You are on page 1of 14

STATUS PASIEN

Identitas :

Nama : Ny. MY

Umur : 21 thn

Alamat : Kelapa Dua Cilincing

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Status : Menikah

Suku : betawi

Agama : Islam

Tangga masuk RS : 19 November 2014

Keluhan utama :
kemaluan terasa perih sejak 8 hari yang lalu
Keluhan tambahan :
keputihan, gatal, kemaluan terasa panas, rasa mengganjal di kemaluan, sakit dibagian bawah
perut, sakit saat senggama dan keluar darah setelah senggama
Riwayat penyakit sekarang :

Pasien datang ke RSIJ Sukapura dengan keluhan kemaluan terasa perih sejak 8 hari yang
lalu. Keluhan ini dirasakan awalnya didahului keputihan terus menerus selama 2 bulan
terakhir. Keputihan diakui pasien awalnya berwarna putih seperti susu, tidak berbau dan
tidak banyak. Pasien mengaku keputihannya terus bertambah banyak, berwarna kuning
kehijauan dan berbau tidak enak. Selama keputihan berlangsung, pasien juga mengaku
kemaluannya menjadi gatal.

Gatal dirasakan terus menerus, sehingga pasien merasa tidak nyaman dan harus sering
mengganti celana dalam. Pasien mengaku memakai fentiliner untuk keputihan.

8 hari yang lalu pasien mengaku mulai merasa seperti ada benjolan di dalam
kemaluannya dan merasa kemaluannya menebal sehingga saat buang air kecil merasa
seperti ada yang mengganjal. Keluhan ini juga dirasakan bersamaan dengan adanya rasa
panas dan perih yang dirasakan pada kemaluannya. Rasa panas dan perih dirasakan terus
menerus dan tidak hilang walaupun pasien mencuci kemaluan dan mengganti celana
dalam, pasien mengaku kemungkinan karena fentiliner, jadi pasien berhenti memakainya.

Pasien mengaku saat meraba kemaluannya mulai terasa adanya benjolan benjolan kecil
kecil yang tidak sakit saat disentuh. Benjolan benjolan ini membuat kemaluan pasien
terasa menebal. Pasien juga merasa sakit dan tidak nyaman pada perut bagian bawah

Saat ini pasien sedang mengandung anak pertamanya, dan usia kandungannya 20
minggu. Pasien mengaku melakukan hubungan seksual dengan suami terakhir kali sekitar
2 minggu yang lalu. Saat melakukan hubungan seksual pasien mengaku terasa sakit pada
kemaluannya dan keluar darah setelah melakukan hubungan. Suami pasien bekerja
sebagai kariyawan swasta. Pasien mengaku suaminya tidak memiliki keluhan seputar alat
kelaminnya.

Pasien mengaku sudah berobat ke bidan untuk keluhannya yang sekarang, oleh bidan
diberikan salep, tapi pasien tidak ingat apa nama salepnya. Setelah memakai salep, pasien
mengaku keluhannya malah bertambah parah. Pasien mengaku tidak pernah melakukan
hubungan seksual dengan orang lain selain suaminya. Demam disangkal.

Riwayat penyakit dahulu :

Pasien mengaku belum pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya.

Riwayat DM disangkal

Riwayat penyakit kulit lainnya disangkal

Riwayat penyakit keluarga :

Tidak ada anggota keluarga pasien yang menderita keluhan yang sama

Riwayat pengobatan :

Pasien tidak bekerja, dan hanya tinggal di rumah sehari harinya

Ini merupakan pernikahan pertama bagi pasien, dan pernikahan kedua bagi suaminya.

Pasien sedang mengandung anak pertama 20 minggu

Pasien pernah menggunakan fentiliner untuk keputihannya

Riwayat alergi :
Riwayat alergi makanan terhadap ikan tongkol
Alergi obat dan cuaca dingin disangkal
Riwayat psikososial :

Pasien mengaku telah memakai salep dari bidan dan tidak ingat nama salepnya. Keluhan
dirasa semakin bertambah parah

Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan umum

: Baik

Kesadaran

: Composmentis

Tanda vital

:Tidak dilakukan pemeriksaan

Status Generalis

: Tidak ada keluhan

Status Lokalis

Lokasi : labia mayor dan minor

Pustul, ulkus, jaringan granulasi

Lesi : Lesi multiple, basah, berbatas tegas, terlihat flor albus berwarna putih kehijauan

Sususan : sebagian polisiklik

Penyebaran : sirkumskrip, regional

Resume

Wanita 21 tahun. Datang dengan nyeri pada genitalia eksterna sejak 8 hari SMRS.
Disertai pruritus, flor albus kuning kehijauan, berbau sejak 2 bulan yang lalu.
Dispareunia, nyeri pada abdomen bawah. Riwayat pengobatan : berobat ke bidan dan
mendapat salep tetapi keluhan dirasa semakin parah. Gravid 20 minggu.

