You are on page 1of 51

BAB XVI

PENDIDIKAN, GENERASI MUDA, KEBUDAYAAN NASIONAL,


DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA
A. PENDIDIKAN DAN GENERASI MUDA
1. Pendahuluan
Sesuai dengan ketentuan yang termuat didalam Garis-Garis
Besar Haluan Negara (GBHN), maka pembangunan pendidikan nasional berdasarkan atas Pancasila dan bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan dan
keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan. Dengan demikian diusahakan agar pembangunan pendidikan dapat menumbuhkan manusia-manusia yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.
Dalam pada itu pengembangan generasi muda diarahkan untuk
memperaiapkan kader-kader penerus perjuangan bangsa dan pembangunan nasional dengan memberikan bekal ketrampilan, kepemimpinan, kesegaran jasmani, daya kreasi, patriotisme, kepribadian dan budi pekerti luhur.
Selanjutnya pendidikan dan pembinaan generasi muda yang
kebijaksanaan dasarnya telah ditetapkan dalam Garis-garis
Besar Haluan Negara, kemudian dijabarkan melalui serangkaian
kebijaksanaan pokok dalam Repelita III yang sebagai kebulatan
diarahkan pada pemecahan secara mendasar sejumlah masalah pokok yang berkaitan satu sama lain. Masalah-masalah tersebut
menyangkut baik bidang pendidikan dan pengembangan generasi
muda itu sendiri maupun berbagai masalah di bidang-bidang
pembangunan lainnya.
2. Kebijaksanaan dan Langkah-langkah.
Untuk mencapai keadaan yang diinginkan pada akhir tahun
ketiga Repelita III, pembangunan pendidikan dan generasi muda, dilaksanakan dengan kebijaksanaan pokok sebagai berikut :
a.

Peningkatan pemerataan kesempatan belajar


Dalam hubungan dengan peningkatan pemerataan kesempatan
untuk memperoleh pendidikan diusahakan keterpaduan pengeXVI/3

lolaan sistem pendidikan nasional yang memungkinkan setiap rakyat Indonesia memperoleh pendidikan yang layak sebagai warga negara. Dalam hal ini, peningkatan daya tampung pendidikan berikut segala implikasinya dalam pembiayaan ketenagaan dan peralatan diarahkan guna menyongsong
pelaksanaan kewajiban belajar.

b. Peningkatan mutu pendidikan


Dalam hubungannya dengan peningkatan mutu pendidikan,
penanganannya dikaitkan dengan kebijaksanaan pemerataan,
agar tercipta keseimbangan yang dinamis antara kedua aspek tersebut. Dengan demikian peningkatan aspek kualitatif tidak menghambat kebijaksanaan pemerataan. Peningkatan mutu pendidikan, antara lain meliputi usaha peningkat an mutu tenaga kependidikan, prasarana dan sarana pendidikan.
c. Peningkatan relevansi pendidikan
Peningkatan relevansi pendidikan berkaitan erat dengan
proses pembangunan nasional. Kebijaksanaan yang ditempuh
ialah mengusahakan keterpaduan dalam perencanaan pendidikan dan pembangunan nasional, agar pendidikan merupakan
wahana penunjang yang efektif bagi proaea pembangunan nasional. Oleh karena itu, pelaksanaan kebijaksanaan itu
dikaitkan dengan masalah-masalah pokok dalam pembangunan
nasional.
d. Peningkatan pendidikan masyarakat
Pendidikan di luar sekolah (pendidikan masyarakat) memberikan kesempatan untuk memperoleh berbagai jenis dan
tingkat pengetahuan praktis dan ketrampilan dasar kepada
anak didik yang kurang dapat memanfaatkan pendidikan sekolah. Berbagai kegiatan pendidikan di luar sekolah ditingkatkan dan diperluas antara lain yang dilakukan atas
daear "bekerja sambil belajar untuk menambah penghasilan"
(KEJAR), baik dengan cara melalui kelompok belajar, magang, belajar sendiri ataupun belajar melalui kursus.
Pendidikan di luar sekolah terutama ditujukan dan secara
terus menerus diusahakan untuk menghasilkan dan memelihara aksarawan gaya baru, dalam arti sekaligus bebaa dari
tiga "buta" yaitu buta aksara latin dan angka, buta bahasaIndonesia dan buta pendidikan dasar.

XVI/4

e. Pembinaan dan pengembangan generasi muda


Pembinaan dan pengembangan generasi muda telah ditingkatkan melalui berbagai usaha yang diarahkan untuk memberikan bekal yang diperlukan, guna mempersiapkan generasi
muda sebagai generasi penerus perjuangan bangsa dan pembangunan nasional. Berbagai usaha itu dilakukan pula dengan lebih memadukan koordinasi pengembangan dan partisipasi generasi muda di berbagai bidang pembangunan. Pengembangan generasi muda di perguruan tinggi terutama ditujukan kepada peningkatan kesejahteraan, pengembangan
minat dan pembinaan/penataran mahasiswa.
f . Pembinaan sekolah sebagai pusat kebudayaan
Pengembangan sekolah sebagai pusat kebudayaan dilaksanakan dengan tujuan meningkatkan mutu pendidikan melalui :
pengembangan logika, etika, estetika dan praktika. Sekolah diharapkan menjadi teladan bagi masyarakat sekitarnya.
g. Peningkatan efisiensi dan efektifitas pengelolaan pendidikan
Kebijaksanaan pokok yang ditempuh untuk peningkatan efisiensi pendidikan diusahakan dalam keterpaduan pengelolaan sistem pendidikan nasional yang tercermin dalam hubungan antara pemerintah dan badan swasta dan antara Departemen yang satu dengan Departemen yang lain.
Kebijaksanaan pokok yang telah ditempuh dalam peningkatan
efektivitas pelaksanaan pendidikan, berkaitan erat dengan
kebijaksanaan dalam pemerataan dan kualitas pendidikan.
Pelaksanaan kebijaksanaan pada bidang ini ditujukan untuk
keseimbangan yang dinamis antara kedua aspek tersebut,
yang menyangkut antara lain : kurikulum (termasuk aspek
metodologi dan evaluasi), guru, pengawas dan masukan instrumental lainnya.
Keterpaduan dalam aspek kuantitas, kualitas, relevansi
dan efektivitas, yang diwujudkan dalam sistem pendidikan
nasional diharapkan mampu mengembangkan kualitas kehidupan warga negara dalam rangka pengembangan bangsa dan
kebudayaan nasional. Dalam hubungan ini telah ditempuh
langkah-langkah nyata untuk pembaharuan sistem pendidikan
nasional, antara lain pengelolaan tenaga pendidikan merupakan satu kesatuan sistem mulai dari tingkat pendidikan

XVI/5

dasar sampai perguruan tinggi.


Pelaksanaan kebijakaanaan pokok di atas diikuti dengan
pengawasan yang efektif dan efisien, meliputi bidang teknis administratif dan teknis edukatif, yang didasarkan
atas prinsip-prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi.
Dalam pada itu, pada tahun 1981/82 seauai dengan kebijaksanaan pokok tersebut diatas, telah diberikan prioritas pertama pada sejumlah program sebagai berikut:
(1) Semua jalur pendidikan dasar direncanakan pada akhir
REPELITA III dapat menampung seluruh anak usia 7 - 12 tahun. Sehubungan dengan itu, semua usaha dalam berbagai
program pendidikan dalam kaitannya dengan penuntasan pelayanan pendidikan anak uaia 7 - 12 tahun mendapat perhatian, antara lain dalam bentuk kegiatan-kegiatan :
a.

b.
c.
d.
e.
f.
g.
(2)

pengumpulan, pengolahan data dan perencanaan penampungan anak usia 7 - 12 tahun pada pendidikan dasar
dan perkiraan daya tampung terhadap Sekolah Menengah
Tingkat Pertama (SMTP) terhadap luluaan pendidikan
dasar;
peningkatan program KEJAR (Kerja Sambil Belajar) melalui paket A;
melanjutkan pengembangan perintisan sistem PAMONG
(Pendidikan Anak oleh Masyarakat Orang Tua dan Guru)
dan Sekolah Kecil;
melanjutkan usaha-usaha perintisan kewajiban belajar;
penyediaan tenaga guru;
penyediaan sarana belajar dan mengajar; dan
penyebarluasan inspirasi dan kesadaran masyarakat dalam rangka kewajiban belajar dan usaha-usaha lainnya.

Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SMTP) akan dikembangkan


untuk lebih meningkatkan daya tampung terhadap lulusan
SD, demikian juga Sekolah Menengah Tingkat Atas. (SMTA)
agar dapat lebih banyak menampung lulusan SMTP.

(3) Pendidikan Kejuruan dikembangkan dalam rangka penyediaan


tenaga-tenaga kejuruan yang diperlukan dalam pembangunan.
(4) Pengadaan guru ditingkatkan baik jumlah maupun mutunya
agar dapat memenuhi berbagai jenis dan jenjang pendidikan.
(5) Perguruan swasta terus dibantu pengembangannya
rangka pembinaan pendidikan nasional.
XIV/6

dalam

(6)

Sarana pendidikan merupakan alat penunjang yang


untuk itu pembakuannya terus ditingkatkan dan
annya lebih di koordinasikan.

penting,
pengada-

(7)

Program Diploma pada Program Pendidikan Tinggi mendapat


perhatian dalam rangka pengadaan tenaga guru untuk SMTP
dan SMTA. Usaha tersebut diikuti dengan kegiatan penyebaran dan pengangkatannya agar kekurangan guru pada lembaga pendidikan tersebut dapat terpenuhi menurut kebutuhan.

