Professional Documents
Culture Documents
Micromonospora.
Dari segi kimia senyawanya merupakan gula amino dengan ikatan glikosidik yang larut dalam air
Garam sulfat dan HCl nya berupa kristal.
Yang termasuk antibiotika golongan aminoglikosida
Sreptomisin dari Streptomyces griseus th 1943
Neomisin Streptomyces fradiae
1949
Framisetin Streptomyces lavandulae 1953
Kanamisin Streptomyces kanamyceticus 1957
Paromomisin Streptomyces rimosus 1959
Gentamisin Micromonospora purpurea 1963
Tobramisin Streptomyces tenebrarius 1968
Amikasin Asilasi kanamisin A 1972
Karakteristik aminoglikosida
1. Tidak satupun aminoglikosida diabsorpsi secara memadai pada pemberian oral.
2. Mekanisme kerjanya identik satu sama lain
3. Spektrum aktivitas terutama terhadap bakteri gram neg
4. Toksisitas utama adalah ototoksis pada saraf otak ke 8 dan nefrotoksik.
5. Resistensi terhadap aminoglikosida dapat terjadi melalui 3 mekanisme yaitu:
a. Mutasi protein pada ribosom bakteri
b. Kegagalan penetrasi aminoglikosida
c. Inaktivasi aminoglikosida oleh enzim bakteri.
Spektrum kerja aminoglikosida
Secara in vitro senyawa aminoglikosida aktif terhadap bakteri gram neg aerob.
Diantara bakteri Gram positif hanya Staphylococcus yang dapat diinhibisi oleh aminoglikosida.
Tidak aktif terhadap bakteri anaerob seperti Clostridia, Rickettsia, jamur dan virus.
MEKANISME KERJA AMINOGLIKOSIDA
- Aminoglikosida berdaya kerja bakterisida.
- Aminoglikosida terikat pada sub unit 30 S dari ribosom maka sub unit 70 S nya tidak terbentuk
sehingga terjadi inhibisi sintesis protein karena salah baca kode genetik
- Asam amino yang salah yang disambungkan pada rantai polipeptida sehingga terbentuk protein
yang berbeda.
Mekanisme lain yaitu merusak membran sel bakteri sehingga bakteri mati.
AMINOGLIKOSIDA PARENTERAL
Garam sulfatnya diberikan secara intra muscular karena absorpsinya baik sekali.
Kadar puncak dalam plasma dicapai setelah 2 jam.
Streptomisin seluruhnya masuk ke dalam plasma,hanya sedikit yang masuk ke eritrosit maupun
makrofag, sukar masuk ke dalam sel.
Penetrasi pada sekret dan jaringan rendah.
Penetrasi pada saluran nafas buruk.
Ekskresinya melalui ginjal terutama dengan filtrasi glomerulus.
Gangguan fungsi ginjal menghambat ekskresi, mempercepat efek nefrotoksik.
Pada bayi neonatus atau prematur, usia lanjut juga cepat menimbulkan nefrotoksik.
Pada gangguan fungsi ginjal waktu paruh cepat meningkat dari 2-3 jam menjadi 50-100 jam.
AMINOGLIKOSIDA NON SISTEMIK
Neomisin, paromomisin dan framisetin tidak digunakan secara parenteral karena terlalu toksik.
Neomisin yang diberikan 10 g secara oral selama 3 hari tidak mencapai kadar toksik dalam darah..
Pada insufisiensi ginjal kadar neomisin dalam darah cepat meningkat sehingga menimbulkan
nefrotoksik.
Dosis harus dikurangi atau diganti kanamisin yang aktivitasnya sama tetapi kurang toksik.
Neomisin pada anak-anak harus dibatasi, dosis 100 mg/kg BB .
Jangan lebih dari 3 minggu.
Neomisin yang tidak diabsorpsi dalam usus akan keluar bersama feses dalam keadaan utuh.
