You are on page 1of 4

Adil bagi Semua Golongan

Sejak diangkat menjadi gubernur Mesir oleh Khalifah Umar bin Khattab, Amr bin Ash
menempati sebuah istana megah yang di depannya terhampar sebidang tanah kosong
berawa-rawa, dan diatasnya hanya terdapat gubuk reyot yang hampir roboh. Selaku
gubernur, ia menginginkan agar di atas tanah tersebut, didirikan sebuah masjid yang indah
dan mewah agar seimbang dengan istananya.
#dijalan sekitar istana
Gubernur
: istriku, saya berpikir bagaiman kalau kita membangun sebuah mesjid di
lahan depan itu..
Istri gubernur : ya saya setuju wahai suamiku, menurut saya dengan mendirikan sebuah
masjid yang indah dan mewah, akan seimbang dengan istananya. Kamu tahu bahwa tanah
dan gubuk itu adalah milik seorang yahudi.
Gubernur : ya sayakan memanggil orang yahudi itu secepatnya
#di istana
Gubernur : pengawal !
Pengawal : ya tunku, hamba siap menerima perintahmu
Gubernur : tolong panggilkan seorang yahudi yang menempati gubuk di lahan depan
Pengawal : baiklah tuanku
#dirumah nenek yahudi
Pengawal : wahai nenek, gubernur amr bin ash memanggil anda ke istana segera
Nenek : baiklah, terima kasih
#di istana, gubernur duduk bersama istri
Gubernur : Hei Yahudi, berapa harga jual tanah milikmu sekalian gubuknya? Aku hendak
membangun masjid di atasnya.
Nenek Yahudi : (menggelengkan kepalanya) Tidak akan saya jual, Tuan.
Gubernur : Kubayar tiga kali lipat dari harga biasa?
Yahudi : Tetap tidak akan saya jual .
Gubernur : Akan kubayar lima kali lipat dibanding harga yang umum!
Yahudi : Tidak

Prolog : Maka sepeninggal kakek beragama Yahudi itu, Amr bin Ash memutuskan melalui
surat untuk membongkar gubuk reyotnya dan mendirikan masjid besar di atas tanahnya
dengan alasan kepentingan bersama dan memperindah pemandangan mata. Yahudi pemilik
tanah dan gubuk tidak bisa berbuat apa-apa menghadapi tindakan penguasa. Ia Cuma
mampu menangis dalam hati. Namun ia tidak putus asa memperjuangkan haknya. Ia
bertekad hendak mengadukan perbuatan gubernur tersebut kepada atasannya di Madinah,
yaitu Khalifah Umar bin Khattab.
#di gerbang istana umar bin khattab
Prolog : Sungguh nenek yahudi tersebut tak menyangka, Khalifah yang namanya sangat
tersohor itu tidak mempunyai istana yang mewah.
Pengawal umar : ada keperluan apa nyonya datang kemari? (sopan)
Nenek : saya ingin menemui yang mulia amirul mukminin
Pengawal umar : baiklah harap duduk dan tunggu disini nyonya (berjalan mendekati umar,
bertanya kepada khalifah) (kembali ke tempat nenek yahudi)
Pengawal umar : silahkan ikuti saya
Prolog : Ia bahkan diterima Khalifah di halaman masjid Nabawi, di bawah sebatang pohon
kurma yang rindang.
Khalifah : Ada keperluan apa Tuan datang jauh-jauh kemari dari Mesir?
Prolog : Walaupun Yahudi tua itu gemetaran berdiri di depan Khalifah, tetapi kepala negara
yang bertubuh tegap itu menatapnya dengan pandangan sejuk sehingga dengan lancar ia
dapat menyampaikan keperluannya dari semenjak kerja kerasnya seumur hidup untuk
dapat membeli tanah dan gubuk kecil, sampai perampasan hak miliknya oleh gubernur Amr
bin Ash dan dibangunnya masjid megah diatas tanah miliknya.
Umar bin khattab : Perbuatan Amr bin Ash sudah keterlaluan. (Umar bin Khattab
mendadak merah padam mukanya)(meredakan emosinya)
Umar : ambillah sebatang tulang dari tempat sampah disitu.
Nenek : baiklah (bingung)
Prolog : Oleh sang Khalifah, tulang itu digoreti huruf alif lurus dari atas ke bawah, lalu
dipalang di tengah-tengahnya menggunakan ujung pedang. Kemudian tulang itu diserahkan
kepada si kakek seraya berpesan,
Khalifah : nyonya. Bawalah tulang ini baik-baik ke Mesir, dan berikanlah pada gubernurku
Amr bin Ash.
Prolog : Yahudi itu semakin bertanya-tanya. Ia datang jauh-jauh dari Mesir dengan tujuan
memohonkan keadilan kepada kepala negara, namun apa yang ia peroleh? Sebuah tulang
berbau busuk yang cuma digoret-goret dengan ujung pedang.