(8)

Usaha-usaha pembinaan, peningkatan dan pemasalan olahraga


dilaksanakan mulai dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten/kodya, propinai sampai tingkat nasional.

(9)

Forum komunikasi horisontal dan vertikal (dari tingkat


nasional, propinsi, kabupaten/kotamadya dan kecamatan)
diefektifkan melalui rapat kerja pada tingkat nasional
maupun wilayah sekurang-kurangnya setahun sekali untuk
meningkatkan usaha-usaha pembinaan aecara struktural dan
fungaional.

(10)

Di dalam pengembangan Pendidikan Tinggi usaha-usaha yang


ditempuh antara lain ialah :
a. Kebijaksanaan Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK) di
laksanakan dengan usaha-usaha yang berkesinambungan.
b. Pengembangan Perguruan Tinggi aecara bertahap bergilir
tetap dijalankan berdasarkan pada kebijakan yang telah
digariskan termasuk penunjangannya melalui berbagai
kerjasama luar negeri.
c. Pembinaan bidang pendidikan dan penelitian dilanjutkan
terus dengan urutan prioritas yang sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan pendidikan kejuruan.
d. Program pasca sarjana, akta V serta pengadaan dan peningkatan mobilitas tenaga akademis mulai dilaksanakan
aecara mantap.
3. Pelaksanaan Kegiatan.

Program-program yang tercakup dalam bidang pendidikan dan


generasi muda ialah : a. pembinaan pendidikan dasar; b. pembinaan pendidikan menengah tingkat pertama; c. pembinaan pen-

XVI/7

didikan menengah tingkat atas; d. pembinaan pendidikan tinggi; e.penunjangan bakat dan prestasi; f. peningkatan pendidikan masyarakat; g. peranan wanita; h. generasi muda; i. keolahragaan dan j. pengembangan sistem pendidikan. Hasil-hasil
pelaksanaan masing-masing program dalam tahun ketiga Repelita
III (1981/82) dapat dikemukakan sebagai berikut :
a. Pembinaan Pendidikan Dasar.
Tujuan dari Program Pembinaan Pendidikan Dasar adalah un tuk meningkatkan daya tampung terutama pada Sekolah Dasar
serta meningkatkan mutu. Sekolah Dasar, Taman Kanak-kanak dan
Sekolah Luar Biasa.
Jumlah murid pendidikan dasar (Sekolah Dasar dan Madrasah
Ibtidaiyah) pada tahun ajaran 1981/82) telah mencapai sekitar 27,026 juta (23,862 juta di SD dan 3,164 juta di MI),
yang berarti kenaikan 1,361 juta atau 5,3% terhadap tahun
ajaran 1980/81, khususnya kenaikan 1,310 juta atau 5,8% untuk
SD (Tabel XVI - 1). Hal itu berarti pula bahwa 91,4 % dari
kelompok uaia 7 - 12 tahun tertampung pada pendidikan dasar
(80,8% di SD dan 10,6 % di Madrasah Ibtidaiyah) (Tabel
XVI-2).
Sebagai usaha perluaaan dan pemerataan kesempatan belajar
pada pendidikan dasar tersebut, selama tahun 1981/82 telah
dan sedang dibangun 15 ribu buah gedung SD baru masing-masing
dengan tiga ruang, disamping penambahan 25 ribu ruang kelas
baru pada SD yang ada, sehingga seluruhnya terdapat penambahan 70 ribu ruang kelas baru atau penambahan tempat belajar
bagi sekitar 2,4 juta anak sekolah pada SD untuk tahun ajaran
1982/83. Selanjutnya telah direhabilitasi sebanyak.25 ribu
gedung sekolah (16.775 SD Negeri, 2.225 SD Swasta dan 6.000
Madrasah Ibtidaiyah Swasta). Disamping itu telah dibangun pula
7.500 rumah dinas kepala sekolah di daerah terpencil dan
2.000 rumah penjaga sekolah (Tabel XVI - 4).
Sehubungan dengan adanya pembangunan gedung-gedung SD
tersebut diatas pada tahun 1981/82 telah dan sedang dilaksanakan penambahan tenaga guru dan tenaga lainnya dengan
pengangkatan 103.350 ribu guru dan tenaga lainnya pada SD,
yaitu 70.000 guru kelas, 22.000 guru agama dan 11.350 penjaga
sekolah (Tabel XVI - 4 ).
Sebagai usaha pembinaan mutu Sekolah Dasar dalam tahun
1981/82 telah dilaksanakan antara lain : penataran guru kelas
dan pembina 547,4 ribu orang (termasuk 46,5 ribu guru PendiXIV/8

dikan Moral Pancasila); pengadaan 31,8 juta buku pelajaran


pokok (termasuk 3,6 juta buku PMP); dan pengadaan 15 juta
buku bacaan/perpustakaan (Tabel XVI - 4). Demikian pula telah
disediakan alat peraga untuk 4 bidang studi sebanyak 110 ribu
unit dan alat-alat ketrampilan, kesenian dan olah raga sebanyak 10,6 ribu serta sejumlah film pendidikan. Demikian pula
dalam rangka mempersiapkan kewajiban belajar, telah dilakukan
perintisan kewajiban belajar di 65 kecamatan, yang bentuk
penyajiannya disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan setempat yaitu dalam bentuk Sekolah Kecil, PAMONG dan
KEJAR.
Pendidikan kependudukan bagi Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), dan pembakuan
sarana
pendidikan
dan
latihan
tenaga
teknologi
komunikasi
terus dilanjutkan.
Usaha pembinaan Taman Kanak-Kanak telah dilaksanakan an tara lain melalui pembangunan 9 gedung TKK percontohan (termasuk sebuah tingkat nasional), penataran 3,5 ribu orang
guru/pembina, pengadaan 40 ribu buku kurikulum dan pedoman
guru, 15 ribu buku perpustakaan, 10 ribu buletin guru dan 2,5 ribu
unit alat peraga.
Pembinaan Sekolah Luar Biasa telah dilaksanakan antara
lain melalui pembangunan 2 SLB pembina tingkat nasional dan
rehabilitasi 10 gedung SLB; pengadaan 40 ribu buku pedoman
guru/murid, 5 ribu buku evaluasi belajar, 15 ribu buku perpustakaan dan 10 ribu buletin guru, penataran 310 orang guru/
pembina, dan pengadaan 250 unit alat peraga.
b.

Pembinaan Pendidikan Menengah Tingkat Pertama (SMTP).

Tujuan dari Program Pembinaan Pendidikan Menengah Tingkat


Pertama adalah untuk meningkatkan daya tampung terutama pada
SMP serta meningkatkan mutu SMP dan SMTP Kejuruan .
Pada tahun ajaran 1981/82 keseluruhan jumlah murid pendidikan menengah tingkat pertama (SMP dan SMTP Kejuruan) menca pai 3,806 juta murid yaitu 3,732 juta murid SMP dan 74 ribu
SMTP Kejuruan. Hal ini berarti kenaikan jumlah murid SMTP se banyak 393 ribu atau 11,5% terhadap tahun 1980/1981, khususnya kenaikan dengan 403 ribu murid atau 12,1% pada SMP, sedangkan penurunan 10 ribu murid atau 11,9% pada SMTP Kejuruan
adalah sejalan dengan pelaksanaan pengintegrasian sebagian
terbesar SMTP Kejuruan kedalam SMP yang disempurnakan (Tabel
XVI - I).
XVI/9

TABEL XVI - 1
PERKEMBANGAN JUMLAH MURID,
1978/79 - 1981/82

1)
2)

XVI/10

Angka diperbaiki
Masih termasuk murid SMP hasil pengintegrasian
SMTP Kejuruan dan Teknologi menjadi SMP

GRAFIK XVI 1
PERKEMBANGAN JUMLAH MURID
1978/79 1981/82

XVI/11

TABEL XVI 2
JUMLAH MURID DALAM KELOMPOK USIA SEKOLAH DAN ANGKA PARTISIPASI,
1978/79 1981/82

XVI/12

GRAFIK XVI 2
J U M LA H M U R I D KE LO M P O K U S I A S E KO LA H D A N AN G K A PART I S I PAS I ,
1978/79 - 1981/82

XVI/13

(Lanjutan Grafik XVI 2)

XV/14

TABELXVI3
JUMLAHLULUSAN,JUMLAHPEMASUKANDANANGKAMELANJUTKAN,
1978/791981/82

XVI/15

Jika jumlah murid SMTP sebanyak 3,806 juta


kan dengan jumlah keseluruhan anak usia 13 ternyata bahwa 34,8% dari keseluruhan 10,952
13 - 15 tahun dapat tertampung pada SMTP (34,
0,7% di SMTP Kejuruan) (Tabel XVI - 2 ).
Dalam pada itu, dari sekitar 2,028
ajaran 1980/1981 telah dapat ditampung
sebagai murid baru pada SMTP pada
1981/82 (70,1% pada SMP dan 1,4% pada
XVI - 3).

juta
1,450
awal
SMTP

itu dibanding 15 tahun, maka


juta anak usia
1 % di SMP dan

lulusan SD tahun
juta atau 71,5%
tahun pelajaran
Kejuruan) (Tabel

(1) Pembinaan Sekolah Menengah Pertama (SMP)


