You are on page 1of 29

TERAPI USIR (MUSIK DAN AROMATERAPI) SEBAGAI UPAYA

PENANGGULANGAN POST TRAUMATIC SYNDROM DISORDER


(PTSD) DI DAERAH BENCANA INDONESIA
Proposal Penelitian Multi Center

Disusun oleh :
Zahratul Khalifah

(20120310218) (UMY)

Yunita Dwi Setyawati

(20120310211) (UMY)

Annisa Fitriani

(20110310083) (UMY)

Manarul Ulfah

(20110310169) (UMY)

Shafaa Shafiyah

(20130310060) (UMY)

Badan Analisis dan Pengembangan Ilmiah Nasional-Ikatan Senat Mahasiswa


Kedokteran Indonesia (BAPIN-ISMKI)
2014

HALAMAN PENGESAHAN

ii

iii

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA


Temu Ilmiah Nasional 2014 Universitas Airlangga
Disaster, Disease, Distress
Judul Karya

: Terapi Usir (Musik dan Aromaterapi) sebagai Upaya

Penanggulangan Post Traumatic Syndrom Disorder (PTSD) di Daerah Bencana


Indonesia
Nama Peserta

:
1.
2.
3.
4.
5.

Nama
Nama
Nama
Nama
Nama

: Zahratul Khalifah
: Yunita Dwi Setyawati
: Annisa Fitriani
: Manarul Ulfah
: Shafaa Shafiyah

Jurusan

: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Nama Institusi

: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Alamat Institusi

: Kampus Terpadu UMY


Jl. Lingkar Selatan Tamantirto, Bantul Yogyakarta 55183

Alamat Peserta
: Kos Putri Gendis, Rukeman rt 03. Gatak Tamantirto
Kasihan Bantul, Yogyakarta.
No. HP Peserta

: 1. 085339533551
2. 085727668158

Kami yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa memang benar
Penelitian Multi Center dengan judul tersebut merupakan karya orisinil dan belum
pernah dipublikasikan dan/atau dilombakan diluar kegiatan Temu Ilmiah
Nasional 2014 Universitas Airlangga.Demikian pernyataan ini kami buat
dengan sebenarnya dan apabila terbukti terdapat pelanggaran di dalamnya maka
kami siap untuk didiskualifikasi dari kompetisi ini sebagai bentuk tanggung jawab
kami.
Yogyakarta, 21 Juli 2014

Zahratul Khalifah
iv

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT atas limpahan rahmat dan hadayahNYa sehingga
penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini dengan judul Terapi Usir
(Musik dan Aromaterapi) sebagai Upaya Penanggulangan Post Traumatic
Syndrom Disorder (PTSD) di Daerah Bencana Indonesiadalam rangka Lomba
Penelitian Multi Center Temu Ilmiah Nasional 2014.
Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Dokter Warih Andan P. Sp.KJ.,M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan berbagai bimbingan, arahan serta berbagai dukungan yang
berarti dalam pengerjaan proposal penelitian multi center ini,
2. Orang tua penulis. Terima kasih untuk semangat, dukungan, doa, cinta,
dan kasih saying yang tak pernah putus.
3. Teman-teman seperjuangan dan

kakak-kakak yang sudah membantu

melalui sumbangsih pikiran maupun bantuan moril secara langsung


maupun tidak langsung dalam penyelesaikan proposal penelitian multi
center ini.
4. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan secara satu per satu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa proposal penelitian multi
center ini masih jauh dari sempurna, mengingat keterbatasan, kemampuan,
dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu kritik maupun saran yang
membangun merupakan sesuatu yang kami harapkan dari berbagai pihak.
Semoga proposal penelitian ini membawa manfaat bagi kemajuan ilmu
pengetahuan.
Yogyakarta, 21 Juli 2014

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................................. i


HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................................... ii
............................................................................................................................................iv
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA .....................................................................iv
KATA PENGANTAR............................................................................................................... v
DAFTAR ISI...........................................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................................. viii
BAB I .................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 4
1.3 Manfaat ..................................................................................................................... 4
1.3.1 Manfaat Teoritik ................................................................................................ 4
1.3.2 Manfaat Aplikatif ............................................................................................... 4
1.4 Orisinalitas ................................................................................................................ 5
BAB II ................................................................................................................................... 7
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................ 7
2.1 Landasan Teori .......................................................................................................... 7
2.1.1 Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) .............................................................. 7
2.1.2 Aroma terapi lavender ..................................................................................... 10
2.1.3 Terapi Musik Klasik........................................................................................... 11
2.2 Kerangka Teori ........................................................................................................ 14
2.3 Kerangka Konsep..................................................................................................... 15
2.4 Hipotesis.................................................................................................................. 16
BAB III ................................................................................................................................ 17
METODE PENELITIAN ........................................................................................................ 17
3.1 Anggaran Biaya ....................................................................................................... 17
3.2 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan ................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 19

