You are on page 1of 19

1.

New emerging diseases dan re- emerging diseases di Indonesia


New emerging infection diseases:

SARS
H5N1
Ebola virus
Hanta virus
Japanese encephalitis

Yang sering terdapat di Indonesia: SARS dan H5N1


H5N1 ( Avian Influenza)

Pencegahan Penyakit Flu Burung


1.

Pencegahan primer
Pencegahan primer adalah pencegahan yang dilakukan pada orang-orang yang berisiko
terjangkit flu burung, dapat dilakukan dengan cara:
Melakukan promosi kesehatan (promkes) terhadap masyarakat luas, terutama

mereka yang berisiko terjangkit flu burung seperti peternak unggas.


Melakukan biosekuriti yaitu upaya untuk menghindari terjadinya kontak antara
hewan dengan mikroorganisme yang dalam hal ini adalah virus flu burung, seperti
dengan melakukan desinfeksi serta sterilisasi pada peralatan ternak yang bertujuan

untuk membunuh mikroorganisme pada peralatan ternak sehingga tidak menjangkiti

hewan.
Melakukan vaksinasi terhadap hewan ternak untuk meningkatkan kekebalannya.
Vaksinasi dilakukan dengan menggunakan HPAI (H5H2) inaktif dan vaksin
rekombinan cacar ayam atau fowlpox dengan memasukan gen virus avian influenza

H5 ke dalam virus cacar.


Menjauhkan kandang ternak unggas dengan tempat tinggal.
Menggunakan alat pelindung diri seperti masker, topi, baju lengan panjang, celana

panjang dan sepatu boot saat memasuki kawasan peternakan.


Memasak dengan matang daging sebelum dikonsumsi. Hal ini bertujuan untuk
membunuh virus yang terdapat dalam daging ayam, karena dari hasil penelitian virus

flu burung mati pada pemanasan 60C selama 30 menit.


Melakukan pemusnahan hewan secara massal pada peternakan yang positif ditemukan

virus flu burung pada ternak dalam jumlah yang banyak.


Melakukan karantina terhadap orang-orang yang dicurigai maupun sedang positif

terjangkit flu burung.


Melakukan surveilans dan monitoring yang bertujuan untuk mengumpulkan laporan
mengenai morbilitas dan mortalitas, laporan penyidikan lapangan, isolasi dan
identifikasi agen infeksi oleh laboratorium, efektifitasvak sinasi dalam populasi,

2.

serta data lain yang gayut untuk kajian epedemiologi.


Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder adalah pencegahan yang dilakukan dengan tujuan untuk

mencegah dan menghambat timbulnya penyakit dengan deteksi dini dan pengobatan tepat.
Dengan melakukan deteksi dini maka penanggulangan penyakit dapat diberikan lebih awal
sehingga mencegah komplikasi, menghambat perjalanannya, serta membatasi ketidakmampuan
yang dapat terjadi. Pencegahan ini dapat dilakukan pada fase presimptomatis dan fase klinis.
Pada flu burung pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan screening yaitu upaya
untuk menemukan penyakit secara aktif pada orang yang belum menunjukkan gejala klinis.
Screening terhadap flu burung misalnya dilakukan pada bandara dengan memasang alat
detektor panas tubuh sehingga orang yang dicurigai terjangkit flu burung bias segera diobati
dan dikarantina sehingga tidak menular pada orang lain.
3.

Pencegahan tersier
Pencegahan tersier adalah segala usaha yang dilakukan untuk membatasi

ketidakmampuan. Pada flu burung upaya pencegahan tersier yang dapat dilakukan adalah
dengan melakukan pengobatan intensif dan rehabilitasi.