Dalam tahun 1981/82 telah dibangun 336 gedung baru SMP
dan 1.091 tambahan ruang kelas pada SMP yang ada serta direhabilitasi 400 gedung SMP. Bersamaan dengan itu telah pula
dirintis dan dikembangkan SMP Terbuka yang ditunjang dengan
penyediaan modul.
Selanjutnya dalam rangka peningkatan mutu, telah dibangun
pula 247 ruang laboratorium IPA dan 103 ruang ketrampilan untuk melengkapi SMP yang memerlukannya dan sekaligus disedia- kan
275 unit peralatan praktek laboratorium IPA dan 1.080 unit
peralatan ketrampilan untuk SMP dan SMA. Demikian pula telah
disediakan sekitar 16,5 juta buku pelajaran SMP dan SMA (termasuk
buku PMP), 121 ribu buku perpuatakaan SMP dan SMA, 110 unit
alat peraga matematika dan 722 unit alat kesenian dan olah
raga. Selanjutnya telah ditatar 15,9 ribu guru/kepala sekolah
SMP dan SMA termasuk guru PMP dan telah ditempatkan 10,1
ribu guru SMP dan SMA.
(2) Pembinaan SMTP Kejuruan
Tujuan utama pengembangan Sekolah Menengah Tingkat Pertama Kejuruan (Sekolah Teknik dan Sekolah Kesejahteraan Keluarga) adalah untuk memenuhi keperluan tenaga pembangunan di
pedesaan. Pada tahun 1981/82 telah dilanjutkan pengembangan
SMTP Kejuruan antara lain dengan pembangunan 4 gedung sekolah
dan rehabilitasi 47 gedung sekolah yang disertai dengan peng adaan 332 set peralatan praktek dan penyediaan 40 ribu buku
pelajaran
c.

Pembinaan Pendidikan Menengah Tingkat Atas (SMTA).

Tujuan dari program Pembinaan Pendidikan Menengah Tingkat


Atas adalah untuk meningkatkan daya tampung terutama pada SMA
XVI/16

serta meningkatkan mutu SMA, SMTA Kejuruan dan SPG/SGO.


Pada tahun ajaran 1981/82 keseluruhan murid SMTA (SMA,
SMTA Kejuruan dan SPG/SGO) berjumlah 2,040 juta, yaitu 1,286
juta pada SMA, 520 ribu pada SMTA Kejuruan dan 234 ribu pada
SPG/SGO. Hal ini berarti kenaikan jumlah murid SMTA sebanyak
286 ribu atau 16,3% terhadap jumlah murid pada tahun 1980/81,
khuausnya kenaikan jumlah murid SMA sebanyak 250 ribu atau
24,1% (Tabel XVI - 1).
Mengingat bahwa jumlah kelompok usia 16 - 18 tahun diperkirakan berjumlah sekitar 9,967 juta pada tahun ajaran
1981/82 maka berarti bahwa daya tampung SMTA mencapai 20,4%
(12,9% di SMA, 5,2% di SMTA Kejuruan serta 2,3% di SPG/SGO)
(Tabel XVI - 2).
Jumlah lulusan SMTP pada akhir tahun ajaran 1980/81 mencapai 853 ribu lulusan, sedangkan yang dapat tertampung di
kelas I SMTA pada tahun ajaran 1981/82 adalah 783 ribu (521
ribu di SMA, 182 ribu di SMTA Kejuruan, dan 80 ribu di
SPG/SGO). Hal itu berarti bahwa 91,8% lulusan SMTP tahun
1980/81 dapat melanjutkan ke berbagai SMTA pada tahun ajaran
1981/82 (61,1% ke SMA, 21,3% ke SMTA Kejuruan dan 9,4% ke
SPG/SGO) (Tabel XVI - 3).
(1) Pembinaan Sekolah Menengah Atas (SMA)
Perluasan daya tampung pada Sekolah Menengah Atas (SMA)
dalam tahun 1981/82 telah dilaksanakan melalui pembangunan 54
gedung SMA baru dan 523 ruang kelas tambahan serta rehabilitasi 173 gedung SMA. Demikian pula telah dibangun 28 ruang
laboratorium dan 40 ruang perpustakaan untuk melengkapi gedung-gedung SMA yang masih memerlukannya. Selanjutnya telah
disediakan 50 unit peralatan laboratorium IPA dan 406 unit
alat ketrampilan, pengadaan alat kesenian dan olah raga, di
samping penyediaan buku-buku ketrampilan dan 494 unit alat
peraga matematika. Sebagaimana telah diutarakan diatas, bersamaan dengan pembinaan SMP telah pula disediakan buku-buku
pelajaran dan buku-buku perpustakaan serta penataran guru/ke- pala
sekolah dan penempatan guru.
(2) Pembinaan SMTA Kejuruan
Tujuan utama dari pendidikan kejuruan ialah untuk menghasilkan tenaga kerja kejuruan yang trampil, terlatih, terdidik dan mampu melakukan usaha sendiri (wiraswasta).

XVI/17

TABEL XVI 4
PEMBINAAN PENDIDIKAN DASAR,
1978/79 1981/82

*) Angka diperbaiki

XVI/18

GRAFIK XVI - 3
PIMBINAAN PENDIDIKAN DASAR,
1978/79 - 198.0/81

XVI/19

(Lanjutan Grafik XVI 3)

XVI/20

(Lanjutan Grafik XVI - 3)

XVI/21

Peningkatan mutu dan relevansi SMTA kejuruan diutamakan


pada pendidikan kejuruan teknologi, industri dan pertanian,
kejuruan ekonomi dan perdagangan, kejuruan teknologi kerumahtanggaan serta kejuruan kemasyarakatan, kejuruan kesenian dan
kerajinan.
Dalam rangka usaha mencapai tujuan teraebut telah dilanjutkan pengembangan dari 8 STM Pembangunan (4 tahun), 32 STM
(3 tahun), 21 STM Pertanian, 4 STM Khusus, 103 SMEA dan 74
berbagai sekolah kejuruan lainnya. Usaha pembinaan mutu tersebut ditunjang dengan peningkatan peralatan pada 9 Pusat La tihan Pendidikan Teknik (PLPT) di samping penataran 2,8 ribu
guru SMTA (dan SMTP) Kejuruan, pengadaan buku pelajaran pokok
sebanyak 1,4 juta eksemplar dan pembinaan kurikulum pendidikan menengah kejuruan dan teknologi bagi 6 jurusan.
(3)

Pembinaan Sekolah Pendidikan Guru/Guru Olah Raga


(SPG/SGO)

Pembinaan sekolah pendidikan guru telah ditingkatkan dengan


rehabilitasi
dan
perluasan
sarana
fisik
bagi
63
SPG/SGPLB, pengadaan tanah untuk 3 SGO lainnya; pengangkatan
guru SPG/SGO/SGPLB sebanyak 5.529 orang; pengadaan 700 ribu
buku pelajaran pokok, 104,2 ribu buku perpuatakaan dan 144
unit peralatan pendidikan.
d.

Pembinaan Pendidikan Tinggi.

Tujuan dari Program Pembinaan Pendidikan Tinggi adalah


untuk meningkatkan mutu, efektivitae dan efisiensi penyelenggaraan pendidikan tinggi.
Seluruh mahasiswa perguruan tinggi (negeri dan swasta)
dalam tahun ajaran 1981/82 berjumlah 597,2 ribu, yaitu 559,4
ribu mahasiswa dalam program gelar (pendidikan kesarjanaan
yang menuju pencapaian suatu gelar) dan 37,8 ribu dalam program non-gelar (pendidikan keakhlian yang tidak menuju penca paian suatu gelar). Hal ini berarti suatu kenaikan 104,6 ribu
mahasiswa atau 21,2% terhadap tahun 1980/81 (Tabel XVI - 1).
Dibandingkan dengan kelompok usia, maka daya tampung perguruan tinggi adalah 3,7% terhadap kelompok usia 19 - 24 tahun
(Tabel XVI - 2). Dalam pada itu lulusan SLTA tahun 1980/81
berjumlah sekitar 447 ribu sedangkan yang dapat ditampung
pada perguruan tinggi dalam tahun 1981/82 adalah 186,2 ribu
atau 41,6% (Tabel XVI - 3).

XVI/22

Dalam tahun 1981/82 telah dilaksanakan pembangunan prasarana yang meliputi antara lain pembangunan 103,5 ribu m2 ruang kuliah/kantor, 25,1 ribu m2 ruang laboratorium dan 3.621
m2 ruang perpustakaan, di samping rehabilitasi 67 ribu m2 ruang kuliah serta pembangunan 389 buah rumah dosen. Di samping
itu 11 buah universitas/institut telah mendapat giliran pembangunan kampus baru. Selanjutnya telah disediakan 273 unit
peralatan laboratorium bagi berbagai bidang ilmu. Demikian
pula telah disediakan 35,7 ribu buku perpustakaan/majalah
ilmiah dan penerbitan/pengadaan buku sebanyak 8 ribu eksemplar.

Dalam rangka usaha mengatasi kekurangan tenaga guru pada


SMTP dan SMTA maka telah diberikan terhadap pengembangan pendidikan diploma pada lembaga pendidikan tenaga kependidikan
(IKIP) dan universitas-universitas yang mempunyai Fakultas
Keguruan/Ilmu Pendidikan. Dalam tahun 1981/82 dilaksanakan
program diploma kependidikan sebanyak 12,3 ribu orang dan
pengadaan tenaga kependidikan sebanyak 32,9 ribu orang.
Dalam rangka Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK) telah dilakukan penataran bagi 4,1 ribu dosen dalam berbagai bidang
studi serta pembinaan tenaga akademis/doaen dalam proses belajar-mengajar. Di samping itu pendidikan pasca sarjana/program doktor meliputi sebanyak 1.040 peserta (termasuk pen didikan dokter ahli) serta dilaksanakan pula berbagai jenis
penelitian sebanyak 1.028 judul. Beasiswa yang telah disediakan untuk mahasiswa berjumlah lebih dari 22,8 ribu terutama
dalam berbagai bidang studi yang perlu lebih mendapatkan per hatian (tidak termasuk sejumlah 3,4 ribu beasiswa yang disediakan dalam rangka penunjangan bakat dan preatasi). Selanjutnya Kuliah Kerja Nyata (KKN) dapat dikemukakan bahwa kegiatan itu telah melibatkan hampir 10 ribu mahasiswa.
Pembinaan perguruan tinggi swasta terus dimantapkan antara lain melalui penataran, penilaian kembali terhadap status,
pemberian bantuan prasarana dan sarana secara selektip serta
bantuan yang bersifat pemerataan.
e.

