Professional Documents
Culture Documents
PERENCANAAN PRODUKSI
2.1 Produk dan Produksi
Keberadaan produk dalam sistem ekonomi suatu negara sangat menentukan
tingkat kemakmuran penduduk yang tinggal di negara tersebut. Walaupun
banyaknya produk yang dihasilkan oleh suatu negara tidak dinyatakan dalam
satuan fisik masing-masing produk yang dihasilkan karena dijelaskan sebagai
GNP (Gross Domestic Products) atau NNP (Net National Products) dalam satuan
mata uang dollar, besaran ini terbentuk karena sejumlah unit produk dari
berbagai sektor berhasil diproduksi dan dikonsumsi atau dijual dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan penduduk.
Produk dihasilkan oleh masyarakat baik melalui usaha pertanian, manufakturing,
konstruksi dan lain-lain dengan mengolah (mengkonversikan) sumberdaya
(alam) kedalam bentuk lain yang memiliki nilai manfaat lebih tinggi. Proses
konversi dapat berupa kegiatan dengan tahapan yang sedehana ataupun
kegiatan yang cukup kompleks dengan tahapan yang demikian panjang. Karena
produk yang dihasilkan oleh proses konversi harus memiliki nilai manfaat lebih
tinggi maka proses konversi dengan segala elemen pendukungnya harus
terencana dengan baik. Produk yang baik yaitu memiliki nilai manfaat yng tinggi
dan dihasilkan dengan penggunaan sumberdaya yang effisien tidak akan
diperoleh jika proses konversi dilakukan secara tidak terencana.
Sumberdaya
Prose
s Konversi
Produk
14
bangunan, utilitas, dan energi yang semuanya disebut input dan produk-produk
yang dihasilkan disebut output. Karena input adalah barang-barang ekonomi
yang ketersediaannya sangat terbatas maka proses konversi perlu dilaksanakan
secara terencana dan terkendali sehingga perbandingan nilai antara output dan
input dapat diperoleh sebesar-besarnya.
Dalam realita, proses konversi yang terencana dan terkendali yang dimaksud
sangat sulit dilakukan bahkan seringkali seakan-akan tidak terencana dan tidak
terkendali. Perencanaan sebagai salah satu fungsi manajemen berhubungan
dengan persiapan dan kegiatan untuk mendapatkan sesuatu di masa yang akan
datang. Perencanaan yang menjadi dasar dari kegiatan membutuhkan
serangkaian data dan informasi yang akurat yang berkaitan dengan situasi masa
yang akan datang. Ketidak tersediaan data akurat ini yang menjadi masalah
fundamental dalam produksi. Utuk meminimumkan pengaruh negatif dari ketidak
akuratan data dan informasi tersebut maka para pakar selalu berupaya untuk
terus mengembangkan teknik dan metode perencanaan produksi seperti telah
diuraikan dalam bab terdahulu.
2.2 Definisi dan Fungsi Perencanaan Produksi
2.2.1 Definisi dan Sasaran Pengendalian Produksi
The American Production and Inventory Control Society mendefinisikan
perencanaan produksi sebagai berikut:
Perencanaan produksi ialah suatu kegiatan yang berkenaan dengan penentuan
apa yang harus diproduksi, berapa banyak diproduksi, kapan diproduksi dan apa
sumberdaya yang dibutuhkan untuk mendapatkan produk yang telah ditetapkan.
Pengendalian produksi ialah fungsi yang mengarahkan atau mengatur
pergerakan material (bahan, part / komponen / subassembly dan produk melalui
seluruh siklus manufakturing mulai dari permintaan bahan baku sampai pada
pengiriman produk jadi kepada pelanggan.
Ada dua sasaran pokok yang sekali gus menjadi barometer keberhasilan
perencanaan dan pengendalian produksi yaitu:
. Tercapainya kepuasan pelanggan yang diukur dari terpenuhinya order
terhadap produk tepat waktu, tepat jumlah dan tepat mutu.
. Tercapainya tingkat utilitas sumberdaya produksi yang maksimum melalui minimisasi waktu setup, transportasi, waktu menunggu dan waktu untuk pengerjaan ulang (rework).