vi

LAMPIRAN ......................................................................................................................... 21

vii

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Bunga Lavender 19

viii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara dengan intensitas bencana yang cukup
tinggi. Bencana alam yang sering terjadi di Indonesia diantaranya seperti
gempa bumi (Sekitar 13% gunung berapi di dunia yang berada di
kepulauan indonesia berpotensi menimbulkan bencana alam dengan
intensitas dan kekuatan yang berbeda beda.), tsunami, letusan gunung
berapi, tanah longsor, banjir, angin puting beliung, dll [1].
Sejak Tahun 2002 hingga awal 2014, BNPB telah mencatat ada
sekitar 1093 bencana alam baik bencana Indonesia hidrometeorologi
maupun nonhidrometeorologi,

korban jiwa mencapai 190.375. secara

spesifik untuk musibah jenis hidrometeorologi bencana yang terjadi pda


2002 hingga awal 2014 itu secara rinci terdiri dari Banjir (4886 kali, 2678
jiwa tewas), Banjir yang disertai tanah longsor (373 kali, 1533 jiwa tewas),
kekeringan (1692 kali, 2 jiwa tewas), puting beliung (7726 kali, 257
tewas), tanah longsor (2.027 kali, 2849 tewas) [2] .
Untuk bencana nonhidrometeorologi, musibah yang terjadi adalah
aksi teror (28 kali, 324 tewas), gelombang pasang (234 kali, 73 tewas),
gempa bumi (145 kali, 8.396 tewas), gempa bumi dan tsunami (empat kali,
174.112 tewas), hama tanaman (empat kali), kebakaran hutan (179 kali, 10
tewas), kecelakaan industri (29 kali, 107 tewas), kecelakaan transportasi
(222 kali, 3.716 tewas), kejadian luar biasa (94 kali, 919 tewas), konflik
sosial (100 kali, 2.312 tewas), letusan gunung berap (153 kali, 405 tewas),
dan tsunami (satu kali, satu tewas) [2] .
Khusus untuk bulan Januari 2014, bencana hidrometeorologi yang
terjadi adalah banjir 95 kali (23 tewas), tanah longsor (39 kali (25 tewas),
puting beliung 36 kali (satu tewas), banjir yang diserta longsor empat kali
(21 tewas) dengan jumlah keseluruhannya adalah 174 bencana dengan 70
1

jiwa tewas. Sedangkan bencana nonhidrometeorologi yang terjadi adalah


kecelakaan transportasi empat kali (12 tewas), gelombang pasang dua
kali,letusan gunung berapi satu kali, dan genpa bumi satu kali dengan
jumlah keseluruhan yakni delapan bencana dengan korban tewas sebanyak
12 orang [2].
Bencana merupakan gejala/fenomena alam yang tidak bisa
diprediksi kapan dan dimana akan terjadi. Ketika bencana terjadi maka
akan berdampak sistematis terhadap segala lini kehidupan sosial. Tidak
hanya dalam tatanan infrastruktur, sistem sosial, serta tatanan ekonmi,
akan tetapi dampak psikologis juga akan menjadi bagian dari bencana
tersebut [3]. Dampak Psikologis biasanya disebabkan kehilangan anak,
istri, suami, saudara, atau tetangga yang sulit tergantikan. Dampak
psikologis akibat kejadian secara langsung dapat menyebabkan traumatis
[4].
Ciri utama peristiwa traumatis adalah adanya rasa ketakutan, tak
berdaya, atau horor dalam menanggapi ancaman cedera atau kematian. Orangorang yang terkena peristiwa tersebut berisiko PTSD yang disertai depresi berat,
gangguan panik, gangguan kecemasan umum, dan penyalahgunaan zat,
dibandingkan dengan mereka yang tidak mengalami trauma [5].
Kejadian traumatik yang dialami bila tidak dapat diatasi dengan baik
dapat menimbulkan suatu kumpulan gejala yang berkaitan dengan kecemasan,
kompleksitas gangguan kecemasan ini dikenal dengan gangguan stress pasca
trauma (Post Traumatic Stress Disorder /PTSD) [6].

Menurut Riset

Kesehatan

Dasar

(Roskesdas)

tahun

2007,

diperkirakan ada 19 juta penderita gangguan jiwa di Indonesia. Satu juta di


antaranya mengalami gangguan jiwa berat atau psikosis.Keterbatasan
fasilitas dan rendahnya kesadaran masyarakat mengakibatkan lebih dari 19
juta peduduk Indonesia penderita gangguan jiwa dan tidak mendapat akses
ke layanan kesehatan yang maksimal. Hal ini tentu saja telah merugikan
Indonesia sekitar Rp 20 triliun per tahunnya [7].
Penanganan terhadap post traumatic syndrome selama ini berupa
konsultasi dan memberikan motivasi untuk bangkit kembali serta terapi

farmakologi untuk menghilangkan gangguan yang terjadi pada korban.


