You are on page 1of 23

Universitas Pertahanan Indonesia

ANALISIS POLA INTERAKSI DAN PERSPEKTIF STRATEGIC/RATIONAL MODEL


DALAM KEMITRAAN STRATEGIS IKATAN ALUMNI PERTAHANAN
INDONESIA DAN AUSTRALIA

TUGAS MAKALAH INDIVIDU


Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah
Analisis Kebijakan Luar Negeri

Disusun oleh:
DIAN MAY FITRI

120140106010

Jurusan Diplomasi Pertahanan


Fakultas Strategi Pertahanan
T.A. 2014
DAFTAR ISI

1 | Page

1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
1.1.1. Sejarah Singkat IKAHAN
1.1.2. Bentuk Kerja Sama Indonesia dan Australia dalam IKAHAN
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Pertanyaan Penelitian
1.4. Tujuan Penelitian
1.5. Manfaat Penelitian
1.6. Ruang Lingkup Penelitian
2. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Pemikiran
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Teori Peran Aktor dalam Hubungan Internasional
2.1.2. Teori Perspektif Strategic/Rational Model dalam Analisis Kebijakan Luar Negeri
2.2. Kerangka Pemikiran
3. Metode Penelitian
3.1. Jenis Penelitian
3.2. Jenis dan Sumber Data
3.3. Tehnik Pengumpulan Data
3.4. Tehnik Analisis Data
3.4.1. Reduksi Data
3.4.2. Penyajian Data
3.4.3. Verifikasi Data
4. Pembahasan
4.1. Analisis Pola Interaksi pada Kemitraan Strategis Indonesia dan Australia dalam
IKAHAN
4.2. Analisis Perspektif Strategic/Rational Model pada Kemitraan Strategis Indonesia dan
Australia dalam IKAHAN
5. Kesimpulan
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
5.1. Latar Belakang
5.1.1. Sejarah Singkat IKAHAN
IKAHAN merupakan Ikatan Alumni Pertahanan Indonesia dan Australia yang memiliki
keanggotaan terbuka setiap personil TNI yang telah menyelesaikan pendidikan militer di
Australia, berpartisiapasi dalam pelatihan bersama dengan Australian Defense Force,
mengunjungi Autralia pada kapasitas dinas dan mengikuti seminar dan konferensi di Australia.
Di sisi sebaliknya, hal tersebut juga berlaku untuk semua personil pertahanan Australia dengan
pengalaman yang sama di Indonesia.
Pada Juni 1961, dua perwira muda Angkatan Darat Indonesia, Letkol Witono Sarsono
dan Letkol Tambunan dikirim ke Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat Australia di Fort
Queenscliff untuk kursus pelatihan selama 18 bulan. Kemudian pada tahun 1964, Mayor Colin
East menjadi siswa pertama Australia yang memulai kursus pelatihan di Sekolah Staf dan
2 | Page

Komando Indonesia, Bandung. Setelah selesai menjalani Sekolah Staf dan Komando, mereka
kembali ke negara masing-masing dan memberikan sumbangsih luar biasa kepada bangsanya.
Sumbangsih terbesar mereka adalah dengan memprakarsai proses saling pengertian dan
kesadaran silang budaya yang didapatkan melalui pengalaman selama berada di negara lain.
Mantan Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono pada bulan Maret 2010 dalam
suatu pidato di Parlemen Australia menggambarkan hubungan Indonesia dan Australia sebagai
suatu kemitraan strategis dan meminta kedua belah pihak untuk memperdalam dan
memperluas hubungan antar manusia demi mendukung hubungan kemitraan tersebut. Tepat
setelah satu tahun pidato bersejarah Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tersebut,
pada tanggal 22 Maret 2011 Wakil Panglima Angkatan Bersenjata Australia dan mitra kerjanya,
Kepala Staf Umum TNI secara resmi meluncurkan Ikatan Alumni Pertahanan Indonesia dan
Australia atau disingkat IKAHAN. Secara resmi, pembentukan IKAHAN tersebut didukung
pada bulan Juni 2011 baik oleh Panglima TNI dan Menteri Pertahanan Republik Indonesia.
Sebagai bentuk apresisasi dan peringatan bagi ribuan perwira militer Indonesia dan
Australia yang secara resmi telah bekerjasama selama lima puluh tahun pertama hubungan
bilateral ini, maka IKAHAN hadir sebagai wadah pertemuan Ikatan Alumni Pertahanan
Indonesia dan Australia dengan tetap memegang teguh prinsip perdamaian dan kerjasama.
Selain itu, penting untuk diperhatikan bahwa di tahun 2011 telah terlaksana tingkatan tertinggi
untuk pelatihan, pendidikan, latihan dan operasi antara TNI dan Angkatan Bersenjata Australia
selama lebih dari 15 tahun dengan beberapa fokus kegiatan utama dilaksanakan sepanjang
tahun di darat, di laut dan di udara. Perluasan hubungan bilateral ini dilangsungkan bersamasama dengan kegiatan kebudayaan, pendidikan dan olahraga regular yang diselenggarakan oleh
Ikatan Alumni.
Brigadir Jenderal Hogan (2011) menyatakan bahwa sejarah hubungan Pertahanan
Indonesia dan Australia memiliki masa depan yang panjang dan dinamis dan akan terus
berkembang seiring dengan perjalanan waktu. Australia tertarik untuk terus membuka
kemungkinan dan kesempatan di masa depan bagi kedua negara. Dengan kemajuan teknologi,
hubungan diplomatik antar kedua negara menjadi lebih mudah.
Ikatan Alumni Pertahanan Indonesia dan Australia atau IKAHAN telah diluncurkan
oleh Wakil Kepala Angkatan Pertahanan Australia, Lieutenant General David Hurley, AC, DSC
bersama mantan rekan kerja Marsekal (Purn) Edy Harjoko di Jakarta pada tanggal 22 Maret
2011. Pembentukan IKAHAN merupakan langkah bersejarah hubungan bilateral Pertahanan