Penunjangan Bakat dan Prestasi.

Pelaksanaan kebijaksanaan pemerataan kesempatan pendidikan meliputi pula pemberian beasiswa kepada sejumlah siswa dan
mahasiswa yang berbakat dan berprestasi tetapi lemah dalam ke-

XVI/23

mampuan ekonomi agar dapat berhasil m.encapai tujuan pendidikannya. Pada tahun 1981/82 telah diberikan beasiswa kepada
10.381 siswa SD, 6.190 Siswa SMTP, 4.644 siswa SMTA dan 3.435
mahasiawa. Di samping itu, secara khusus disediakan 50 beasiswa bagi putera daerah Irian Jaya, Nusa Tenggara Timur dan
Timor Timur untuk melanjutkan pendidikan di Jawa.
f.

Peningkatan Pendidikan Masyarakat.

Titik berat Program Peningkatan Pendidikan Masyarakat diarahkan kepada peningkatan kemampuan anggota masyarakat untuk
dapat belajar dan bekerja sendiri serta peningkatan kemampuan
belajar beraama dari aumber belajar yang ada.

Kegiatan pembinaan pendidikan masyarakat dalam tahun ketiga Repelita III telah dilaksanakan melalui pembinaan sejumlah kelompok belajar dari berbagai jenis, yang telah melibatkan sekitar 681 ribu orang peserta. Diantaranya terdapat 472
ribu peserta kelompok belajar pendidikan dasar, 168 ribu peserta kelompok belajar pendidikan kesejahteraan keluarga,
serta sejumlah 40,2 ribu peserta kelompok belajar dari berba gai jenis ketrampilan lainnya. Selanjutnya telah pula dibentuk dan dikembangkan kelompok belajar berusaha (kejar usaha)
diberbagai daerah yang mencakup sekitar 1.280 kelompok.
Dalam tahun 1981/82 telah dilaksanakan latihan untuk para
calon pembimbing kelompok belajar pendidikan dasar, kesejahteraan keluarga dan ketrampilan lainnya di Sanggar Kegiatan
Belajar (SKB) yang keseluruhannya telah melibatkan sebanyak 7
ribu peserta.Penataran tenaga teknia telah pula dilaksanakan
bagi antara lain 2.170 penilik pendidikan masyarakat dan kepala seksi pendidikan masyarakat, olahraga dan generasi muda.
Di samping itu telah pula mulai dilaksanakan pembangunan baru
10 buah gedung SKB seluas 7.533 m2, yaitu di Pangkalan Jati
(DKI Jaya), Sumenep (Jawa Timur), Muara Bungo (Jambi), Kembayan (Kalimantan Barat), Tapin (Kalimantan Selatan), Samarinda
(Kalimantan Timur), Tahuna (Sulawesi Utara), Dompu (Nusa
Tenggara Barat), Argamakaur (Bengkulu) dan Merauke (Irian
Jaya). Rehabilitasi dan perluasan telah pula dilakukan terhadap 25 buah SKB (eka PPLM) di 25 propinai seluas 6.965 m2.Selanjutnya telah disediakan buku paket A sejumlah 15.186.724
buah,buku pedomannya sejumlah 1.179.000 buah, serta alat-alat
pendidikan berupa alat praktek sejumlah 314 set. Telah pula
diterbitkan sejumlah 300 ribu eksemplar majalah Cakrawala

XVI/24

TABEL XVI 5
PENGADAAN BUKU PELAJARAN POKOK,
1978/79 1981/82
(ribu buku)

*) Angka diperbaiki

XVI/25

GRAFIK XVI 4
PENGADAAN BUKU PELAJARAN POKOK,
1978/79 1981/82

XVI/26

TABEL
PENGADAAN BUKU BACAAN DAN
1978/79
(dalam

XVI 6
MAJALAH PADA PERPUSTAKAAN,
1981/82
ribuan)

*) Angka diperbaiki

XVI/27

GRAFlXXVI5
PENGADAANBUKUBACAANDANMAJALAHPADAPERPUSTAKAAN ,
1978/791981/82

XVI/28

TABEL XVI - 7
PEMBANGUNAN GEDUNG DAN RUANG KELAS BARU
SERTA REHABILITASI GEDUNG SMP dan SMA,
1978/79 - 1981/82

TABEL XVI 8
PENATARAN TENAGA PENDIDIKAN,
1978/79 1981/82
(orang)

*) Angka diperbaiki

XVI/29

GRAFIK XVI 6
PEMBANGUNAN GEDUNG DAN RUANG KELAS BARU
SERTA REHABILITASI GEDUNG
SMP DAN SMA,
1978/79 1981/82

XVI/30

GRAFIK XVI - 7
PENATARAN TENAGA KEPENDIDIKAN,
1978/79 - 1981/82

XVI/31

edisi daerah, 90
buletin. Caraka.

ribu

ekaemplar

ediai

Pusat,

Berta

12

ribu

Kegiatan komunikasi pendidikan luar sekolah telah dikem bangkan di 13 daerah operasional, antara lain melalui 720
program radio, 30 program televisi dan 10 program film serta
80 program media lainnya.
g. Peranan Wanita.
Dalam rangka menunjang program khuaus Peningkatan Peranan
Wanita menuju Keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS) telah dilak sanakan latihan dan pembinaan warga belajar wanita yang meliputi sejumlah 7.500 orang peserta. Di samping itu, untuk pe nyelenggaraan lomba desa-binaan Keluarga Sehat Sejahtera te lah diberikan pula bantuan berupa hadiah bagi para pemenang
lomba desa binaan tersebut.
Dalam rangka pembinaan desa-desa percobaan telah dikem bangkan kelompok belajar wanita menuju wiraswasta di 4 daerah
(Sulawesi Tenggara, Kalimantan Selatan, Irian Jaya Berta Nusa
Tenggara Timur) yang meliputi 50 kelompok Kejar Usaha.
Kegiatan swadaya wanita pedesaan telah pula ditingkatkan
dan dalam hubungan ini telah diterbitkan buku Keluarga Sehat dan
Sejahtera sebanyak 11 ribu eksemplar.
h. Generasi Muda.
Pembinaan dan pengembangan generaai muda telah dilaksana kan melalui berbagai kegiatan antara lain pengembangan kepemimpinan dan ketenagaan, ketrampilan dan daya kreasi, pengem
bangan
dan
pengendalian
teknis
operasional
program
generasimuda secara terpadu, pembinaan serta pengembangan organisasi
pemuda, di samping pengadaan serta peningkatan berbagai sarana dan fasilitas pengembangan kepemudaan.
Dalam rangka pengembangan kepemimpinan dan ketenagaan telah dilaksanakan latihan perintis pemuda sebanyak 8,8 ribu
peserta, latihan pemuka pemuda sebanyak 571 orang peserta dan
latihan penuntun pemuda sebanyak 587 peserta. Di samping itu
telah dilaksanakan pula latihan bagi para pendamping pemuda
yang melibatkan aejumlah 60 peserta, penataran penyegaran penatar pemuda sejumlah 50 peserta, penataran pengelola gelanggang pemuda bagi 60 peserta serta penataran teknis 395 orang
penilik olahraga dan pemuda. Sementara itu telah dilaksanakan

