interkostalis
Vena interkostalis bermuara pada v. vertebralis kemudian bermuara
pada v. azygos (melalui vena-vena ini metastase dapat langsung terjadi di
paru).
Persarafan Payudara2,4,5
Kulit payudara dipersarafi oleh cabang pleksus servikalis dan n.
interkostalis sedangkan jaringan glandula mammae sendiri dipersarafi oleh
sistem simpatis. Persarafan sensoris di bagian superior dan lateral berasal dari
nervus supraklavikular (C3 dan C4) dari cabang lateral nervus interkostal
torasik (34 ). Bagian medial payudara dipersarafi oleh cabang anterior nervus
interkostal torasik. Kuadran lateral atas payudara dipersarafi terutama oleh
nervus interkostobrakialis ( C8 dan T1 ).
Pada mastektomi dengan diseksi aksila n. interkostobrakialis dan n.
kutaneus brakius madialis yang mengurus sensibilitas daerah aksila dan bagian
medial lengan atas sedapat mungkin dipertahankan agar tidak terjadi mati rasa
di daerah tersebut.
Sistem Limfatik Payudara2,4,6
a. Pembuluh getah bening
b.
Definisi
Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian
dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak
normal, cepat dan tidak terkendali. Kanker payudara (Carcinoma mammae)
adalah suatu penyakit neoplasma yang ganas berasal dari parenchyma. Penyakit
ini oleh Word Health Organization (WHO) dimasukkan ke dalam International
Classification of Diseases (ICD).1
3.3 Epidemiologi
Kanker payudara pada wanita menduduki tempat nomor dua setelah
karsinoma serviks uterus. Di Amerika Serikat, kanker payudara merupakan 28%
kanker pada wanita kulit putih, dan 25% pada wanita kulit hitam.
Kurva insidens usia bergerak naik terus sejak usia 30 tahun. Kanker ini
jarang sekali ditemukan pada wanita usia dibawah 20 tahun. Angka tertinggi
terdapat pada usia 45-66 tahun. Insidens kanker payudara pada lelaki hanya 1%
dari kejadian pada perempuan.5
3.4
gen p53 (pada lokus 17p13). Gen ketiga adalah BRCA-2 yang terletak pada
kromosom 13. Gen keempat yang juga terlibat adalah gen reseptor androgen
pada kromosom Y. Mutasi gen ini berhubungan dengan insiden kanker
payudara pada pria. Etiologi kanker payudara masih belum diketahui dengan
pasti hingga sekarang namun yang paling diyakini sebagai penyebab adalah
paparan terhadap mutagen. Mutagen ini bisa berupa mutagen endogen yaitu
radikal bebas seperti lipid peroksidase dan malondyaldehida (MDA) juga
mutagen eksogen yaitu radiasi. Virus juga diduga sebagai penyebab namun
belum dapat dibuktikan pada manusia.6,8
3.5
Usia
Kanker payudara jarang dijumpai pada usia di bawah 30 tahun tapi
insidennya meningkat tajam hingga usia sekitar 50 tahun (30,35%). Setelah
usia 50 tahun frekuensinya tetap meningkat tapi perlahan. Perbedaan
insiden berdasarkan usia ini diinterpretasikan sebagai efek dari hormon
ovarium pada perkembangan penyakit.2,3,4
Sekitar 1 hingga 8 kejadian kanker payudara yang invasif ditemukan
pada wanita yang lebih muda dari usia 45 tahun, sedangkan 2 hingga 3
kejadian ditemukan pada wanita berusia 55 tahun keatas.9
b. Geografi
Insiden kanker payudara sangat bervariasi di antara negara-negara
diseluruh dunia. Wanita asian-hispanic memiliki risiko kejadian kanker
payudara yang lebih rendah daripada wanita afican-american. Angka
kejadian kanker payudara di Amerika Utara sekitar lima kali lebih tinggi
daripada di Jepang. Bahkan di dalam satu negara insiden kanker payudara
berbeda-beda. Misalnya di Israel, keturunan Jews mempunyai risiko empat
kali lebih tinggi daripada non-Jews dan di Italia terdapat perbedaan angka
kejadian sekitar dua kali lipat antara daerah utara dan selatan. Variasi
2,3,6
e. Reproduksi
Status reproduksi juga mempengaruhi risiko terkena kanker payudara.