3 | Page

antara Indonesia dan Australia. IKAHAN adalah Alumni Pertahanan Indonesia pertama dengan
negara lain dan merupakan langkah bersejarah hubungan bilateral Indonesia dan Australia.
IKAHAN merupakan salah satu kontribusi dari masa pemerintahan Mantan Presiden
Yudhoyono bagi hubungan bilateral antara Indonesia dan Australia dalam menjalin kerjasama
untuk memperkuat dan memperdalam hubungan antar manusia. Sejarah membuktikan bahwa
kedua negara telah saling membantu satu sama lain dalam hubungan Pertahanan selama lebih
dari 60 tahun, mdimulai sejak tahun 1947 ketika pengamat militer Angkatan Darat Australia
datang ke Indonesia di bawah panji PBB untuk mengawasi gencatan senjata antara pasukan
Indonesia dan Belanda (http://ikahan.com/about/ikahan/).
Selain kerjasama dalam tataran pertahanan praktis, Indonesia dan Australia memiliki
sejarah panjang kerjasama di bidang pendidikan militer. Sejak tahun 1961, Indonesia telah
banyak personil TNI di semua peringkat ke Australia setiap tahun. Demikian pula, banyak
anggota Angkatan Pertahanan Australia (ADF) yang telah dilatih di Indonesia selama bertahuntahun, sejak siswa ADF pertama kali memasuki SESKO pada tahun 1964. Keanggotaan
Alumni terbuka untuk setiap personel TNI yang telah dilatih di Australia yang telah
berpartisipasi dalam Latihan dengan ADF atau mengunjungi Australia dalam kapasitas dinas
resmi. Sebaliknya, kesempatan yang sama juga terbuka untuk semua personil ADF dengan
pengalaman yang sama di Indonesia.
5.1.2. Bentuk Kerja Sama Indonesia dan Australia dalam IKAHAN
Secara umum, bentuk kerja sama Indonesia dan Australia dalam IKAHAN dibagi
dalam beberapa bagian, yaitu militer, pendidikan, dan kebudayaan. Dalam bidang militer,
bentuk kerjasama dapat dilaksanakan dalam hal latihan gabungan matra darat, laut, dan udara.
Sebagai contoh:
1. F-16 Fighting Falcon dan F/A-18 dalam Latihan Elang Ausindo 2011 di Pangkalan Udara
Ngurah Rai, Bali, 5-9 September 2011.
6. Operations in Urban Terrain, 17 Juli hingga 3 Agustus 2011 di Townsville dan Tully
(Queensland). Latihan ini biasa disebut JOCIT (Junior Officer Close Country Instructional
Techniques), merupakan salah satu fitur kerjasama antara TNI AD dan ADF sejak tahun
1982 yang diselenggarakan hampir setiap tahun.
7. Latihan Bersama Kopassus dan SARS Dawn Komodo 2011
8. Pertukaran Perwira Kadet Australia ke Akademi Angkatan Udara
9. Kunjungan Kehormatan oleh Chief of Army Australia
10.
Kunjungan Kerja Pangkostrad ke Australia
11.
Angkatan Laut Australia Indonesia Gelar Latihan Bersama New Horizon 2011
12.
Kerjasama Infanteri Mekanis Indonesia dan Australia
13.
Rajawali Ausindo 2011
14. Kompetisi Menembak di AASAM
4 | Page

15. Kunjungan Panglima TNI ke CDF Australia di Canbera


Dalam bidang pendidikan dan kebudayaan:
1. Program Pendidikan Bahasa Inggris untuk Kadet TNI
2. Silaturahmi dalam Acara Buka Puasa Perdana IKAHAN
3. Pertukaran Kebudayaan antara Indonesia-Australia
1.2.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, makalah ilmiah ini

merumuskan permasalah ke dalam sebuah pertanyaan, yaitu bagaimana analisis pola interaksi
dan kebijakan luar negeri dalam kemitraan strategis IKAHAN (Ikatan Alumni Pertahanan)
Indonesia dan Australia dalam perspektif strategic/rational model?

1.3.

Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat disusun pertanyaan penelitian

sebagai berikut: Bagaimana analisis pola interaksi dan kebijakan luar negeri dalam kemitraan
strategis IKAHAN (Ikatan Alumni Pertahanan) Indonesia dan Australia dalam perspektif
strategic/rational model?
1.4.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil analisis pola interaksi dan kebijakan

luar negeri dalam kemitraan strategis IKAHAN (Ikatan Alumni Pertahanan) Indonesia dan
Australia dalam perspektif strategic/rational model.
1.5.
Manfaat Penelitian
1.5.1.
Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam kontribusi di bidang pendidikan,
mendorong serta mengembangkan pemahaman pembaca pada umumnya, para mahasiswa dan
akademisi pada khususnya untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan lebih mendalam
mengenai analisis pola interaksi dan kebijakan luar negeri dalam kemitraan strategis IKAHAN
(Ikatan Alumni Pertahanan) Indonesia dan Australia dalam perspektif strategic/rational model.
Kemudian, para peneliti dapat mengelaborasi teori serta analisis dari hasil penelitian ini dengan
mengkaji korpus penelitian sejenis ataupun berbeda di masa mendatang.
1.5.2.

Manfaat Praktis
Dalam tataran praktis, pembahasan mengenai analisis pola interaksi dan kebijakan luar

negeri dalam kemitraan strategis IKAHAN (Ikatan Alumni Pertahanan) Indonesia dan Australia
dalam perspektif strategic/rational model ini diharapkan dapat dijadikan pedoman dalam
5 | Page

memahami model pengambilan kebijakan luar negeri sesuai dengan perkembangan situasi
domestik dan internasional.
1.6.

