Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
DIAN MAY FITRI
120140106010
1 | Page
1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
1.1.1. Sejarah Singkat IKAHAN
1.1.2. Bentuk Kerja Sama Indonesia dan Australia dalam IKAHAN
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Pertanyaan Penelitian
1.4. Tujuan Penelitian
1.5. Manfaat Penelitian
1.6. Ruang Lingkup Penelitian
2. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Pemikiran
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Teori Peran Aktor dalam Hubungan Internasional
2.1.2. Teori Perspektif Strategic/Rational Model dalam Analisis Kebijakan Luar Negeri
2.2. Kerangka Pemikiran
3. Metode Penelitian
3.1. Jenis Penelitian
3.2. Jenis dan Sumber Data
3.3. Tehnik Pengumpulan Data
3.4. Tehnik Analisis Data
3.4.1. Reduksi Data
3.4.2. Penyajian Data
3.4.3. Verifikasi Data
4. Pembahasan
4.1. Analisis Pola Interaksi pada Kemitraan Strategis Indonesia dan Australia dalam
IKAHAN
4.2. Analisis Perspektif Strategic/Rational Model pada Kemitraan Strategis Indonesia dan
Australia dalam IKAHAN
5. Kesimpulan
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
5.1. Latar Belakang
5.1.1. Sejarah Singkat IKAHAN
IKAHAN merupakan Ikatan Alumni Pertahanan Indonesia dan Australia yang memiliki
keanggotaan terbuka setiap personil TNI yang telah menyelesaikan pendidikan militer di
Australia, berpartisiapasi dalam pelatihan bersama dengan Australian Defense Force,
mengunjungi Autralia pada kapasitas dinas dan mengikuti seminar dan konferensi di Australia.
Di sisi sebaliknya, hal tersebut juga berlaku untuk semua personil pertahanan Australia dengan
pengalaman yang sama di Indonesia.
Pada Juni 1961, dua perwira muda Angkatan Darat Indonesia, Letkol Witono Sarsono
dan Letkol Tambunan dikirim ke Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat Australia di Fort
Queenscliff untuk kursus pelatihan selama 18 bulan. Kemudian pada tahun 1964, Mayor Colin
East menjadi siswa pertama Australia yang memulai kursus pelatihan di Sekolah Staf dan
2 | Page
Komando Indonesia, Bandung. Setelah selesai menjalani Sekolah Staf dan Komando, mereka
kembali ke negara masing-masing dan memberikan sumbangsih luar biasa kepada bangsanya.
Sumbangsih terbesar mereka adalah dengan memprakarsai proses saling pengertian dan
kesadaran silang budaya yang didapatkan melalui pengalaman selama berada di negara lain.
Mantan Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono pada bulan Maret 2010 dalam
suatu pidato di Parlemen Australia menggambarkan hubungan Indonesia dan Australia sebagai
suatu kemitraan strategis dan meminta kedua belah pihak untuk memperdalam dan
memperluas hubungan antar manusia demi mendukung hubungan kemitraan tersebut. Tepat
setelah satu tahun pidato bersejarah Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tersebut,
pada tanggal 22 Maret 2011 Wakil Panglima Angkatan Bersenjata Australia dan mitra kerjanya,
Kepala Staf Umum TNI secara resmi meluncurkan Ikatan Alumni Pertahanan Indonesia dan
Australia atau disingkat IKAHAN. Secara resmi, pembentukan IKAHAN tersebut didukung
pada bulan Juni 2011 baik oleh Panglima TNI dan Menteri Pertahanan Republik Indonesia.
Sebagai bentuk apresisasi dan peringatan bagi ribuan perwira militer Indonesia dan
Australia yang secara resmi telah bekerjasama selama lima puluh tahun pertama hubungan
bilateral ini, maka IKAHAN hadir sebagai wadah pertemuan Ikatan Alumni Pertahanan
Indonesia dan Australia dengan tetap memegang teguh prinsip perdamaian dan kerjasama.
Selain itu, penting untuk diperhatikan bahwa di tahun 2011 telah terlaksana tingkatan tertinggi
untuk pelatihan, pendidikan, latihan dan operasi antara TNI dan Angkatan Bersenjata Australia
selama lebih dari 15 tahun dengan beberapa fokus kegiatan utama dilaksanakan sepanjang
tahun di darat, di laut dan di udara. Perluasan hubungan bilateral ini dilangsungkan bersamasama dengan kegiatan kebudayaan, pendidikan dan olahraga regular yang diselenggarakan oleh
Ikatan Alumni.