XVI/32

pula penataran pemuda tingkat nasional berupa penataran P4


Pemuda yang meliputi sebanyak 525 orang peserta. Demikian pula telah dan sedang dibangun 5 Gelanggang Pemuda (Lhok Semauwe, Pakanbaru, Kendari, Jaya Pura dan Bengkulu) serta 2 buah
Pondok Pemuda (masing-masing di Cibodas Jawa Barat dan di
Denpasar/Kab. Badung).
Dalam rangka pembinaan dan pengembangan ketrampilan dan
daya kreasi telah dilaksanakan antara lain melalui pertukaran
pemuda
antar
negara
(Indonesia-Kanada,
Indonesia-Malaysia,
Indoneaia-Singapura) sebanyak 200 orang sekaligus dalam rangka kerjasama international di bidang kepemudaan, dan melalui
pertukaran pemuda antar propinsi yang melibatkan sejumlah 200
peserta. Kegiatan lainnya yang telah dilaksanakan adalah Pembinaan Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (PASKIBRAKA) dan Cara ka Muda tingkat propinsi sebanyak 26 team yang melibatkan
1.148 peserta, penyelenggaraan festival pemuda di 26 lokasi
yang melibatkan lebih kurang 5.200 peserta, pembinaan 74 kelompok minat pemuda, penyelenggaraan unit percontohan kelompok kerja produktif yang diikuti oleh 260 peserta, perkemahan
kerja pemuda sebanyak 200 orang di 5 lokasi (Sibolangit,
Bangka, Hulu Sungai, Bolaang Mongondow dan Lombok Tengah),
serta pembinaan satuan tugas sukarela pemuda sejumlah 1.300
orang peserta.
Sementara itu kepada KNPI telah diberikan bantuan untuk
peningkatan aktifitas, fungsi, mutu dan pemantapan organisasi, serta pengadaan sarana dan prasarana. Kegiatan yang telah
dilaksanakan antara lain meliputi penyelenggaraan Kongres
KNPI, peningkatan dan pemantapan organisasi KNPI di 27 propinsi (Dati I dan Dati II), pemberian bantuan kepada lima
lembaga KNPI serta kepada 14 organisasi pemuda pendukung
Deklarasi Pemuda, penyediaan buletin sebanyak 70 ribu eksemplar s e r t a p e m b i n a a n a k t i f i t a s K N P I b a g i 8 0 o r a n g .
Kepada Gerakan Pramuka telah diberikan bantuan antara
lain untuk penyelenggaraan latihan pramuka sebanyak 1.420
orang, pembangunan 7 unit Cadika (di DKI Jakarta, Sulawesi
Utara, Maluku, Sumatera Selatan, Sulawesi Tenggara, Nusa
Tenggara Barat dan Jawa Tengah), pelaksanaan Jambore Nasional
tahun 1981 dengan peaerta sebanyak 28 ribu orang, pelaksanaan
Jambore on the Air (JOTA) Nasional dan JOTA International dengan peserta masing-masing 20 orang.
Di samping itu sedang dilaksanakan pembangunan pusat latihan perintis pembangunan pemuda/Pramuka di Rajabasa Lama,
Lampung.
XVI/33

Selanjutnya
muda diberbagai
gai berikut :

kegiatan pembinaan dan pengembangan generasi


bidang pembangunan lainnya antara lain seba-

Kegiatan di bidang hukum dilaksanakan dengan penyelenggaraan penyuluhan hukum dalam rangka menanamkan dan meningkatkan kesadaran hukum. Disamping itu dilakukan pula pembinaan
bimbingan kemasyarakatan dan pengentasan anak yang meliputi
pendidikan sekolah,
pendidikan keagamaan,
kepramukaan,
ketrampilan bertani, ketrampilan berternak dan kewiraswastaan.
Kegiatan dibidang agama bertujuan untuk meningkatkan kehidupan keagamaan, ketrampilan dan kemampuan kewiraswastaan
para pemuda dan remaja, terutama mereka yang berada di daerah-daerah untuk menyemarakkan kehidupan keagamaan dikalangan
anak-anak dan remaja. Kegiatan ini telah dilaksanakan melalui
penataran tenaga pembina sebanyak 52 peserta dari semua golongan agama; penataran ketrampilan kewiraswastaan dan motivasi kreativitas kepada 2.975 pemuda dan remaja, yang terdiri
dari 2.650 remaja Islam, 125 remaja Protestan, 9 0 orang remaja Katholik dan 110 remaja Hindu dan Budha.
Disamping itu telah diberikan pula bantuan biaya kegiatan
operasional kepada 75 kelompok remaja serta bantuan paket
pembinaan kepada 825 kelompok. Paket pembinaan tersebut ber isi antara lain buku-buku pedoman dan buku bacaan yang dapat
mendorong para remaja untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan mereka dalam berusaha dan berdiri di atas kaki sendiri.
Di bidang perkoperasian telah dilaksanakan pendidikan di
36 kabupaten (di 14 propinsi) yang melibatkan 2.010 orang.
Dari jumlah tersebut sebagian besar peserta telah duduk dalam
kepengurusan koperasi baik sebagai anggota, sebagai pengurus,
Badan Pemeriksa, manager maupun karyawan koperasi. Kegiatan
usaha para pemuda yang telah aktif dalam bidang koperasi antara lain kegiatan simpan pinjam, pembibitan padi, pembuatan
batu bata dan pemasarannya, serta pembuatan barang-barang kerajinan untuk souvenir.
Di bidang perdagangan telah dilaksanakan pembinaan pengusaha muda dan pedagang kecil dalam hubungannya dengan pembinaan dunia usaha golongan ekonomi lemah, berupa konsultasi/
penyuluhan yang melibatkan 1.440 peserta serta penataran bagi
1.440 orang peserta di 12 propinsi.

XVI/34

Di bidang pertanian telah diselengggarakan kegiatan peningkatan pembinaan taruna tani dan nelayan usia 13-35 tahun
berupa kegiatan latihan pembina tingkat propinsi yang melibatkan sebanyak 600 orang peserta, kursus kepemimpinan taruna
tani bagi 3.140 peserta serta penyuluhan ketrampilan di bidang usaha tani.
Di bidang kesejahteraan sosial, khususnya untuk mengisi
kegiatan kelompok remaja yang kurang mampu, telah dilaksanakan usaha-usaha dalam wadah Karang Taruna, yaitu dengan memberikan berbagai latihan ketrampilan kerja, kerajinan tangan
serta kesenian dan olahraga, sehingga waktu yang terluang dapat dimanfaatkan untuk karya produktif. Pada tahun ketiga
Repelita III telah diberikan bantuan paket peralatan ketrampilan dan kerajinan tangan kepada 2.311 Karang Taruna. Untuk
lebih meningkatkan dan
mengembangkan pembinaan para remaja
melalui Karang Taruna, telah diselenggarakan penataran bagi
sejumlah pengurus Karang Taruna.
Di bidang kesehatan telah dilakukan berbagai kegiatan antara lain kegiatan peningkatan kebersihan lingkungan, pertolongan pertama pada kecelakaan dan usaha kesehatan dari anak
untuk anak baik di sekolah maupun di luar sekolah. Sementara
itu di 13 propinsi (25 Kabupaten, 45 Kecamatan, 1.050 desa)
telah dilaksanakan kegiatan meningkatkan keadaan gizi dan kesehatan anak dan remaja, melindungi serta mencegah anak remaja dari bahaya narkotika dan obat berbahaya lainnya serta mengikut sertakan remaja dalam kegiatan kesehatan masyarakat.
Di bidang industri, pengembangan generasi muda telah dilaksanakan melalui latihan dan peningkatan ketrampilan, yaitu
untuk berbagai jenis ketrampilan antara lain kerajinan bambu
dan kulit, cetak sablon, konpeksi, dan anyaman rotan. Di sam ping itu diselengggarakan pula kegiatan widya karya yang merupakan pengenalan industri di kalangan generasi muda/mahasiswa yang telah melibatkan 1.000 orang mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi untuk menimbulkan minat mereka supaya
terlibat
dalam
kegiatan
industri.
Untuk
kesinambungan
kegiatan-kegiatan
tersebut
telah
dilakukan
langkah-langkah
untuk memberikan kesempatan kepada eks peserta melalui kerja
praktek di perusahaan-perusahaan tertentu dan balai industri
yang ada, disamping memberikan kesempatan untuk memperdalam
ketrampilan mcreka di daerah-daerah lain yang lebih maju.
Di bidang transmigrasi telah dilaksanakan peningkatan motivasi dan ketrampilan melalui kerja praktek lapangan yang
melibatkan sejumlah 150 orang pemuda transmigran di 5 lokasi
XVI/35

(Berengbengkel di Kalimantan Tengah, Babalu Darat di


tan Timur, Malonas di Sulawesi Tengah, Roraya di
Tenggara dan Klasaman di Irian Jaya).

KalimanSulawesi

Di bidang ketenagakerjaan telah dilaksanakan kegiatan peningkatan kesadaran buruh pemuda berupa 45 kali penyuluhan
yang melibatkan 1.350 peserta. Sasaran penyuluhan adalah calon-calon angkatan kerja yang duduk di kelas-kelas terakhir
pada Sekolah Menengah Atas Kejuruan, Akademi serta Universitas.
Akhirnya dalam rangka meningkatkan komunikasi antar pemuda dan instansi yang terlibat dalam pembinaan kepemudaan telah diterbitkan suatu media bulanan dengan nama Forum Pemuda
yang memuat masalah-masalah yang menyangkut kebijaksanaan dan
program serta ilmu pengetahuan.
i. Keolahragaan
Kegiatan keolahragaan telah dilakukan melalui pembinaan
olah raga bagi anggota masyarakat, pengembangan prasarana dan
sarana olahraga, pembinaan kesegaran jasmani dan rekreasi dan
pembinaan
organisasi
olahraga
serta
peningkatan
prestasi
olahraga.
Pembinaan olahraga bagi anggota masyarakat telah dilaksanakan dengan kegiatan penataran bagi para pelatih olahraga
sejumlah 1,3 ribu peserta, pemasalan/pertandingan olah raga
yang melibatkan sebanyak 119 ribu pelajar, 49,3 ribu mahasiswa dan 252,9 ribu anggota masyarakat lainnya. Juga telah dilaksanakan pemasalan olahraga cacad dalam rangka Pekan Olahraga Nasional ke X yang melibatkan sejumlah 250 orang. Di
samping itu telah pula diselenggarakan gerak jalan khusus untuk
wanita yang melibatkan 1.000 peserta.
Telah pula dilaksanakan pembinaan olahraga berbakat seba nyak 116 orang di Pusat serta 75 orang di daerah (di Salatiga, Palembang dan Ujung Pandang) khusuanya dalam cabang olahraga sepak bola, serta pengembangan kerjasama olahraga internasional sebanyak 16 kali kegiatan.
Sementara itu telah pula dilaksanakan kejuaraan nasional,
regional maupun internasional yang melibatkan sejumlah 1,4
ribu pelajar, 1,3 ribu mahasiswa dan 123 orang anggota masyarakat lainnya. Penataran penatar utama pencak silat telah
pula dilaksanakan yang diikuti oleh 50 peserta.