Ruang Lingkup Penelitian


Sesuai dengan yang telah disampaikan dalam latar belakang penelitian, ruang lingkup

penelitian ini hanya dibatasi pada analisis pola interaksi dan kebijakan luar negeri dalam
kemitraan strategis IKAHAN (Ikatan Alumni Pertahanan) Indonesia dan Australia dalam
perspektif strategic/rational model.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1.
2.1.1.

Landasan Teori
Teori Pola Interaksi dalam Hubungan Internasional
Berdasarkan teori Lentner (1970: 5-7 dan 67-102) untuk menganalisis interaksi aktor-

aktor dalam politik luar negeri seperti ini dibutuhkan setidaknya terdapat beberapa tahapan
identifikasi, yaitu:

Jumlah dan prioritas aktor yang terlibat


Batasan: arena (lokal, regional, global) dan scope (keterkaitan situasi dengan sistem

internasional)
Peran dan tujuan yang ingin dicapai aktor
Struktur dan kondisi interaksi (konflik, kooperasi, kompetisi, integrasi)
Politik internasional mengkaji segala bentuk perjuangan dalam memperjuangkan

kepentingan (interest) dan kekuasaan (power). Terdapat perbedaan yang signifikan antara
hubungan internasional dan politik internasional. Dalam hubungan internasional, terjadi
interaksi antar negara, non-negara, organisasi, asosiasi, serta individu tertentu dalam bidang
ekonomi, sosial, budaya, perdagangan, pariwisata dari suatu negara dengan negara lainnya.
Sedangkan di sisi lain, politik internasional hanya berhubungan dengan permainan kekuasaan
negara-negara. Politik internasional merupakan perwujudan dari hubungan internasional antar
negara yang berfokus pada isu-isu politik internasional yang melibatkan diplomasi dan
hubungan antar negara serta kesatuan-kesatuan politik. Praktek politik internasional sama
seperti politik domestik sebuah negara yang terdiri dari elemen kerjasama antara institusi,
pemerintah, sipil, militer, dan organisasi lainnya yang berhubungan dengan permintaan,
dukungan, pengaturan, konflik, dan bantuan.
Pola Interaksi
Hubungan Internasional
6 | Page

PolitikInternasional

Kepentingan Nasional

Perjuangan Power

Manifestasi Respons
Kebijakan Politik

2.1.2.

Teori Perspektif Strategic/Rational Model dalam Analisis Kebijakan Luar Negeri


Negara merupakan aktor yang rasional dalam melakukan hubungan dengan negara lain.

Hal tersebut merupakan pemikiran realis yang menjadi dasar pembentukan model perspektif
strategis atau rasional sebagai metode analisis kebijakan luar negeri. Asumsi dasar dari model
ini adalah negara dianggap sebagai aktor yang berupaya memaksimalkan pencapaian tujuannya
berdasarkan kalkulasi rasional di dalam politik global (Jensen, 1982). Realisme klasik
mempunyai formulasi balance of power, yang sederhana, tetapi efektif untuk menganalisis
kebijakan luar negeri suatu negara (Alden, 2011).
Sebagaimana yang disampaikan oleh Jensen bahwa negara selalu berupaya
memaksimalkan pencapaian tujuannya dengan berdasarkan kalkulasi rasional, maka negara
harus mempertimbangkan kapabilitasnya dan kepentingan yang ingin dicapai. Sebelum
membuat sebuah kebijakan luar negeri, negara harus mampu mengidentifikasi sumber daya
(means) yang dimilikinya dan tujuan (ends). Kedua hal tersebut akan memengaruhi tindakan
suatu negara terhadap negara lain. (Alden, 2011)
Sementara itu, John P. Lovell (1970) mempunyai pandangan yang lebih luas. Menurut
Lovell, ada empat hal yang memengaruhi strategi kebijakan luar negeri suatu negara, yaitu
struktur sistem internasional, persepsi elite, strategi negara-bangsa lain, dan kapabilitas yang
dimiliki negara tersebut. Dengan kata lain, Lovel menambahkan unsur lingkungan eksternal
atau kondisi internasional dan negara lain sebagai hal yang memengaruhi kebijakan luar negeri
suatu negara. Keempat hal tersebut menjadi penentu corak interaksi antarnegara.

Others Strategy
Threatening

Own Capabilities Superior


Confrontation
Leadership
Strategy
Strategy
Accomodation
Concordance
Strategy
Strategy
Own Capabilities Inferior

Others Strategy
Supporting

Gambar Kerangka Analisis Bentuk Interaksi Negara dalam


Model Perspektif Strategis atau Rasional
Dalam keadaan superior, negara dapat mengambil strategi memimpin untuk
menghadapi strategi negara lain yang bersifat mendukung, tetapi negara harus mengambil
7 | Page

tindakan konfrontatif untuk menghadapi strategi negara lain yang bersifat mengancam.
Sementara itu, negara yang berada dalam posisi inferior dapat mengambil strategi menurut atau
patuh pada kebijakan negara lain yang bersifat mendukung, sedangkan untuk menghadapi
negara dengan kebijakan yang mengancam, negara dapat mengambil tindakan berbentuk
kerjasama. Berdasarkan hal tersebut, pemahaman mengenai kapasitas dan kapabilitas negara
menjadi hal yang sangat penting.
2.2.

Kerangka Pemikiran
Penulisan makalah ilmiah ini akan mengunakan pisau bedah berupa dua teori, yaitu

Teori Pola interaksi, dan Teori Perspektif Strategic/Rational Model. Peneliti memutuskan untuk
menggunakan ketiga teori tersebut karena menilai lebih tepat untuk mendapatkan hasil analisa
dan dapat menjawab pertanyaan penelitian.