Brigadir Jenderal Hogan (2011) menyatakan bahwa sejarah hubungan Pertahanan
Indonesia dan Australia memiliki masa depan yang panjang dan dinamis dan akan terus
berkembang seiring dengan perjalanan waktu. Australia tertarik untuk terus membuka
kemungkinan dan kesempatan di masa depan bagi kedua negara. Dengan kemajuan teknologi,
hubungan diplomatik antar kedua negara menjadi lebih mudah.
Ikatan Alumni Pertahanan Indonesia dan Australia atau IKAHAN telah diluncurkan
oleh Wakil Kepala Angkatan Pertahanan Australia, Lieutenant General David Hurley, AC, DSC
bersama mantan rekan kerja Marsekal (Purn) Edy Harjoko di Jakarta pada tanggal 22 Maret
2011. Pembentukan IKAHAN merupakan langkah bersejarah hubungan bilateral Pertahanan
3 | Page
antara Indonesia dan Australia. IKAHAN adalah Alumni Pertahanan Indonesia pertama dengan
negara lain dan merupakan langkah bersejarah hubungan bilateral Indonesia dan Australia.
IKAHAN merupakan salah satu kontribusi dari masa pemerintahan Mantan Presiden
Yudhoyono bagi hubungan bilateral antara Indonesia dan Australia dalam menjalin kerjasama
untuk memperkuat dan memperdalam hubungan antar manusia. Sejarah membuktikan bahwa
kedua negara telah saling membantu satu sama lain dalam hubungan Pertahanan selama lebih
dari 60 tahun, mdimulai sejak tahun 1947 ketika pengamat militer Angkatan Darat Australia
datang ke Indonesia di bawah panji PBB untuk mengawasi gencatan senjata antara pasukan
Indonesia dan Belanda (http://ikahan.com/about/ikahan/).
Selain kerjasama dalam tataran pertahanan praktis, Indonesia dan Australia memiliki
sejarah panjang kerjasama di bidang pendidikan militer. Sejak tahun 1961, Indonesia telah
banyak personil TNI di semua peringkat ke Australia setiap tahun. Demikian pula, banyak
anggota Angkatan Pertahanan Australia (ADF) yang telah dilatih di Indonesia selama bertahuntahun, sejak siswa ADF pertama kali memasuki SESKO pada tahun 1964. Keanggotaan
Alumni terbuka untuk setiap personel TNI yang telah dilatih di Australia yang telah
berpartisipasi dalam Latihan dengan ADF atau mengunjungi Australia dalam kapasitas dinas
resmi. Sebaliknya, kesempatan yang sama juga terbuka untuk semua personil ADF dengan
pengalaman yang sama di Indonesia.
5.1.2. Bentuk Kerja Sama Indonesia dan Australia dalam IKAHAN
Secara umum, bentuk kerja sama Indonesia dan Australia dalam IKAHAN dibagi
dalam beberapa bagian, yaitu militer, pendidikan, dan kebudayaan. Dalam bidang militer,
bentuk kerjasama dapat dilaksanakan dalam hal latihan gabungan matra darat, laut, dan udara.
Sebagai contoh:
1. F-16 Fighting Falcon dan F/A-18 dalam Latihan Elang Ausindo 2011 di Pangkalan Udara
Ngurah Rai, Bali, 5-9 September 2011.
6. Operations in Urban Terrain, 17 Juli hingga 3 Agustus 2011 di Townsville dan Tully
(Queensland). Latihan ini biasa disebut JOCIT (Junior Officer Close Country Instructional
Techniques), merupakan salah satu fitur kerjasama antara TNI AD dan ADF sejak tahun
1982 yang diselenggarakan hampir setiap tahun.
7. Latihan Bersama Kopassus dan SARS Dawn Komodo 2011
8. Pertukaran Perwira Kadet Australia ke Akademi Angkatan Udara
9. Kunjungan Kehormatan oleh Chief of Army Australia
10.
Kunjungan Kerja Pangkostrad ke Australia
11.
Angkatan Laut Australia Indonesia Gelar Latihan Bersama New Horizon 2011
12.
Kerjasama Infanteri Mekanis Indonesia dan Australia
13.
Rajawali Ausindo 2011
14. Kompetisi Menembak di AASAM
4 | Page
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, makalah ilmiah ini
merumuskan permasalah ke dalam sebuah pertanyaan, yaitu bagaimana analisis pola interaksi
dan kebijakan luar negeri dalam kemitraan strategis IKAHAN (Ikatan Alumni Pertahanan)
Indonesia dan Australia dalam perspektif strategic/rational model?