Status Lokalis

Lokasi : labia mayor dan minor

Pustul, ulkus, jaringan granulasi

Lesi : Lesi multiple, basah, berbatas tegas, terlihat flor albus berwarna putih kehijauan

Sususan : sebagian polisiklik

Penyebaran : sirkumskrip, regional

Pemeriksaan Penunjang :
1. Pemeriksaan sediaan hapus
2. Biakan kuman
3. Biopsy
Diagnosis kerja :
Ulkus Molle
Diagnosis banding :
Herpes simplex
TATALAKSANA
Nonmedikamentosa
1. Memberikan penjelasan pada pasien dan keluarganya tentang penyakit yang diderita
2. Memberikan informasi pada pasien untuk memeriksakan suami/ pasangan seksualnya
juga
3. Menjelaskan pada pasien untuk tidak mencuci kemaluannya dengan larutan antiseptic
4. Menjelaskan pada pasien untuk minum obat teratur dan menjelaskan konsekuensi bila
pasien tidak taat
5. Menjelaskan pada pasien untuk selalu menjaga kebersihan tubuh terutama alat kelamin
6. Menjelaskan pada pasien untuk tidak melakukan hubungan seksual sampai pengobatan
selesai dan dinyatakan sembuh oleh dokter
5

Medikamentosa

Eritromisin 4 x 500mg

CTM 2 x1

Paracetamol 3x500mg

PROGNOSIS
Quo Ad Sanationam

: bonam

Quo Ad Vitam

: bonam

Quo Ad Functionam

: bonam

Ulkus Molle
Ulkus Molle termasuk golongan penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual,
ditetapkan sesuai dengan postulat KOCH setelah kuman ditemukan oleh DUCREY pada tahun
1889. Penyakit ini lebih banyak terdapat pada daerah-daerah dengan tingkat sosail ekonomi
rendah. Laporan-laporan hanya datang dari beberapa Negara yang sudah berkembang, karena
kesukaran menemukannya penyebabnya. Karena kurangnya fasilitas diagnostic, sering terjadi
salah diagnosis secara klinis sebagai sifilis stadium pertama. CHAPEL dkk (1977) hanya dapat
menemukan H. ducreyi pada sepertiga jumlah kasus yang secara klinis dibuat diagnosis sebagai
ulkus Molle.
Definisi
Ulkus Molle adalah penyakit infeksi pada alat kelamin yang akut, setempat, disebabkan
oleh Streptobacillus ducrey (Haemophilus ducrey) dengan gejala klinis yang khas berupa ulkus
nekrotik yang nyeri pada tempat inokulasi, dan sering disertai pernanahan kelenjar getah bening
regional.
Sinonim
Soft Chancre, chancroid, soft sore
Epidemiologi
Penyakit ini bersifat endemic tersebar di daerah tropic dan subtropik, terutama ekonomi
mempengaruhi berkurangnya frekuensi penyakit ini di negara-negara yang lebih maju. Selain
penularan melalui hubungan seksual, secara kebetulan juga dapat mengenai jari dokter atau
perawat.
Frekuensi pada wanita dilaporkan lebih rendah, mungkin karena kesukaran membuat
diagnosis. Penyakit ini lebih banyak mengenai golongan kulit berwarna. Beberapa factor
menunjukkan bahwa terdapat pembawa kuman (carrier) basil Ducreyi, tanpa gejala klinis,
biasanya wanita tuna susila.

