Professional Documents
Culture Documents
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkah-Nyalah kami dapat melakukan diskusi tutorial dengan lancar dan
menyusun laporan hasil diskusi tutorial ini dengan tepat waktunya.
Kami mengucapkan terima kasih secara khusus kepada dr. Muthia
Cenderadewi sebagai tutor atas bimbingan beliau pada kami dalam melaksanakan
diskusi ini. Kami juga mengucapkan terima kasih pada teman-teman yang ikut
berpartisipasi dan membantu kami dalam proses tutorial ini.
Kami juga ingin meminta maaf yang sebesar-besarnya atas kekurangankekurangan yang ada dalam laporan ini. Hal ini adalah semata-mata karena
kurangnya pengetahuan kami. Maka dari itu, kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun yang harus kami lakukan untuk dapat
menyusun laporan yang lebih baik lagi di kemudian hari.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar . 1
Daftar Isi .. 2
Skenario.
Mind Map. 4
BAB I : Pembahasan ....
BAB II : PENUTUP 44
Kesimpulan44
Daftar Pustaka..45
SKENARIO 1
Seorang anak laki-laki berusia 6 tahun datang ke poliklinik diantar ibunya dengan
keluhan batuk demam berulang. Aktivitas anak kurang dibanding teman
sebanyanya terutama makin nampak saat anak di TK. Pernah beberapa kali
periksa ke puskesmas dan ke dokter praktek dikatakan flek dan telah mendapat
pengobatan. Tapi keluhan tidak membaik. Berat badan anak lebih rendah
dibanding teman sebanyanya. Tidak ada riwayat biru. Riwayat kehamilan dan
persalinan normal. Pada pemeriksaan fisik jantung didapatkan murmur.
LEARNING OBJECTIVES
MIND MAP
BAB I
PEMBAHASAN
EMBRIOLOGI JANTUNG
a. Tubing
Keseluruhan perkembangan kardiovaskular (jantung, pembuluh darah,
dan sel-sel darah) berasal dari lapisan mesoderm yang diinduksi oleh lapisan
endoderm dan membentuk angioblast, sel-sel angioblast akan berproliferasi
membentuk angiokista yang terdapat di sisi lateral dan kemudian akan
membentuk pleksus pembuluh-pembuluh darah kecil berbentuk tapal kuda,
bagian sentralnya disebut dengan daerah kardiogenik dan daerah yang
berbentuk tapal kuda tadi akan membentuk tabung jatung.
Kedua tabung membentuk sebuah tabung jantung tunggal yang agak
bengkok yang yang terdiri atas suatu tabung endokardium di sebelah dalam
dan pelapis miokadium di sekelilingnya, pada minggu ke-4 sampai ke-7
jantung terbagi dalam suatu bangunan khas berkamar empat.
Pada fase tubing dapat terlihat bagian-bagian seperti atrium primitif,
komponen ventrikel outlet dan inlet, trunkus arteriosus yang akan menjadi
aorta dan arteri pulmonalis, vena vetilena, vena umbilikalis, vena kardinalis.
Hari 21
b. Looping
Tahapan ini merupakan proses looping antara atrium dengan komponen
inlet ventrikel, dan juga antara komponen inlet dengan outlet ventrikel. Sinus
venosus yang tertanam kuat pada septum transvrsum menjadi bagian ujung
tabung yang terfiksasi. Perkembangan yang bertahap menyebabkan atrium
primitif bergeser ke arah sinus venosus, sehingga terbentuk lengkungan antara
atrium dan segmen inlet ventrikel. Pada komponen outlet dan inlet ventrikel
terbentuk lengkungan dengan susut 180 derajat, sehingga trunkus berada di
depan dan kanalis atrioventrikularis. Proses looping ini biasanya terjadi ke
arah kanan, dan disebut sebagai dextro ventrikular looping
c. Septasi
Pembentukkan
sekat
dalam
jantung,
sebagian
disebabkan
oleh
kanalis atrioventrikularis
menyatu antara atas bantalan bagian bagian bawah yang saling berhadapan
menutup lubang dari kanalis atrioventrikularis kiri dan kanan. Jaringan
bantalan tersebut kemudian menjadi fibrosa dan membentuk katub mitral di
sebelah kiri dan katub trikuspidalis di sebelah kanan.