Nenek : Maaf, Tuan Khalifah. Saya datang kemari menuntut keadilan, namun bukan keadilan
yang Tuan berikan. Melainkan sepotong tulang yang tak berharga. Bukankah ini penghinaan
atas diri saya?
Khalifah : Hai, kakek Yahudi. Pada tulang busuk itulah terletak keadilan yang Tuan inginkan
(dengan tenang)
Prolog : Maka, walaupun sambil mendongkol dan mengomel sepanjang jalan, kakek Yahudi
itu lantas berangkat menuju tempat asalnya dengan berbekal sepotong tulang belikat unta
berbau busuk.
Nenek : tuan pengawal, saya ingin bertemu kepada gubernur.
Pengawal gubernur : ya, ikuti saya, akan saya tanya terlebih dahulu.
Nenek : baiklah
Pengawal gubernur : tuanku, nyonya yahudi ingin bertemu
Gubernur : persilahkan dia masuk
Pengawal gubernur : gubernur mempersilahkan nyonya masuk
Nenek : tuan, saya membawa keadilan dari umar bin khattab (sembari memberikan tulang )
Prolog : Anehnya, begitu tulang yang tak bernilai tersebut diterima oleh gubernur Amr bin
Ash, tak disangka mendadak tubuh Amr bin Ash menggigil dan wajahnya menyiratkan
ketakutan yang amat sangat.
Gubernur : robohkan masjid itu dan bangun kembali gubuk milik nenek yahudi ini saya
menyerahkan kembali hak atas tanah itu kepadamu lagi.
Nenek : terima kasih (keluar dengan bingung)
Prolog : Anak buah Amr bin Ash sudah berkumpul seluruhnya. Masjid yang telah memakan
dana besar itu hendak dihancurkan. Tiba-tiba kakek Yahudi mendatangi gubernur Amr bin
Ash dengan buru-buru.
Gubernur : Ada perlu apalagi, Tuan?(lembut dan penuh hormat).
Nenek : Maaf, Tuan. Jangan dibongkar dulu masjid itu. Izinkanlah saya menanyakan perkara
pelik yang mengusik rasa penasaran saya.
Gubernur : Perkara yang mana?
Nenek : Apa sebabnya Tuan begitu ketakutan dan menyuruh untuk merobohkan masjid
yang dibangun dengan biaya raksasa, hanya lantaran menerima sepotong tulang dari
Khalifah Umar?

Gubernur : Wahai Kakek Yahudi. ketahuilah, tulang itu adalah tulang biasa, malah baunya
busuk.
Nenek : Maksudnya? (heran)
Gubernur : Karena berisi perintah khalifah, tulang itu menjadi sangat berarti.
Ketahuilah, tulang nan busuk itu adalah peringatan bahwa berapa pun tingginya kekuasaan
seseorang, ia akan menjadi tulang yang busuk. Sedangkah huruf alif yang digores, itu artinya
kita harus adil baik ke atas maupun ke bawah. Lurus seperti huruf alif. adil di atas dan di
bawah. Dan bila saya tidak mampu menegakkan keadilan dan bertindak lurus, khalifah tidak
segan-segan memenggal kepala saya!.
Nenek : Sungguh agung ajaran agama Tuan. Sungguh, saya rela menyerahkan tanah dan
gubuk itu. Dan bimbinglah saya dalam memahami ajaran Islam!
Prolog : Yahudi itu menunduk terharu. Ia kagum atas sikap khalifah yang tegas dan sikap
gubernur yang patuh dengan atasannya hanya dengan menerima sepotong tulang. Benda
yang rendah itu berubah menjadi putusan hukum yang keramat dan ditaati di tangan para
penguasa yang beriman.

You might also like