EFEK SAMPING AMINOGLIKOSIDA
Alergi
Potensinya untuk menimbulkan alergi rendah.
Kadang-kadang dapat terjadi reaksi kulit memerah, eosinofilia, demam, kelainan darah, dermatitis,
angioudem, stomatitis dan syok anafilaksis.
Reaksi iritasi:
Reaksi iritasi berupa rasa nyeri di tempat penyuntikan.
Suntikan diikuti radang dan peningkatan suhu 0,5-1,5 derajat C.
Misal: pada penyuntikan sreptomisin i.m.
EFEK TOKSIK
Reaksi toksik dapat terjadi pada SSP berupa
Efek Ototoksik (gangguan pendengaran dan keseimbangan)
Efek Nefrotoksik (gangguan pada ginjal)
Gejala lain pada SSP adalah gangguan pernafasan.
Kadar plasma yang menimbulkan efek toksik tidak jauh dari kadar yang dibutuhkan untuk efek
terapi.
Penyesuaian dosis dapat dilakukan dengan memperpanjang interval pemberian atau mengurangi
dosis, atau keduanya.
Efek Ototoksik:
Efek ototoksik terjadi pada saraf otak ke 8 (nervus auditorius) yang mengenai komponen vestibular
dan akustik.
Setiap aminoglikosida berpotensi menyebabkan dua efek toksik dalam derajat yang berbeda.
Streptomisin dan gentamisin lebih mempengaruhi vestibular.
Neomisin, kanamisin, amikasin dan dihidrostreptomisin lebih mempengaruhi akustik.
Tobramisin mempengaruhi akustik dan vestibular.
Gangguan vestibular:
Gejala:- sakit kepala
- pusing
- mual
- muntah
- gangguan keseimbangan
Pemulihan : 12-18 bulan ada yang menetap, dapat meluas ke ujung serabut saraf kohlea.
Dosis toksik: 2 g sehari selama 60-120 hari
Streptomisin 4-15%
Kanamisin 30%
Neomisin paling sering menimbulkan tuli saraf.
Neomisin topikal 5% juga dapat menimbulkan tuli saraf.
Efek nefrotoksik:
Gejala:
Obat A
Obat B
Gentamic
in
Neomycin
Gentamic
in
Pil KB
(Norgestrel
)
Mekanisme
Kerja Obat
A
Masuk
kedalam sel,
kemudian
terikat pada
ribosom 30S
dan
menghambat
sinteis
protein
Masuk
kedalam sel,
kemudian
terikat pada
ribosom 30S
Mekanisme
Kerja Obat B
Interaksi
Sifat
Masuk kedalam
sel, kemudian
terikat pada
ribosom 30S dan
menghambat
sinteis protein
Aditif
Meningkatkan
kekentalan
lender dileher
rahim
Aditif
Gentamic
in
Neomisin
(mycifrad
in,
neobiotic)
Gentamic
in
Gentamic
in
Gentamic
in
Gentamic
in
Sefalospori
n
Digoksin
(Lanoxin)
Estrogen
(Etinilestra
diol)
Vankomisi
n
Bifosfonat
(Alendrona
te)
Siklosporin
dan
menghambat
sinteis
protein
Masuk
kedalam sel,
kemudian
terikat pada
ribosom 30S
dan
menghambat
sinteis
protein
Masuk
kedalam sel,
kemudian
terikat pada
ribosom 30S
dan
menghambat
sinteis
protein
Masuk
kedalam sel,
kemudian
terikat pada
ribosom 30S
dan
menghambat
sinteis
protein
Masuk
kedalam sel,
kemudian
terikat pada
ribosom 30S
dan
menghambat
sinteis
protein
Masuk
kedalam sel,
kemudian
terikat pada
ribosom 30S
dan
menghambat
sinteis
protein
Masuk
kedalam sel,
kemudian
terikat pada
ribosom 30S
Menghambat
sintesis dinsing
sel mikroba
Nefrotoksik
Aditif
atau
Siner
gis
Menghambat
pompa Na-KATPase (pompa
natrium) di
membrane sel
otot jantung
Aditif
Menekan Follikel
Stimulating
Hormone (FSH),
menghalangi
maturasi follikel
dan ovarium
Adtif
Menghambat sinte
sa dinding sel
bakteri gram
positif dengan
membentuk
komplek D alanil
D alanin pada
bagian prekursor
peptida untuk
menghambat
reaksi
transglikosilase
pada sintesa
peptidoglikan.