Namun, Penanganan ini belum dapat dilakukan secara menyeluruh pada
masyarakat, hal ini dikarenakan belum banyaknya kesadaran masyarakat
untuk melakukan terapi gangguan jiwa tersebut kepada psikiatri yang ada
di daerah setempat dan ketidakdisiplinan masyarakat untuk mengkonsumsi
obat, maka diperlukanlah suatu penanganan yang dapat dilakukan oleh
korban bencana alam secara menyeluruh, disini penulis mengajukan
sebuah gagasan untuk penanganan PTSD dengan mengurangi kelemahan
kelamahan pda terapi yang sudah ada yaitu dengan terapi musik dan
aromaterapi serta kombinasi keduanya.
Aroma terapi merupakan terapi modalitas atau pengobatan
alternatif dengan menggunakan sari tumbuhan aromatik murni berupa
bahan cairan tanaman yang mudah menguap dan senyawa aromatik lain
dari tumbuhan. Aroma terapi dianjurkan untuk orang yang memiliki
masalah kecemasan, untuk menenangkan tubuh, pikiran dan saraf. Minyak
esensial akan masuk ke sirkulasi tubuh dan menuju organ sasaran untuk
memberikan reaksi [8]
Terapi musik juga akan digunakan dalam penanganan PTDS.
Musik bersifat terapeutik. Musik menghasilkan rangsangan ritmis yang
ditangkap organ pendengaran dan diolah di dalam sistem saraf tubuh dan
kelenjar pada otak yang mereorganisasi interpretasi bunyi ke dalam ritme
internal pendengar. Ritme internal ini mempengaruhi metabolisme tubuh
manusia sehingga prosesnya berlangsung dengan lebih baik.. Rodgers
menjelaskan bahwa musik yang bersifat terapeutik adalah musik yang
bersifat anxiolitik. Musik anxiolitik adalah tanpa lirik-lirik, nyanyian, dan
atau apa saja yang dapat memicu asosiasi-asosiasi atau kenangankenangan yang merugikan [9].
Rangsangan musik meningkatkan pelepasan endofrin dan ini
menurunkan

kebutuhan

akan

obat-obatan.

Pelepasantersebut

juga

memberikan suatu pengalihan perhatian dari rasa sakit dan dapat


mengurangi kecemasan [10]

Berdasarkan latar belakang diatas perlu dilakukan penelitian untuk


mengetahui pengaruh terapi musik dan aromaterapi terhadap orang PTSD
dengan mengangkat judul Terapi USIR (Musik dan Aromaterapi)
sebagai usaha penanggulangan Post Traumatic Syndrom Disorder di
Daerah Bencana Indonesia
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah pengaruh

terapi

musik

dan aromaterapi

terhadap

penanggulangan Post Traumatic syndrom disorder ?


1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Teoritik
a. Meningkatkan pengetahuan peniliti mengenai disester, distress,
disease terspesifikasi pada Post Traumatic Syndrom disorder dan
penanggulangannya
b. Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai mekanisme dan
upaya penanggulangan Post Traumatic Syndrom disorder yaitu
terkait dengan terapi musik dan aromaterapi.
c. Sebagai referensi bagi pemerintah dalam membuat kebijakan terkait
pelayanan kesehatan pasien Post Traumatic syndrom disorder
d. Sebagai masukan bagi pemerintah dalam memberantas gangguan
Jiwa di Indonesia.
1.3.2 Manfaat Aplikatif
a. Salah satu sarana untuk menjadi seven stars doctor
b. Mengamalkan tri dharma perguruan tinggi dalam melaksanakan
fungsi

perguruan

tinggi

sebagai

lembaga

penyelenggara

pendidikan, peneliti, dan pengabdian masyarakat


c. Berkontribusi dalam mengembangkan penelitian di perguruan
tinggi masing-masing
d. Meningkatkan kerjasama serta komunikasi antara mahasiswa dan
staf pengajar di perguruan tinggi masing-masing
e. Diharapakan

masyarakat

mampu

berpartisipasi

dalam

penanggulangan penyakit ini secara aktif.

f. Mendapatkan metode efektif dalam meningkatkan kualitas hidup


masyarakat pasca bencana di Indonesia

1.4 Orisinalitas
No Nama Peneliti

Tahun Metode

Judul

Perbedaan

2012

Cross

PENGARUH

Perbedaan

Sectional

TERAPI

SITI
FATIMAH

antara

MUSIK penelitian pada jurnal

RELIGI TERHADAP tsb dengan penelitian

ZUCHRA

TINGKAT

yang

KECEMASAN

lakukan

PASIEN

terletak pada target.