atrioventrikularis
terbentuk
dari
pengelupasan
lapisan
superfisial dari segmen inlet ventrikel, sedang katub arterial (semilunar) dari
outler-truncal junction. Pada awalnya kedua katub atrioventrikular ini terpisah
dari kedua katub arterial oleh lipatan ventrikulo-infundibular (inner heart
curvature). Pada saat pergeseran aorta ke arah ventrikel kiri, lipatan ini
menghilang dan katub aorta berdekatan dengan katub mitral (aortic-mitral
continuity). Sedangkan lipatan ventrikulo-infundibular antara katub pulmonal
dan trikuspid tetap ada, bahkan diperkuat oleh septum infundibular.
10
Prevalensi
Insidensinya
sukar
ditentukan
13
Dengan alat ini dapat dibuat diagnosis pasti. Defek ini paling baik
divisualisasikan dengan menggunakan pandangan subxifoid, karena tegak lurus
pada sekat atrium. Dengan menggunakan pemetaan aliran dopler berwarna dapat
dilihat aliran shunt yang melewati defek septum. Dengan ekokardiografi M-mode,
pada defek sekat atrium tipe sekundum sering tampak pembesaran ventrikel kanan
dan juga terlihat gerakan septum yang parardoks atau mendatar.
Kateterisasi
Kadang perlu dilakukan untuk melihat tekanan pada masing-masing ruangan
jantung, misalnya dalam menilai apakah sudah terjadi adanya Eisenmengers
complex atau belum.
MRI/ Magnetic Resonance Imaging
Alat ini mendeteksi anomali muara vena. Dapat digunakan pula untuk
mengukur besar defek dan memperkirakan besar aliran shunt.
Penatalaksanaan
Dalam tahun pertama atau kedua kehidupan ada beberapa manfaat menunda
pantalaksanaan sampai dipastikan defek tidsak akan menutup secaara spontan.
Suatu penelitian tentang penutupan defek atrium dilakaukan pada bayi yang
diketahui menderita ASD umur 26 hari. Pada umur rata-rata 265 hari diketahui
bahwa sebanyak 87% defek telah menutup. Selain itu diketahui bahwa terjadinya
penutupan tergantung dengan besarnya defek. Defek <3mm 100% akan menutup
sendiri. Bila ukuran defek 3-5 mm, sebanyak 87% kasus akan menutup sendiri,
ukuran 5-8 mm sebanyak 80% kasus, >8mm tidak ada satupun yang menutup.
Dari 4 kasus yang ada.
Indikasi operasi adalah mencegah penyakit vaskuler pulmonal obstruktif .
operasi harus segera dilakukan bila terdapat :
1. Jantung yang sangat membesar
2. Dyspneu deffort yang berat
15
16
Gambaran foto toraks pada VSD kecil normal, sedangkan pada defek besar
terjadi kardiomegali dan peningkatan vaskularisasi paru. Pemeriksaan EKG pada
VSD kecil juga normal, sedangkan pada VSD besar didapatkan hipertrofi
ventrikel kiri.
Terapi
Terapi ditujukan agar anak bisa tumbuh dengan baik, mencegah penyakit
vaskular paru, dan mencegah disfungsi ventrikel kiri serta endokarditis.
Keputusan penutupan defek dipertimbangkan pada usia 1-4 tahun.
Patofisiologi
Otot polos duktus arteriosus biasanya mengalami konstriksi setelah lahir
karena peningkatan mendadak tekanan oksigen dalam arteri dan penurunan kadar
prostaglandin. Penutupan secara fungsional terjadi pada 10-15 jam setelah lahir.