Etiologi
Basil H. ducreyi berbentuk batang pendek, ramping dengan ujung membulat, tidak
bergerak dan tidak membentuk spora, negative Gram, anaerob fakultatif yang membutuhkan
hemin (factor X) untuk pertumbuhan, mereduksi nitrat menjadi nitrit, dan mempunyai DNA
berisi guanosine plus-cytosine fraksi 0,38 mole. Basil sering kali berkelompok, berderet
membentuk rantai, terutama dapat dilihat pada biakan sehingga disebut juga Streptobacillus.
Basil ini pada lesi terbuka di daerah genital sukar ditemukan karena tertutup oleh infeksi
sekunder, lebih mudah dicari bila bahan pemeriksaan berupa nanah yang diambil dengan cara
aspirasi abses kelenjar inguinal, kuman ini sukar dibiak.
Dalam karangan karangan terakhir mengenai penyebab ini timbul keragu raguan, apakah
ulkus mole merupakan penyakit yang disebabkan oleh satu organism (H. ducreyi), atau satu
penyakit campuran yang disebabkan oleh lebih dari satu organism. CHAPEL dkk, (1978)
menyatakan bahwa organism selain H. ducreyi dapat menimbulkan ulkus yang tidak dapat
dibedakan dengan ulkus mole, dan beberapa ulkus mengandung flora polimikrobial. Karena
kesukaran menemukan penyebab dan ditemukannya organism yang multiple yang dapat diisolasi
dari ulkus penis, timbul kesukaran mencari hubungan antara gambaran klinis dan penemuan
laboratorik.
Pathogenesis dan imunokimia
Belum diselidiki secara mendalam. Adanya trauma atau abrasi, penting untuk organism
melakukan penetrasi epidermis. Jumlah inokulum untuk menimbulkan infeksi tidak diketahui.
Pada lesi, organism terdapat dalam makrofag dan neutrofil atau bebas berkelompok
(mengumpul) dalam jaringan interstisial.
Pada percobaan kelinci, seperti pada manusia, beberapa stain H.ducreyi diketahui virulen,
sedangkan yang lain kelihatannya avirulen. Beberapa penyelidik menyatakan bahwa virulensi
dapat hilang dengan kultivasi serial sehingga kuman kehilangan kemampuan untuk menimbulkan
lesi pada kulit. Organism yang avirulen dilaporkan lebih rentan terhadap antimikroba terutama
polimiksin. Limfadenitis yang terjadi pada infeksi H. ducreyi diikuti dengan respons inflamasi
sehingga terjadi supurasi. Kemungkinan terdapat sifat-sifat H. ducreyi yang tidak diketahui dan
unik yang menimbulkan bubo supuratif. Respon imun yang berhubungan dengan pathogenesis
8

dan kerentanan penyakit tidak diketahui. Penyelidikan sebelumnya menemukan respons


hipersensitifitas lambat dan respons antibody pada para penderita dengan chancroid dan pada
binatang percobaan. Antibody ditemukan dengan cara fiksasi komplemen, aglutinasi, presipitasi,
dan tes fluoresens antibody indirek. Reaktivitas silang antara antisera yang dihasilkan terhadap
antigen H. ducreyi murni dan ekstrak antigen dari spesies Haemophilus lain telah ditemukan.
Gejala klinis
Masa inkubasi berkisar antara 1-14 hari, pada umumnya kurang dari 7 hari. Lesi
kebanyakan multiple, jarang pada daerah ektragenital. Mula mula kelainan kulit berupa papul,
kemudian menjadi vesiko-pustul pada tempat inokulasi, cepat pecah menjadi ulkus.
Ulkus : kecil, lunak pada perabaan, tidak terdapat indurasi, berbentuk cawan, pinggir
tidak rata, sering bergaung dan dikelilingi halo yang eritematosa. Ulkus sering tertutup jaringan
nekrotik, dasar ulkus berupa jaringan granulasi yang mudah berdarah, dan pada perabaan terasa
nyeri. Tempat predileksi pada laki-laki adalah permukaan mukosa preputium, sulkus koronarius,
frenulum penis, dan batang penis. Dapat juga timbul lesi di dalam uretra, skrotum, perineum atau
anus. Pada wanita ialah labia, klitoris, fourchette, vestibule, anus dan serviks.
Lesi ekstragenital terdapat pada lidah, jari tangan, bibir, payudara, umbilicus dan
konjungtiva. Karena adanya inokulasi sendiri, dengan cepat dapat timbul lesi yang multiple,
dengan cara ini dapat timbul lesi di daerah pubis, abdomen, dan paha.
Gejala sistemik jarang timbul, kalau ada hanya demam sedikit atau malaise ringan.
Jenis-jenis bentuk klinis
1. Ulkus Molle folikularis
Timbul pada folikel rambut, pada permukaannya menyerupai folikulitis yang disebabkan
oleh kokus, tetapi cepat menjadi ulkus. Lesi seperti ini dapat timbul pada vulva dan pada
daerah berambut di sekitar genitalia dan sangat superficial.
2. Dwarf chancroid
Lesi sangat kecil dan menyerupai erosi pada herpes genitalis, tetapi dasarnya tidak teratur
dan terpi berdarah.