PREOPERASI

Jika pada penelitian

DIRUANG

akan

adalah

BEDAH tersebut yang menjadi

RSUP.DR.M.DJAMIL target
PADANG

kami

penelitian

TAHUN adalah pasien di ruang


bedah,

2012

sedangkan

penelitian yang akan


kami lakukan adalah
pasien pasca bencana
alam.
2

M.Dhonah

2005

Pengaruh Terapi Musik Perbedaaan penelitian

carlita lerik dan

Terhadap

johana endang

Diantara Mahasiswa.

prawitasari

Depresi tersebut

dengan

penelitian yang akan


kami lakukan adalah
pada target dan jenis
gangguan jiwa.
Jika

penelitian

tersebut

targetnya

adalah mahasiswa dan


jenis

gangguan

jiwanya

depresi.

Sedangkan

pada

penelitian yang akan


kami lakukan adalah
korban bencana alam
dan PTSD
NPM
Pande,
Agustini

Yantini IGAR
,PW

Kusuma Putra

Pengaruh Aroma Terapi


Lavender Terhadap
Kecemasan
Pada Pasien Skizofrenia
Di Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Bali

Perbedaan

antara

penelitian

tersebut

dengan
yang

penelitian
kami

lakukan

adalah jenis gangguan


jiwa

dan

lokasi

penelitian. Jika pada


penelitian
jenis

tersebut
gangguan

jiwanya

adalah

Skizofrenia dan hanya


dilakukan di provinsi
Bali.

Sedangkan

penelitian yang akan


kami

lakukan,

targetnya

adalah

PTSD dan dilakukan


di seluruh Indonesia.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)
Post traumatic stress disorder (PTSD) atau Gangguan Stres Pasca-trauma
merupakan suatu kondisi atau keadaan yang terjadisetelah seseorang mengalami
peristiwa traumatik atau kejadian buruk dalam hidupnya.PTSD dianggap sebagai
salah satu bagian dari gangguan kecemasan (anxiety disorder). Orang yang
mengalami PTSD merespon peristiwa traumatik yang dialami dengan ketakutan
dan keputusasaan, mereka akan terus mengenang peristiwa itu dan selalu mencoba
menghindari hal-hal yang dapat mengingatkan kembali akan peristiwa tersebut.
Stressor atau faktor primer yang menyebabkan timbulnya Post Traumatic Stress
Disorder (PTSD) dapat berupa bencana alam seperti banjir, gunung meletus,
tsunami dan lainnya, ada pula yang berasal dari ulah manusia misalnya perang,
kebakaran, kekerasan fisik ataupun kekerasan seksual [11].
Menurut PPDGJ III, Pedoman diagnostik gangguan stress paska-trauma
(F 43.1) adalah sebagai berikut:
a)

Diagnosis baru ditegakkan bilamana gangguan ini timbul

dalam kurun waktu 6 bulan setelah kejadian traumatik berat (masa laten
yang berkisar antara beberapa minggu sampai beberapa bulan, jarang
sampai melampaui 6 bulan). Kemungkinan diagnosis masih dapat
ditegakkan apabila tertundanya waktu mulai saat kejadian dan onset
gangguan melebihi waktu 6 bulan, asal saja manifestasi klinisnya adalah
khas dan tidak didapat alternatif kategori gangguan lainnya.
b)

Sebagai bukti tabahan selain trauma, harus didapatkan

bayang-bayang atau mimpi-mimpi dari kejadian traumatic tersebut secara


berulang-ulang kembali (flashbacks)
c)

Gangguan otonomik, gangguan afek dan kelainan tingkah

laku semuanya dapat mewarnai diagnosis tetapi khas.


d)

Suatu sequelae menahun yang terjadi lambat setelah

stress yang luar baisa, misalnya saja beberapa puluh tahun setelah trauma,
7

diklasifikasi

dalam kategori

F62.0

(perubahan kepribadian

yang

berlangsung lama setelah mengalami katastrofa) [23].


Mengacu kepada Diagnostic and Statistical Manual of Mnetal
Disorder (DSM-IV) yang dikeluarkan oleh American Psychiatric
Association (1994) ada enam indikator bahwa seseorang yang mengalami
GSPT, meliputi : (1) pemunculan stressor, (2) Peristiwa yang dialami lagi,
(3) Penghindaran, (4) Pemunculan, Durasi gejala dalam kriteria 2 (gejala
lebih dari satu bulan); (5) gangguan kehidupan [12].
Gejala untuk masing-masing indikator tersebut sebagai berikut :
a. Gejala pemunculan stressor, terjadi pada :
1) Orang yang mengalami, menyaksikan, atau mempelajari
peristiwa yang melibatkan kematian yang tragis, kecelakaan
serius atau kekejaman pada diri sendiri dan orang lain.
2) Orang yang mengalami ketakutan, ketidakberdayaan atau
ketakutan

hebat

(pada

anak-anak,

respon

tersebut

mengakibatkan perilaku kacau atau memprovokasi).