Wanita yang tidak pernah melahirkan (nullipara) atau yang pertama kali
melahirkan anak pada usia lebih dari 31 tahun mempunyai risiko tiga
hingga empat kali lebih besar dibandingkan perempuan yang melahirkan
anak pertamanya sebelum berusia 18 tahun. Wanita yang mempunyai
banyak anak (multipara) diasosiasikan dengan berkurangnya risiko kanker
payudara, tentunya setelah memperhitungkan usia saat melahirkan anak
pertama. Menyusui lebih lama juga dianggap dapat menurunkan risiko
kanker payudara.2,4,6
f. Diet
g. Ukuran tubuh
Ukuran tubuh yang mencerminkan status gizi dan pola makan dengan
sendirinya dapat mempengaruhi risiko terkena kanker payudara. Usia
terjadinya menarche sangat dipengaruhi oleh ukuran tubuh dengan
demikian gizi pada masa anak-anak akan mempengaruhi pada usia berapa
menarche terjadi. Tinggi badan yang lebih
h. Riwayat keluarga
Insiden orang-orang dalam satu keluarga besar terkena kanker
payudara terjadi pada sekitar 18% kasus, 5% di antaranya benar-benar
diwarisi secara familial berdasarkan analisis pedigree. Dengan demikian
individu yang memiliki riwayat keluarga kanker payudara berisiko tinggi
untuk terkena kanker payudara. Tingginya risiko ini dipengaruhi oleh
jumlah anggota keluarga yang menderita kanker payudara, sejak usia
berapa mereka menderita kanker dan hubungan mereka terhadap individu
tersebut.
Risiko kanker payudara meningkat kira-kira dua kali pada anak
perempuan yang ibunya menderita kanker dan pada wanita yang saudara
perempuannya menderita kanker. Kanker familial ini cenderung terjadi
pada usia lebih muda dan bilateral. Peningkatan risiko sebagian besar
disebabkan oleh pewarisan gen-gen yang mempredisposisi kanker
payudara. Pada keluarga berisiko tinggi, dengan empat atau lebih anggota
keluarga terkena kanker payudara, 33% di antaranya mengalami mutasi
BRCA-1. Suatu studi populasi menemukan mutasi BRCA-1 pada 12 dari
193 wanita (6,2%) yang terkena kanker payudara sebelum usia 35 tahun
dan pada 15 dari 208 wanita (7,2%) dengan riwayat kanker payudara pada
anggota keluarga tingkat pertama (first-degree relatives). Kanker payudara
familial juga sering berhubungan dengan keganasan pada organ lain seperti
colon, ovarium dan uterus.2,4,6
i. Hormon
Faktor menstruasi dan reproduksi yang telah dijelaskan sebelumnya
menunjukkan peran hormon seks dalam perkembangan kanker payudara.
Hormon seks mempengaruhi proliferasi sel-sel dan jaringan payudara serta
meningkatkan karsinogenesis payudara pada hewan percobaan, namun
bukti-bukti epidemiologisnya pada manusia masih merupakan konflik.