3. Transient chancroid (chancre mou valant)


Lesi kecil sembuh dalam beberapa hari tetapi 2-3 minggu kemudian diikuti timbulnya
bubo yang meradang pada daerah inguinal. Gambaran ini menyerupai limfogranuloma
venerum
4. Popular chancroid (ulkus mole elevatum)
Dimulai dengan ulkus yang kemudian menimbulkan terutama pada tepinya.
Gambarannya menyerupai kondiloma lata pada sifilis stadium II
5. Giant chancroid
mula-mula timbul ulkus kecil, tetapi meluas dengan cepat dan menutupi satu daerah.
Sering mengikuti abses inguinal yang pecah, dan dapat meluas ke daerah suprapubis
bahkan daerah paha dengan cara autoinokulasi
6. Phagedenic chancroid
Lesi kecil menjadi besar dan destruktif dengan jaringan nekrotik yang luas. Genetalia
eksterna dapat hancur, pada beberapa kasus disertai infeksi organism Vincent
7. Tipe serpiginosa
Lesi membesar karena perluasan atau autoinokulasi dari lesi pertama ke daerah lipat paha
atau paha. Ulkus jarang menyembuh, dapat menerap berbulan bulan atau bertahun tahun.
Bubo
Adenitis daerah inguinal timbul pada setengah kasus ulkus mole. Sifatnya unilateral,
eritematosa, membesar, dan nyeri. Timbul beberapa hari sampai 2 minggu setelah lesi primer.
Lebih daripada setengah kasus adenitis sembuh tanpa supurasi
Komplikasi
1. Mixed chancre
Kalau disertai sifilis stadium I. mula-mula lesi khas ulkus mole, tetapi setalah 15-20 hari
menjadi manifest, terutama jika dengan sulfonamide.
2. Abses kelenjar inguinal
bila tidak diobati memecah menimbulkan sinus yang kemudian membesar membentuk
giant chancorid
3. Fimosis dan parafimosis
Kalau lesi mengenai preputium
10

4. Fistula uretra
Timbulnya karena ulkus pada glans penis yang bersifat destruktif. Dapat mengakibatkan
nyeri pada waktu buang air kecil dan pada keadaan lanjut dapat menjadi striktura uretra
5. Infeksi campuran
Dapat disertai infeksi organism Vincent sehingga ulkus makin parah dan bersifat
destruktif. Di samping itu juga dapat disertai penyakit limfogranuloma venerum atau
graniloma inguinale
Diagnosis
Berdasarkan gambaran klinis dapat disingkirkan penyakit kelamin yang lain. Harus
dipikirkan juga kemungkinan infeksi campuran. Pemeriksaan serologic untuk menyingkirkan
sifilis juga harus dikerjakan.
Sebagai penyokong diagnosis ialah :
1. Pemeriksaan sediaan hapus
Diambil bahan pemeriksaan dari tepi ulkus yang tergaung, dibuat hapusan pada gelas
alas, kemudian dibuat pewarnaan Gram, Unna-Pappenhein, Wright, atau Giemsa. Hanya
pada 30-50% kasus ditemukan basil berkelompok atau berderet seperti rantai.
2. Biakan kuman
Bahan diambil dari pus bubo atau lesi kemudian ditanam pada perbenihan/pelat agar
khusus yang ditambahkan darah kellinci yang sudah didefibriinasi. Akhir-akhir ini
ditemukan bahwa perbenihan yang mengandung serum darah penderita sendiri yang
sudah diinaktifkan memberikan hasil yang memuaskan. Inkubasi membutuhkan waktu 48
jam. Medium yang mengandung gonococcal medium base, ditambah dengan hemoglobin
1%, Iso-Witalex 1%, dan vankomisin 3 mcg/ml akan mengurangi kontaminasi yang
timbul.
3. Teknik imunoflouresens untuk menemukan antibody
4. Biopsy
Biopsy dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis. Pada gambaran histopatologik
ditemukan :
a. Daerah superficial pada dasar ulkus : neutrofil, fibrin, eritrosit dan jaringan nekrotik