1.3.
Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat disusun pertanyaan penelitian
sebagai berikut: Bagaimana analisis pola interaksi dan kebijakan luar negeri dalam kemitraan
strategis IKAHAN (Ikatan Alumni Pertahanan) Indonesia dan Australia dalam perspektif
strategic/rational model?
1.4.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil analisis pola interaksi dan kebijakan
luar negeri dalam kemitraan strategis IKAHAN (Ikatan Alumni Pertahanan) Indonesia dan
Australia dalam perspektif strategic/rational model.
1.5.
Manfaat Penelitian
1.5.1.
Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam kontribusi di bidang pendidikan,
mendorong serta mengembangkan pemahaman pembaca pada umumnya, para mahasiswa dan
akademisi pada khususnya untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan lebih mendalam
mengenai analisis pola interaksi dan kebijakan luar negeri dalam kemitraan strategis IKAHAN
(Ikatan Alumni Pertahanan) Indonesia dan Australia dalam perspektif strategic/rational model.
Kemudian, para peneliti dapat mengelaborasi teori serta analisis dari hasil penelitian ini dengan
mengkaji korpus penelitian sejenis ataupun berbeda di masa mendatang.
1.5.2.
Manfaat Praktis
Dalam tataran praktis, pembahasan mengenai analisis pola interaksi dan kebijakan luar
negeri dalam kemitraan strategis IKAHAN (Ikatan Alumni Pertahanan) Indonesia dan Australia
dalam perspektif strategic/rational model ini diharapkan dapat dijadikan pedoman dalam
5 | Page
memahami model pengambilan kebijakan luar negeri sesuai dengan perkembangan situasi
domestik dan internasional.
1.6.
penelitian ini hanya dibatasi pada analisis pola interaksi dan kebijakan luar negeri dalam
kemitraan strategis IKAHAN (Ikatan Alumni Pertahanan) Indonesia dan Australia dalam
perspektif strategic/rational model.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1.
2.1.1.
Landasan Teori
Teori Pola Interaksi dalam Hubungan Internasional
Berdasarkan teori Lentner (1970: 5-7 dan 67-102) untuk menganalisis interaksi aktor-
aktor dalam politik luar negeri seperti ini dibutuhkan setidaknya terdapat beberapa tahapan
identifikasi, yaitu:
internasional)
Peran dan tujuan yang ingin dicapai aktor
Struktur dan kondisi interaksi (konflik, kooperasi, kompetisi, integrasi)
Politik internasional mengkaji segala bentuk perjuangan dalam memperjuangkan
kepentingan (interest) dan kekuasaan (power). Terdapat perbedaan yang signifikan antara
hubungan internasional dan politik internasional. Dalam hubungan internasional, terjadi
interaksi antar negara, non-negara, organisasi, asosiasi, serta individu tertentu dalam bidang
ekonomi, sosial, budaya, perdagangan, pariwisata dari suatu negara dengan negara lainnya.
Sedangkan di sisi lain, politik internasional hanya berhubungan dengan permainan kekuasaan
negara-negara. Politik internasional merupakan perwujudan dari hubungan internasional antar
negara yang berfokus pada isu-isu politik internasional yang melibatkan diplomasi dan
hubungan antar negara serta kesatuan-kesatuan politik. Praktek politik internasional sama
seperti politik domestik sebuah negara yang terdiri dari elemen kerjasama antara institusi,
pemerintah, sipil, militer, dan organisasi lainnya yang berhubungan dengan permintaan,
dukungan, pengaturan, konflik, dan bantuan.
Pola Interaksi
Hubungan Internasional
6 | Page
PolitikInternasional
Kepentingan Nasional
Perjuangan Power
Manifestasi Respons
Kebijakan Politik
2.1.2.
Hal tersebut merupakan pemikiran realis yang menjadi dasar pembentukan model perspektif
strategis atau rasional sebagai metode analisis kebijakan luar negeri. Asumsi dasar dari model
ini adalah negara dianggap sebagai aktor yang berupaya memaksimalkan pencapaian tujuannya
berdasarkan kalkulasi rasional di dalam politik global (Jensen, 1982). Realisme klasik
mempunyai formulasi balance of power, yang sederhana, tetapi efektif untuk menganalisis
kebijakan luar negeri suatu negara (Alden, 2011).