b. Gejala dari peristiwa yang dialami lagi, ditunjukan oleh :
1) Perilaku mengungkit kembali peristiwa mengganggu.
2) Mengingat kembali mimpi buruk suatu peristiwa
3) Berperilaku atau seolah-olah trauma tersebut muncul kembali
(ilusi, halusinasi, dan kembali ke masa lalu yang bersifat
disosiatif)
4) Distress psikologis yang hebat atas munculnya tanda-tanda
internal atau eksternal yang mensimbolkan dengan suatu aspek
dari trauma tersebut.
5) Reaksi psikologis yang muncul berulang-ulang seperti pada
gejala diatas.
c. Gejala dari indikator penghindaran, meliputi :
1) Upaya-upaya untuk menghindari pikiran, perasaan atau hal lain
yang dapat mengingatkan kembali pada peristiwa traumatis.
2) Upaya-upaya untuk menghindarkan diri dari aktivitas, tempat,
atau orang yang terkait dengan peristiwa traumatis.

3) Ketidakmampuan mengingat aspek penting dari peristiwa


traumatik.
4) Berkurangnya minat atau partisipasi secara nyata pada aktivitas
yang dahulunya merupakan aktivitas yang menyenangkan.
d. Gejala indikator pemunculan, diantaranya :
1) Perasaan terasing.
2) Rentang afeksi terbatas
3) Merasa masa depan suram.
e. Gejala gangguan kehidupan.
Yaitu gangguan yang menyebabkan distress dalam fungsi sosial
atau bidang penting lainnya [12].
Terapi utama untuk PTSD adalah psikoterapi, medikamentosa, dan
terapi keduanya. Psikoterapi adalah terpi yang melibatkan seorang
professional mental untuk mengobati penyakit mental. Psikoterapi
biasanya berlangsung selmaa 6 sampai 12minggu. Dukungan keluarga dan
juga teman-teman menjadi bagian yang penting dari terapi ini. Beberapa
jenis psikoterapi yang bermanfaat untuk PTSD diantaranya adalah [13]:
a)

Terapi pendedahan : terapi ini memperlihatkan pasien pada


trauma yang mereka alami dengan cara yang aman dengan
cara menulis atau mengunjungi tempat dimana peristiwa
traumatic itu terjadi.

b)

Restrukturisasi kognitif : terapi ini membantu orang


memahami kenangan buruk. Dalam terapi ini seorang
terapis membantu pasien PTSD melihat peristiwa yang
terjadi secara realistis.

c)

Pelatihan Inokulasi Stres: terapi ini mengajarkan pasien


bagaimana cara mengurangi kecemasan sehingga dapat
mengurangi gejala PTSD.

Farmakoterapi yag digunakan untuk PTSD adalah sertaline dan paroxetine.


Kedua obat ini adalah anti depresan, yang juga digunakan untuk mengobati
depresi. Obat ini diharapkan dapat mengontrol gejala PTSD seperti kesedihan,
kecemasan, dan kemarahan [13].

2.1.2 Aroma terapi lavender


Aroma terapi merupakan terapi modalitas atau pengobatan alternatif
dengan menggunakan sari tumbuhan aromatik murni berupa bahan cairan tanaman
yang mudah menguap dan senyawa aromatik lain dari tumbuhan. Cairan tersebut
diperoleh melalui berbagai macam cara pengolahan yang dikenal sebagai minyak
esensial. Aroma terapi merupakan terapi tambahan yang dilakukan di samping
terapi konvensional [14]. Beberapa minyak sari yang umum digunakan dalam
aromaterapi karena sifatnya yang serbaguna adalah Langon kleri, eukaliptus,
geranium, lavender, lemon, peppermint, petigrain, rosemary, pohon teh, dan
alang-alang [15].
Salah satu aroma yang paling digemari adalah lavender [16]. Lavender
memiliki nama latin Lavandula afficinalis syn. L. Angustifolia. Tumbuhan yang
termasuk dalam suku Lamiaceae ini memiliki 25-30 spesies. Kini Lavender
berkembang diseluruh Eropa Selatan, Australia, dan Amerika Serikat. Lavender
adalah tumbuhan pendek bercabang yang tumbuh hingga ketinggian sekitar 60
cm. Minyak Lavender dari bunga yang berwarna ungu memberikan aroma yang
harum dan menenangkan [17].