Pada sekitar 2-3 minggu akan terjadi penutupan permanen, karena adanya fibrosis
dan proliferasi tunika intima. Kegagalan penutupan duktus menyebabkan pirau
dar kiri ke kanan. Akibatnya terjadi volume overload pada sirkulasi pulmonal,
atrium kiri dan ventrikel kiri. Hal ini bisa menyebabkan terjadinya dilatasi
ventrikel kiri dan gagal jantung kiri.
Hemodinamika
Segera setelah bayi lahir, tali pusat dipotong dan mulai bernafas, paru-paru
berkembang, tahanan pembuluh darah paru berkurang, tekanan di aorta lebih
besar daripada di arteria pulmonalis, timbul pirau dari kiri ke kanan (dari aorta ke
17
Manifestasi Klinis
getaran
sternum. Terdapat
bising
kontinu
(continous
murmur,
machinery
murmur) yang khas
untuk
duktus
arteriosus
persisten di daerah
subklavia kiri.
18
PDA sedang. Gejala biasanya timbul pada usia 2-5 bulan tetapi tidak berat.
Pasien rnengalami kesulitan makan, sering menderita infeksi saluran
napas, namun biasanya berat badan masih dalam batas normal. Frekuensi
napas sedikit lebih cepat dibanding dengan anak normal. Dijumpai pulsus
seler dan tekanan nadi tebih dari 40 mmHg. Terdapat getaran bising di
daerah sela iga I-II para sternal kiri dan bising kontinu di sela iga II-III
garis parasternal kiri yang menjalar ke daerah sekitarnya. Juga sering
ditemukan bising middiastolik dini.
Gejala Klinis
Gejala klinis PDA ditentukan oleh 2 faktor :
- Diameter duktus arteriosus
- Tahanan pembuluh darah paru
Gejala klinis pada PDA :
- Tidak biru
19
EKG : hipertrofi ventrikel kiri. PDA kecil tidak ada perubahan EKG
Kateterisasi :
'step-up oxygen' di tingkat arteria pulmonalis.
kateter bisa masuk dari arteria pulmonalis ke aorta desendens (distal
dari arteria subklavia)
Angiokardiografi
(Aortogram)
bayangan
radioopaque
yang
tanda
gagal
jantung
takipnu,takikardi,kardiomegali,hepatomegali
3) Ekokardiografi : terdapat PDA, LA/Ao rasio > 1,2
Obat yang dipakai : Indomethasin 0,2 mg/kg/dosis p.o atau i.v. 1x sehari
selama
hari
berturut-turut.
Indomethasin
adalah
inhibitor
Komplikasi
Payah jantung
Prognosis
Baik
21
Etiologi
Beberapa teori menyebutkan bahwa penyebab koarktasio aorta, antara lain
teori kontriksi duktus arteriosus pascanatal dan hipertensi atrium kiri yang diikuti
hipertensi pulmonal. Hipertensi pulmonal menambah beban kerja ventrikel kanan
yang sudah berat dan jatuh dalam keadaan gagal jantung kongestif.
22
Pada anak yang koaktasio aorta yang tidak berat, beban pasca ventrikel kiri
meningkat sehingga terjadi hipertrofi ventrikel kiri. Kejadian ini akan
dikompensasi dengan pembentukan pembuluh darah kolateral untuk menyuplai
darah ke tubuh bagian bawah. Anak tampak asimtomatik sampai terjadi hipertensi
atau munculnya kejadian komplikasi lain.
Bila terjadi gagal jantung kongestif, tubuh akan mengalami perubahan
neurohumoral. Sistem saraf simpatis akan terpacu sehingga frekuensi denyut
jantung dan tekanan darah meningkat. Sistem rennin angiotensin teraktivasi, bila
tekanan darah bagian bawah dan perfusi ginjal berkurang, menimbulkan
vasokontriksi dan pelepasan aldosteron.
Manifestasi klinik
Gejala telah nampak ketika neonatus mengalami koarktasio sangat berat,
dimana gejala timbul mendadak seperti sesak napas, hepatomegali, dengan nadi
kecil, oliguria atau anuria, kemudian meninggal.