Mungkin hal ini disebabkan oleh kesulitan dalam pengukurannya. Sebuah
studi populasi pada wanita postmenopause yang berasal dari negara
berisiko tinggi menunjukkan level serum oestradiol rata-rata sekitar 20%
lebih tinggi daripada wanita-wanita yang berasal dari negara berisiko
rendah. Studi case-control lain menunjukkan wanita dengan kanker
j. Radiasi
Pada hewan percobaan terbukti adanya peranan sinar radiasi sebagai
faktor penyebab kanker payudara. Dari penelitian epidemiologi setelah
ledakan bom atom atau penelitian pada orang setelah pajanan sinar rontgen,
peranan sinar ionisasi sebagai faktor penyebab pada manusia lebih jelas.2
tulang (vertebrae, femur), rasa penuh di ulu hati, batuk, sesak, dan sakit
kepala hebat.2,3,6,8
Benjolan payudara dapat dideteksi pada 90% pasien dengan kanker
payudara dan merupakan tanda yang paling umum. Benjolan kanker
cenderung soliter, unilateral, padat, keras, ireguler, tidak dapat digerakkan
(nonmobile), cepat membesar dan tidak nyeri. Cairan yang keluar secara
spontan dari puting susu (nipple discharge) adalah tanda kedua yang paling
umum dari kanker payudara. Karakter nipple discharge dapat membantu
menegakkan diagnosis. Cairan seperti susu menandakan galaktore, cairan
purulen disebabkan oleh infeksi, dan cairan multiwarna atau lengket
menandakan ektasia duktus (comedomastitis). Cairan serous, serosanguinus,
berdarah atau seperti air mungkin menandakan papiloma (80%) atau
karsinoma intraduktal (20%).6
Selain itu juga perlu ditanyakan mengenai pengaruh siklus menstruasi
terhadap keluhan tumor; menstruasi pertama pada usia berapa; bila sudah
menopause, pada usia berapa; usia saat pertama kali melahirkan anak;
menyusui atau tidak; riwayat kanker payudara atau kanker lainnya dalam
keluarga; riwayat pemakaian obat-obat hormonal; riwayat operasi tumor
payudara atau tumor ginekologik; dan riwayat radiasi di daerah dada. Faktorfaktor risiko ini perlu ditanyakan agar dokter dapat mempertimbangkan
untuk melakukan pemeriksaan mamografi pada penderita yang berisiko
tinggi, dan bagi pasien agar lebih waspada dan rutin melakukan pemeriksaan
payudara sendiri. Keluhan pasien di organ lain yang berhubungan dengan
metastasis perlu ditanyakan seperti batuk, sesak, rasa penuh di ulu hati, nyeri
tulang, dan sakit kepala hebat. Tanda-tanda umum tentang nafsu makan dan
penurunan berat badan juga perlu ditanyakan.2,3
b. Pemeriksaan Fisik
Pada status generalis, selain tanda vital perlu juga diperiksa
performance status penderita. Karena payudara dipengaruhi oleh faktor
hormonal antara lain estrogen dan progesteron maka sebaiknya pemeriksaan
payudara dilakukan saat pengaruh hormon ini seminimal mungkin, yaitu
setelah lebih kurang satu minggu dari hari pertama menstruasi. Dengan
pemeriksaan fisik yang baik dan teliti, ketepatan pemeriksaan untuk kanker
payudara secara klinis cukup tinggi.
Teknik pemeriksaan2,4,10
Penderita diperiksa dengan badan bagian atas terbuka
1. Posisi tegak (duduk)
Lengan penderita jatuh bebas di samping tubuh, pemeriksa berdiri di
depan dalam posisi yang lebih kurang sama tinggi. Pada inspeksi dilihat
simetri payudara kiri dan kanan; perubahan kulit berupa peau dorange,
kemerahan, dimpling, edema, ulserasi dan nodul satelit; kelainan puting
susu seperti retraksi, erosi, krusta dan adanya discharge.
2. Posisi berbaring
Penderita berbaring dan diusahakan agar payudara jatuh tersebar
rata di atas lapangan dada, jika perlu bahu atau punggung diganjal dengan
bantal kecil terutama pada penderita yang payudaranya besar. Palpasi
dilakukan dengan mempergunakan falang distal dan falang medial jari II,
III dan IV yang dikerjakan secara sistematis mulai dari kranial setinggi iga
kedua sampai ke distal setinggi iga keenam, juga dilakukan pemeriksaan
daerah sentral subareolar dan papil. Palpasi juga dapat dilakukan dari tepi
ke sentral (sentrifugal) berakhir di daerah papil. Terakhir diadakan
pemeriksaan kalau ada cairan keluar dengan menekan daerah sekitar
papil. Pemeriksaan dengan rabaan halus akan lebih teliti daripada dengan
rabaan kuat karena rabaan halus akan dapat membedakan kepadatan
massa payudara.
