You are on page 1of 6

II.

PEMBAHASAN

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa yield atau produksi


tanaman, apapun itu jenisnya, dipengaruhi oleh dua hal utama yakni lingkungan,
genetis, serta interaksi anatar keduanya. Interaksi antar faktor lingkungan dengan
genetis kerap kali menjadi penentu berhasil tidaknya budidaya, sebab perbedaan
pada kondisi lingkungan, dapat menyebabkan muncul atau tidaknya suatu sifat
genetis (fenotip) suatu tanaman. Faktor lingkungan yang pengaruhnya vital dan
dengan jangkauan yang luas, serta sulit untukdiprediksi dan di manipulasi adalah
kondisi iklim (klimatik). Iklim yang tidak sesuai untuk syarat tumbuh suatu
tumbuhan dapat menghambat pertumbuhan dan mengurangi produksi dari
tanaman tersebut. Adapun syarat agroklimat yang sesuai untuk tanaman karet dan
pengaruhnya adalah sebagi berikut:
1.

Curah Hujan
Secara

umum

hujan

dapat

mempengaruhi

pertumbuhan

dan

perkembangan tanaman Karet baik secara langsung dalam hal pemenuhan


kebutuhan air bagi tanaman yang bervariasi menurut fase perkembangan tanaman,
kondisi curah hujan secara tidak langsung berpengaruh terhadap kelembaban
udara dan tanah serta radiasi matahari. Ketiga faktor lingkungan fisik tersebut
(curah hujan, kelembapan udara dan tanah, serta radiasi matahari) erat kaitannya
dengan penyerapan air dan hara serta perkembangan penyakit tanaman.
(Anwar,2011)
Secara spesifik, tanaman Karet (Hevea brasiliensis) tumbuh baik pada
curah hujan 1.500-3.000 mm/tahun. Di kawasan dengan curah hujan >4.000

mm/tahun, karet masih dapat tumbuh. Namun pengelolaan kebun akan


menghadapi gangguan penyakit daun penyadapan. Di kawasan dengan curah
hujan 1.500-2.000 mm/tahun, diperlukan distribusi hujan yang merata sepanjang
tahun. Curah hujan 2.000-3.000 mm/tahun diperlukan satu bulan kering, dan pada
curah hujan 3.000-4.000 mm/tahun diperlukan 2-3 bulan kering perkembangan
penyakit akar dan daun bisa terputus (Siregar,2013)
Curah hujan sebagian akan diintersepsi oleh tajuk dan sisanya jatuh
ke permukaan tanah melalui batang dan celah tajuk. Intersepsi tajuk karet kira-kira
11-36 % tergantung pada klon dan intensitas hujan. Aliran air yang deras dan
banyak dapat mengganggu penyadapan dan mutu lateks. Air yang sampai ke
permukaan tanah ssebagai limpasan sebanyak 0,5-1,6% (Boerhendy,2011).

2.

Suhu Udara
Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan

berbatang cukup besar Tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 meter. Batang
tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi diatas.
Dibeberapa kebun karet ada beberapa kecondongan arah tumbuh tanamanya agak
miring kearah utara. Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zona
antara 15o LS dan 15o LU. Diluar itu pertumbuhan tanaman karet agak terhambat
sehingga memulai produksinya juga terlambat. Suhu udara yang baik bagi
pertumbuhan tanaman antara 24-28 C (Setiawan, 2008).
Penurunan suhu rata-rata 1o C akan berakibat tertundanya matang sadap
sampai enam bulan. Dalam kisaran subtropikal basah (tanpa pembekuan) hingga
tropika kering dengan hutan hujan basah, karet dilaporkan toleran pada suhuh

23,1o C 27,5o C dengan rata-rata suhu pada 25 lokasi perkebunan karet 25,6o C.
Suhu ideal bagi tanaman karet 18-33o C. Pada suhu diatas 33o C maka tanaman
karet akan mengalami gangguan fisiologi berupa hiper respirasi atau repsirasi
yang melebihi fotosintesis (pembentukan fotosintat) sehingga tanaman karet akan
terhambat pertumbuhannya. Dan apabila hal tersebut terus berlanjut tanpa adanya
upaya pengairan/penyiraman yang lebih intensif maka karet akan mengalami
kematian. Sedangkan untuk suhu dibawah 18o C, maka fotosintesis akan
mengalami diskontinuitas, meskipun sel-sel tanaman karet masih membelah
(terjadi mitosis) namun pembelahan sel tersebut hanya sebatas untuk survival
saja. Dan apabila terus berlanjut maka tanaman karet juga akan mengalami
kematian (Damanik,2010)
3.

Kecepatan angin
Tanaman karet memiliki batang yang lentur dan mudah patah.

Untuk daerah-daerhayang memiliki angin kencang dapat menimbulkan kerusakan


tanaman yang cukup parah, yaitu berkurangnya tegakan pohon yang dapat
menurunkan

produktivitas

tanaman.

