Professional Documents
Culture Documents
III. Prinsip : Tubex mendeteksi adanya IgM pada daerah didalam serum
pasien dengan kemampuan untuk menghalangi adanya reaksi antigen yang
dilapisis warna coklat dan darah yang diserang kuman dan dilapisi bahan reaksi
biru. Hasil dibaca secara visual terhadap suatu skala warna.
V. Prosedur Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Kemudian masukan serum 45 µl kedalam rak tubex
3. Tambahakan 45 µl brown reagen
4. Homogenkan dan diamkan selama 2 menit
5. Tambahkan 90 µl blue reagen, shake pada tubex TF selama 2 menit
6. Lakukan pembacaan pada tubex color scalesetelah 5 menit
V. Prosedur Pemeriksaan
a. Untuk metode Aglutinasi Latex
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Kemudian sampel yang akan diuji, harus dipanaskan dahulu untuk
mengaktifkan CIq yang dapat memberikan hasil positif semu.
3. Setelah itu serum penderita maupun control harus diinaktifkan
komplemennya dengan pemanasan dalam penangas (waterbath) selama 30
menit pada 56OC. dinginkan sampel sampai mencapai sampai mancapai
suhu ruangan sebelum diperiksa.
4. Teteskan serum penderita dengan pengenceran tertentu dalam sumuran atau
cekungan dari slid. Dalam tiap seri pemeriksaan harus disertakan serum
control positif, dan serum control negative.
5. Selanjudnya suspense latex bersalut IgG dikocok dengan baik, dan
diteteskan ke dalam sumuran atau cekungan dari slide yang berisi serum
penderita, lalu dicampur dengan baik sehingga tersebar keseluruh
permukaan sumuran / cekungan.
6. Dalam tahap berikutnya, slide ditempatkan diatas rotator, dan digoyang
dengan kecepatan, dan waktu inkubasi sesuai dengan petunjuk pabrik
pembuat reagen.
7. Pada akhir waktu inkubasi, setiap sumuran atau cekungan diperiksa adanya
aglutinasi dari partikel dalam bentuk aglutinat kecil atau bersar.
Serum penderita yang mengandung aglutinat yang tampak kasat mata,
dianggap positif untuk RF.
Aglutinat yang halus harus dibandingkan dengan control negative, untuk
menentukan adanya aglutinasi.
8. Untuk semua sampel yang positif, perlu dilakukan pengenceran serial (dua
kali) guna menentukan titer RF secara semikuantitatif.
VIII.Landasan teori :
RF (Rheumatoit Faktor) adalah imunoglobulin yang bereaksi dengan
IgG. RF+ biasanya terdapat dalam 80% penderita arthritis rheumatoid dan
kelainan sendi dengan komplikasi sistemik yang prognosisnya buruk.
I. Judul : Pemeriksaan ASO
II. Metode : Aglutinasi Pasif
III. Tujuan :Membantu menegakan diagnosis dari penyakit demam rematik
(rematic fever) dan glomerulonefritis akuta serta meramalkan kemungkinan
terjadinya kambuh (relapse) pada beberapa kasus demam rematik.
IV. Prinsip :
ASO merupakan antigen yang larut. Untuk dapat menimbulkan
Aglutinasi dengan ASO, maka SO perlu disalutkan pada partikel tertentu. Dalam
hal ini yang sering dipakai, yaitu partikel latex. Sejumlah tertentu SO (yang dapat
mengikat 200 IU ASO) ditambahkan pada serum penderita sehingga terjadi ikatan
SO-ASO. Bila dalam serum penderita terdapat ASO yang lebih dari 200 UI, maka
sisa ASO yang tidak terikat oleh SO akan menyebabkan aglutinasi dari SO yang
disalutkan pada beberapa partikel latex. Bila kadar ASO dalam serum penderita
kurang dari 200 UI maka tidak ada sisa ASO bebas yang dapat menyebabkan
aglutinasi dengan SO pada beberapa partikel latex.
Nilai diagnostic dari uji ASO kurang baik sebab hamper 20% dari
beberapa orang normal member titer ASO diatas harga normal (lebih dari 200
IU). Atas dasar ini maka pemeriksaan titer ASO hanya satu kali tidak mempunyai
arti diagnostic yang penting, kecuali bila titernya amat tinggi misalnya, 400 IU.