Pada pemeriksaan ini ditentukan lokasi tumor berdasarkan kuadran
payudara (lateral atas, lateral bawah, medial atas, medial bawah, dan
daerah sentral), ukuran tumor (diameter terbesar), konsistensi, permukaan,
bentuk dan batas-batas tumor, jumlah tumor serta mobilitasnya terhadap
jaringan sekitar payudara, kulit, m.pektoralis dan dinding dada.
d. Pemeriksaan Penunjang
1. Mammografi
Mammografi merupakan suatu pemeriksaan dengan soft tissue
technic yang dapat mendeteksi 85% kanker payudara. Meskipun 15%
kanker payudara tidak bisa divisualisasikan dengan mammografi, 45%
kanker payudara dapat dilihat pada mammografi sebelum mereka dapat
diraba. Adanya proses keganasan akan memberikan tandatanda primer
dan sekunder. Tanda primer berupa fibrosis reaktif, comet sign,
mikrokalsifikasi, deposit kalsium baik dalam pola mulberrry atau
curvilinear, dan distorsi duktus mamaria. Tanda-tanda sekunder berupa
bertambahnya vaskularisasi, adanya bridge of tumor dan jaringan
fibroglanduler tidak teratur. Mammografi sangat baik digunakan untuk
diagnosis dini dan skrining, hanya saja untuk skrining harganya mahal
sehingga dianjurkan penggunaan yang selektif yaitu untuk wanita-wanita
dengan risiko tinggi. Sensitifitas mammografi sekitar 75% dan
spesifisitasnya hampir 90%.6
Ultrasonografi berguna terutama untuk membedakan lesi padat atau
kistik juga untuk memandu FNAB dan core-needle biopsy. Mammografi
dan USG payudara dilakukan pada tumor yang berukuran < 3cm.
merupakan
teknik
pemeriksaan
radionuklir
3. Pemeriksaan sitologi
Pemeriksaan sitopatologi dilakukan dengan FNAB (fine needle
aspiration biopsy). Sensitivitasnya dalam mendiagnosis keganasan
dilaporkan sebesar 90-95% bila tepat cara pengambilan dan diekspertise
oleh ahlinya.2,3
4. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin dan kimia darah dilakukan sesuai
dengan perkiraan metastasis misalnya alkali fosfatase dan liver function
tests untuk metastasis ke hepar atau kadar kalsium dan fosfor untuk
metastase tulang.2,3,6
3.7
T0
Tis
: Karsinoma insitu
Paget
penyakit
yang
terkait
dengan
tumor
T1
: Tumor 2cm
T1a
T1b
T1c
T2
T3
T4
N0
N1
N2
N3
N3a
N3b
N3c
M0
M1
Stadium klinis
Stadium 0
Tis
N0
M0
Stadium I
T1
N0
M0
Stadium II A
T0
N1
M0
T1
N1
M0
T2
N0
M0
T2
N1
M0
T3
N0
M0
T0
N2
M0
T1
N2
M0
T2
N2
M0
T3
N1
M0
T3
N2
M0
T4
N0
M0
T4
N1
M0
T4
N2
M0
Stadium II B
Stadium III A
Stadium III B
Stadium III C
Semua T
N3
M0
Stadium IV
Semua T
Semua N
M1
b. Histopatologi
Kanker payudara mempunyai beberapa tipe histologi khusus yang turut
mempengaruhi prognosis, meskipun stadium klinis lebih berpengaruh. Pada
stadium I tanpa keterlibatan KGB regional 5-year survival rate sekitar 80%
untuk karsinoma duktal invasif dan sekitar 90-95% untuk karsinoma lobular,
koloid dan comedocarcinoma. 2
Malignant (carcinoma)
1. Non invasive carcinoma
Tipe Histopatologi
- In situ Pagets disease
- NOS (no otherwise specified)
- Intraductal
- Pagets disease and intraductal
- Invasive carcinomas
- NOS
- Ductal
- Inflammatory
- Medullary, NOS
- Medullary with lymphoid stroma
- Mucinous
- Papillary (predominantly micropapillary pattern)
- Tubular
- Lobular
- Pagets disease and infiltrating
- Undifferentiated
- Squamous cell
- Adenoid cystic
- Secretory
- Cribriform
- GI
: low grade
- G2
: intermediate grade
- G3
: high grade
3.8
dijumpai bilateral atau multipel (15%). Sebagai tumor jinak, tidak ada
metastase regional dan jauh, pengobatannya cukup dengan eksisi tumornya.