Nefrotoksik meningkat
Aditif
Inhibisi resorpsi
tulang normal dan
abnormal
Meningkatkan resiko
hipokalsemia
Aditif
Limfosit T
dihambat.
Menghambat
produksi limpokin
dan pelepasan
Meningkatkan resiko
nefrotoksisitas
Aditif
atau
Siner
gis
10
11
12
13
Gentamic
in
Amikacin
Amikacin
Gentamic
in
Gentamic
in
dan
menghambat
sinteis
protein
Masuk
kedalam sel,
kemudian
terikat pada
ribosom 30S
dan
menghambat
sinteis
protein
termasuk
interleukin-2
Penghambatan
isoenzim COX-1
dan COX-2
NSAID dapat
menyebabkanakumulasiaminog
likosidadengan
mengurangi laju
filtrasiglomerulus.
Konsentrasi aminoglikosida
meningkat
Aditif
Enflurane
Masuk
kedalam sel,
kemudian
terikat pada
ribosom 30S
dan
menghambat
sinteis
protein
Memblok
penyampaian
impuls dengan
cara mencegah
kenaikan
permeabilitas
membran sel
terhadap ion-ion
natrium. Pada
waktu yang
bersamaan
ambang kepekaan
terhadap
rangsangan listrik
lambat laun
meningkat, yang
pada akhirnya
memblokir
penerusan impuls.
Nefrotoksisitas meningkat
Aditif
Penicilin
(Ampicillin
)
Masuk
kedalam sel,
kemudian
terikat pada
ribosom 30S
dan
menghambat
sinteis
protein
Menghambat
pembentukandind
ing sel bakteri
Penisilin dapatmenonaktifkana
minoglikosidatertentu
Aditif
Loop
Diuretik
(Furosemid
)
Masuk
kedalam sel,
kemudian
terikat pada
ribosom 30S
dan
menghambat
sinteis
protein
Menghambat
kotranspor
Na+/K+/Cl- dari
membran lumen
pada pars
ascenden ansa
henle, karena itu
reabsorpsi
Na+/K+/Clmenurun
Aditif
Methotrexa
te
Masuk
kedalam sel,
kemudian
terikat pada
ribosom 30S
dan
menghambat
sinteis
protein
Menginhibisi
sintesis DNA
Aksiantitumorigenicmetotreksa
t dapat meningkat
Aditif
NSAIDs
(Ibuprofen)
14
15
16
17
Gentamic
in
Amikacin
Polypeptid
a
Antibiotik
(Polimiksin
A)
Methoxyflu
rane
Amikacin
Vitamin A
Amikacin
Anticoagul
ants
(Warfarin)
18
Gentamic
in
19
Gentamic
in
Amfoterisi
nB
Cisplatin
Masuk
kedalam sel,
kemudian
terikat pada
ribosom 30S
dan
menghambat
sinteis
protein
Menginhibisi
sintesis dinding
sel
Meningkatkan
risikokelumpuhanpernapasan d
an disfungsi ginjal.
Aditif
Masuk
kedalam sel,
kemudian
terikat pada
ribosom 30S
dan
menghambat
sinteis
protein
Memblok
penyampaian
impuls dengan
cara mencegah
kenaikan
permeabilitas
membran sel
terhadap ion-ion
natrium. Pada
waktu yang
bersamaan
ambang kepekaan
terhadap
rangsangan listrik
lambat laun
meningkat, yang
pada akhirnya
memblokir
penerusan impuls.
