You are on page 1of 26

PURPURA

Muthmainnah Iqbal
2009730034
Pembimbing :
dr. Rizqa Haerani, Sp. KK

PENDAHULUAN
Purpura adalah ekstravasasi sel darah merah
(eritrosit) ke kulit dan selaput lendir (mukosa)
dengan manifestasi berupa makula
kemerahan yang tidak hilang pada penekanan.
Purpura secara perlahan-lahan mengalami
perubahan warna, mula-mula merah
kemudian menjadi kebiruan, disusul warna
coklat kekuningan dan akhirnya memudar dan
menghilang.

Menurut ukuran besarnya purpura


dibedakan atas:
petekie: purpura superficial berukuran miliar atau
dengan diameter 3mm, mula-mula berwarna
merah kemudian menjadi kecoklatan seperti
karat besi.
ekimosis: ukurannya lebih besar, dan letaknya
lebih dalam daripada petekie, berwarna biru
kehitaman
sugulasio : bila ukuran purpura nummular
hematoma: bila darah berkumpul di jaringan
membentuk tumor dengan konsistensi yang padat

PURPURA

PURPURA TANPA
INFLAMASI

PURPURA DENGAN
INFLAMASI

PURPURA TANPA INFLAMASI


Didasarkan karena defisiensi
pembentukan kolagen
disekitar pembuluh kapiler,
misalnya : purpura senilis
dan purpura skorbut

Didasarkan pada fenomena


hipersensitivitas tnpa oklusi
vaskuler, misalnya purpura
trombositopeni yang
idiopatik, dan sensitisaasi
autoeritrosit

Fenomen hipersensitivitas
dengan oklusi vaskuler,
misalnya coumarin necrosis,
purpuran tromboitopenia
karena trombosis, dan
purpura fulminans

PURPURA DENGAN INFLAMASI


Vaskulitis
leukositoklastik
(purpura
anafilaksis)

Krioglobulinemia
campuran
(vaskulitis
neutrofilik)

Pitiriasis likenoides
et varioliformis
akuta (Mucha
Haberman)

Purpura infeksiosa
(meningokok,
gonokok, M.
leprae, riketsia)

purpura akibat
alergi obat

PURPURA TANPA INFLAMASI


Purpura senilis

terdapat ekimosis terutama pada dorsum lengan dan tangan pada orang
usia lanjut, pemakaian steroid jangka panjang merupakan faktor
predisposisi timbulnya purpura. Secara histopatologik didapatkan
ekstravasasi eritrosit, perubahan di dermis kemudian menunjukkan
adanya elatosis solaris dan di dermis bagian bawah tampak atrodi serta
serat kolagen terpisah-pisah.

Purpura pada skorbut

Terjadi akibat kurangnya vitamin C (asam askorbat). Secara klinis tampak


purpura berbentuk petekie folikular terutama pada ekstrimitas bagian
bawah. Secara histopatologik ditemukan ekstravasasi eritrosit terutama
sekitar pembuluh rambut tanpa perubahan vascular. Pada ekstravasasi
yang luas terdapat deposit hemosiderin. Pada skorbut terjadi pula
pembentukan kolagen abnormal.

PURPURA TANPA INFLAMASI


Purpura trombositopenia idiopatik

Dikenal pula sebagai purpura hemoragik atau purpura trombositopenia


imunologik atau penyakit WERLHOF. Ditandai adanya ekimosis dan
petekie akut, di kulit dan mukosa terutama mukosa mulut. Terdapat
epistaksis, perdarahan konjungtiva dan gingival, terdapat pula melena
dan gangguan menstruasi. Perdarahan terjadi pada keadaan trombosit
<20.000.

Sindrom sensitisasi autoeritrosit


berupa ekimosis yang nyeri disertai nodus, timbul pada wanita
dengan keadaan kejiwaan histeris. Secara histologik terdapat
ekstravasasi eritrosit di dermis dan subkutan disertai infiltrate
mononuclear perivaskular dan pada keadaan lanjut terdapat
hemosiderin, makrofag dan fibroblast.