b. Penyakit fibrokistik
Fibrocystic disease (FCD) biasanya multipel dan bilateral, disertai rasa
nyeri terutama menjelang haid. Ukurannya dapat berubah, terasa lebih besar,
penuh dan nyeri menjelang haid dan akan mengecil serta nyeri berkurang
setelah haid selesai. Hal ini terjadi karena FCD dipengaruhi oleh
keseimbangan hormonal. Tumor jenis ini umumnya tidak berbatas tegas
kecuali kista soliter. Konsistensinya padat kenyal, dapat pula kistik. Jenis
yang padat kadang-kadang sukar dibedakan dengan kanker payudara dini.
Kelainan ini dapat juga dijumpai tanpa massa tumor yang nyata hingga
jaringan payudara teraba padat, permukaan granular. Pengobatan FCD
umumnya
adalah
medikamentosa
simptomatis.
Namun
apabila
c. Cystosarcoma philloides
Gambaran klinis Cystosarcoma philloides dapat seperti FAM yang
besar. Bentuknya bulat lonjong, permukaan berbenjol, batas tegas, ukuran
bisa mencapai 20-30 cm. Konsistensinya dapat padat kenyal tapi ada bagian
yang kisteus. Walaupun ukurannya besar tidak ada perlekatan ke dasar atau
kulit. Kulit payudara tegang, berkilat dan tampak venektasi. Cystosarcoma
philloides tidak bermetastase karena ini adalah kelainan jinak tapi sejumlah
kecil (27%) ditemukan dalam bentuk ganas yang disebut malignant
cystosarcoma philloides. Pengobatannya adalah simple mastectomy untuk
mencegah residif. Pada orang muda atau belum berkeluarga dapat
dipertimbangkan untuk mastekstomi subkutan.
d. Galactocele
Galaktokel bukan kelainan neoplasma atau pertumbuhan baru
melainkan suatu massa tumor kistik yang timbul akibat tersumbatnya duktus
laktiferus pada ibu-ibu yang sedang atau baru selesai masa laktasi. Tumor ini
berbatas tegas, bulat dan kisteus karena berisi air susu yang mengental.
e. Mastitis
Mastitis adalah suatu infeksi pada kelenjar payudara yang biasanya
terdapat pada wanita yang sedang menyusui. Ditemukan tanda-tanda radang
dan sering sudah menjadi abses.
biasanya
dilakukan
pembedahan
kuratif
dengan
Indikasi BCS:
Syarat BCS:
2. Radiasi 2,3,6,7
Radioterapi untuk kanker payudara dapat diberikan sebagai terapi
primer, adjuvan atau paliatif. Radioterapi kuratif tunggal tidak begitu
efektif tetapi radioterapi adjuvan cukup bermanfaat. Radioterapi paliatif
dapat dilakukan dengan hasil baik untuk waktu terbatas bila tumor sudah
tidak operabel.