Tanda klasik koarktasio aorta adalah nadi brakialis teraba normal atau kuat,
sedangkan nadi femoralis serta dorsalis pedis tidak teraba atau teraba kecil. Perlu
diperhatikan bahwa pemeriksaaan tekanan darah harus dikeempat ekstremitas.
Pada auskultasi bunyi jantung I dan II pada umumnya normal, dan dapat
ditemukan bising sistolik halus di daerah pulmonal dan di punggung.
Koarktasio aorta pada anak besar seringkali asimtomatik meskipun derajat
obstruksinya sedang, bahkan berat. Sebagian pasien yang lebih besar mengeluh
sakit kepala, nyeri di tungkai dan kaki, atau terjadi epistaksis. Nadi femoralis
sangat lemah sementara nadi brakialis normal. Pada koarktasio berat, setelah
berumur 4 tahun biasanya diraba kolateral di daerah subskapula dan di daerah
interkostal.
Pada auskultasi jantung tanpa kelainan lain biasanya terdapat bising lunak di
daerah subskapula. Apabila ada defek septum ventrikel maka bising defek mudah
dikenali, tetapi bila ada stenosis aorta maka bising atau klik tidak begitu jelas.
23
Diagnosis
Radiologi
Pada foto toraks neonatus dengan koarktasio ditemukan kardiomegali dengan atau
tanpa kongesti paru. Pada anak besar radiologi menunjukkan gambaran hipertrofi
ventrikel kiri. Rib notching tampak pada anak besar akibat adanya kolateral arteria
interkostalis. Lihat gambar di bawah ini. Pada barium meal tampak gambaran
angka 3 terbalik pada esofagus, yang disebabkan oleh penekanan dilatasi
pascakoarktasio pada esofagus.
EKG
24
Pada infan, koarktasio terjadi karena hipoplasi arkus aorta IV kiri sehingga
beban ventrikel kanan meningkat
Ekokardiografi
Ekokardiografi
pada
pandangan
suprasternal
dapat
memperlihatkan
koarktasio aorta, namun hal ini kadang sulit dilakukan pada anak besar. Pada
neonatus diagnosis dengan ekokardiografi lebih mudah dilakukan. Dikatakan
bahwa pemastian terdapatnya koarktasio aorta merupakan salah satu pemeriksaan
ekokardiografi yang paling sulit. Pemeriksaan Doppler dari lekuk suprasternal
secara berurutan dari aorta asendens, arkus aorta, aorta desendens, dan daerah
koarktasio menunjukkan gambaran yang cukup karakteristik.
Katerisasi jantung
Katerisasi jantung diperlukan pada sebagian besar kasus koarktasio, karena
hasil pemeriksaan ekokardiografi sering dianggap kurang meyakinkan. Pada
25
Diuretik :
-
menurunkan preload
furosemix/lasix
dosis inisial 1-2 mg/kg/dosis tiap 6-8 jam atau 0,5 mg/kg/jam mll IV
atau IM diikuti secara oral 1-4 mg/kg dosis tunggal di pagi hari
Digitalis
-
digoksin/lanitop
Patch aortoplasty
TETRALOGI OF FALLOT
Epidemiologi
26
Patofisiologi
27
Manifestasi Klinis
Anak dengan TOF umumnya akan mengalami keluhan :
29
Sianosis/
kebiruan:
sianosis
akan
muncul
saat
anak
beraktivitas,
30
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium rutin penting pada setiap penyakit jantung bawaan
sianotik untuk menilai perkembangan penyakit. Hemoglobin dan hematokrit
merupakan indikator yang cukup baik untuk derajat hipoksemia. Peningkatan
hemoglobin dan hematokrit ini merupakan mekanisme kompensasi akibat saturasi
oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan antara 16-18
g/dl, sedangkan hematokrit 50-65%. Bila kadar hemoglobin dan hematokrit
melampaui batas tersebut timbul bahaya terjadinya kelainan trombo emboli,
sebaliknya bila kurang dari batas bawah tersebut berarti terjadi anemia relatif
yang harus diobati
1. Gambaran radiologis
Cardio thoracic ratio pasien tetralogi fallot biasanya normal atau sedikit
membesar. Akibat terjadinya pembesaran ventrikel kanan dengan konus
pulmonalis yang hilang, maka tampak apeks jantung terangkat sehingga tampak
seperti sepatu kayu (coer en sabot). Pada 25% kasus arkus aorta terletak di kanan
yang seharusnya di kiri, dapat berakibat terjadinya suatu tarik bayangan
trakeobronkial berisi udara di sebelah kiri, yang terdapat pada pandangan anteroposterior atau dapat dipastikan oleh pergeseran esofagus yang berisi barium ke
kiri. Corakan vaskular paru berkurang dan lapangan paru relatif bersih, mungkin
disebabkan oleh aliran darah paru yang berkurang dan merupakan suatu tanda
diagnostik yang penting. Bila terdapat kolateral yang banyak mungkin corakan
vaskular paru tampak normal, atau bahkan bertambah. Pada proyeksi lateral,
ruangan depan yang bersih atau kosong dapat atau tidak dipenuhi oleh ventrikel
kanan yang hipertrofi.