SARS
Pencegahan SARS
Prinsip control disease untuk penyakit SARS:
Penderita
Pengobatan para penderita SARS biasanya dilakukan dengan perawatan intensif
di rumah sakit, terutama jika terjadi sesak napas. Penderita akan ditempatkan di ruang
isolasi agar tidak menyebarkan virus ke mana-mana. Obat yang dipakai biasanya adalah
obat yang mengandung kortikosoid dan antivirus ribavirin. Walaupun demikian, obat ini
belum 100% efektif mengobati SARS. Dan sampai saat ini belum ada satu pun obat yang
efektif dalam mengobati SARS.
Contact Person
Untuk mencegah penularan penyakit SARS dapat dilakukan dengan cara:
1. Hindarilah bepergian atau naik kendaraan umum namun jika terpaksa maka jangan
menutup jendela atau pintu
2. Hindarilah tempat-tempat umum dan ramai khususnya di daerah dekat rumah sakit,
internet cafe, tempat-tempat nongkrong, bioskop, dan perpustakaan, jika kamu
melakukannya maka pakailah masker dan cucilah tangan anda secara bersih dan
teratur.
3. Hindarilah mengunjungi pasien dan periksa ke dokter di rumah sakit khususnya yang
ada pasien SARSnya.
4. Ajarilah anak-anak untuk cuci tangan dengan sabun dan jangan menyentuh mulut,
hidung, dan mata dengan tangan telanjang
5. Jagalah keseimbangan gizi diet Anda dan hendalah berolahraga secara teratur untuk
meningkatkan sistem kekebalan tubuh kita
6. Anak-anak yang sistem kekebalan tubuhnya melemah harus memakai masker
sepanjang waktu untuk menhindari menyebarnya cairan tubuh seperti ludah/air liur
7. Periksalah suhu badan Anda secara teratur dan tetaplah hati-hati dengan kondisi
kesehatan Anda
Lingkungan
SARS juga bisa dihindari dengan menjaga kesehatan lingkungan seperti:
1. Menjaga sirkulasi udara di kamar Anda
2. Menjaga lingkungan rumah Anda tetap sehat. Di sini ada beberapa solusi untuk
mematikan kuman yang dapat digunakan:a.

Caranya: Gunakan pemutih ( bleach )

yang tersedia di pasar (dengan kandungan kimia 8-12%). Ini adalah cara paling

murah dan efektif mematikan kuman. Persiapan: Pakailah sarung tangan anti air,
Campurlah pemutih dengan air dengan ukuran 1:100 (pemutih/bleach:air/water).
3. Frekuensi: Bersihkanlah tempat-tempat yang sering dilewati orang secara teratur dan
selama masa penyebaran virus SARS, lebih baik bersihkanlah/basmilah kuman rumah
Anda setiap hari.

Re- emerging Diseases:

Anthrax
Rabies
Rift Valley fever
Marburg virus
tuberkulosis
Tularemia
Plague
Leptospirosis
Polio

Yang sering terdapat di Indonesia : Malaria, TB, Polio, Leptospirosis, Anthrax, Rabies
Malaria

Pencegahan terhadap Malaria


Pencegahan Primer
Tindakan terhadap manusia
a. Edukasi adalah faktor terpenting pencegahan malaria yang harus diberikan kepada
setiap pelancong atau petugas yang akan bekerja di daerah endemis. Materi utama
edukasi adalah mengajarkan tentang cara penularan malaria, risiko terkena malaria,
dan yang terpenting pengenalan tentang gejala dan tanda malaria, pengobatan
malaria, pengetahuan tentang upaya menghilangkan tempat perindukan.
b. Melakukan kegiatan sistem kewaspadaan dini, dengan memberikan penyuluhan pada
masyarakat tentang cara pencegahan malaria.
c. Proteksi pribadi, seseorang seharusnya menghindari dari gigtan nyamuk dengan
menggunakan pakaian lengkap, tidur menggunakan kelambu, memakai obat
penolak nyamuk, dan menghindari untuk mengunjungi lokasi yang rawan malaria.
d. Modifikasi perilaku berupa mengurangi aktivitas di luar rumah mulai senja sampai
subuh di saat nyamuk anopheles umumnya mengigit.
Tindakan terhadap vektor
a. Pengendalian secara mekanis
Dengan cara ini, sarang atau tempat berkembang biak vektor ditiadakan
b. Pengendalian secara biologis
Pengendalian secara biologis dilakukan dengan menggunakan makhluk hidup yang
bersifat parasitik terhadap nyamuk atau penggunaan hewan predator atau pemangsa
serangga.
c. Pengendalian secara kimiawi

d. Pengendalaian

secara

kimiawi

adalah

pengendalian

serangga

mengunakan

insektisida. Dengan ditemukannya berbagai jenis bahan kimiayang bersifat sebagai


pembunuh serangga yang dapat diproduksi secara besar-besaran, maka pengendalian
serangga secara kimiawi berkembang pesat..
Pencegahan Sekunder
Pencarian penderita malaria
Pencarian secara aktif melalui skrining yaitu dengan penemuan dini penderita malaria
dengan dilakukan pengambilan slide darah dan konfirmasi diagnosis (mikroskopis dan
/atau RDT (Rapid Diagnosis Test)) dan secara pasif dengan cara malakukan pencatatan
dan pelaporan kunjungan kasus malaria.
Rehabilitasi mental/ psikologis
Pemulihan kondisi penderita malaria,memberikan dukungan moril kepada penderita dan
keluarga di dalam pemulihan dari penyakit malaria, melaksanakan

rujukan pada

penderita yang memerlukan pelayanan tingkat lanjut.