STRATEGIC/RATIONA
L MODEL
PERSPECTIVES

POLA
INTERAKSI

BAB III
METODE PENELITIAN
3. Metode Penelitian
3.1. Jenis Penelitian

8 | Page

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan topik analisis pola interaksi dan
kebijakan luar negeri dalam kemitraan strategis IKAHAN (Ikatan Alumni Pertahanan)
Indonesia dan Australia dalam perspektif strategic/rational model.
3.2. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah
data yang sudah pernah mengalami analisis (Kothari, 2004). Data sekunder yang digunakan
dalam penelitian ini bersumber dari buku-buku, paparan materi kuliah, dan sumber-sumber
relevan yang mendukung teori serta analisis terhadap korpus penelitian.
3.3. Tehnik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan metode studi pustaka
Metode yang digunakan dalam penelitian ini berorientasi pada analisis studi pustaka terhadap
korpus penelitian.
3.4. Tehnik Analisis Data
3.4.1. Reduksi Data
Terdapat banyak informasi yang didapatkan oleh peneliti terkait dengan topik yang
dibahas dalam penelitian ini. Namun, untuk mencapai keberhasilan dalam penelitian, peneliti
harus memilah data dan informasi yang diperoleh. Proses memilah data tersebut disebut dengan
reduksi data. Proses reduksi data merupakan proses pemilahan data berdasarkan kesesuaiannya
dan menyusunnya dalam kelompok dengan karakter dasar yang sama atau umum (Kothari,
2004).
3.4.2. Penyajian Data
Data yang telah dipilah kemudian disusun sebagai suatu rangkaian yang mampu
menjawab rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini. Penyajian data dilakukan
secara terstruktur untuk membangun pola pikir pembaca. Penyajian data dalam penelitian ini
berbentuk deskripsi mengenai analisis pola interaksi dan kebijakan luar negeri dalam kemitraan
strategis IKAHAN (Ikatan Alumni Pertahanan) Indonesia dan Australia dalam perspektif
strategic/rational model terhadap diplomasi pertahanan Indonesia.
3.4.3. Verifikasi Data
Verifikasi data merupakan bagian yang penting dalam suatu penelitian. Verifikasi
membentuk kesimpulan awal yang masih mengalami perubahan apabila tidak ditemukan
pendukung dalam proses pengumpulan data berikutnya. Oleh karena itu, data yang telah
dipilah dan disajikan tersebut harus melalui proses verifikasi untuk menghasilkan hipotesis
yang sifatnya sangat sementara.

9 | Page

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1.

Analisis Pola Interaksi pada Kemitraan Strategis Indonesia dan Australia dalam
IKAHAN
Situasi merupakan pola interaksi beberapa aktor-aktor dalam hubungan internasional,

namun pola interaksi tersebut tidak mencakup keseluruhan interaksi dalam sistem
internasional. Identifikasi situasi akan memberikan gambaran mengenai interaksi aktor dengan
lingkungannya. Berikut identifikasi situasi mengenai pola interaksi dalam Ikatan Alumni
Pertahanan Indonesia dan Australia.
4.1.1. Jumlah dan Prioritas Aktor yang Terlibat
Aktor utama yang terlibat dalam IKAHAN (Ikatan Alumni Pertahanan) Indonesia dan
Australia berjumlah dua aktor negara: Indonesia dan Australia. Dari pihak Indonesia, terdapat
beberapa aktor lain yang terlibat, seperti TNI: Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan
Udara, Komando Pasukan Khusus (Kopassus), Komando Pasukan Katak (Kopaska), Satuan 81
Penanggulangan Teror (Gultor), Markas Besar TNI, Komando Latihan Armada Barat dan
Timur, Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat, Laut, dan Udara, TNI Peacekeeping
Center, Akademi Militer TNI, Kementerian Pertahanan, Pusat Pendidikan dan Latihan Bahasa
10 | P a g e

(Pusdiklat), Universitas Pertahanan Indonesia, dan Lembaga Pertahanan Masyarakat


(Lemhanas). Sementara dari pihak Australia, juga terdapat beberapa aktor lain yang terlibat,
seperti Australian Defense Forces: Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara, Special
Air Services Regiment (SASR), Royal Australian Air Force (RAAF), Australian Special Forces
(SOSAUST), Military Strategy and Modernisation Headquarter, Combined Arms Training
Center, University of Sydney, dan Australia Defence College.
Prioritas aktor yang terlibat dalam IKAHAN dapat dibagi dalam tiga aspek, yaitu
militer, pendidikan, dan kebudayaan dengan fokus utama dalam konteks kerjasama bilateral.
Dalam bidang militer, kedua aktor mendapatkan sarana pelatihan dan tempat latihan secara
bergantian di Indonesia dan Australia, mendapatkan ilmu-ilmu penting khususnya di bidang
militer dan pertahanan dari proses interaksi yang berlangsung selama masa latihan, kunjungan
dinas, maupun pertemuan lainnya. Dalam bidang pendidikan, hal ini dapat juga berupa
pendidikan militer, pertahanan, dan bahasa asing. Kadet dari Australia dapat belajar bahasa
Indonesia dan belajar di negeri ini, sementara kadet dari Indonesia dapat belajar bahasa Inggris
dan juga mendapatkan pengalaman di negeri kangguru tersebut. Terakhir, di bidang
kebudayaan, IKAHAN dapat dijadikan wadah pertukaran budaya dalam artian strategis yang
dapat meningkatkan hubungan diplomatik antar kedua negara.
4.1.2. Batasan
Arena
Ikatan Alumni Pertahanan merupakan wadah aktivitas kerjasama bilateral dalam
kawasan internasional antara Indonesia dan Australia. Ikatan lembaga tersebut memiliki
legalitas dan kewenangan dalam mengatur berbagai kegiatan yang berlangsung di dalamnya.
Ruang Lingkup (Scope)
Ikatan Alumni Pertahanan (IKAHAN) sebagai bentuk kerjasama bilateral memiliki keterkaitan

yang cukup signifikan terhadap sistem internasional. Sebagai dua negara yang memiliki posisi
saling berdekatan, sudah selayaknya Indonesia dan Australia menjaga perdamaian dan stabilitas
keamanan dengan melakukan kerjasama di bidang militer dan pertahanan dengan menghormati
kedaulatan masing-masing negara. Indonesia yang memiliki konsep politik bebas aktif tetap
memiliki kesempatan untuk mengadakan kerjasama dengan lain tanpa membentuk aliansi, dan
di sisi lain, Australia sebagai sebuah negara liberal juga memiliki kesempatan untuk
membentuk kerjasama dalam kawasan regional maupun internasional.