31
2. Elektrokardiogram
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula
hipertrofi ventrikel kanan. Pada anak besar sering dijumpai P pulmonal.
3. Ekokardiogram
Ekokardiografi dapat memperlihatkan setiap kelainan pada tetralogi fallot.
Pelebaran dan posisi aorta berupa diskontinuitas septum ventrikel dan dinding
depan aorta serta pelebaran ventrikel kanan mudah dilihat. Kelainan katup
pulmonal seringkali sulit dinilai, demikian pula penentuan perbedaan tekanan
antara ventrikel kanan dan a.pulmonalis tidak selalu mudah dilakukan.
4. Kateterisasi jantung
Kateterisasi jantung dan angiokardiografi merupakan metode pemeriksaan
utama
untuk
menerangkan
abnormalitas
anatomis
tersebut
dan
untuk
darah rata rata dalam arteri pulmonal biasanya sebesar 5-10 mmHg, tekanan darah
di dalam atrium biasanya normal. Aorta mungkin dengan mudah dapat dimasuki
dari bilik kanan melalui cacar septum ventrikel tersebut. Tingkat kejenuhan
oksigen arteri tergantung atas pintasan dari kanan ke kiri; pada waktu istirahat
besarnya 75-85%. Contoh darah dari kedua pembuluh vena kava, atrium kanan,
ventrikel kanan dan arteri pulmonalis seringkali mengandung kadar oksigen yang
sama, sehingga memberikan indikasi mengenai tidak adanya pintasan dari kiri ke
kanan dapat diperlihatkan pada tingkat ventrikel. Angiografi dan atau kurva
pengenceran indikator dapat melokalisasikan tempat pintasan dari kanan ke kiri
atau yang berarah ganda pada tingkat ventrikel tersebut.
Penatalaksanaan
Tatalaksana penderita rawat inap
1. Mengatasi kegawatan yang ada.
2. Oksigenasi yang cukup.
3. Tindakan konservatif.
4. Tindakan bedah (rujukan) :
- Operasi paliatif : modified BT shunt sebelum dilakukan koreksi total:
dilakukan pada anak BB < 10 kg dengan keluhan yang jelas. (derajat III
dan IV)
- Koreksi total: untuk anak dengan BB > 10 kg : tutup VSD + reseksi
infundibulum.
5. Tatalaksana gagal jantung kalau ada.
6. Tatalaksana radang paru kalau ada.
7. Pemeliharaan kesehatan gigi dan THT, pencegahan endokarditis.
Tatalaksana rawat jalan
1. Derajat I :
- Medikamentosa : tidak perlu
- Operasi (rujukan ) perlu dimotivasi, operasi total dapat dikerjakan kalau
BB > 10 kg. Kalau sangat sianosis/ada komplikasi abses otak, perlu
dilakukan operasi paliatif.