Toksisitas ginjal
Aditif
Mempunyai
aktivitas biologi
all-trans retinol
Aditif
Mengaktifkan
Antitrombin III
untuk
menghambat
trombin dan Xa
Aditif
Berikatan kuan
dengan ergosterol
yang terdapat
pada membran sel
jamur, sehingga
menyebabkan
kebocoran dari
membran sel, dan
akhirnya lisis.
Nefrotoksisitas
Siner
gis
Bekerja sebagai
anti kanker
dengan cara
menempelkan diri
Nefrotoksisitas
Aditif
Masuk
kedalam sel,
kemudian
terikat pada
ribosom 30S
dan
menghambat
sinteis
protein
Masuk
kedalam sel,
kemudian
terikat pada
ribosom 30S
dan
menghambat
sinteis
protein
Masuk
kedalam sel,
kemudian
terikat pada
ribosom 30S
dan
menghambat
sinteis
protein
Masuk
kedalam sel,
kemudian
terikat pada
ribosom 30S
dan
menghambat
sinteis
protein
20
Gentamic
in
Magnesium
Sulfat
Masuk
kedalam sel,
kemudian
terikat pada
ribosom 30S
dan
menghambat
sinteis
protein
21
Aminogli
kosida
Makanan
pada DNA
(deoxyribonucleic
acid) sel kanker
dan mencegah
pertumbuhannya.
Menekan
pengeluaran
asetilkolin pada
motor endplate
Peningkatan neuromuscular
blokade
Aditif
Streptomisin
Diperoleh dari Streptomyces griseus oleh Walskman (1943) dan sampai sekarang penggunaannya
hampir terbatas hanya untuk tuberkulosa.
Toksisitasnya sangat besar karena dapat menyebabkan kerusakan pada saraf otak ke 8 yang melayani
organ keseimbangan dan pendengarna. Gejala awalnya adalah sakit kepala, vertigo, mual dan muntah.
Kerusakan bersifat reversible, artinya dapat pulih kembali kalau penggunaan obat diakhiri meski
kadang-kadang tidak seutuhnya.
Resistensinya sangat cepat sehingga dalam penggunaan harus dikombinasi dengan INH dan PAS Na
atau Rifampisin. Pemberian melalui parenteral karena tidak diserap oleh saluran cerna. Derivat
streptomisin, dehidrostreptomisin menyebabkan kerusakan organ pendengaran lebih cepat dari
streptomisin sehingga obat ini tidak digunakan lagi sekarang.
Untuk suntikan tersedia bentuk bubuk kering dalam vial yang mengandung 1 atau 5 g zat. Kadar
larutan tergantung dari cara pemberian yang direncanakan; dan cara penyuntikan tergantung dari jenis
dan lokasi infeksi.
Suntikan IiM merupakan cara yang paling sering diberikan. Dosis total sehari berkisar 1-2 g (15-25
mg/kg BB); 500 mg - 1 g disuntikkan setiap 12 jam. Untuk infeksi berat dosis harian dapat mencapai
2-4 g dibagi dalam 2-4 kali pemberian. Dosis untuk anak ialah 20-30 mg/kgBB sehari, dibagi untuk
dua kali penyuntikkan.
Neomisin
Diperoleh dari Streptomyces fradie oleh Walksman. Tersedia untuk penggunaan topical dan oral,
penggunaan secara parenteral tidak dibenarkan karena toksik. Antibiotic ini baik untuk usus sehingga
digunakan untuk sterilisasi usus sebelum operasi. Penggunaan lokal banyak dikombinasikan dengan
antibiotic lain, seperti Polimiksin B dan Basitrasin untuk menghindari terjadinya resistensi.
Neomisin tersedia untuk penggunan topikal dan oral, penggunaan parenteral tidak lagi dibenarkan
karena toksisitasnya.