Sebagaimana yang disampaikan oleh Jensen bahwa negara selalu berupaya
memaksimalkan pencapaian tujuannya dengan berdasarkan kalkulasi rasional, maka negara
harus mempertimbangkan kapabilitasnya dan kepentingan yang ingin dicapai. Sebelum
membuat sebuah kebijakan luar negeri, negara harus mampu mengidentifikasi sumber daya
(means) yang dimilikinya dan tujuan (ends). Kedua hal tersebut akan memengaruhi tindakan
suatu negara terhadap negara lain. (Alden, 2011)
Sementara itu, John P. Lovell (1970) mempunyai pandangan yang lebih luas. Menurut
Lovell, ada empat hal yang memengaruhi strategi kebijakan luar negeri suatu negara, yaitu
struktur sistem internasional, persepsi elite, strategi negara-bangsa lain, dan kapabilitas yang
dimiliki negara tersebut. Dengan kata lain, Lovel menambahkan unsur lingkungan eksternal
atau kondisi internasional dan negara lain sebagai hal yang memengaruhi kebijakan luar negeri
suatu negara. Keempat hal tersebut menjadi penentu corak interaksi antarnegara.
Others Strategy
Threatening
Others Strategy
Supporting
tindakan konfrontatif untuk menghadapi strategi negara lain yang bersifat mengancam.
Sementara itu, negara yang berada dalam posisi inferior dapat mengambil strategi menurut atau
patuh pada kebijakan negara lain yang bersifat mendukung, sedangkan untuk menghadapi
negara dengan kebijakan yang mengancam, negara dapat mengambil tindakan berbentuk
kerjasama. Berdasarkan hal tersebut, pemahaman mengenai kapasitas dan kapabilitas negara
menjadi hal yang sangat penting.
2.2.
Kerangka Pemikiran
Penulisan makalah ilmiah ini akan mengunakan pisau bedah berupa dua teori, yaitu
Teori Pola interaksi, dan Teori Perspektif Strategic/Rational Model. Peneliti memutuskan untuk
menggunakan ketiga teori tersebut karena menilai lebih tepat untuk mendapatkan hasil analisa
dan dapat menjawab pertanyaan penelitian.
STRATEGIC/RATIONA
L MODEL
PERSPECTIVES
POLA
INTERAKSI
BAB III
METODE PENELITIAN
3. Metode Penelitian
3.1. Jenis Penelitian
8 | Page
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan topik analisis pola interaksi dan
kebijakan luar negeri dalam kemitraan strategis IKAHAN (Ikatan Alumni Pertahanan)
Indonesia dan Australia dalam perspektif strategic/rational model.
3.2. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah
data yang sudah pernah mengalami analisis (Kothari, 2004). Data sekunder yang digunakan
dalam penelitian ini bersumber dari buku-buku, paparan materi kuliah, dan sumber-sumber
relevan yang mendukung teori serta analisis terhadap korpus penelitian.
3.3. Tehnik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan metode studi pustaka
Metode yang digunakan dalam penelitian ini berorientasi pada analisis studi pustaka terhadap
korpus penelitian.
3.4. Tehnik Analisis Data
3.4.1. Reduksi Data
Terdapat banyak informasi yang didapatkan oleh peneliti terkait dengan topik yang
dibahas dalam penelitian ini. Namun, untuk mencapai keberhasilan dalam penelitian, peneliti
harus memilah data dan informasi yang diperoleh. Proses memilah data tersebut disebut dengan
reduksi data. Proses reduksi data merupakan proses pemilahan data berdasarkan kesesuaiannya
dan menyusunnya dalam kelompok dengan karakter dasar yang sama atau umum (Kothari,
2004).
3.4.2. Penyajian Data
Data yang telah dipilah kemudian disusun sebagai suatu rangkaian yang mampu
menjawab rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini. Penyajian data dilakukan
secara terstruktur untuk membangun pola pikir pembaca. Penyajian data dalam penelitian ini
berbentuk deskripsi mengenai analisis pola interaksi dan kebijakan luar negeri dalam kemitraan
strategis IKAHAN (Ikatan Alumni Pertahanan) Indonesia dan Australia dalam perspektif
strategic/rational model terhadap diplomasi pertahanan Indonesia.
3.4.3. Verifikasi Data
Verifikasi data merupakan bagian yang penting dalam suatu penelitian. Verifikasi
membentuk kesimpulan awal yang masih mengalami perubahan apabila tidak ditemukan
pendukung dalam proses pengumpulan data berikutnya. Oleh karena itu, data yang telah
dipilah dan disajikan tersebut harus melalui proses verifikasi untuk menghasilkan hipotesis
yang sifatnya sangat sementara.
9 | Page
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1.