Klasifikasi tanaman Lavender menurut sistem klasifikasi dari Cronquist


[18] adalah sebagai berikut:
Divisi : Magnoliophyta
Clas : Magnoliopsida
Sub Clas : Asteridae
Ordo : Lamiales
Famili : Lamiaceae
Genus : Lavandula
Spesies : Lavandula latifolia
Kandungan utama dari bunga lavender adalah linalyl asetat dan linalool
(C10H18O). Linalool adalah kandungan aktif utama yang berperan pada efek anti
cemas (relaksasi) pada lavender. Menurut hasil dari beberapa jurnal penelitian,
didapatkan kesimpulan bahwa minyak esensial dari bunga lavender dapat
memberikan manfaat relaksasi (carminative), sedatif, mengurangi tingkat
kecemasan, dan mampu memperbaiki mood seseorang [16].
10

Menghirup lavender meningkatkan frekuensi gelombang alfa dan keadaan


ini diasosiasikan dengan bersantai (relaksasi). Selain itu lavender juga berguna
untuk menenangkan rasa nyaman, keterbukaan, keyakinan, cinta kasih,
mengurangi sakit kepala, stres, frustasi, mengobati kepanikan, mereda histeria,
serta mengobati insomnia. Lavender juga membantu penyembuhan depresi,
gelisah, susah tidur dan sakit kepala. Penelitian ini ditujukan untuk mengkaji efek
penggunaan aromaterapi Lavender pada Lansia yang mengalami gangguan tidur.
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi dasar dalam mengembangkan
manajemen gangguan tidur yang bersifat jangka panjang [15].
Gambar 1. Bunga Lavender

Sumber : Wikipedia/singe lavender.jpg


2.1.3 Terapi Musik Klasik
Terapi musik adalah pemanfaatan kemampuan musik dan elemen musik
oleh terapis untuk meningkatkan dan merawat kesehatan fisik, memperbaiki
mental, emosional, dan kesehatan spiritual klien. Terapi musik terdiri dari dua
elemen utarna yaitu elemen terapi dan elemen musik. Elemen terapi yang meliputi
ketrampilan rnusik bagi terapis, alat yang digunakan musik, membangun
hubungan terapis dan klien, aktivitas yang terstruktur dan dianjurkan oleh tim
yang merawat klien untuk mencapai tujuan yang spesifik dan objektif bagi klien.
Elemen musik sebagai alat utama yang meliputi irama, melodi dan harmoni.
Terapi musik dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu menyanyi, mencipta

11

Jagu, memainkan alat musik, irnprovisasi, mendiskusikan Hrik dan mendengarkan


musik [19]
Terapi musik terdiri dari dua hal yaitu aktif dan pasif, dengan pendekatan
aktif maka pasien dapat turut serta aktif berpartisipasi. Misalnya pada saat
mendengarkan musik mereka dapat ikut serta bersenandung, menari, atau sekedar
bertepuk tangan.sedangkan yang sifatnya pasif jika pasien hanya bertindak
sebagai pendengar saja, meski sebagai motorik mereka tampak pasif, namun
sesungguhnya aktivitas mentalnya tetap bekerja [20].
Terapi musik dalam penelitian ini telah mempengaruhi suasana hati subjek
pendengar yaitu menjadi lebih positif untuk menurunkan gangguan depresi karena
subjek yang depresi mempunyai emosi negative yang lebih dorninan. Hal ini
didukung oleh Djohan (2003) yang mengatakan bahwa musik yang menyentuh
subjek pendengar dengan cara merambat melalui udara memang berpotensi untuk
meresonan perasaan pendengar dengan perubahan emosi dari negatif ke positif
[19].
Musik klasik adalah musik yang memiliki irama teratur dan nada-nada
teratur, bukan nada-nada miring. Para ahli musik berpendapat bahwa jenis musik
klasik yang dapat dipergunakan untuk pendidikan dan alat mempertajam
kecerdasan manusia adalah yang mempunyai keseimbangan 3 unsur:
-Melody
-Ritme
-Timbre( Tone colour) [21].
Pendapat yang lebih detail mengenai unsur pokok dalam music klasik
dijelaskan oleh Joseph Maclish dengan menerangkan bahwa terdapat lima unsur
pokok dalam musik yaitu musical lime, musical space, musical time, musical
pace, dan musical color. Unsur pertama; musical line adalah lagu, yaitu
pergantian naa-nada yang didasarkan oleh akal sebagai rohnya musik. Unsur
kedua; musical space yaitu harmoni. Menurut Phytagoras harmoni itu terletak
pada nada-nada yang serasi berbanding dengan panjang dawai dalam bentuk
bilangan yang sederhana. Unsur ketiga; musical timr, yaitu ritme yang terdiri dari
ketentuan perpindahan musik dalam waktu. Unsur keempat; musical pace, yaitu