Radioterapi adjuvant diberikan bila ditemukan keadaan sebagai
berikut:
3. Kemoterapi 2,3,6,7
Kemoterapi merupakan salah satu terapi sistemik yang dapat
digunakan sebagai terapi adjuvan atau paliatif. Kemoterapi adjuvan dapat
diberikan pada pasien pascamastektomi yang pada pemeriksaan
aromatase inhibitor,
dengan ER (+) dan pada penyakit yang bersifat slow growing dan
intermediate growing.
5. Imunologik
Sekitar 15-25% tumor payudara menunjukkan adanya protein
pemicu pertumbuhan atau HER2 secara berlebihan dan untuk pasien
seperti ini, trastuzumab, antibodi yang secara khusus dirancang untuk
menyerang HER2 dan menghambat pertumbuhan tumor, bisa menjadi
pilihan terapi. Pasien sebaiknya juga menjalani tes HER2 untuk
menentukan kelayakan terapi dengan trastuzumab.
b. Pilihan terapi berdasarkan stadium 2
Pada stadium I, II, dan III awal (stadium operabel) sifat pengobatan
adalah kuratif dengan pembedahan sebagai terapi primer, terapi lainnya
hanya bersifat adjuvan. Semakin cepat dilakukan pembedahan semakin
tinggi kurasinya. Sedangkan untuk stadium III akhir dan IV sifat
pengobatannya adalah paliatif yaitu terutama untuk mengurangi penderitaan
pasien dan memperbaiki kualitas hidup.
1. Kanker payudara stadium 0
Dilakukan BCS atau mastektomi simpel. Terapi definitif pada T0
tergantung pada pemeriksaan blok parafin, lokasinya didasarkan pada
hasil pemeriksaan imaging.
2. Kanker payudara stadium dini/operabel
Dilakukan BCS (harus memenuhi syarat) atau mastektomi radikal
modifikasi atau mastektomi radikal dengan atau tanpa terapi adjuvan.
Terapi adjuvan diberikan berdasarkan ada atau tidaknya metastase ke
kelenjar getah bening aksila, reseptor estrogen atau reseptor progesteron,
dan usia premenopause atau postmenopause atau usia tua.
Tabel 1. Terapi adjuvan pada node negative (KGB histopatologi
negatif)
Status menopause
Reseptor hormonal
Risiko tinggi
Premenopause
Postmenopause
Usia tua
ER (+) / PR (+)
Ke + Tam / Ov
ER (-) / PR (-)
Ke
ER (+) / PR (+)
Tam + Kemo
ER (-) / PR (-)
Ke
ER (+) / PR (+)
Tam + Kemo
ER (-) / PR (-)
Ke
Reseptor hormonal
Risiko tinggi
Premenopause
ER (+) / PR (+)
Ke + Tam / Ov
ER (-) / PR (-)
Ke
ER (+) / PR (+)
Ke + Tam
Ke
ER (+) / PR (+)
Tam + Kemo
Ke
Postmenopause
Usia tua
5 tahun (%)
10 tahun (%)
> 90
90
80
65
II
60
45
IIIA
50
40
IIIB
35
20
IV
10
5 tahun (%)
10 tahun (%)
Tidak ada
80
65
1-3 KGB
65
40
> 3 KGB
30
15
c. Ukuran tumor
10 tahun (%)
<1
80
3-4
55
5-7,5
45
d. Histologi
e. Reseptor hormon
Pasien dengan kanker yang bersifat ER positif mempunyai waktu
survival yang lebih lama dibandingkan pasien dengan kanker yang bersifat
ER negatif.
c. Mammografi
Wanita berusia 35-39 tahun sebaiknya melakukan satu kali baseline
mammography.
Wanita
berusia
40-49
tahn
sebaiknya
melakukan
mammografi setiap 2 tahun dan wanita berusia lebih dari 50 tahun sebaiknya
melakukan mammografi setiap tahun.
DAFTAR PUSTAKA
Issam.
Breast
Cancer:
Overview.
2006
Available
from:
http://www.emedicine.com.
11. Toward Optimized Practice (TOP) Program. Guideline for the Early Detection of
Breast Cancer. Available from: http://www.albertadoctors.org.