11 | P a g e

4.1.3. Peran dan Tujuan yang Ingin Dicapai Aktor


Pemerintah Indonesia dan Australia berperan melakukan upaya diplomasi pertahanan,
peningkatan kapasitas dan kapabilitas militer, pertahanan, dan keamanan dengan berpartisipasi
aktif dalam Ikatan Alumni Pertahanan (IKAHAN). Dengan demikian, eksistensi Ikatan Alumni
Pertahanan (IKAHAN) dapat memenuhi tujuan yang ingin dicapai oleh negara baik Indonesia
maupun Australia untuk mendapatkan esensi positif dari bentuk kerjasama tersebut. Baik
Indonesia maupun Australia sama-sama mendapatkan keuntungan, seperti variasi wilayah
latihan, berbagai bentuk latihan militer dan pendidikan akademis maupun bahasa untuk
pencapaian, transfer ilmu pengetahuan dan teknologi demi kepentingan pertahanan masingmasing negara. Selain itu, keberlangsungan IKAHAN juga dapat dijadikan indikasi
keharmonisan hubungan diplomatik antara Indonesia dan Australia.
4.1.4.

Struktur dan Kondisi Interaksi

Kondisi interaksi yang terjadi adalah kerjasama (kooperasi) antara pemerintah Indonesia
dengan Australia. Dalam kerjasama Ikatan Alumni Pertahanan, baik pemerintah Indonesia
maupun Australia telah memiliki koordinasi kerjasama dengan para pemangku dan pemilik
kepentingan lain dalam negara yang berkaitan dengan bidang pertahanan. Berikut struktur
interaksi dalam Ikatan Alumni Perthanan Indonesia dan Australia:
Struktur Interaksi dalam Ikatan Alumni Pertahanan
Indonesia dan Australia
Integration

IKAHAN

INDONESI
A

Integration

AUSTRALIA
Cooperation

IKAHAN memiliki kredibilitas yang baik sebagai sebuah Komunitas Pertahanan, hal
tersebut merupakan bagian dari gagasan untuk membangun kapasitas IKAHAN. Komunitas
Pertahanan memiliki dua ciri penting, yaitu; Pertama, komunitas pertahanan dapat mengurangi
insentif perang atau konfik diantara negara-negara anggota komunitas pertahanan tersebut.
Kedua, komunitas pertahanan mengurangi insentif persaingan dalam konteks persenjataan
dalam kerjasama fungsional. Dengan demikian, hal tersebut juga mengurangi secara relatif
12 | P a g e

kesiapan negara-negara anggota komunitas pertahanan tersebut untuk memerangi negara satu
dengan yang lainnya.

4.2.

Analisis Perspektif Strategic/Rational Model pada Kemitraan Strategis Indonesia


dan Australia dalam IKAHAN
4.2.1. Struktur Sistem Internasional
Hubungan internasional terjadi tidak terlepas dari tiga esensinya yaitu aktor,
kepentingan dan power. Ketiganya memiliki hubungan yang sangat erat dan saling
mengikat. Aktor sebagai pelaku hubungan internasional mengalami perubahan seiring
dengan perkembangan dinamika hubungan internasional.
Menurut pandangan realis, negara meupakan aktor utama dalam hubungan
internasional. Pengertian negara sendiri ialah negara memiliki rakyat yang tinggal di
sebuah wilayah dan keberadaannya eksis didukung dengan tiga komponennya, yaitu rakyat,
pemerintahan

dan

batas

wilayah

yang

jelas.

Negara

berbeda

dengan state,

state jangkauannya lebih kecil karena definisinya berhubungan dengan keterikatan identitas
yang ingin ditunjukan. Tidak dapat dipungkiri bahwa negara merupakan pelaku utama yang
sah dalam hubungan internasional. Terdapat beberapa hal yang mendukung pernyataan
tersebut. Diantaranya karena hanya negara yang memegang kekuasaan dalam bentuk
kekuatan militer dengan kata lain hanya negara yang diperbolehkan untuk berperang.
Scott (2001) menyatkan bahwa negara juga merupakan tempat tertinggi bagi warga
negara untuk menyerahkan loyalitasnya. Selain itu, dalam keadaan apapun dan kapanpun
semua elemen baik masyarakat ataupun organisasi, membutuhkan negara. Negara juga
merupakan tempat tertinggi bagi warga negara untuk menyerahkan loyalitasnya. Kuatnya
peran negara sebagai aktor utama dalam interaksi hubungan internasional tidak berarti tidak
memiliki kekurangan atau keterbatasan. Kekuatan negara dapat ditembus melalui arus
infornasi, ide-ide masyarakat yang berkembang, dan masalah arus keuangan. Non-state
actors memainkan peran penting dan tidak dapat diremehkan dalam menyelesaikan
masalah-masalah tersebut karena pelaku non negara dalam interaksinya tidak mengenal
adanya batas wilayah, atau dapat disebut jangkauan global. Non-state actors dapat
dikatakan sebagai pelaku dalam hubungan internasional karena memiliki kapasitas yang
cukup untuk mempengaruhi interaksi di dalam hubungan internasional.