33
kanan. Umumnya koreksi primer dilaksanakan pada usia kurang lebih 1 tahun
dengan perkiraan berat badan sudah mencapai sekurangnya 8 kg. Namun jika
syaratnya belum terpenuhi, dapat dilakukan tindakan paliatif, yaitu membuat
pirau antara arteri sistemik dengan dengan arteri pulmonalis, misalnya BlalockTausig shunt (pirau antara A. subclavia dengan cabang A. pulmonalis). Bila
usia anak belum mencapai 1 tahun atau berat badan.
Orang tua dari anak-anak yang menderita kelainan jantung bawaan bisa diajari
tentang cara-cara menghadapi gejala yang timbul:
- Menyusui atau menyuapi anak secara perlahan.
- Memberikan porsi makan yang lebih kecil tetapi lebih sering.
- Mengurangi kecemasan anak dengan tetap bersikap tenang.
- Menghentikan tangis anak dengan cara memenuhi kebutuhannya.
- Membaringkan anak dalam posisi miring dan kaki ditekuk ke dada selama
serangan sianosis.
Komplikasi
1. Trombosis cerebral
Terjadi pada vena cerebral atau sinus
dehidrasi
2. Anemia defisiensi Fe
Terapi dengan hidrasi adekuat dan suportif
3. Abses otak
Sakit kepala, nausea dan vomit
4. Endocarditis bacterial
Profilaksis antibiotik
Prognosis
Umumnya prognosis buruk tanpa operasi. Pasien tetralogi derajat sedang
dapat bertahan sampai umur 15 tahun dan hanya sebagian kecil yang hidup
sampai dekade ketiga.
TOTAL ANOMALOUS PULMONARY VENOUS DRAINAGE (TAPVD)
35
36
37
tidak
perlu
dilakukan
untuk
penyebab sianosis yang paling banyak pada neonatus. Penyebab dari transposisi
ini masih belum diketahui. Tapi secara embriologi, disebabkan ketika septum
aorticopulmonary gagal berputar, yang seharusnya terjadi peputaran pada septum
aortikopulmonal pada perkembangan fetus normal. Sehingga menyebabkan
pertumbuhan yang abnormal dari infundibulum subpulmonal dan subaorta selama
pemisahan trunkus arteriosus.
Patofisiologi
Pada TGA, darah yang kotor dari vena sistemik memasuki ventrikel kanan,
kemudian di pompa kembali ke sistemik melalui aorta yang berasal dari ventrikel
kanan, tanpa melewati paru-paru untuk membersihan (oksigenasi) darah.
Sebaliknya, darah yang teroksigenasi dari paru-paru masuk ke ventrikel kiri
kemudian dipompa kembali ke paru-paru, tanpa menghantarakan darah yang
sudah bersih itu ke sistemik.
Saat kehidupan fetus, masih terdapat pencampuran antara darah yang
teroksigenasi dengan yang tidak boleh karena adanya foramen ovale. Darah fetus
yang teroksigenasi berasal dari plasenta mengalir melalui vena umbilikal menuju
ke atrium kanan kemuan darah langsung mengalir ke atrium kiri melalui foramen
ovale. Kemudian, darah dari atrium kiri menuju ke ventrikel kiri dan dipompa ke
arteri pulmonal. Darah yang mengalir di arteri pulmonal juga mengalir ke aorta
melalui persambungan duktus arteriosus, aliran ini disebabkan oleh tekanan yang
tinggi di arteri pulmonal sehingga darah mengalir dari arteri pulmonal ke aorta.
Hal ini menyebabkan kebutuhan akan oksigen jaringan sekitar masih terpenuhi
oleh darah yang teroksigenasi.
Sesaat setelah kelahiran, secara fisiologis terjadi penutupan dari duktus
arteriosus dan foramen ovale. Sehingga tidak ada lagi percampuran darah. Darah
yang teroksigenasi tidak diedarkan ke sistemik sehingga tidak ada yang mensuplai
kebutuhan oksigen jaringan. Tapi, jika duktus arteriosus dan foramen ovale dibuat
agar tidak menutup (diberikan prostagladin atau operasi) masih ada percampuran
39
darah yang teroksigenasi dengan yang tidak, sehingga kebutuhan jaringan akan
oksigen masih terpenuhi terutama pada otak dan organ vital lainnya.