12

tempo-tempo merupakan ketentuan kecepatan dalam sebuah musik, kemudian


unsur kelima; musical color, yaitu warna nada (timbre)[21].
Kompleksitas musik klasik merangsang kompleksitas fakultas otak, makin
banyak fakultas otak makin beragam kemampuan manusia. Dengan musik klasik
yang tepat maka denyut nada dan tekanan darah menurun, gelombang otak
melambat dan otot rileks. Tanpa musik klasik denyut nadi dan tekanan darah akan
meningkat, gelombang otak semakin cepat dan otot-otot pun menegang. Penelitian
membuktikan bahwa musik, terutama musik klasik sangat mempengaruhi
perkembangan IQ (Intelligent Quotient) dan EQ (Emotional Quotients). Seorang
anak yang sejak kecil terbiasa mendengarkan musik akan lebih berkembang
kecerdasan emosional dan intelegensinya dikembangkan dengan anak yang jarang
mendengarkan musik. Penelitian menunjukkan musik klasik yang mengandung
komposisi nada berfluktuasi antar nada tinggi dan nada rendah untuk merangsang
kuadran C pada otak. Sampai usia 4 tahun, kuadran B dan C pada otak anakanak akan berkembang hingga 80% dengan musik.9 Para peneliti menganggap
bahwa kompleksitas musik klasikal yang memicu otak untuk menyelesaikan
masalah spasial secara lebih cepat. Oleh karena itu mendengarkan musik klasik
kemungkinan dapat memberikan dampak yang berbeda pada otak dari pada
mendengarkan jenis musik yang lain.10 Banyak orang berpendapat bahwa musik
klasik dapat meningkatkan kecerdasan, musik klasik menumbuhkan kreativitas
anak, musik klasik bersifat menyembuhkan, dan bersifat multi guna.11 Sudah
lama para pakar ilmu psikologi perkembangan meneliti dan berkeyakinan,
mendengarkan musik klasik dapat mempengaruhi perkembangan otak dan
kesehatan mental [22].

13

2.2 Kerangka Teori

Bencana

Gangguan mental

Post traumatic
Stress Disorder
(PTSD)
Musik klasik

Aromaterapi
lavender
Relaksasi

14

2.3 Kerangka Konsep


Pengumpulan sampel di
daerah rawan bencana

Pemberian penjelasan
dan pengisian Inform
Consent

Paparan Musik Klasik

Aromaterapi Lavender

Penurunan gejala PTDS

15

2.4 Hipotesis
Hipotesis Kerja : Jika terapi musik klasik dan aromaterapi terbukti
bermanfaat, maka terapi music klasik dan aromaterapi dapat dimanfaatkan untuk
terapi Post Traumatic Stress Disorder (PTSD).

16

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Anggaran Biaya

No.

1.

Jumlah

Nama Barang

Barang

Fotokopi lembar informed

2 lembar x

consent

100 sampel
2 lembar x

2.

Fotokopi questioner

3.

Fotokopi checklist agenda

4.

Kaset music (hardcopy &


softcopy)

5.

Minyak lavender

6.

Botol kecil

100 sampel
2 lembar x
100 sampel

100 keping

100 botol
besar
100 botol
Total :

Harga Satuan

Subtotal

Rp 150,00

Rp 30.000,00

Rp 150,00

Rp 30.000,00

Rp 150,00

Rp 30.000,00

Rp 2.500,00

Rp 250.000,00

Rp 5.000,00

Rp 500.000,00

Rp 1.600,00

Rp 160.000,00
Rp 1000.000,00

17

3.2 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

No

Nama Kegiatan

Penanggung
Jawab

Bulan I

Bulan II

Bulan III

Bulan IV

Bulan V

Pre Kegiatan
1

Pembagian Penanggung
Jawab Kegiatan

Koordinasi dengan Desa

Koordinasi dengan
dokter spesialis
kejiwaan

Kegiatan
1

Penentuan Sample

Observasi kasus PTSD


(kuestioner & informed
consent)

Pembagian instrument
terapi (minyak lavender
& kaset musik)

Pengujian terapi
(Observasi setelah
pemberian intervensi)

Post Kegiatan
5

Evaluasi Hasil dan


Pengolahan Data

18

DAFTAR PUSTAKA

[1]Khalifatullah, E., Sutikno, S., & Rinaldi. (2012). Kajian Konfigurasi Shelter
Untuk Evakuasi Terhadap Bencana Tsunami Di Kota Pacitan. Respiratori UNRI .
[2] Gunawan, C. (2014, Mei 18). BPBD Jakarta. Dipetik juli 13, 2014, dari
http://bpbd.jakarta.go.id/2002-2014bencana-alam-di-indonesia-capai-1-093/
[3] Thoha, M. (2012). Dampak Psikologis Bencana Alam Gunung Merapi.
[4] Nawawi, M. (2011). Telenursing Dalam Menangani Pasien Gangguan Jiwa
Korban Bencana Alam. UI jakarta .
[5] Yehuda, R. (2002). Post Traumatic Stress Disorder. The New England Journal
Of Medicine , 108-114.
[6]Mevril.
(2012).
scribd.
Dipetik
http://www.scribd.com/doc/35390013/ptsd