Pencegahan Tertier
Penanganan akibat lanjut dari komplikasi malaria
Kematian pada malaria pada umumnya disebabkan oleh malaria berat karena infeksi P.
falciparum. Manifestasi malaria berat dapat bervariasi dari kelainan kesadaran sampai
gangguan fungsi organ tertentu dan gangguan metabolisme. Prinsip penanganan malaria
berat:
a. Pemberian obat malaria yang efektif sedini mungkin
b. Penanganan kegagalan organ seperti tindakan dialisis terhadap gangguan fungsi
ginjal, pemasangan ventilator pada gagal napas.
Tindakan suportif berupa pemberian cairan serta pemantauan tanda vital untuk mencegah
memburuknya fungsi organ vital.
Polio
Indonesia sempat bebas dari polio virus selama 10 tahun sejak 1996- 2005. Pada Maret
2005 ditemukan kembali kasus polio di cidahu, sukabumi. Virus polio ini berasal dari
Nigeria melewati yemen dan arab saudi. Polio dicegah dengan pemberian imunisasi.
Program Imunisasi Dasar di Puskesmas meliputi polio yang diberikan 4 kali, pada usia
1,2,3,4 bulan. Di Indonesia, Vaksin Polio Oral atau OPV lebih banyak digunakan. OPV
terbuat dari virus liar hidup yang telah dilemahkan. Setelah diberikan sebanyak 2 tetes
virus ke dalam mulut, vaksin ini akan menempatkan diri di usus dan memacu
pembentukan antibodi baik dalam darah maupun dalam dinding luar lapisan usus yang
mengakibatkan pertahan lokal terhadap virus polio liar yang akan masuk. Artinya, bila

ada virus polio liar masuk ke dalam usus bayi/anak tersebut, maka virus polio liar
tersebut akan diikat dan dimatikan oleh zat kekebalan yang dibentuk di usus dan di
dalam darah , sehingga tidak dapat berkembang biak, tidak membahayakan bayi / anak
tersebut, dan tidak dapat menyebar ke anak-anak sekitarnya.

Tuberkulosis

Leptospirosis
Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman golongan Leptospira yang
menyerang hewan namun dapat juga ditularkan ke manusia. Leptospirosis terutama
ditularkan lewat kulit yang terluka, namun juga dapat ditularkan lewat mulut, mata dan
hidung. Leptospirosis terutama ditularkan lewat air, makanan-minuman, tanah, lumpur
yang terkontaminasi dengan air seni hewan yang sakit. Kuman Leptospira dapat bertahan
hidup cukup lama dalam air, lumpur, tanah lembab dan tanaman. Tikus adalah sumber

penularan utama, hewan lain yang berpotensi menularkan Leptospirosis ialah kucing,
anjing, sapi, domba dan babi
Langkah-langkah pencegahan dapat berupa :

Pola hidup sehat

Waspadai tikus sebagai sumber utama

Hindari kontak dengan air seni hewan peliharaan

Pakai sepatu kedap air bila berjalan di lumpur/genangan air

Pakai sarung tangan bila berkebun

Hindari berenang di air yang mungkin tercemar

Khusus bagi para pekerja yang sering kontak dengan air, ada beberapa hal tambahan yang
mudah-mudahan membantu mencegah kena tular penyakit ini:

Tutup luka dengan pembalut kedap air sebelum bekerja

Sedapat mungkinn hindari kontak langsung dengan bahan penularan

Pakai pelindung berupa sarung tangan, sepatu kedap air, masker, jubah.

Mandi dan cuci tangan setelah kontak dengan bahan penularan

Jangan makan/merokok sehabis kontak dengan bahan penularan

Vaksinasi hewan peliharaan

Bersihkan diri setelah kontak dengan hewan peliharaan

Bersihkan kandang dan lingkungan sekitar secara berkala

Anthrax
Pada manusia, spora anthrax dapat masuk baik Icwat mulut karena makan bahan
makanan (daging) yang tercemar ataupun lewat kulit yang terluka atau bekas gigitan
serangga. Oleh karena itu, ternak yang terkena penyakit anthrax dilarang keras untuk
dipotong dan dikonsumsi
Pencegahan
Hindari kontak langsung dengan bahan atau makanan yang berasal dari hewan yang
dicurigai terkena antraks.
Cuci tangan dengan sabun sebelum makan
Cuci sayuran/ buah-buahan sebelum dimakan
Memasak daging sampai matang sempurna

Vaksinasi antraks ( penggunaannya selektif dan efek samping tinggi ).