Analisis Pola Interaksi pada Kemitraan Strategis Indonesia dan Australia dalam
IKAHAN
Situasi merupakan pola interaksi beberapa aktor-aktor dalam hubungan internasional,
namun pola interaksi tersebut tidak mencakup keseluruhan interaksi dalam sistem
internasional. Identifikasi situasi akan memberikan gambaran mengenai interaksi aktor dengan
lingkungannya. Berikut identifikasi situasi mengenai pola interaksi dalam Ikatan Alumni
Pertahanan Indonesia dan Australia.
4.1.1. Jumlah dan Prioritas Aktor yang Terlibat
Aktor utama yang terlibat dalam IKAHAN (Ikatan Alumni Pertahanan) Indonesia dan
Australia berjumlah dua aktor negara: Indonesia dan Australia. Dari pihak Indonesia, terdapat
beberapa aktor lain yang terlibat, seperti TNI: Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan
Udara, Komando Pasukan Khusus (Kopassus), Komando Pasukan Katak (Kopaska), Satuan 81
Penanggulangan Teror (Gultor), Markas Besar TNI, Komando Latihan Armada Barat dan
Timur, Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat, Laut, dan Udara, TNI Peacekeeping
Center, Akademi Militer TNI, Kementerian Pertahanan, Pusat Pendidikan dan Latihan Bahasa
10 | P a g e
yang cukup signifikan terhadap sistem internasional. Sebagai dua negara yang memiliki posisi
saling berdekatan, sudah selayaknya Indonesia dan Australia menjaga perdamaian dan stabilitas
keamanan dengan melakukan kerjasama di bidang militer dan pertahanan dengan menghormati
kedaulatan masing-masing negara. Indonesia yang memiliki konsep politik bebas aktif tetap
memiliki kesempatan untuk mengadakan kerjasama dengan lain tanpa membentuk aliansi, dan
di sisi lain, Australia sebagai sebuah negara liberal juga memiliki kesempatan untuk
membentuk kerjasama dalam kawasan regional maupun internasional.
11 | P a g e
Kondisi interaksi yang terjadi adalah kerjasama (kooperasi) antara pemerintah Indonesia
dengan Australia. Dalam kerjasama Ikatan Alumni Pertahanan, baik pemerintah Indonesia
maupun Australia telah memiliki koordinasi kerjasama dengan para pemangku dan pemilik
kepentingan lain dalam negara yang berkaitan dengan bidang pertahanan. Berikut struktur
interaksi dalam Ikatan Alumni Perthanan Indonesia dan Australia:
Struktur Interaksi dalam Ikatan Alumni Pertahanan
Indonesia dan Australia
Integration
IKAHAN
INDONESI
A
Integration
AUSTRALIA
Cooperation
IKAHAN memiliki kredibilitas yang baik sebagai sebuah Komunitas Pertahanan, hal
tersebut merupakan bagian dari gagasan untuk membangun kapasitas IKAHAN. Komunitas
Pertahanan memiliki dua ciri penting, yaitu; Pertama, komunitas pertahanan dapat mengurangi
insentif perang atau konfik diantara negara-negara anggota komunitas pertahanan tersebut.
Kedua, komunitas pertahanan mengurangi insentif persaingan dalam konteks persenjataan
dalam kerjasama fungsional. Dengan demikian, hal tersebut juga mengurangi secara relatif
12 | P a g e
kesiapan negara-negara anggota komunitas pertahanan tersebut untuk memerangi negara satu
dengan yang lainnya.
4.2.
dan
batas
wilayah
yang
jelas.
Negara
berbeda
dengan state,
state jangkauannya lebih kecil karena definisinya berhubungan dengan keterikatan identitas
yang ingin ditunjukan. Tidak dapat dipungkiri bahwa negara merupakan pelaku utama yang
sah dalam hubungan internasional. Terdapat beberapa hal yang mendukung pernyataan
tersebut. Diantaranya karena hanya negara yang memegang kekuasaan dalam bentuk
kekuatan militer dengan kata lain hanya negara yang diperbolehkan untuk berperang.
Scott (2001) menyatkan bahwa negara juga merupakan tempat tertinggi bagi warga
negara untuk menyerahkan loyalitasnya. Selain itu, dalam keadaan apapun dan kapanpun
semua elemen baik masyarakat ataupun organisasi, membutuhkan negara. Negara juga
merupakan tempat tertinggi bagi warga negara untuk menyerahkan loyalitasnya. Kuatnya
peran negara sebagai aktor utama dalam interaksi hubungan internasional tidak berarti tidak
memiliki kekurangan atau keterbatasan. Kekuatan negara dapat ditembus melalui arus
infornasi, ide-ide masyarakat yang berkembang, dan masalah arus keuangan. Non-state
actors memainkan peran penting dan tidak dapat diremehkan dalam menyelesaikan
masalah-masalah tersebut karena pelaku non negara dalam interaksinya tidak mengenal
adanya batas wilayah, atau dapat disebut jangkauan global. Non-state actors dapat
dikatakan sebagai pelaku dalam hubungan internasional karena memiliki kapasitas yang
cukup untuk mempengaruhi interaksi di dalam hubungan internasional.