.Terhindarnya cara pengadaan yang bersifat rush order dan persediaan yang berlebihan
15
16
rencana,
Dari uraian diatas terlihat bahwa peranan dari fungsi perencanaan dan
pengendalian produksi dalam perusahaan yang berbasis manufakturing
merupakan sentral kegiatan karena menjadi penghubung antara fungsi
marketing dan fungsi manufakturing. Dalam uraian berikut akan dijelaskan lebih
rinci hubungan antar fungsi-fungsi dalam perusahaan menufakturing untuk
memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang peran dan kedudukan
fungsi perencanaan dan pengendalian produksi sebagai fungsi sentral. Dalam
literatur asing, istilah production planning and control (PPC) sering disingkat
menjadi production control tanpa maksud menghilangkan kegiatan planning.
Dalam uraian berikut ini, istilah perencanaan dan pengendalian produksi ditulis
pengendalian produksi yang maksudnya untuk mempersingkat istilah tetapi
maksudnya ialah perencanaan dan pengendalian produksi.
2.3 Sistem Produksi
Produksi dalam pengertian sederhana adalah keseluruhan proses dan operasi
yang dilakukan untuk menghasilkan produk atau jasa. Produk yang dihasilkan
sebagai output dari proses tersebut dapat berupa produk produk jadi yang sering
disebut produk akhir (finished products), produk setengah jadi (work-in-process)
atau bahan baku (raw materials) yang semuanya bersifat tangible (berwujud
fisik). Jasa (services) jang juga adalah output dari proses bersifat intangible
(berwujud non-fisik). Perbedaan yang paling mendasar antara kedua tipe output
tersebut ialah pada produk fisik, waktu untuk proses pembuatan dan pengiriman
(delivery) kepada pelanggan bersifat terpisah atau dapat dipisahkan sedangkan
pada jasa waktu proses dan pengiriman (delivery) kepada pelanggan adalah
17
simultan. Karena waktu proses dan pengiriman jasa kepada pelanggan bersifat
simultan maka masalah pengendaian mutu menjadi sangat kritikal.
Berdasarkan motifnya, kegiatan produksi dapat dibedakan atas tiga kelompok
yaitu motif produksi (production motive), motif laba (profit motive) dan motif
pelanggan (customer motive). Motif produksi ialah suatu keadaan dimana
kegiatan produksi dimotivasi terutama karena ketersediaan sumberdaya produksi
baik berupa bahan baku maupun tenaga terampil dan kapital. Jika seseorang
memiliki atau menguasai sumber bahan baku misalnya maka dia akan berupaya
melakukan aktivitas ekonomi terhadap sumber bahan tersebut seperti mengolah
atau menjualnya untuk mendapatkan penghasilan. Kegiatan ekonomi pada
umumnya hanya sebatas ketersediaan sumber tersebut karena jika pasar tidak
membutuhkan lagi maka kegiatan ekonomipun terhenti.
Kegiatan produksi dengan motif laba sedikit lebih maju dari motif produksi.
Kegiatan produksi dengan motif laba lebih ditentukan oleh adanya kesempatan
untuk memperoleh laba dan kegiatan produksi dipandang sebagai balas jasa
atas resiko kapital yang digunakan untuk melakukan kegiatan produksi.
Besarnya ekspektasi laba menjadi dasar penentuan besarnya aktivitas produksi.
Kapital yang digunakan tidak selalu harus dimiliki sendiri tetapi dapat berupa
milik pihak lain. Bila peluang laba tidak atau belum terlihat maka upaya untuk
melakukan kegiatan produksi sangat lemah.
Masalah yang terkait dengan kedua pandangan diatas ialah faktor laba dianggap
akan selalu terjamin (taken for granted) dan bukan untuk diciptakan. Dalam
sistem ekonomi klasik dimana kegiatan ekonomi masih kurang bersaing,
pendekatan-pendekatan diatas mungkin masih berjalan. Tetapi dalam sistem
ekonomi modern terlebih dalam era globalisasi yang sekarang berjalan semakin
cepat dalam suasana persaingan berjalan semakin tajam, kedua pendekatan
diatas jelas telah usang. Persaingan antar pelaku bisnis mau tak mau harus
semakin mengarah kepada pemenangan konsumen (consumers favour
competition). Sehubungan dengan situasi persaingan ini, Peter F. Drucker
mengatakan bahwa hanya bisnis yang berorientasi kepada pelanggan (customer
motive) yang akan memenangkan persaingan. Customer motive production
ditandai dari penetapan tujuan utama produksi yaitu memberikan kepuasan
kepada pelanggan (customers satisfaction). Tiga pilar pendukung terciptanya
kepuasan pelanggan ialah:
. Ketepatan waktu pengiriman produk kepada pelanggan (timeliness of
deliveries)
. Mutu produk yang sesuai dengan harapan pelanggan (acceptable proproduct quality)
. Harga jual produk yang bersaing (reasonable products prices).
