Professional Documents
Culture Documents
HIV/AIDS meningkatkan risiko terjadinya kasus baru, reaktivasi infeksi laten TB, dan
mempercepat perkembangan TB aktif dikarenakan terdapat penekanan pada respon imun
penderita (Suchindran, Brouwer, & Van Rie, 2009). Risiko seseorang terkena TB pada penderita
HIV/AIDS meningkat 10% dibandingkan bukan penderita HIV/AIDS (Manosuthi,
Chottanapand, & Thongyen, 2006).
Tahun 2013 angka kejadian orang yang hidup dengan HIV di dunia mencapai 35 juta jiwa
dan Asia merupakan peringkat kedua terbesar. Di Indonesia, jumlah kasus HIV/AIDS yang
dilaporkan sampai bulan September 2014 telah mencapai 150.285 untuk kasus HIV dan 55.799
kasus untuk AIDS (Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan,
2014). Menurut WHO, angka kematian akibat HIV/AIDS sebagian besar disebabkan oleh
komorbiditas termasuk penyakit TB (World Health Organization, 2014).
Diabetes mellitus juga merupakan komorbiditas terjadinya penyakit TB yang penting setelah
HIV/AIDS (Restrepo & Schlesinger, 2014). Diabetes diperkirakan prevalensinya meningkat
hingga 592 juta penderita di tahun 2030. Penderita diabetes sebagian besar berada di negara
middle-income termasuk di Indonesia (International Union Agains Tuberulosis and Lung
Disease, 2012). Tingginya angka kejadian diabetes di Indonesia kemudian akan meningkatkan
angka kejadian TB, karena berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penderita DM
memiliki risiko terkena TB sebesar 2-3 kali lipat dibandingkan bukan penderita DM (Sulaiman S
A et al., 2011). Pada kondisi diabetes terdapat penekanan pada respon imun penderita sehingga
mempermudah terjadinya infeksi bakteri yang selanjutnya akan berkembang menjadi penyakit
TB.
Default/putus berobat merupakan pasien yang tidak berobat 2 bulan berturut-turut atau lebih
sebelum masa pengobatannya selesai. Penelitian yang dilakukan oleh (Sangadah, 2012) diketahui
bahwa faktor usia, jenis kelamin, unit pelayanan kesehatan, rejimen dan tipe pasien merupakan
faktor yang mempengaruhi default.
(Chang et al., 2011), melakukan penelitian tentang dampak DM type 2 terhadap tingkat
keparahan dan hasil pengobatan TB Paru dengan mengidentifikasikan pasien TB paru dengan
atau tanpa DM yang berobat pada RS Chest di Taiwan. Tujuan penelitian adalah untuk
membandingkan tingkat keparahan penyakit TB dan hasil pengobatan pada pasien dengan atau
tanpa DM type 2. Hasil penelitian menunjukkan pasien TB dengan DM memiliki tingkat
keparahan yang lebih tinggi, sehingga membutuhkan waktu pengobatan yang lebih lama dan
lebih rentan terhadap terjadinya MDR-TB dibandingkan pasien tanpa TB. Persamaan : mengkaji
tentang tingkat keparahan dan hasil pengobatan TB pada pasien dengan DM. Perbedaan :
menggunakan teknik data mining untuk mengidentifikasikan tingkat keparahan dan hasil
pengobatan pada pasien TB dengan DM dan HIV/AIDS.
Hasil pengobatan TB dikategorikan menjadi lima kategori yaitu sembuh, pengobatan lengkap,
meninggal, pindah, default (putus berobat), dan gagal (Kementerian Kesehatan RI, 2009).