13 | P a g e

Ikatan Alumni Pertahanan telah menjadi sebuah sebuah struktur yang legal dalam
sebuah sistem hubungan internasional. Dalam perkembangannya, baik state dan non-state
actors berpengaruh dan saling berinteraksi dalam wadah ini. IKAHAN adalah persatuan
yang terbuka bagi individu maupun pemerintah yang memenuhi syarat untuk bergabung.
4.2.2. Persepsi Elit
Strategi pertahanan nasional negara manapun umumnya diarahkan untuk mencapai tiga
tujuan fundamental, yaitu perlindungan teritorial, kedaulatan, dan keselamatan bangsa. Dalam
konteks tersebut, upaya untuk memenuhi kepentingan pertahanan nasional di atas harus
diperhatikan, pertama, faktor geostrategis negara baik ke dalam dan keluar. Ke dalam, yaitu
untuk menciptakan sistem pertahanan nasional yang kredibel, dan keluar untuk menciptakan
faktor penangkal yang kuat kepada pihak eksternal, paling tidak melalui pengembangan
kemampuan surveillance dan reconaissance. Perubahan internasional, sifat perang, bentuk dan
sifat ancaman, dan perlunya reformasi di dalam tubuh militer Indonesia menjadi faktor penting
dalam mengevaluasi doktrin dan strategi pertahanan negara dengan implikasi institusional yang
berwujud struktur teritorial masih relevan untuk mencapai tujuan kebijakan pertahanan
nasional.
Prasetyono (2002) menjelaskan secara umum doktrin pertahanan adalah prinsip-prinsip
dasar yang memberikan arah bagi pengelolaan sumber daya pertahanan untuk mencapai tujuan
nasional. Prinsip-prinsip dasar doktrin pertahanan pada level ini mencakup nilai, etika, dan
moral yang dalam khasanah kemiliteran yang disebut sebagai doktrin induk. Doktrin induk
merumuskan apa yang menjadi hakekat kepentingan pertahanan nasional, jatidiri/identitas
militer/tentara (who we are?), dan tugas militer/tentara (what do we do?) secara umum. Di
bawah doktrin induk adalah doktrin dasar yang pada intinya berisi rumusan strategi untuk
memaksimalkan pelaksanaan tugas pokok militer untuk mencapai tujuan pertahanan nasional.
Misalnya, apakah akan menggunakan continental strategy ataukah defence in depth atau
layered defence. Doktrin ini kemudian dijabarkan ke dalam postur dan struktur kekuatan
(posture and force structure), dan penggelarannya. Lapis berikutnya adalah doktrin
operasional yang merujuk pada doktrin militer yang memberikan arah bagi penggunaan secara
efektif dan efisien kekuatan militer dalam melaksanakan operasi militer baik gabungan maupun
kecabangan. Pada lapis ini, doktrin operasional mengidentifikasi karakteristik dasar masingmasing kekuatan yang mempunyai implikasi bagi pengembangan strategi dan operasi militer.
Sedangkan doktrin paling bawah dan operasional adalah pada tingkat taktis yang
dikembangkan langsung untuk pelaksanaan operasi militer di lapangan (Kent dan Ochmanek
14 | P a g e

dalam Prasetyono, 2002, hal 7).


4.2.3. Strategi Negara-Bangsa Lain
Strategi pertahanan harus memperhatikan perubahan-perubahan dunia internasional,
terutama perubahan sifat perang, sifat dan bentuk ancaman dalam dunia yang digerakkan oleh
perkembangan pesat di bidang teknologi dan komunikasi. Perang modern tidak lagi didominasi
perang teritorial yang dilakukan dengan konsep-konsep perlawanan bersenjata secara gerilya,
melainkan merupakan perang yang menekankan penghancuran infrastruktur vital atau center of
gravity. Perkembangan ini tidak bisa diatasi dengan mengandalkan cara pikir konvensional
yang menekankan pada kemampuan kekuatan darat yang juga tidak sesuai dengan posisi
geografis Indonesia sebagai negara kepulauan. Meskipun pemikiran-pemikiran atas dasar landbased strategy ini masih dipertahankan, strategi ini tidak akan berjalan efektif tanpa dukungan
kekuatan udara dan laut. Terlebih, kemajuan teknologi informasi dan persenjataan, misalnya
munculnya rudal-rudal balistik dan RMA, telah mengaburkan batas-batas teritorial, sifat perang
menjadi lebih cepat, negara makin rawan terhadap serangan preemptif, dan menuntut
pengembangan kekuatan mobile dan efektif.
Perkembangan-perkembangan ini telah merubah pemikiran dan perencanaan strategis
yang mengarah pada kebutuhan akan kekuatan yang terlatih dan dilengkapi dengan
kemampuan untuk bergerak cepat dalam menjalankan tugas-tugas perang dan selain perang.
Secara lebih khusus, argumen di atas adalah untuk menegaskan perlunya perubahan paradigma
tentang perang dan perencanannya, pengorganisasian (organising), penyusunan (structuring),
dan komando (commanding) kekuatan militer, terutama bagi negara-negara yang mempunyai
wilayah kepulauan sangat luas dan menyebar seperti Indonesia.
Di sisi sebaliknya, Australia sebagai negara tetangga Indonesia juga telah
mempertimbangkan aspek geostrategic demi menjaga kedaualatan negaranya sendiri. Dengan
demikikian, pembentukan Ikatan Alumni Pertahanan merupakan titik temu dalam hal strategis
operasional dan lapangan bagi kekuatan militer Indonesia dan Australia.
4.2.4. Kapabilitas yang Dimiliki Negara
Indonesia
Indonesia sebagai salah satu negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki angka
penduduk yang sangat besar membagi tugas pokok penjagaan keamanan dan kedaulatan pada
pihak militer menjadi dua, yaitu: operasi militer selain perangdan operasi militer untuk perang.
15 | P a g e