13 | P a g e
Ikatan Alumni Pertahanan telah menjadi sebuah sebuah struktur yang legal dalam
sebuah sistem hubungan internasional. Dalam perkembangannya, baik state dan non-state
actors berpengaruh dan saling berinteraksi dalam wadah ini. IKAHAN adalah persatuan
yang terbuka bagi individu maupun pemerintah yang memenuhi syarat untuk bergabung.
4.2.2. Persepsi Elit
Strategi pertahanan nasional negara manapun umumnya diarahkan untuk mencapai tiga
tujuan fundamental, yaitu perlindungan teritorial, kedaulatan, dan keselamatan bangsa. Dalam
konteks tersebut, upaya untuk memenuhi kepentingan pertahanan nasional di atas harus
diperhatikan, pertama, faktor geostrategis negara baik ke dalam dan keluar. Ke dalam, yaitu
untuk menciptakan sistem pertahanan nasional yang kredibel, dan keluar untuk menciptakan
faktor penangkal yang kuat kepada pihak eksternal, paling tidak melalui pengembangan
kemampuan surveillance dan reconaissance. Perubahan internasional, sifat perang, bentuk dan
sifat ancaman, dan perlunya reformasi di dalam tubuh militer Indonesia menjadi faktor penting
dalam mengevaluasi doktrin dan strategi pertahanan negara dengan implikasi institusional yang
berwujud struktur teritorial masih relevan untuk mencapai tujuan kebijakan pertahanan
nasional.
Prasetyono (2002) menjelaskan secara umum doktrin pertahanan adalah prinsip-prinsip
dasar yang memberikan arah bagi pengelolaan sumber daya pertahanan untuk mencapai tujuan
nasional. Prinsip-prinsip dasar doktrin pertahanan pada level ini mencakup nilai, etika, dan
moral yang dalam khasanah kemiliteran yang disebut sebagai doktrin induk. Doktrin induk
merumuskan apa yang menjadi hakekat kepentingan pertahanan nasional, jatidiri/identitas
militer/tentara (who we are?), dan tugas militer/tentara (what do we do?) secara umum. Di
bawah doktrin induk adalah doktrin dasar yang pada intinya berisi rumusan strategi untuk
memaksimalkan pelaksanaan tugas pokok militer untuk mencapai tujuan pertahanan nasional.
Misalnya, apakah akan menggunakan continental strategy ataukah defence in depth atau
layered defence. Doktrin ini kemudian dijabarkan ke dalam postur dan struktur kekuatan
(posture and force structure), dan penggelarannya. Lapis berikutnya adalah doktrin
operasional yang merujuk pada doktrin militer yang memberikan arah bagi penggunaan secara
efektif dan efisien kekuatan militer dalam melaksanakan operasi militer baik gabungan maupun
kecabangan. Pada lapis ini, doktrin operasional mengidentifikasi karakteristik dasar masingmasing kekuatan yang mempunyai implikasi bagi pengembangan strategi dan operasi militer.