Kecepatan

angin

<15m/detik

tidak

menimbulkan kerusakan bagi tanaman. Angin kencang sendiri merupakan


masalah di beberapa negara di Malaysia dan Tiongkok, serta di Indonesia seperti
di Sumatera Utara. Angin dengan kecepatan 2m/detik tidak mengganggu
pertumbuhan. Dalam kecepatan 2-3m/detik, pertumbuhan tanaman karet dan
produksi lateks terganggu. Angin kencang skala 8 (17,2-20,7 m/detik)
mengakibatkan kerusakan bagi klon tanman karet yang peka angin, dan pada skala
10 (24,5-28 m/detik) hampir seluruh klon mengalami kerusakan. Teknologi
pengelolaan tajuk menjadi bagian yang sangat penting pada daerah yang memiliki

kecepatan angin tinggi dan periodik sifatnya.


Ketiga hal diatas merupakan faktor-faktor iklim yang paling berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman karet. Namun, sebenarnya faktor
iklim yang paling berpengaruh adalah curah hujan. Efek dari penyimpangan
curah, secara nyata dapat menunda waktu gugur daun. Gugur daun merupakan
suatu peristiwa alami dan bersifat periodik pada tanaman karet. Gugur daun sangat
ditentukan oleh iklim dan umur daun itu sendiri. Apabila terjadi penyimpangan
curah hujan yang cukup ekstrim, maka proses gugur daun akan tertunda, dan umur
daun semakin bertambah. Daun yang umurnya semakin tua hingga diatas 230 hari
memiliki perbandingan kemampuan produkis fotosintat yang lebih rendah
dibanding daun dewasa (berumur sekitar 90-230 hari). Sedangakan pada daun tua
kemampuan konsumsi asimilatnya jauh lebih besar dibanding daun dewasa,
sehingga dapat dikatakan daun tua pada tanaman karet sangat tidak efisien
(Setiawan, 2008)
Pertanyaan selanjutnya adalah, degan kondisi saat ini, dimana akibat
adanya pemanasan global yang menyebabkan kondisi agroklimat sangat sulit
untuk diprediksi, dan sering kali mengalami penyimpangan yang cukup
ekstrim,sementara permintaan pasar global terhadap bahan baku berupa lateks
alami terus meningkat, apakah ada peluang untuk kita dapat menanam karet pada
kondisi agroklimat yang kritis? Jawabannya, bisa. Suatu penelitian terhadap klon
tanaman karet, yakni RRIM 600, di daerah Tripura (India) dimana daerah tersebut
merupakan daerah yang sangat kritis dari aspek curah hujan dan suhunya, ternyata
klon RRIM 600 menunjukkan hasil yang cukup memuaskan dibanding klon-klon
lainnya seperti RRII 203, RRIM 703, dan klon-klon lain. Klon RRIM 600 dinilai

merupakan klon yang memiliki adaptasi universal yang paling baik pada kondisi
suboptimal (Siregar, 2013).
Dibawah ini akan disajikan tabel produksi lateks dalam hubungannya
dengan faktor iklim (Siregar, 2013):

Bula
n

Juli

Juli

Agst

Sept

Okt

Nov

Des

Jan

Feb

Hasil Lateks (ml)


GT-1

PR
107

Faktor Lingkungan

PRIM
600

Nonkl
on

Suhu
maksim
um (oC)

Suhu
Minimu
m (oC)

Rata-rata
Kelembapa
n (%)

Lama
Penyinara
n (jam)

Curah
Hujan
(mm)

48,2

20,6

43

28,5

33

25,3

70

8,2

49,03

30,7

67

30,58

28,3

23,6

91

7,3

49,05

51,84

77,5

30,84

28,4

23,8

89

5,1

821,5

19,21

57,57

72,5

32,9

28,2

24,2

88

3,2

397,5

50,03

57,97

44

69,28

27,3

23,4

91

2,2

752,6

53,03

58,41

44,28

79,18

27,7

23,5

91

3,4

332,8

90,5

109

116,6
8

106,5
5

28,2

22,4

79

4,8

205,4

105,5

121

120,4
8

108,4
5

30,8

22,3

72

7,6

12,8

81,52

90,59

70,68

85,6

30,2

22,1

73

6,7

76,1

69,5

82,59

66,72

86

32,5

18,5

80

8,7

60,91

72,46

70

86

33,4

17,1

72

8,6

70,11

83,26

76,1

86,1

23,1

17,2

72

8,4

117,74

88,72

110,7

167,6

32,4

13,3

88

121,72

97,72

121,1

131,3

32,3

12,1

67

129,6

83,33

98,49

130,8

31,7

11,5

67

9,2

114,16

72,33

80,37

122

33,9

12,2

65

9,5

108,45

72,02

58,36

118,2

32,8

12,9

67

9,5

86,44

70,78

56,36

100,2

31

12

69

10,1

2
Mar

Apri
l

86,43

59,86

56,3

100

32,8

15,3

73

9,7

86,09

50,8

63,28

93,1

32,8

16,7

74

10,2

80,3

50,25

58,48

85,08

32,4

16,7

77

10,4

74

49,95

42,38

77,02

32,9

19,9

81

10,3

You might also like