XVI/36

Pembinaan organisasi olahraga telah dilaksanakan dengan


jalan mengadakan penelitian organisasi dan
pengorganisasian
olahraga di Indonesia yang telah dilaksanakan di 7 daerah.
Pengadaan booklet dan kaset senam pagi Indonesia telah dilaksanakan sebanyak 35.200 buah.
Pengembangan prasarana dan sarana olahraga yang telah dilaksanakan antara lain ialah pembangunan kolam renang serta
rehabilitasi bangunan tempat latihan olahraga seluas 3 ribu
m2,
pembuatan/rehabilitasi sejumlah lapangan olahraga seluas 176,8
ribu m2 dan pembuatan lapangan olahraga keras/rumput
seluas
213,9 ribu m2, pengadaan peralatan olahraga antara
lain
meliputi sebanyak 3,4 ribu perangkat untuk kecamatan
serta 899
perangkat lainnya antara lain untuk perguruan ting- gi, sanggar
kegiatan belajar, bidang olahraga di 2 7 propinsi,
dan 4 pusat
latihan belajar SMP/SMA Negeri (di Jakarta, Sala-tiga, Ujung
Pandang dan Palembang). Di samping itu
juga dilaksanakan
pengadaan 10 unit alat laboratorium/penelitian dan pengadaan
buku olahraga sebanyak 16 ribu buah.
Bantuan
pembinaan
organisasi
olahraga
dan
peningkatan
prestasi olahraga telah diberikan kepada KONI diantaranya untuk penyelenggaraan PON X dengan pesertanya sejumlah 33 ribu
peserta dalam 4 1 cabang olahraga.
Berbagai penelitian lanjutan yang telah dilaksanakan meliputi antara lain: kesegaran jasmani dan rekreasi anak balita, pelajar dan remaja, mahasiswa dan pemuda serta karyawan
dan kelompok khusus seperti olahragawan, ABRI, penderita cacat dan kelompok masyarakat lainnya; kesehatan sekolah yang
meliputi aspek-aapek kehidupan lingkungan sekolah sehat; pendidikan kesehatan dan pelayanan kesehatan di sekolah; kesegaran jasmani yang meliputi penampilan kemampuan gerak kerja
fisik
dan
ketrampilan/ketangkasan
olahraga;
dan
penelitian
laboratoris mengenai faal kerja dan kesehatan olahraga. Sementara itu telah pula dilaksanakan pencetakan 11 ribu buku
hasil penelitian kesegaran jasmani dan rekreasi.
j.

Pengembangan Sistim Pendidikan

Untuk mencapai suatu sistim pendidikan nasional yang


mantap diperlukan usaha-usaha penyempurnaan melalui berbagai
kegiatan penelitian dan pengembangan.

XVI/37

Dalam rangka menunjang usaha memperluas kesempatan belajar pada tingkat pendidikan dasar telah dilaksanakan program PAMONG yaitu pendidikan anak oleh masyarakat, orang tua,
dan guru yang sementara ini telah dan sedang dicobakan di daerah Solo, Malang dan Gianyar. Di samping itu telah dilaksanakan pula program SD Kecil yang ditujukan untuk menampung
anak-anak yang tinggal di daerah terpencil. Pada tahap ini
telah dan sedang dirintis Sekolah Dasar Kecil di daerah Kalimantan Tengah , Kendari Selatan dan Jawa Timur.
Pada tingkat pendidikan menengah diselenggarakan pengembangan penerapan prinsip teknologi yang memungkinkan murid belajar sendiri dari berbagai sumber belajar yang berfungsi sebagai penyalur informasi. Pada tahap ini telah di rintis pelaksanaannya di lima propinsi yaitu Lampung, Jawa
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat. Sementara itu telah pula dilakukan penelitian calon lokasi SMP
Terbuka lainnya.
Untuk menunjang usaha memperluas kesempatan belajar bagi
anak luar biasa, terutama anak-anak yang menderita berbagai
macam tuna, telah diaelenggarakan program pengembangan uji
coba
sekolah luar biasa, pemantapan pendidikan terpadu dan berbagai
macam penelitian lainnya.

Dalam rangka menunjang usaha meningkatkan mutu pendidikan


telah dilaksanakan penataran guru SD dengan media radio, film
dan slide yang melengkapi penataran secara tatap muka di 15
propinsi. Pengembangan kurikulum bagi berbagai jenis dan jenjang pendidikan telah dilanjutkan, yaitu: kurikulum prasekolah yang disesuaikan dengan keadaan dan kondisi di Indonesia;
kurikulum sekolah dasar terpadu sebagai bekal untuk pendidikan selanjutnya dan siap menghadapi kenyataan di masyara kat; kurikulum sekolah luar biasa terpadu; dan kurikulum SMP
Terbuka pada tingkat pendidikan menengah. Di samping itu, untuk mempersiapkan anak didik agar mampu terjun ke masyarakat
sedang dikembangkan suatu program pendidikan ketrampilan terminal. Untuk meninjau kelengkapan buku pedoman sedang dikembangkan penyempurnaan kurikulum sekolah guru pendidikan luar
biasa. Selanjutnya, peningkatan sistim pengajaran di perguruan tinggi sedang dilaksanakan melalui uji-coba sistim pengajaran dengan modul di perguruan tinggi. Demikian pula sedang dilaksanakan usaha pengembangan metodologi berbagai studi, pengembangan sistim sebagai penunjang pelaksanaan kurikulum serta pengembangan prasarana/aarana pendidikan.

XVI/38

Usaha standardisasi dan akreditasi telah dilaksanakan melalui penyusunan dan pengembangan soal-soal ujian prestasi
belajar berdasarkan kurikulum, pengembangan bank soal, penyusunan tes intelegensia yang baru, dan studi kesahihan beberapa alat ukur untuk seleksi masuk perguruan tinggi.
Dalam rangka usaha mengembangkan sistim pendidikan yang
lebih serasi dengan pembangunan nasional telah dilaksanakan
studi untuk merumuskan lebih lanjut hasil Komisi Pembaharuan
Pendidikan yang telah dijadikan bahan ramuan untuk merumuskan
konsep pembaharuan pendidikan nasional. Di samping itu telah
pula dilaksanakan studi pendidikan di dunia kerja.
Untuk meningkatkan daya guna dan tepat guna pengelolaan
pendidikan telah dilanjutkan pengembangan suatu sistim pendidikan multistrata, yaitu program sarjana, program diploma,
dan program akta. Sistim ini dilaksanakan dengan penerapan
kurikulum teras untuk tiap bidang studi dan dengan penerapan
sistim kredit bagi penentuan bahan belajar sehingga sistim
tersebut dapat memberikan lebih banyak diversifikasi program
pendidikan, keluwesan dan kemungkinan pemindahan hasil pendidikan dari program satu ke program lain.
Untuk meningkatkan daya guna dan tepat guna pengelolaan
pendidikan telah dilanjutkan pula kegiatan pengembangan sistim informasi melalui kegiatan pengembangan sistim pengumpulan, pengolahan, analisa dan sintesa data serta penyimpanan
dan penelusuran data untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan pendidikan di masa lalu maupun dimasa depan. Dalam
pada itu sedang dikembangkan pendataan pendidikan luar sekolah dan olahraga serta generasi muda, sedangkan pendataan
kebudayaan dan pendataan keuangan/pembiayaan pendidikan terus
dilanjutkan.
B.

KEBUDAYAAN
MAHA ESA

NASIONAL

DAN

KEPERCAYAAN

TERHADAP

TUHAN

YANG

l.Pendahuluan
Sebagaimana ditetapkan dalam Garis-garis Besar Haluan
Negara, pembangunan Nasional berdasarkan Pancasila dan Un dangUndang Dasar 1945 dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia
Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat
Indonesia.
Hal
ini
menunjukkan
bahwa
bangsa
Indonesia
menghendaki terwujudnya keselarasan hubungan antara manusia de

XVI/39

ngan Tuhannya, antara sesama manusia serta lingkungan alam


sekitarnya, keserasian hubungan antara bangsa-bangsa dan juga
keselarasan antara cita-cita hidup didunia dan mengejar kebahagiaan di akhirat. Dengan demikian maka kehidupan manusia
dan masyarakat yang serba selaras adalah tujuan akhir Pembangunan Nasional, yakni suatu masyarakat maju, adil dan makmur berdasarkan Pancasila.
Mengingat bahwa Modal Budaya Bangsa Indonesia ialah budaya Bangsa Indonesia yang telah berkembang sepanjang sejarah
bangsa, maka kebijaksanaan Pembinaan Kebudayaan Nasional dan
Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa tetap dibina berdasarkan azas perikehidupan bangsa yang serasi dengan tingkat
kemajuan masyarakat, merata dan seimbang serta adanya keselarasan kehidupan yang sesuai dengan kemajuan Bangsa.
Dalam pada
itu pembinaan
dan pengembangan
kebudayaan
nasional yang utuh dan tangguh dilaksanakan dengan mengingat
hal-hal sebagai berikut :
a.
b.

c.

kenyataan bahwa masyarakat Indonesia itu merupakan masyarakat majemuk, terdiri dari sejumlah suku bangsa dengan
latar belakang dan sejarah yang berbeda-beda;
masyarakat yang majemuk itu sedang mengalami pergeseran
sistem nilai sebagai akibat pembangunan yang pada hakekatnya merupakan proses pembaharuan di segala sektor kehidupan;
derasnya arus pengaruh kebudayaan asing sebagai akibat
perkembangan teknologi modern, khususnya di bidang komunikasi dan transportasi sehingga memperlancar kontak-kontak antar kebudayaan.

