You are on page 1of 2

Kelebihan dan Kekurangan Bioreaktor Tubular

Bioreaktor tubular, baik yang vertikal maupun horizontal, memiliki beberapa


kelebihan jika dibandingkan dengan bioreaktor berpengaduk. Bioreaktor tubular biasanya
memiliki konstruksi yang lebih sederhana dan dapat diaplikasikan untuk konfigurasi dalam
yang berbeda sesuai dengan standar matrial untuk industri. Untuk pembuatan bioreaktor
tubular sendiri dan untuk pembuatan skala pabriknya sendiri sangat penting untuk
mengetahui parameter-parameter pembuatannya seperti jumlah impeller, jarak antara
impeller, jumlah baling-baling dari impeller, tipe dan ukuran dari tenaga yang digunakan.
Pencampuran didalam bioreaktor tubular lebih homogen bila dibandingkan bioreaktor
berpengaduk. Karena itu, bioreaktor tubular lebih mudah untuk menghindari dead zone hal
ini membuat proses skala pabrik lebih efisien. Dead zone sendiri adalah daerah yang tidak
teraduk oleh mixer atau pengaduk. Rasio volume dari bioreaktor tubular lebih tinggi
dibanding bioreaktor CSTR sehingga proses transfer massa dan transfer panasnya lebih
efisien. Hal ini sangat penting dalam sistem bioproses dengan substrat semi-solid atau solid,
reaksi yang membutuhkan cahaya maksimum, dan organisme yang sensitif terhadap tegangan
permukaan. Bioreaktor tubular juga unggul karena dapat digunakan untuk mempertahankan
produktivitas dan mengoptimalkan konversi selama proses kultivasi. Disisi lain bioreaktor
juga mudah di pertahankan proses reaksinya karena elemen-elemen standarnya banyak
digunakan dalam industri bioproses, seperti pipa, pompa dan fitting standar.
Meskipun bioreaktor tubular memiliki potensi yang baik untuk digunakan dalam
bioteknologi, bioreaktor ini juga memiliki beberapa kelemahan jika dibandingkan dengan
bioreaktor berpenganduk. Bioreaktor tubular sangat cocok untuk sistem operasi continue,
sedangkan dalam industri bioproses biasanya sistem operasi yang digunakan adalah sistem
batch. Kekurangan lainnya adalah bioreaktor tubular biasanya mengalirkan kadar oksigen
yang sangat rendah, hal ini membuatnya tidak cocok untuk kondisi operasi bioproses yang
biasanya memerlukan suplay oksigen tinggi (contoh : biomassa dan produksi asam asetat).
Dalam bioreaktor tubular biasanya terbentuk biofilm mikrobial dalam permukaan bioreaktor
hal ini dapat menghambat laju transfer massa yang terjadi didalamnya, jika terjadi terlalu
lama dan biofilmnya semakin tebal maka dapat menggangu kelangsungan hidup sel. Tapi
permasalahan ini dapat diatasi dengan mengkontrol ketebalan biofilm dengan menggunakan
alat pengikis atau abrasi dari friksi. Dari sisi lain, biofilm yang tebal dapat menjadi
keuntungan. Hal ini dikarenakan konsentrasi substrat yang paling baik dimana kecepatan
biokonversinya dalam kondisi optimal. Keuntungan lainnya yang dihasilkan dari biofilm ini
adalah kultur mikroba gabungan. Dimana spesies berbeda justru dapat tumbuh dengan baik
didalam biofilm. Contohnya adalah proses pengolahan limbah air dimana nitrifikasi tumbuh
baik dekat permukaan dan denitrifikasi tumbuh dengan baik didalam biofilm. Hal ini sangat
menguntungkan dalam proses denitirifikasi dan nitrifikasi berkelanjutan. Kekurangan lainnya
pertumbuhan biofilm ini tidak menguntungkan untuk reaksi yang membutuhkan banyak
cahaya karena lapisan biofilm ini dapat menghalangi cahaya masuk kedalam reaktor.
Kelebihan dan kekurangan bioreaktor tubular dapat dibuat dalam bentuk tabel seperti
dibawah ini :

Kelebihan
Konstruksi/pembuatannya mudah
Rasio volume luas (Permukaannya luas)
Konfigurasinya fleksibel
Sangat cocok untuk sistem continue
Pencampuran lebih homogen
Transfer massa & transfer panas lebih efisien

Kekurangan
Kapasitas suplay oksigennya sedikit
Tidak cocok untuk sistem batch
Mudah terbentuk biofilm

Referensi
dari jurnal yang gue upload di FB ros, gue bingung nulis dafpus kalo dari jurnal gimana ._.

You might also like