11

b. Daerah tengah : pembuluh-pembuluh darah kapiler baru dengan proliferasi sel sel
endotel sehingga lumen tersumbat dan menimbulkan thrombosis. Terjadi perubahan
degenerative pada dinding pembuluh pembuluh darah.
c. Daerah sebelah dalam : infiltrate padat terdiri atas sel sel plasma dan sel sel limfoid.
5. Tes kulit ito-Reenstierna
Sekarang tidak dipakai lagi karena tidak spesifik. Vaksin yang dipakai (Dmelcos) terdiri
atas 225 juta kuman mati/ml. disuntikkan intradermal 0,1 ml pada lengan bawah bagian
fleksor, sebagai control disuntikkan cairan pelarut intradermal pada sisi lain.
Tes dinilai positif kalau timbul infiltrate berdiameter minimal 0,5 sm setelah 48 jam,
sedangkan control negative. Tes ini menjadi positif 6-11 setelah hari timbul ulkus mole,
dan tetap positif sampai beberapa tahun bahkan seumur hidup.
6. Autoinokulasi
Bahan diambil dari lesi yang tersangka, diinokulasi pada kulit sehat daerah lengan bawah
atau paha penderita yang digores lebih dahulu. Pada tempat tersebut akan timbul ulkus
mole. Sekarang cara ini tidak dipakai lagi.
Diagnosis Banding
1. Herpes genitalis
Pada herpes genitalis kelainan kulitnya ialah vesikel yang berkelompok dan jika
memecah menjadi erosi, jadi bukan ulkus seperti pada ulkus mole. Tanda tanda radang
akut lebih mencolok pada ulkus mole. Kecuali itu pada ulkus mole, pada sediaan hapus
berupa bahan yang diambil dari dasar ulkus tidak ditemukan sel raksasa berinti banyak.
2. Sifilis stadium I
Pada sifilis stadium I (ulkus durum), ulkus bersih, indolen, terdapat indurasi, dan tanda
tanda radang akut tidak terdapat. Jika terjadi pembesaran kelenjar getah bening regional
juga tidak disertai tanda tanda radang akut kecuali tumor, tanpa disertai periadenitis dan
perlunakan.
Pada ulkus mole, hasil pemeriksaan sediaan hapus dengan mikroskop lapangan gelap
sebanyak tiga kali berturut turut negative. T.S.S yang diperiksa tiap minggu sampai satu
bulan, kemudian tiap bulan sampai tiga bulan, tetap negative.

12

3. Limfogranuloma venerum (L.G.V)


Pada LGV afek primer tidak spesifik dan cepat hilang. Terjadi pembesaran kelenjar getah
bening inguinal, perlunakannya tidak serentak.
Titer tes ikatan komplemen untuk LGV kurang dari 1/6 dan tes ulangan tidak meninggi.
4. Granuloma inguinale
Yang khas pada penyakit ini ialah ulkus dengan granuloma. Pada sediaan jaringan tidak
tampak badan Donovan.
Pengobatan
I.

Sistemik
1. Sulfonamide
Misalnya sulfatiazol, sulfadiazine, atau sulfadimidin, diberikan dengan dosis
pertama 2-4 gram dilanjutkan dengan 1 gram tiap 4 jam sampai sembuh sempurna
(kurang lebih 10-14 hari)
Tablet

kotrimoksazol,

ialah

kombinasi

sulfametoksazol

400mg

dengan

trimetoprim 80mg, diberikan dengan dosis 2x2 tablet selama 10 hari. Bila
pengobatan berhasil, perlu dilakukan drainase, dorsumsisi pada preputium. Pada
bubo yang mengalami supurasi dilakukan aspirasi melalui kulit yang sehat.
MEHEUS dkk (1981) menyatakan bahwa pemberian kotrimoksazol 2x4 tablet
selama 2 hari, sangat efektif untuk ulkus mole
2. Streptomisin
Obat ini juga efektif tanpa mengganggu diagnosis sifilis. Disuntikkan tiap hari 1
gram selama 7-14 hari, dapat juga dikombinasikan dengan sulfonamide.
Kombinasi perlu kalau terdapat bubo, atau kalau lesi genitalia tidak sembuh hanya
dengan pemberian sulfonamide
3. Penisilin
Sedikit efektif, terutama diberikan kalau terdapat organism Vincent
4. Tetrasiklin dan oksitetrasiklin
Efektif kalau diberikan dengan dosis 4x 500mg/hari selama 10-20 hari, antibiotic
golongan ini menutupi gejala gejala sifilis stadium I. Di beberapa negara H.
ducreyi sudah resisten terhadap antibiotika golongan ini. STAMPS (1974)

13

mengobati 32 penderita ulkus mole dengan doksisiklin 300 mg dosis tunggal dan
hanya menemukan kegagalan pada 1 orang.
5. Kanamisin
Disuntikkan i.m 2x500mg selama 6-14 hari. Obat ini tidak mempunyai efek
terhadap T. pallidum.
6. Kloramfenikol
Efektif terhadap H. ducreyi, tetapi karena mempunyai efek toksik tidak digunakan
lagi
7. Eritromisin
Diberikan 4x500 mg sehari, selama seminggu.
8. Kuinolon
Ofloksasin : cukup dosis tunggal 400 mg
II.

Lokal
Jangan diberikan antiseptic karena akan mengganggu pemeriksaan mikroskop
lapangan gelap untuk kemungkinan diagnosis sifilis stadium I. lesi dini yang kecil
dapat sembuh setelah diberi NaCl fisiologik.

14

You might also like