Selanjutnya disadari bahwa Budaya Indonesia pada hakekat


nya adalah satu, sedangkan corak ragam budaya yang ada menggambarkan kekayaan Budaya bangsa yang menjadi modal dan landasan pengembangan Budaya Bangsa seluruhnya, yang hasil-hasilnya dapat dinikmati oleh Bangsa. Untuk itu nilai-nilai budaya Indonesia terus dibina dan dikembangkan guna memperkuat
kepribadian bangsa, mempertebal rasa harga diri dan kebanggaan nasional serta memperkokoh jiwa kesatuan nasional. Kebudayaan nasional terus dibina berdasarkan norma-norma Pancasila dan diarahkan pada penerapan nilai-nilai hidup luhur. Selain dari itu diusahakan peniadaan dan pencegahan nilai-nilai
sosial budaya yang bersifat feodal dan kedaerahan yang sempit. Dengan demikian maka pengembangan kebudayaan nasional
diarahkan kepada nilai-nilai luhur yang menunjang pengem-

XVI/40

bangan ketangguhan Bangsa Indonesia untuk menjamin


sungan hidupnya menuju kejayaan Bangsa dan Negara.

kelang-

Dalam rangka ini antara lain pengembangan kebudayaan diarahkan pula untuk memperkokoh persatuan dan kesetiakawanan,
menanamkan sikap tenggang rasa, hemat, prasaja, bekerja keras, cermat, tertib, penuh rasa pengabdian, jujur dan kewiraan, serta menanamkan sikap menghargai karya orang lain yang
bermanfaat bagi masyarakat.
Karena pengembangan kebudayaan merupakan bagian terpadu
dari pembangunan nasional, pembangunan di satu pihak membutuhkan
persyaratan-persyaratan
nilai
budaya
yang
mendukung
pembangunan, dan di lain pihak pembangunan juga memberi akibat sampingan yang pemecahannya dapat diketemukan dalam kebudayaan.
Untuk mencapai keadaan yang diinginkan, pembangunan kebudayaan nasional dan pembinaan Penghayatan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dilaksanakan dengan kebijakan pokok
sebagai berikut :
a.

Peningkatan penyelamatan warisan budaya dalam bidang kepurbakalaan, kesejarahan dan permuseuman melalui langkahlangkah survai koleksi, perencanaan dan fungsionalisasi
museum
dan
inventarisasi,
pemeliharaan
dan
pemugaran,
serta pendokumentasian dan penerbitan data tentang peninggalan sejarah dan purbakala.

b.

Peningkatan dan pengembangan seni budaya nasional dan daerah dengan sasaran pengembangan satu budaya Indonesia,
antara lain melalui pembinaan sosiodrama hingga tingkat
desa, serta usaha pengamanan kebudayaan nasional dari pengaruh-pengaruh negatif.

c.

Peningkatan khasanah Bahasa Indonesia dan daerah melalui


pembinaan kegiatan kebahasaan, kesastraan, perbukuan dan
perpustakaan. Beberapa sasaran pokok ialah pembakuan bahasa
Indonesia,
penyuluhan penggunaan bahasa
Indonesia
dan daerah, penulisan dan penerbitan buku bacaan maupun
berbagai leksikon istilah ilmu pengetahuan, dan penyediaan bahan kepustakaan.

d.

Pemantapan kebijakan pembinaan kebudayaan dilakukan melalui


peningkatan
usaha-usaha
inventarisasi,
dokumentasi
dan evaluasi bahan data dan bahan informasi Kepercayaan
Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, serta pengembangan kebi

XVI/41

jakan pembinaan penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang


Maha Esa.
e. Berbagai
diperoleh
nelitian
pahlawan
tra serta
f.

jenis kegiatan kebudayaan sangat diperlukan yang


melalui kegiatan inventarisasi kebudayaan, pesejarah dan nilai tradisi, penulisan biografi
dan tokoh masyarakat, penelitian bahasa dan saspenelitian kepurbakalaan.

Untuk menunjang kegiatan pengembangan kebudayaan diadakan


peningkatan kemampuan dan pengetahuan teknik-tenaga-tena ga petugas bidang kebudayaan serta pengawasan pelaksanaan tugas
pengembangan kebudayaan nasional.

Tujuan
pembinaan
dan
pengembangan
kebudayaan
nasional
tersebut selanjutnya dijabarkan dalam program-program sebagai
berikut :
a.
Program
Kepurbakalaan,
Kesejarahan
dan
Permuseuman.
b. Program Pengembangan Seni Budaya
c. Program Kebahasaan dan Kesastraan, Perbukuan dan Perpustakaan
d. Program Inventarisasi Kebudayaan
e. Program Pembinaan Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan
Yang Maha Esa
f. Program Pendidikan Tenaga Kebudayaan

2.Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan dan Hasil-hasilnya


a.

Kepurbakalaan, Kesejarahan dan Permuseuman

Program ini dilaksanakan berdasarkan pengarahan Garis-garis Besar Haluan Negara yang menyatakan bahwa tradisi dan peninggalan sejarah yang mempunyai nilai perjuangan bangsa, kebangsaan, serta kemanfaatan Nasional tetap dipelihara dan dibina untuk memupuk, memperkaya dan memberi corak kepada kebudayaan nasional.
Pembinaan dan pemeliharaan tersebut di atas diusahakan
melalui kegiatan-kegitan : (1) Pemugaran, pemeliharaan dan
penyelamatan peninggalan sejarah dan purbakala, termasuk penyelesaian pemugaran Candi Borobudur dan candi-candi lainnya;
(2) melakukan inventarisasi, registrasi dan dokumentasi tentang khasanah peninggalan sejarah dan purbakala di seluruh
propinsi; (3) mengadakan perencanaan, fungsionalisasi dan
pengadaan koleksi permuseuman di 26 propinsi; (4) melanjutkan
pemugaran rumah adat, bekas keraton, benteng, gereja, mesjid,

XVI/42

pura dan bangunan peningggalan bersejarah (termasuk pemugaran


akibat bencana alam) dan ( 5 ) mengadakan studi kelayakan pada
lokasi yang dipertimbangkan untuk dipugar.
Usaha-usaha yang dilakukan dalam tahun 1981/82 berupa penyelesaian
museum-museum
propinsi
terutama
fungsionalisasi
dari 11 museum propinsi di Jakarta, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, DI Aceh, Sumatera Barat, Kalimantan
Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan dan Maluku.
Selain dari itu diadakan peralatan tehnik untuk museum
antara lain peralatan edukasi, perpustakaan, dokumentasi, pameran, dan lain-lainnya sebanyak 78 unit, pengadaan koleksi
museum 128 jenis meliputi historika , replika, etnografika,
Numismatika, keramika, archeologika dan naskah kuno. Dalam
rangka peningkatan apresiasi masyarakat terhadap peninggalan
sejarah dan purbakala telah dilaksanakan pameran di 26 propinsi sebanyak 39 kali penerbitan brosur/majalah permuseuman .
selain itu pendokumentasian bahan museum telah dilaksanakan
di 3 propinsi. Dalam usaha peningkatan kemampuan pengelolaan
museum/tugas pelayanan museum telah ditatar sebanyak 49 orang
tenaga permuseuman.
Di samping itu telah diberikan bantuan terhadap museum
Pemerintah Daerah dan Swasta sebanyak 38 museum di 26 propinsi.
Kegiatan pengamanan, pemeliharaan dan perlindungan warisan sejarah purbakala telah menginventarisasi 1.264 situs di
26 propinsi, mengadakan studi kelayakan di 50 lokasi. Selain
itu telah dipugar/direhabilitasi antara lain 9 lokasi Taman
Purbakala, 10 lokasi kompleks percandian, 15 lokasi keraton/
istana, 3 lokasi pura, 14 lokasi mesjid, 20 lokasi makam, 5
buah rumah adat, 9 lokasi bangunan bersejarah dan 7 lokasi
benteng. Dalam pada itu pemugaran candi Borobudur mencakup
penataan kembali batu-batu candi bagian timur dan barat.
b. Pengembangan Seni Budaya
Kebijaksanaan dalam pengembangan kesenian dititik beratkan
untuk
memelihara,
melestarikan
dan
mengembangkan
kesenian
tradisional sebagai sumber kehidupan kesenian pada masa-masa
selanjutnya dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
(1) meningkatkan
sosiodrama/-

pembinaan

k e l o m p o k -kelompok

teater rakyat di seluruh propinsi;


( 2) mengadakan
pembi

inventarisasi,

penggalian,

konservasi,

XVI/43

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

naan dan pengembangan serta penyebar luasan kesenian ke seluruh


propinsi;
membina dan mengembangkan berbagai jenis karya seni kepa- da
masyarakat luas melalui penyuluhan, pameran, pagelaran dan
pertukaran duta seni;
membina berbagai organisasi profesi kesenian di seluruh
propinsi;
memberikan bantuan berupa peralatan ataupun biaya untuk
seluruh propinsi;
meningkatkan kerjasama antar negara ASEAN dalam bidang
tertiban bahan budaya, pameran dan pementasan kesenian;
mengadak studi kelayakan pengembangan Wisma Seni Nasio-nal

Program kesenian merupakan perwujudan kebudayaan yang meningkatkan nilai etik dan estetik dari masyarakat.Nilai-nilai
ini perlu dipertahankan dan dikembangkan agar tercapai kese imbangan antara nilai kesejarahan materi dan nilai spiritual
akibat perkembangan ekonomi modern. Kegiatan pengembangan
seni budaya dalam tahun 1981/82 meliputi antara lain : pendataan, sosiodrama di 26 propinsi yang meliputi 61.341 desa,
penggalian dan pengembangan kesenian di 27 propinsi berupa
perlombaan, penyebar luasan berbagai jenis kesenian pada ber bagai
propinsi melalui 110 kali pameran, 73 kali pagelaran, tukar
menukar duta seni dan festival tingkat propinsi maupun nasional,
pemberian bantuan peralatan kesenian kepada 246 kabupaten/kodya, 687
kecamatan di 27 propinsi dan 57 daerah transmigrasi, serta
memantapkan persiapan pembangunan Wisma Seni Nasional.
c.