Jadi bila ASO positif hanya menyatakan adanya infeksi dengan streptococcus
tetapi tidak berarti bahwa penderita tersebut menderita suatu penyakit tertentu
seperti demam rematik.
Beberapa penyakit hepar, ginjal dan hiperlipedemia, esensial dapat
memberi hasil yang positif semu (non specific SO inhibitor). Dalam hal ini
penghambat hemolisis yang nonspesifik tersebut perlu diabsorpsi lebih dahulu
atau dilakukan uji aglutinasi latex yang tidak dipengaruhi oleh inhibitor
nonspesifik tersebut.
Titer ASO yang tinggi didapatkan pada 80% dari beberapa penderita
dengan demam rematikdan titer ini makin meningkat setelah suatu serangan
faringitis. Pada beberapa penderita dengan demam remati, bila titer dari ASO
meningkat pada dua kali pemeriksaan berturut-turut, maka kemungkinan kambuh
amat besar.
Titer ASO yang meningkat adalah khas untuk beberapa penyakit
ankylosing spondylitis, glomerulonefritis, scarlet fever, dan tonsillitis.
Sebaliknya titer ASO yang amat rendah terdapat pada beberapa penyakit
sindroma nefrotik dan beberapa penyakit defisiensi antibody.
Pembacaan Hasil
1. Pada area kontrol (+), tidak terjadi aglutinasi, hCG positif
2. Pada area kontrol (-), terjadi aglutinasi, hCG negatif
3. Pada area sampel dilihat terbentuknya aglutinasi, dan disamakan dengan
kontrol.
I. Metode : Imunokromatografi (Test Pack)
II.Prinsip :
Jika ada hCG dalam urin, maka hCG akan bertindak sehingga
menimbulkan garis merah vertikal dan horizontal (+) lalu dilanjutkan ke area C
(Control) yang telah dilekatkan antibodi poliklonal sehingga menimbulkan garis
vertikal.
IV.Pembacaan Hasil:
1. Jika hCG pada urin (+) maka pada jendela T (Test) akan terlihat dua garis
merah membentuk tanda (+).
2. Jika hCG pada urin (-) maka pada jendela T (Test) akan terlihat satu garis
merah horizontal membentuk tanda (-).
3. Hasil tersebut valid bila pada jendela C (Control) terlihat satu garis merah
vertikal.
V.Landasan teori :
Judul : Pemeriksaan Hepatitis C
Tujuan : Untuk mengetahui adanya antigen hepatitis C dalam sampel serum
Metode : Imunokromatografi - HCV TRI DOT
Prinsip :
- Antigen HCV akan bergerak dalam poros imunofiltrasi. Sampel dan reagen
melewati membran dan direabsorpsi ke dasar absorben.
- Sampel terus melewati membran, jika ada antibodi HCV di dalam sampel, maka
akan tersaring di permukaan filter absorben. Dalam tahap pencucian berikutnya,
protein penganggu lain akan dihilangkan.
- Pada tahap selanjutnya konjugat protein A ditambahkan kedalam ikatan dan
antibodi HCV akan memberikan kompleks warna merah keunguan.
Cara Kerja:
1. simpan test disk pada permukaan yang datar
2. teteskan 3 tetes buffer ke dalam daerah tes
3. tambahkan 1 tetes sampel serum
4. tambahkan 5 tetes buffer
5. tambahkan 2 tetes konjugat protein A
6. tambahkan 5 tetes buffer
7. amati hasil yang terbentuk yaitu berupa titik berwarna merah.
Pembacaan Hasil:
Hasil bisa dikatakan positif bila terbentuk titik berwarna merah keungunan pada
area T1, T2 atau keduanya. Hal ini menunjukkan bahwa di dalam sampel serum
terdapat antigen HCV . Hasil dinyatakan valid bila terbentuk titik berwarna merah
keunguan pada area C (Control).
Pembacaan Hasil:
Bila dalam sampel terdapat HBsAg, maka pada area T (Test) akan terlihat garis
berwarna merah, dan tidak akan terbentuk bila sampel negatif. Hasil akan valid
jika pada area C (Control) terdapat garis berwarna merah.
hCG TEST
(human Chorionik Gonadotropin)