PURPURA TANPA INFLAMASI


coumarin necrosis
Terjadi ekimosis akibat efek toksik kumarin terhadap endotel
kapiler. Pada bagian tengah ekimosis terdapat bula atau bagian
yang nekrosis. Secara histologik terdapat oklusi kapiler dermal,
maupun subkutan tanpa peradangan.

purpura trombositopenia karena thrombosis (thrombotic


thrombocytopenic purpura)
Penyakit ini juga dikenal sebagai sindrom Moschowite dengan
trias: trombositopenia, anemia hemolitik, dan gangguan susunan
saraf pusat. Gejala yang timbul adalah demam, purpura berupa
ekimosis, ikterus

PURPURA TANPA INFLAMASI


purpura fulminan
Sinonim yang dikenal yaitu purpura nekrotikans dan purpura
gangrenosa. Penyakit ini dijumpai pada anak-anak, biasanya
menyertai infeksi virus atau bakteri. Terdapat ekimosis yang tibatiba terutama di ekstrimitas bagian bawah disertai panas yant
inggi, malaise dan menggigil.

Pengobatan yang dianjurkan adalah pemberian antikoagulan dan


kortikosteroid dengan atau tanpa tranfusi darah, karena diperkirakan
perubahan pada penyakit ini adalah thrombosis intravaskular

PURPURA DENGAN INFLAMASI


Vaskulitis leukositoklastik (purpura anafilaksis)/ Henoch
Schonlein Purpura
Disebut juga purpura alergik. Kelainan ini diakibatkan
karena reaksi antigen antibody di dekat endotel pembuluh
darah yang mengakibatkan perubahan permeabilitas pada
dindingnya dan dilatasi pembuluh darah. Sindrom ini
merupakan vaskulitis termediasi IgA pada pembuluh darah
kecil yang ditandai oleh adanya purpura
nontrombositopenik, nyeri abdomen, arthritis dan nefritis.
Klinis didapatkan adanya purpura yang dapat diraba,
eritema, edema, urtikaria, dan bula. Tempat predileksi
adalah tempat yang berhubungan dengan tekanan
hidrostatik Lesi tersebut tersebar secara gravitasi dan
bergantung tekanan.

PURPURA DENGAN INFLAMASI


Krioglobulinemia campuran (vaskulitis neutrofilik)
Krioglobulin adalah immunoglobulin yang mengendap
pada suhu dingin dan mencair lagi pada suhu panas.
Ada dua jenis, yaitu krioglobulinemia monoclonal dan
campuran (multikomponen).
Krioglobulinemia campuran merupakan
imunokompleks IgG dan IgM, dapat ditemukan pada
lupus eritematosus sistemik dan arthritis rheumatoid,
infeksi hepatitis B, dan vaskulitis leukositoklastik.
Secara klinis dijumpai adanya purpura yang dapat
diraba, atralgia dan glomerulonefritis.

PURPURA DENGAN INFLAMASI


Pitiriasis likenoides et varioliformis akuta (PLEVA)
Keadaan akut ini sering dikenal sebagai penyakit
Mucha Haberman, klinis terdapat erupsi kulit yang luas
terutama di badan ditandai degan papul-papul yang
berkembang menjadi papulonekrotik disertai
perdarahan dan meninggalkan bekas sikatriks ringan.
Gambaran histopatologik terdapat infiltrate
perivaskular terutama degnan serbukan sel
mononuclear meluas sampai ke papilla dan epidermis,
terdapat pula parakeratosis dan akantosis, serta sel-sel
Malphigi mengalami degenerasi.

PURPURA DENGAN INFLAMASI


Purpura pigmentosa kronik (vaskulitis limfositik)
Menurut Lever, ada 4 penyakit yang termasuk didalamnya
yaitu:
purpura anularis telangiektoides
kelainan ini mengenai usia dewasa muda, tetapi juga dapat
pada semua golongan, tetapi juga dapat pada semua
golongan umur, tidak terdapat perbedaan jenis kelamin.
Lesi ini dimulai dengan makula eritematosa karena dilatasi
kapiler pada seluruh tubuh. Mackee menyatakan ada tiga
fase penyakit yaitu fase telangietaksis, perdarahan serta
pigmentasi dan atrofi. Fase telangietaksis diikuti timbulnya
titik merah hitam di tepi lesi. Lesi secara perlahan-lahan
meluas berukuran 1-2cm.

PURPURA DENGAN INFLAMASI


dermatosis pigmentosa progresif
kelainan ini berupa dermatosis yang kronik
dimulai dengan lesi merah kecoklatan disebabkan
adanya endapan hemosiderin, di kulit tampak
bercak bercak merah disebut cayenne pepper,
terutama pada anggota badan bagian bawah.
Pada umumnya lesi timbul tanpa disertai rasa
gatal. Kelainan ini menetap selama bertahuntahun meninggalkan bercak hiperpigmentasi.