Sedangkan doktrin paling bawah dan operasional adalah pada tingkat taktis yang
dikembangkan langsung untuk pelaksanaan operasi militer di lapangan (Kent dan Ochmanek
14 | P a g e
Operasi militer selain perang meliputi operasi mengatasi gerakan separatis bersenjata,
mengatasi pemberontakan bersenjata, mengatasi aksi terorisme, mengamankan wilayah
perbatasan, mengamankan objek vital nasional yang bersifat strategis, melaksanakan tugas
perdamaian dunia sesuai dengan kebijakan politik luar negeri, mengamankan Presiden dan
Wakil Presiden beserta keluarganya, memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan
pendukungnya secara dini sesuai dengan sistem pertahanan semesta, membantu tugas
pemerintahan di daerah, membantu Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam rangka tugas
keamanan dan ketertiban masyarakat yang diatur dalam undang-undang, membantu
mengamankan tamu negara setingkat kepala negara dan perwakilan pemerintah asing yang
sedang berada di Indonesia, membantu menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian, dan
pemberian bantuan kemanusiaan, membantu pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan
(search and rescue) serta membantu pemerintah dalam pengamanan pelayaran dan
penerbangan terhadap pembajakan, perompakan dan penyelundupan. Dalam bidang reformasi
internal, TNI sampai saat ini masih terus melaksanakan reformasi internalnya sesuai dengan
tuntutan reformasi nasional. TNI tetap pada komitmennya menjaga agar reformasi internal
dapat mencapai sasaran yang diinginkan dalam mewujudkan Indonesia baru yang lebih baik
dimasa yang akan datang dalam bingkai tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Australia
Australia merupakan negara yang berbatasan dengan Indonesia dan merupakan negara
sekutu Amerika sejak perang dunia ke-1. Dengan latar belakang dan sejarah yang panjang,
proyeksi pertahanan Australia tidak hanya mencakup dalam kawasan dalam negeri saja,
melainkan sudah menjadi kebijakan politik luar negeri Australia. Seperti halnya Indonesia,
prioritas utama bagi pemerintah Australia adalah melindungi kedaulatannya juga kepentingan
nasional dan warganya. Sesuai dengan buku putih pertahanan Australia tahun 2013, strategi
utama dalam pertahanan Australia adalah ketahanan negara dalam menghadapi invasi dari luar,
serta adanya keamanan, stabilitas dan ikatan yang kuat dengan negara-negara tetangga.
Dengan adanya strategi utama ini, maka Australia berupaya membentuk lingkungan
eksternalnya agar sesuai dengan perkembangan keamanan dan kesejahteraan Australia di masa
depan, dengan mengeluarkan kebijakan yang berisi kepentingan Australia dalam pergaulan
dunia, serta kepentingan akan keamanan bersama di lingkup regional. Upaya pertahanan negara
memberikan jalan bagi pemerintah untuk mengatasi secara bersama-sama terhadap ancaman
keamanan di wilayah Australia, sehingga kepentingan nasional lain yang berupa kesejahteraan
16 | P a g e
ekonomi dan pengembangan sosial dapat terwujud. Adapun kebijakan pertahanan Australia
didasarkan pada 4 kunci kepentingan strategis, yaitu keamanan Australia, kemanan daerah
Pasifik Selatan dan Timor-Leste, stabilitas keamanan regional di Indo-Pasific, serta ikut serta
dalam mewujudkan keamanan internasional (Australian Defence White Paper, 2013).
Kepentingan keamanan nasional Australia sendiri dapat diartikan sebagai kebebasan
dari pemaksaan dari semua pihak termasuk negara, kelompok maupun individu. Meskipun
untuk mencapai hal ini pemerintah menggunakan semua elemen kekuatan nasionalnya, namun
ADF tetap menjadi kunci utama dalam menjaga keamanan nasional Australia. Sebagai
kekuatan utama pertahanan Australia, Australian Defence Forces (ADF) memiliki tujuan untuk
mencegah dan menghancurkan serangan musuh di wilayah Australia, berkontribusi kepada
stabilitas dan keamanan wilayah tetangga Australia, serta memenuhi kewajiban internasional
Australia. Kapabilitas ADF yang kredibel merupakan bentuk dari kemandirian dalam
mencegah dan menghancurkan serangan bersenjata pada Australia. Di luar hal tersebut, adanya
aliansi dengan Amerika, kerjasama dengan industri pertahanan Australia dan komunitas
keamanan nasional merupakan faktor pendorong pertumbuhan pertahanan Australia.
Perbandingan Kapabilitas Indonesia dan Australia
Negara Indonesia dan Negara Australia adalah negara yang bertetangga, walaupun sebagai
negara bertetangga banyak kerja sama dan masalah yang sering dialami oleh dua negara ini.
dalam urusan kerja sama, negara Indonesia dan Australia banyak melakukan kerja sama baik
bidang ekonomi, pendidikan, keamanan dan masih banyak lagi bidang kerja sama antara
negara Indonesia dan Australia.
Berikut adalah perbandingan kekuatan pertahanan Negara Indonesia dengan Negara Australia :
LUAS DARATAN
INDONESIA : 1.904.596 km2
AUSTRALIA : 7.741.220 km2
JUMLAH PENDUDUK
INDONESIA : 242.325.638
AUSTRALIA : 22.620.600
PRODUKSI MINYAK
INDONESIA : 982.900 bbl/day
17 | P a g e
Jenis
Persenjataan
Pesawat
Tempur
Model
Model
Jumlah
32
17
F16
40
24
Hawk
36
19 ap-3c orion
19
F5e
12
C-130 hercules
21
Supertucano
16
Intai strategis
Bombardier challenger
12
Boeing Business
Jet 737pesawat
sebagaitransportasi VIP .