juli

13,

2014,

dari

[7]Haluan. (2011). 19 Juta Penduduk Indonesia Gangguan Jiwa. padang: Harian


Haluan.
[8]Pande, Y., & Agustini, I. (2012). Pengaruh Aroma Terapi Lavender Terhadap
Kecemasan Pada Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali. jurnal
Kesehatan Indonesia , 33-38.
[9]Lerik, M. D., & prawitasari, J. E. (2005). Pengaruh Terapi Musik Terhadap
Depresi Diantara Mahasiswa. Sosiosains , 209-219.
[10]Zuchra, S. F. (2012). Pengaruh Terapi Musik Religi Terhadap Tingkat
Kecemasan Pasien Preoperasi Diruang Bedah RSUP.DR.M.Djamil Padang.
[11] Sadock BJ, Sadock VA. Post traumatic stress disorder and acute stress
disorders.
Synopsis of psychiatry. 10th ED. Philadelphia : Lippincot Williams & Wilkins.
2007. p. 612-21.
[12] Schiraldi, Glenn R .(2000). The Post Traumatic Stress Disorder, Sourcebook,
Guide to Healing, Recovery and Growth. Boston : Lowell House.
[13] National Institute of Mental Health. Post Traumatic Stress Disorder.
http://www.nimh.nih.gov/health/topics/post-traumatic-stress-disorderptsd/index.shtml#part6 diakses tanggal 20 Juli 2014.

19

[14] Kushariyadi dan Setyoadi. 2011. Terapi Modalitas Keperawatan pada Klien
Psikogeriatrik . Jakarta : Salemba Medika
[15] Kurnia, D.K., Viera, W., Kuswantoro, T.R. (2009). Lavender Aromatherapy
Improve Quality of Sleep in Eldery People Aromaterapi Bunga Lavender
Memperbaiki Kualitas Tidur pada Lansia. Jurnal Kedokteran Brawijaya, 25(2).
[16]Dewi, I.P. (2013). Aromaterapi Lavender sebagai Media Relaksasi. Bagian
Farmasi
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Udayana.
(http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/viewFile/4871/3657 diakses pada
tanggal 20 Juli 2014)
[17]
Hartanto,
D.A.
(2010).
herbal-lavender.
(https://www.google.co.id/search?q=Hartanto,+D.A.+2010.+herballavender+from++http://health.detik.com/html diakses pada tanggal 20 Juli 2014).
[18] Cronquist. 1981. An Integrated System of Classification of Flowering Plants.
Columbia University Press, New York.
[19] Lerik,D.C dan Johana Endang.(2005). Pengaruh Terapi Musik Terhadap
Depresi di antara Mahasiswa. Sosiosains. Program Studi Psikologi Sekolah
pascasarjana Universitas Gadjah Mada.
[20]
Kurniawan.
(2011).
Terapi
Musik
Klasik
(http://keperawatan.unsoed.ac.id/sites/default/files/skripsi_p23-p50.pdf
pada tanggal 20 Juli 2014).

Mozart.
diakses

[21] Nur Rahadian Sari, Musik dan Kecerdasan Otak Bayi, Musik Merangsang
Tumbuhnya
Sel Otak, Melahirkan Kecerdasan Berfikir dan Perasaan Rileks, yang Akhirnya
Memicu Fungsi
Berfikir Menjadi Maksimal (Bogor; KH. Kharisma Buka Aksara, 2005), hlm. 95.
[22] Ikawa, wahyu.(2006). Gambaran Umum tentang Musik klasik dan
Kemampuan
Membaca
pada
Anak.
(http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1-2006wahyuikawa-1384-bab2_410-3.pdf diakses pada tanggal 20 Juli 2014).
[23] Maslim, Rusdi. (2003). Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJIII. Jakarta: Unika Atmajaya

20

LAMPIRAN

Lembar Informed Consent


SURAT PERSETUJUAN

Saya bertanda tangan dibawah ini :


Nama

: ..

Umur

: ..

Jenis Kelamin : ..
Alamat

: ..

No.HP

: ..

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa saya telah mendapatkan


penjelasan dan kesempatan untuk bertanya tentang hal-hal yang perlu saya ketahui
tentang Post Traumatic Syndrome Disorder dan penanganannya. Penjelasan itu
meliputi tata cara penanganan dan komponen penanganan seperti musik dan
aroma terapi.
Oleh karena itu dengan ini saya menyatakan bahwa saya dengan sukarela bersedia
menjadi responden dalam penelitian ini demi kesuksesan penelitian.
., .
Penanggung Jawab Pemeriksaan

Pembuat Pernyataan

(_______________________)

(_______________________)

21

You might also like