Operasi militer selain perang meliputi operasi mengatasi gerakan separatis bersenjata,
mengatasi pemberontakan bersenjata, mengatasi aksi terorisme, mengamankan wilayah
perbatasan, mengamankan objek vital nasional yang bersifat strategis, melaksanakan tugas
perdamaian dunia sesuai dengan kebijakan politik luar negeri, mengamankan Presiden dan
Wakil Presiden beserta keluarganya, memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan
pendukungnya secara dini sesuai dengan sistem pertahanan semesta, membantu tugas
pemerintahan di daerah, membantu Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam rangka tugas
keamanan dan ketertiban masyarakat yang diatur dalam undang-undang, membantu
mengamankan tamu negara setingkat kepala negara dan perwakilan pemerintah asing yang
sedang berada di Indonesia, membantu menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian, dan
pemberian bantuan kemanusiaan, membantu pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan
(search and rescue) serta membantu pemerintah dalam pengamanan pelayaran dan
penerbangan terhadap pembajakan, perompakan dan penyelundupan. Dalam bidang reformasi
internal, TNI sampai saat ini masih terus melaksanakan reformasi internalnya sesuai dengan
tuntutan reformasi nasional. TNI tetap pada komitmennya menjaga agar reformasi internal
dapat mencapai sasaran yang diinginkan dalam mewujudkan Indonesia baru yang lebih baik
dimasa yang akan datang dalam bingkai tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Australia
Australia merupakan negara yang berbatasan dengan Indonesia dan merupakan negara
sekutu Amerika sejak perang dunia ke-1. Dengan latar belakang dan sejarah yang panjang,
proyeksi pertahanan Australia tidak hanya mencakup dalam kawasan dalam negeri saja,
melainkan sudah menjadi kebijakan politik luar negeri Australia. Seperti halnya Indonesia,
prioritas utama bagi pemerintah Australia adalah melindungi kedaulatannya juga kepentingan
nasional dan warganya. Sesuai dengan buku putih pertahanan Australia tahun 2013, strategi
utama dalam pertahanan Australia adalah ketahanan negara dalam menghadapi invasi dari luar,
serta adanya keamanan, stabilitas dan ikatan yang kuat dengan negara-negara tetangga.
Dengan adanya strategi utama ini, maka Australia berupaya membentuk lingkungan
eksternalnya agar sesuai dengan perkembangan keamanan dan kesejahteraan Australia di masa
depan, dengan mengeluarkan kebijakan yang berisi kepentingan Australia dalam pergaulan
dunia, serta kepentingan akan keamanan bersama di lingkup regional. Upaya pertahanan negara
memberikan jalan bagi pemerintah untuk mengatasi secara bersama-sama terhadap ancaman
keamanan di wilayah Australia, sehingga kepentingan nasional lain yang berupa kesejahteraan
16 | P a g e

ekonomi dan pengembangan sosial dapat terwujud. Adapun kebijakan pertahanan Australia
didasarkan pada 4 kunci kepentingan strategis, yaitu keamanan Australia, kemanan daerah
Pasifik Selatan dan Timor-Leste, stabilitas keamanan regional di Indo-Pasific, serta ikut serta
dalam mewujudkan keamanan internasional (Australian Defence White Paper, 2013).
Kepentingan keamanan nasional Australia sendiri dapat diartikan sebagai kebebasan
dari pemaksaan dari semua pihak termasuk negara, kelompok maupun individu. Meskipun
untuk mencapai hal ini pemerintah menggunakan semua elemen kekuatan nasionalnya, namun
ADF tetap menjadi kunci utama dalam menjaga keamanan nasional Australia. Sebagai
kekuatan utama pertahanan Australia, Australian Defence Forces (ADF) memiliki tujuan untuk
mencegah dan menghancurkan serangan musuh di wilayah Australia, berkontribusi kepada
stabilitas dan keamanan wilayah tetangga Australia, serta memenuhi kewajiban internasional
Australia. Kapabilitas ADF yang kredibel merupakan bentuk dari kemandirian dalam
mencegah dan menghancurkan serangan bersenjata pada Australia. Di luar hal tersebut, adanya
aliansi dengan Amerika, kerjasama dengan industri pertahanan Australia dan komunitas
keamanan nasional merupakan faktor pendorong pertumbuhan pertahanan Australia.
Perbandingan Kapabilitas Indonesia dan Australia
Negara Indonesia dan Negara Australia adalah negara yang bertetangga, walaupun sebagai
negara bertetangga banyak kerja sama dan masalah yang sering dialami oleh dua negara ini.
dalam urusan kerja sama, negara Indonesia dan Australia banyak melakukan kerja sama baik
bidang ekonomi, pendidikan, keamanan dan masih banyak lagi bidang kerja sama antara
negara Indonesia dan Australia.
Berikut adalah perbandingan kekuatan pertahanan Negara Indonesia dengan Negara Australia :
LUAS DARATAN
INDONESIA : 1.904.596 km2
AUSTRALIA : 7.741.220 km2
JUMLAH PENDUDUK
INDONESIA : 242.325.638
AUSTRALIA : 22.620.600
PRODUKSI MINYAK
INDONESIA : 982.900 bbl/day
17 | P a g e

AUSTRALIA : 482,500 bbl/day


PERSONEL AKTIF
INDONESIA : 438.410
AUSTRALIA : 47.135
PERSONEL CADANGAN
INDONESIA : 400.000
AUSTRALIA : 29.396

Dilihat dari ALUSISTA


Angkatan Darat
TANK
INDONESIA : 400
AUSTRALIA : 59
KENDARAAN TEMPUR
INDONESIA : 509
AUSTRALIA : 1.526
Angkatan Udara
PESAWAT TEMPUR
INDONESIA : 444
AUSTRALIA : 377
HELI
INDONESIA : 187
AUSTRALIA : 106
Angkatan Laut
KAPAL SELAM
INDONESIA : 2
AUSTRALIA : 6
AMFIBI
INDONESIA : 26
AUSTRALIA : 8
18 | P a g e

Spesifikasi Posisi kekuatan tempur Indonesia - Australia


Indonesia
No

Jenis
Persenjataan

Pesawat
Tempur

Model

Model

Jumlah

32

Pesawat tempur terdiri


71F/A-18A dan B Hornets

17

F16

40

F/A-18F super Hornets .

24

Hawk

36

19 ap-3c orion

19

F5e

12

C-130 hercules

21

Supertucano

16

C-17 Globemaster iiis .

Intai strategis

Bombardier challenger

12

Boeing Business
Jet 737pesawat
sebagaitransportasi VIP .