Kebahasaan, Kesastraan, Perbukuan dan Perpustakaan

Kebijaksanaan
program
ini
diarahkan
kepada
pembinaan
dan
pengembangan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional, yang
berfungsi sebagai sarana komunikasi antara lain di bidang pengetahuan melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
(1) penyusunan perkamusan dan
antara ahli Bahasa Indonesia;

peristilahan

melalui

pertemuan

(2) memperluas
pengetahuan
kebahasaan
dan
kesastraan
kepada
masyarakat luas melalui lembaga pendidikan, media komunikasi massa dan penerbitan;
(3) menerbitkan majalah pengetahuan umum
buku sastra serta penerjemahan karya
sastraan daerah maupun nasional;
XVI/44

dan profesi, bukukebahasaan dan ke-

(4)

meningkatkan fasilitas dan pengembangan


sistem perpustakaan di daerah dan pusat;

pelayanan

dan

(5) meningkatkan volume dan mutu perbukuan serta majalah profesi;


(6) mengadakan persiapan pembentukan perpustakaan nasional;
(7) memperluas
penyebaran
aspek-aspek
kebudayaan
melalui
media cetak, film, televisi dan radio serta melaksanakan
studi pengembangan pusat informasi.
Dalam rangka pelaksanaan program tersebut
telah dilakukan kegiatan antara lain :

pada

tahun

1981/82

Pembinaan Bahasa Indonesia yang terus dilakukan untuk meningkatkan pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar dengan jalan penelitian, pengembangan pembakuan bahasa, penyediaan berbagai publikasi dan penyuluhan lewat berbagai media.
Usaha-usaha yang telah dilaksanakan dalam tahun 1981/82 antara lain ialah : penelitian Sastra Indonesia dan Sastra Daerah, penyusunan 10 judul kamus dan peristilahan, satu kali
sidang Majelis Bahasa Indonesia - Malaysia, penerjemahan 10
judul naskah, penerbitan majalah 12 nomor sebanyak 36.000
eksemplar, pembinaan bahasa melalui TVRI dan RRI, serta perluasan gedung Pusat Bahasa.
Selain itu telah diterbitkan pula sejumlah majalah untuk
SD, SMTP, SMTA, dan Perguruan Tinggi serta diusahakan pula
penerbitan buku bacaan populer. Di
bidang perpustakaan telah
ditingkatkan persiapan perpustakaan nasional dan penerbitan
sebanyak 10.000 eksemplar untuk Bibliografi Nasional Indonesia dan Bibliografi Daerah, pengembangan 30 perpustakaan wilayah, 220 perpustakaan umum Dati 11, 15 perpustakaan kecamatan, 327 perpustakaan desa, 4 perpustakaan umum percontohan,
14 erpustakaan keliling, 18 perpustakaan perintis sekolah,
bantuan perpustakaan Umum Rekso Pustoko (Solo) dengan 1.000
eksemplar buku.
Dalam rangka pengembangan media kebudayaan telah dilakukan acara kegiatan kebudayaan lewat TVRI sebanyak 9 kali,
film kebudayaan 8 judul, Album Seni Budaya 2 bidang, buku
Pustaka Wisata Budaya, penerbitan majalah Warta Budaya, serta
pameran seni rupa dan patung.

XVI/45

d. Inventarisasi Kebudayaan
Tanpa meninggalkan prinsip k e Indonesiaan, inventarisasi
kebudayaan
daerah
dilaksanakan terus-menerus
untuk
mengembangkan kebudayaan nasional dengan kegiatan-kegiatan antara
lain sebagai berikut:
(1)

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

inventarisasi dan dokumentasi kebudayaan daerah dan sejarah nasional di seluruh propinsi termasuk tradisi turun
temurun yang telah mencapai 130 naskah yang meliputi 26
propinsi
pengkajian naskah 50 calon pahlawan, calon tokoh nasional, tokoh nasional dan sejarah pahlawan;
menyelenggaran
seminar
kesejarahan
nasional
untuk
menyempurnakan naskah inventarisasi;
melaksanakan penelitian kepurbakalaan dan peningkatan balai penelitian arkeologi dengan dukungan administrasi dan
unit perkantoran;
pembinaan kerjasama kebudayaan antar negara/departemen
dengan sasaran kegiatan UNESCO, ASEAN, SPAFA dan HAPSAK;
penelitian bahasa dan sastra Indonesia dan sastra Daerah;
pembinaan teknik dan kebijakan kebudayaan dengan kegiatan
koordinasi perencanaan dan pelaksanaan s e r t a penyusunan/
penulisan sumber informasi kebudayaan.

Dalam tahun 1981/82 telah dilakukan


tarisasi kebudayaan antara lain :

kegiatan-kegiatan

inven-

Inventarisasi kebudayaan yang dilakukan dalam rangka penyelamatan dan pemeliharaan warisan budaya telah berhasil
menghimpun 5 aspek, antara lain : mengenai sejarah daerah,
adat istiadat daerah, cerita rakyat, permainan rakyat, geografi budaya daerah dari 26 propinsi yang menghasilkan 130
naskah dan penerbitan sebanyak 67 naskah, penyusunan naskah
biografi dan 50 calon pahlawan/tokoh nasional.
Dalam rangka kegiatan penelitian bahasa dan sastra Indonesia dan sastra Daerah telah disusun laporan penelitian sebanyak 114 jenis, yang meliputi: penelitian struktur bahasa
daerah, sistem perulangan, sistem morfologi, marfosintaksis,
geografi dialek, sastra lisan, novel dan drama.
Di samping itu telah dibangun 3 buah sarana laboratorium
arkeologi di Bandung, Yogyakarta dan Bali. Juga telah diada- kan
kegiatan penelitian purbakala yang meliputi penelitian b i d a n g
pra sejarah, arkeologi klasik, arkeologi Islam,

XVI/46

paleoantropologi dan paleoekologi radiometri. Selain itu program ini juga melaksanakan koordinasi dan bimbingan pada 166
proyek di 27 propinsi.
e. Pembinaan
Esa.

Penghayat

Kepercayaan

Terhadap

Tuhan

Yang

Maha

Didalam Ketetapan MPR No. I I tahun 1978 antara lain dinyatakan bahwa didalam kehidupan masyarakat Indonesia dikembangkan sikap hormat-menghormati dan bekerjasama antara pemeluk-pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda, sehingga dapat selalu dibina kerukunan hidup di
antara sesama umat beragama dan berkepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa. Atas dasar ketentuan tersebut dalam rangka
Program Pembinaan Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang
Maha Esa telah dilakukan kegiatan-kegiatan :
( 1 ) mengadakan inventarisasi dan dokumentasi serta evaluasi
tentang
permasalahan
penghayatan
Kepercayaan
Terhadap
Tuhan Yang Maha Esa di berbagai daerah;
(2) menyusun
program
pembinaan/konsep
bagi
para
penghayat
Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan
pengarahan Garis-garis Besar Haluan Negara;
(3) menyusun program kerja dan langkah-langkah kebijakan yang
sesuai dengan Sila Ke-Tuhanan Yang Maha Esa dan Sila
Kemanusiaan yang adil dan beradab.
Program ini antara lain diarahkan kepada pembinaan budi
luhur bangsa Indonesia. Kegiatan yang dilakukan dalam tahun
1981/82 antara lain ialah inventarisasi dan dokumentasi jumlah penghayat dan aliran yang mencapai 427.006 orang dan 217
organisasi
penghayat
kepercayaan
kelembagaan
sosial/organisasi penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa di 26
propinsi.
Selain itu diadakan penyempurnaan dan pengadaan 3 naskah
hasil inventarisasi, sarasehan antar penghayat kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa sebagai media komunikatif yang
sekaligus bersifat bimbingan serta penerbitan 18.000 eksemplar buku, serta siaran melalui radio dan TVRI.
f.

Pendidikan Tenaga Kebudayaan

Dalam program pendidikan di bidang kebudayaan dilakukan


pula penataran tenaga teknik kegrafikan sebanyak 469 orang
yang terdiri dari penataran program reguler, asisten instruktur, produksi buku (bekerjasama dengan UNESCO ). Selain itu
XVI/47

telah diterbitkan buku-buku pedoman teknik kegrafikaan sebanyak 3.000 eksemplar serta majalah penyuluhan grafika sebanyak 16.000 eksemplar. Guna mengetahui mutu dan ketetapan
bahan cetak oleh Pusat Grafika Indonesia telah diadakan eksperimen dan pengujian bahan-bahan kegrafikan antara lain tentang mutu kertas, tinta dan bahan-bahan kimia lainnya. Penataran tenaga teknik kebudayaan telah menatar sebanyak 455
orang antara lain dalam bidang: museum, kepurbakalaan, kesenian, perpustakaan, dan kebahasaan.

XVI/48

You might also like