Apabila para pelanggan dapat dipuaskan maka permintaan pelanggan terhadap
produk-produk atau jasa yang dihasilkan akan terus meningkat. Apabila dalam
18
Konsumen
Marketing
Perancangan
Produk
Perancangan
Proses
Penjualan
dan
Pengiriman
Perencanaan /
Pengendalian
Produksi
Penyimpanan
Bahan
Penyimpanan
Produk
Proses
Manufakturing
(Lantai Pabrik)
Pembelian/
Pengadaan
Bahan
Pengendalian
Mutu
Vendor
Bahan
Penerimaan
Bahan
Akuntansi
Biaya /
Keuangan
Keterangan:
Aliran Informasi
Aliran bahan (produk dan bahan baku)
Aliran uang
Gambar-2.2: Sistem Produksi
Sistem produksi berawal dari pemahaman terhadap keinginan dan harapan para
pelanggan berdasarkan temuan-temuan dari kegiatan pemasaran termasuk permintaan langsung dari para pelanggan terhadap produk-produk tertentu. Data
dan informasi tentang keinginan pelanggan kemudian diterjemahkan kedalam
bentuk rancangan produk atau jasa untuk mengetahui tentang part, komponen
19
20
Marketing
Design
Engineering
Quality
Engineering
&
Sales and
Shipping
Warehousing
Manufacturing
Production
Control
Purchasing
Store Room
C
U
S
T
O
M
E
R
S
Keterangan :
Accounting
& Finance
Vendors
Production
Engineering
Aliran informasi
Aliran bahan
Aliran finansial
21
pada setiap unit lebih menjamin terciptanya pekerjaan bermutu dari pada
dilakukan oleh satu unit tersendiri.
Market &
Customers
Demand and
order entry
Long range
capacity
planning
Demand
forecasting
Production
engineering
Medium range
capacity
planning
Inventory
control
Production
Control
Function
Purchasing
Short range
requirements
planning
Shop scheduling,
monitoring and
control
Manufacturing
Function
Testing
Customers
Shippi
ng
Assembling
Warehouse
facility
Machining
Storag
e
Receiving
22
23
seperti minyak bumi dalam proses penyulingan, berbentuk butiran seperti pupuk
urea, batubara, berbentuk bubur seperti pulp dan lain-lain. Operasi
manufakturing cara hibrida juga tidak jarang ditemukan misalnya produksi secara
batch melalui proses operasi repetitif atau kontinu. Pada awal operasi dilakukan
operasi secara batch dan kemudian pada tahap berikutnya proses dimodifikasi
untuk memproduksi batch untuk produk yang berbeda.
Nicholas, J.M., (1998) menggambarkan kedudukan relatif proyek, job, repetitive
dan kontinu dalam hubungannya dengan kebutuhan sumberdaya perunut dan
volume produksi dalam diagram seperti ditunjukkan dalam Gambar-2.5.
Tinggi
Kontinu
Volume
Produksi
Repetitif
Job
Rendah
Rendah
Proyek
Medium
Sumberdaya per Unit
Tinggi
24
.Assembly to order
25
26
Procurement Manufacturing
Assembly
Delivery
27
Ditektur
Utama
Bendahara
Dir Marketing
Dir Keuangan
Akunting
Manajer
Engineering
Sekretaris
Dir Manufakturing
Manajer
Pembelian
Dir Product
Engineering
Dir Hubungan
Industri
Manajer
Perencanaan Prod.
dan Persediaan
Penjadwalan
Produksi
Pengendalian
Persediaan
Manajer
Pabrik
Pengendalian
Produksi
28