PC-9 Pilatus dan 33 Elang


127 pesawat latih.

67

Hercules

40

Beechcraft king air b300

Pesawat UAV

24

Hornets super EA-18G


Growler

12

Tank Perang MBT dan IFV, dengan


MBT Leopard

19 | P a g e

Jumlah

Sukhoi

Intai taktis

Australia

153

M1A1 Abrams tank tempur


utama,

59

Alteleri

MBT Leopard 2A4 s

61

M113 pengangkut personel


lapis baja

774

IFV Marder

42

257 ASLAV lapis baja


kendaraan pengintai.

275

Rusia, PT 76,

50

Bushmaster protected
mobility

838

BVP-2 Slovakia

50

LVT (landing vehicle


track) - 7A1 Amerika
Serikat.

60

Artileri Angkatan Darat


terdiri dari L119 Hamel105
mm kaliber diderek senjata,

109

155 mm ditarik M198


howitzer

36

Jenis T dan Mortir


Oerlikon Skyshield auto
twin canon 35 mm dengan
rudal anti seragan udara
jarak pendek
(kemungkinan 2 x 4
peluncur)

1.060

Meriam otomatis ini siap


menembakkan 1000
peluru/menit
4

Kapal PerangKapal selam SSLK dan


SSI

20 | P a g e

Mortir 81 mm dan 30RBSTidak


70 rudal permukaan-kediketahui
udara

Kapal selam kelas collins

Kapal PSC

23

Frigat kelas anzac adalah


tujuan pengawalan umum

Kapal patroli biasa


dilengkapi senjata kaliber

11

Kapal patroli kelas armidale

14

20 mm,

Diklasifikasikan dalam
kapal patroli cepat
dilengkapi SSM,

Kapal patroli dilengkapi


torpedo anti-submarine,

Kapal patroli biasa

Minehunters kelas huon

Assult dan transport

Helikopter Seahawks

16

Transport (tipe NAS332L Super Puma serta


NAS-330 Puma

Sea king

MRH 90 helikopter angkut

Tupai

13

AW109s untuk tujuan


pelatihan

Helikopter

38

Assult dan transport

(Sumber: http://militaryanalysisonline.blogspot.com/2013/11/perbandingan-kekuatan-militerindonesia.html)

21 | P a g e

BAB V
KESIMPULAN
Ikatan Alumni Pertahanan (IKAHAN) merupakan sebuah wadah pertahanan yang
dibentuk oleh Indonesia dan Australia dengan fokus utama pada kerjasama di bidang
pertananan militer, pelatihan, akademis, dan budaya. Dalam wadah ini, terdapat pertukaran
informasi, pengalaman, teknologi dan budaya strategis antara Indonesia dan Australia. Pola
interaksi dalam IKAHAN menunjukkan bahwa kemitraan strategis ini merupakan
hubungan mutual yang saling menguntungkan bagi kerjasama bilateral kedua negara,
diantaranya sebagai wilayah latihan, berbagai bentuk latihan militer dan pendidikan
akademis maupun bahasa untuk pencapaian, transfer ilmu pengetahuan dan teknologi demi
kepentingan pertahanan masing-masing negara.
Dalam analisis Perspektif Strategic/Rational Model pada kemitraan strategis Indonesia
dan Australia dalam IKAHAN dapat disimpulkan bahwa asumsi mengenai perhitungan
rasional dari pembuat keputusan dalam pembentukan IKAHAN merupakan tindakan
strategis karena kemampuan dan kapabilitas masing-masing negara tidak superior satu
sama lain sehingga pembentukan Ikatan Alumni Pertahanan ini mampu mengakomodasi
kepentingan dan tujuan kedua negara demi mencapai tujuan nasional dan berpartisipasi
dalam meningkatkan pertahanan dan keamanan global pada kerangka hubungan bilateral.

DAFTAR PUSTAKA
Alden, C. (2011). Foreign Policy Analysis. London: University of London.
Burchill, Scott et al. (2001). Theories of International Relations. New York: Palgrave.

22 | P a g e

Booth, K. (1991). New Thinking about Strategy and International Security. London:
HarperCollins Academic.
Defence, A. D. (2013). Defence White Paper 2013. Canberra: Australian Government.
Hogan, Gary P. (2011). Kilas Balik 2011. Jakarta: Ikatan Alumni Pertahanan Indonesia
Australia.
Jensen, Llyod. (1982). Explaining Foreign Policy. New Jersey: Prentice Hall, Inc.
Kent, Glenn A dan Ochmanek, David A. 1998. Defining the Role of Airpower in Joint
Missions, RANDS Project AIR FORCE, Santa Monica: hal. 7.
Kemhan. (2008). Buku Putih Pertahanan. Jakarta: Kementerian Pertahanan RI.
Lovell, John. 1970. Foreign Policy in Perspective: Strategy, Adaptation, Decision Making.
New York: Holt, Rinehart and Winston, Inc.
Perwita, A.A.B. dan Yani, Y.M. (2006).Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Prasetyono, Edy. 2002. Workshop Strategic Defence Review, Departemen Pertahanan, 16-17
Desember 2002. Jakarta: Centre for Strategic and International Studies (CSIS).

SUMBER WEBSITE
Ikatan Alumni Pertahanan Indonesia Australia. (2014). http://ikahan.com/about/ikahan/
diakses pada 5 Desember 2014
Perbandingan Kekuatan Militer Indonesia. (2013)
http://militaryanalysisonline.blogspot.com/2013/11/perbandingan-kekuatan-militerindonesia.html diakses pada 5 Desember 2014

BAHAN PAPARAN
Yani, M. Yanyan. 2014. Modul Analisis Kebijakan Luar Negeri, Diplomasi Pertahanan, dan
Pengaruh Faktor Domestik terhadap Politik Luar Negeri. Bogor: Universitas
Pertahanan Indonesia.

23 | P a g e

You might also like