PURPURA DENGAN INFLAMASI


dermatosis purpura pigmentosa
Lebih dikenal dengan sindrom Gougerot Blum.
Biasanya timbul pada usia sekitar 40-60 tahun.
Lokalisasi dimana saja tetapi tersering di
tungkai berbentuk papul likenoid yang bersatu
membentuk plakat, lesi dapat simetris dan
menetap, dan mempunyai warna yang
bermacam-macam. Seringkali penyakit ini
dihubungkan dengan liken aureus.

PURPURA DENGAN INFLAMASI


purpura ekzematoid
keadaan ini terdapat pada ekstrimitas bagian
bawah, biasanya gatal, ditandai adanya
papulm skuama dan likenifikasi. Purpura
ekzematoid pigmentosa purpura di ekstrimitas
bawah, dan itching purpura sulit dibedakan
dengan Schamberg. Oleh karena itu
keempatnya secara klinis lebih baik disebut
sebagai purpura pigmentosa kronik.

PURPURA DENGAN INFLAMASI


Purpura infeksiosa
Lebih sering terjadi kerusakan vascular baik
langsung maupun melalui reaksi alergi. Terdapat
kelainan laboratorium, yaitu trombositopenia.
Infeksi tersering adalah oleh meningokokok, yang
mengakibatkan terjadinya sepsis, endokarditis
bacterial, infeksi virus, misalnya morbilli dan lainlain.
Purpura dapat timbul sebagai gejala prodormal.

PURPURA DENGAN INFLAMASI


Purpura akibat alergi obat
Berbagai obat dapat menimbulkan purpura, contohnya:
obat yang menekan sumsum tulang misalnya benzol
dan nitrogen mustard
obat yang merusak sumsum tulang misalnya
kloramfenikol
obat yang merusak/meinumbulkan trombositopenia
misalnya kina dan sedermid
obat-obat lain yang juga dapat menyebabkan purpura
antara lain fenobarbital, yodida, streptomisin, salisilat,
tolbutamid, klorpropamid, dan antimetabolik

DIAGNOSA
Purpura harus dibedakan dengan eritema.
Purpura terjadi akibat ekstravasasi eritrosit dari
pembuluh darah ke dermis sehingga penekanan
tidak menyebabkan pudarnya warna lesi,
sedangkan eritema terjadi akibat proses
inflamasi, kemerahan timbul akibat vasodilatasi
lokal yang hilang pada penekanan dengan jari
atau diaskopi.
Kombinasi perdarahan dan inflamasi dapat
menyebabkan purpura yang memudar sebagian.

DIAGNOSA
Manifestasi purpura dapat berupa petekie,
purpura,makula , ekimosis, kontusio, dll.
Lesi purpura biasanya merah, biru atau keunguan,
dapat pula kuning dan kehijauan akibat proses
degradasi hemoglobin sehingga warna menentukan
patofisiologi purpura.
Purpura yang merah disebabkan oleh saturasi
hemoglobin dengan aliran darah dan perfusi yang
cukup pada kulit. Warna merah terang menunjukkan
perdarahan superficial.
Warna biru menunjukkan hambatan aliran darah dan
serig terlihat pada lesi perdaraha dan sianosis.

ALUR DIAGNOSA

Pemeriksaan Laboratorium untuk


diagnostik

Waktu perdarahan
fragilitas kapiler
waktu pembekuan
waktu retraksi bekuan
jumlah trombosit
Prothrombin time (PT)
Activated partial thromboplastin time (aPTT )
waktu rekalsifikasi
waktu fibrinogen dalam plasma
tes fibrinolisin
tes antikoagulan

PENGOBATAN
Purpura merupakan salah satu gejala klinis yang
penyebabnya sangat kompleks sehingga setiap kasus
perlu mendapat pemeriksaan yang teliti.
Pemberian obat harus secara berhati-hati karena obatobat pun dapat menimbulkan purpura. Kelainan
vascular sekunder dapat pula terjadi akibat trauma
mekanis, infeksi, penyakit sistemik dan metabolic,
toksik dan karsinoma. Dengan demikian hal-hal
tersebut perlu mendapatkan perhatian.
Beberapa obat telah disebutkan pada kelainan diatas,
penggunaan vitamin C, K, transamin, atau anaroksil
masih dianjurkan. Pada keadaan tertentu diperlukan
tranfusi dan spelektomi.

26

You might also like