Salep mata dan kulit mengandung 5 mg/g untuk digunakan 2-3 kali sehari. Untuk oral tersedia tablet
250 mg. Dosis oral neomisin dapat mencapai 4-8 g sehari, dalam dosis terbagi; misalnya yang
digunakan pada pengendalian koma hepatik atau pembersihan lumen usus.
Kanamisin
Diperoleh dari Streptomyces kanamyceticus oleh Umezawa pada tahun 1955. Persediaan dalam
bentuk larutan atau bubuk kering untuk injeksi, pemakaian oral hanya untuk infeksi usus atau
membersihkan usus untuk persiapan pembedahann. Berkhasiat bakteriostatik pada basil TB, bahkan
yang resisten terhadap Streptomisin sehingga menjadi obat pilihan kedua bagi penderita TBC. Selain
itu digunakan dalam pengobatan infeksi saluran kemih oleh pseudomonas (suntikan). Efek samping :
gangguan keseimbangan dan pendengaran, toksis terhadap ginjal.
Untuk sediaan tersedia larutan dan bubuk kering. Larutan dalam vial ekuivalen dengan basa
Kanamisin 500 mg/2 ml dan 1 g/3 ml untuk orang dewasa; serta 75 mg/2 ml untuk anak. Vial bubuk
kering berisi 1 g dan 0,5 g. Untuk pemberian oral tersedia bentuk kapsul/tablet 250 mg dan sirup 50
mg/ml.
Gentamisin
Diperoleh dari Mycromonospora purpurea. Berkhasiat terhadap infeksi oleh kuman gram negatiff
seperti Protus, Pseudomonas, Klebsiella, Enterobacter yang antara lain dapat menyebabkan
meningitis, osteomilitis pneumonia, infeksi luka bakar, infeksi saluran kencing dan THT. Oleh karena
itu sebaiknya penggunaan gentamisin secara topical khususnya di rumah sakit dibatasi agar tidak
terjadi resistensi pada kuman-kuman yang sensitive.
Efek samping
: gangguan keseimbangan dan pendengaran, toksis terhadap ginjal.
Sediaan
: dalam bentuk injeksi dan salep (topical)
Tersedia sebagai larutan steril dalam vial atau ampul 60mg/1,5 ml; 80 mg/2 ml; 120 mg/3 ml dan 280
mg/2 ml. Salep atau krim dalam kadar 0,1 and 0,3 % salep mata 0,3 %.
Sediaan parenteral ada di pasar tidak boleh digunakan untuk suntikan intratekal atau intraventrikular
(otak) karena mengandung zat pengawet.
Amikasin
Obat ini tersedia untuk suntikan IM dan IV dalam vial berisi 100; 250; 500; 1.000; da 2.000 mg. Dosis
total sehari umumnya tidak lebih dari 1,5 gram sehari. Penyesuaian dosis perlu dipertimbangkan pada
berbagai keadaan. Adanya gangguan faal ginjal memerlukan pengurangan dosis dan perpanjangan
interval waktu antara dosis, dengan berpedoman pada kadar efektif dalam darah yang berkisar antar 510 ug/ml sampai 20-25 ug/ml.
Tobramisin
Obat ini tersedia sebagai larutan 80 mg/2 ml untu suntikan IM. Untuk infus Tobramisin dilarutkan
dalam Dekstrose 5% atau larutan NaCl isotonis dan diberikan dalam 30-60 menit. Jangan diberikan
lebih dari 10 hari.
Netilmisin
Obat ini boleh diberikan IM atau IV, dan tersedia sebagai larutan 50 dan 100, 150 mg/2 ml. Dosisnya
ialah 4-6,5 mg/kg BB sehari yang dibagi dalam 2-3 dosis.
Untuk penggunaan intravena dosis tunggal diencerkan dalam 50 sampai 200 ml pelbagai larutan.