67
Hercules
40
Pesawat UAV
24
12
19 | P a g e
Jumlah
Sukhoi
Intai taktis
Australia
153
59
Alteleri
61
774
IFV Marder
42
275
Rusia, PT 76,
50
Bushmaster protected
mobility
838
BVP-2 Slovakia
50
60
109
36
1.060
20 | P a g e
Kapal PSC
23
11
14
20 mm,
Diklasifikasikan dalam
kapal patroli cepat
dilengkapi SSM,
Helikopter Seahawks
16
Sea king
Tupai
13
Helikopter
38
(Sumber: http://militaryanalysisonline.blogspot.com/2013/11/perbandingan-kekuatan-militerindonesia.html)
21 | P a g e
BAB V
KESIMPULAN
Ikatan Alumni Pertahanan (IKAHAN) merupakan sebuah wadah pertahanan yang
dibentuk oleh Indonesia dan Australia dengan fokus utama pada kerjasama di bidang
pertananan militer, pelatihan, akademis, dan budaya. Dalam wadah ini, terdapat pertukaran
informasi, pengalaman, teknologi dan budaya strategis antara Indonesia dan Australia. Pola
interaksi dalam IKAHAN menunjukkan bahwa kemitraan strategis ini merupakan
hubungan mutual yang saling menguntungkan bagi kerjasama bilateral kedua negara,
diantaranya sebagai wilayah latihan, berbagai bentuk latihan militer dan pendidikan
akademis maupun bahasa untuk pencapaian, transfer ilmu pengetahuan dan teknologi demi
kepentingan pertahanan masing-masing negara.
Dalam analisis Perspektif Strategic/Rational Model pada kemitraan strategis Indonesia
dan Australia dalam IKAHAN dapat disimpulkan bahwa asumsi mengenai perhitungan
rasional dari pembuat keputusan dalam pembentukan IKAHAN merupakan tindakan
strategis karena kemampuan dan kapabilitas masing-masing negara tidak superior satu
sama lain sehingga pembentukan Ikatan Alumni Pertahanan ini mampu mengakomodasi
kepentingan dan tujuan kedua negara demi mencapai tujuan nasional dan berpartisipasi
dalam meningkatkan pertahanan dan keamanan global pada kerangka hubungan bilateral.
DAFTAR PUSTAKA
Alden, C. (2011). Foreign Policy Analysis. London: University of London.
Burchill, Scott et al. (2001). Theories of International Relations. New York: Palgrave.
22 | P a g e
Booth, K. (1991). New Thinking about Strategy and International Security. London:
HarperCollins Academic.
Defence, A. D. (2013). Defence White Paper 2013. Canberra: Australian Government.
Hogan, Gary P. (2011). Kilas Balik 2011. Jakarta: Ikatan Alumni Pertahanan Indonesia
Australia.
Jensen, Llyod. (1982). Explaining Foreign Policy. New Jersey: Prentice Hall, Inc.
Kent, Glenn A dan Ochmanek, David A. 1998. Defining the Role of Airpower in Joint
Missions, RANDS Project AIR FORCE, Santa Monica: hal. 7.
Kemhan. (2008). Buku Putih Pertahanan. Jakarta: Kementerian Pertahanan RI.
Lovell, John. 1970. Foreign Policy in Perspective: Strategy, Adaptation, Decision Making.
New York: Holt, Rinehart and Winston, Inc.
Perwita, A.A.B. dan Yani, Y.M. (2006).Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Prasetyono, Edy. 2002. Workshop Strategic Defence Review, Departemen Pertahanan, 16-17
Desember 2002. Jakarta: Centre for Strategic and International Studies (CSIS).
SUMBER WEBSITE
Ikatan Alumni Pertahanan Indonesia Australia. (2014). http://ikahan.com/about/ikahan/
diakses pada 5 Desember 2014
Perbandingan Kekuatan Militer Indonesia. (2013)
http://militaryanalysisonline.blogspot.com/2013/11/perbandingan-kekuatan-militerindonesia.html diakses pada 5 Desember 2014
BAHAN PAPARAN
Yani, M. Yanyan. 2014. Modul Analisis Kebijakan Luar Negeri, Diplomasi Pertahanan, dan
Pengaruh Faktor Domestik terhadap Politik Luar Negeri. Bogor: Universitas
Pertahanan Indonesia.
23 | P a g e