Gejala
Bayi dengan TGA tampak biru dengan intensitas yang berbeda-beda
tergantung dari banyaknya darah yang teroksigenasi. Biasanya sianosis tampak
pada hari pertama setelah kelahiran dan bertambah parah seiring dengan
penutupan duktus arteriosus dan foramen ovale.
Pemeriksaan Fisik
Jika di Palpasi pada sternum bagian bawah dirasakan degup kuat dari
ventrikel kanan, ini disebabkan oleh ventrikel kanan yang memompa darah ke
sistemik. Pada auskultasi didapat suara S2 yang lebih kuat. Ditemukan juga
adanya murmur yang menandakan adaya kelainan tambahan.
Diagnostik Studi
Gambaran radiografi tampak normal, walaupun terdapat penyempitan pada
basis jantung karena orientasi dari aorta dan pulmonari arteri lebih ke anteriorposterior. EKG menunjukkan adanya hipertrofi ventrikel kanan, akibat dari
pemompaan kuat ke sistemik. Pemeriksaan ekokardiografi dapat menunjukkan
keabnormalan orientasi dari arteri-arteri besar tersebut.
Terapi
Dapat diberikan infus prostagladin untuk menjaga agar duktus arteriosus
tetap membuka serta membuat jalur interarterial dengan balon kateter agar tetap
ada pencampuran darah antara kedua sirkulasi tersebut sampai dapat dilakukannya
opreasi.
ANALISIS SKENARIO
40
Diabetes, bayi yang dilahirkan dari seorang ibu yang menderita diabetes
tidak terkontrol mempunyai risiko sekitar 3-5% untuk mengalami penyakit
jantung bawaan
mungkin disebabkan oleh penyakit jantung bawaan tipe asianotik yang didukung
oleh ketidakadaannya warna biru pada kulit pasien.
Pada murmur yang tidak melibatkan kelainan struktur jantung disebut
innocent murmur yang disebabkan adanya turbulensi aliran darah.
Berdasarkan hasil analisis di atas, kemungkinan pasien bisa saja normal ataupun
mengalami penyakit jantung bawaan tipe asianotik, namun perlu dilakukan
penegakan diagnosis yang tepat yaitu dengan anamnesis terarah, pemeriksaan
fisik yang sesuai dengan keluhan dan dilakukan pemeriksaan lanjutan yang sesuai.
Akan tetapi kemungkinan paling besar adalah pasien mengalami PJB tipe
asianotik, namun tetap harus dilakukan penegakan diagnosis yang terarah untuk
menentukan jenis PJB asianotik yang mana yang paling mendekati.
BAB II
PENUTUP
43
KESIMPULAN
Penyakit Jantung Bawaan adalah segala penyakit yang disebabkan oleh
terjadinya kekurangsempurnaan pada proses pematangan jantung saat dilahirkan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit tersebut antara lain genetik, lahir
premature, dan berbagai proses lingkungan seperti gizi, rokok, alcohol, dan lainlain. Setiap penyakit ini memiliki masing-masing patofisiologinya, yang
menimbulkan manifestasi klinis tersendiri. Cara-cara dalam mendiagnosis
penyakit tersebut diantaranya melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. Terapinya bervariasi, ada yang tidak memerlukan, sampai
harus dilakukan operasi dan untuk setiap jenis penyakit jantung bawaan memiliki
harapan kedepan yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
44
Aru W. Sudoyo dkk, 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV.
Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
Guyton, Arthur C, Hall, John E, 2007. Fisiologi Kedokteran, edisi 11. Jakarta:
EGC
Sadler, T.W., 1997. Embriologi Kedokteran Langman Edisi 7. Jakarta: EGC
Sastroasmoro, S & Mudiyono, B. 1994. Buku Ajar Kardiologi Anak. Jakarta:
Binarupa Aksara
Setianto, Budhi & Firdaus, Isman. 2011. Buku Saku Jantung Dasar. Bogor:
Ghalia Indonesia
45