Semua ternak (sapi, kerbau, kambing, domba, babi dan kuda) harus divaksin secara
teratur. Mintalah bantuan petugas Dinas Peternakan setempat atau Dokter hewan
terdekat.
Jagalah kebersihan dan kesehatan kandang, dengan selalu membersihkan kotoran dan
desinfektasi, serta upaya penghapusan hama penyakit.
Berilah makanan dalam jumlah cukup dan bermutu (bergizi).
Bagi ternak besar (kerbau dan sapi), jangan terlalu dipaksakan kerja berat. Keletihan dan
kurang makan dapat mempermudah berjangkitnya wabah penyakit anthrax. Aturlah cara
kerja yang baik, sehingga tidak menyebabkan ternak sangat lelah, untuk itu aturlah waktu
istirahat yang tepat
Rabies
Rabies (penyakit anjing gila) adalah penyakit hewan yang disebabkan oleh virus,
bersifat akut serta menyerang susunan saraf pusat. Pada akhir tahun 1997, KLB (Kejadian
Luar Biasa) rabies muncul di Kab. Flores Timur-NTT sebagai akibat pemasukan secara
ilegal anjing dari pulau Buton- Sulawesi Tenggara yang merupakan daerah endemik rabies.
Beberapa daerah di Indonesia yang saat ini masih tertular rabies sebanyak 16 propinsi. Kasus
terakhir yang terjadi adalah Propinsi Maluku (Kota Ambon dan Pulau Seram).
Pencegahan Dan Pengendalian Rabies
Pencegahan
Pencegahan Primer
1. Tidak memberikan izin untuk memasukkan atau menurunkan anjing, kucing, kera
dan hewan sebangsanya di daerah bebas rabies.
2. Memusnahkan anjing, kucing, kera atau hewan sebangsanya yang masuk tanpa izin
ke daerah bebas rabies.
3. Dilarang melakukan vaksinasi atau memasukkan vaksin rabies kedaerah- daerah
bebas rabies.
4. Melaksanakan vaksinasi terhadap setiap anjing, kucing dan kera, 70% populasi yang
ada dalam jarak minimum 10 km disekitar lokasi kasus.
5. Pemberian tanda bukti atau pening terhadap setiap kera, anjing, kucing yang telah
divaksinasi.
6. Mengurangi jumlah populasi anjing liar atan anjing tak bertuan dengan

jalan

pembunuhan dan pencegahan perkembangbiakan.


7. Anjing peliharaan, tidak boleh dibiarkan lepas berkeliaran, harus didaftarkan ke
Kantor Kepala Desa/Kelurahan atau Petugas Dinas Peternakan setempat.

8. Anjing harus diikat dengan rantai yang panjangnya tidak boleh lebih dari 2 meter.
Anjing yang hendak dibawa keluar halaman harus diikat dengan rantai tidak lebih
dari 2 meter dan moncongnya harus menggunakan berangus (beronsong).
9. Menangkap dan melaksanakan observasi hewan tersangka menderita rabies, selama
10 sampai 14 hari, terhadap hewan yang mati selama observasi atau yang dibunuh,
maka harus diambil spesimen untuk dikirimkan ke laboratorium terdekat untuk
diagnosa.
10. Mengawasi dengan ketat lalu lintas anjing, kucing, kera dan hewan sebangsanya
yang bertempat sehalaman dengan hewan tersangka rabies.
11. Membakar dan menanam bangkai hewan yang mati karena rabies

sekurang-

kurangnya 1 meter.
Pencegahan Sekunder
Pertolongan pertama yang dapat dilakukan untuk meminimalkan resiko tertularnya
rabies adalah mencuci luka gigitan dengan sabun atau dengan deterjen selama 5-10 menit
dibawah air mengalir/diguyur. Kemudian luka diberi alkohol 70% atau Yodium tincture.
Setelah itu pergi secepatnya ke Puskesmas atau Dokter yang terdekat untuk mendapatkan
pengobatan sementara sambil menunggu hasil dari rumah observasi hewan.
Resiko yang dihadapi oleh orang yang mengidap rabies sangat besar. Oleh karena itu,
setiap orang digigit oleh hewan tersangka rabies atau digigit oleh anjing di daerah endemic
rabies harus sedini mungkin mendapat pertolongan setelah terjadinya gigitan sampai dapat
dibuktikan bahwa tidak benar adanya infeksi rabies.

Pencegahan Tersier
Tujuan dari tiga tahapan pencegahan adalah membatasi atau

menghalangi

perkembangan ketidakmampuan, kondisi, atau gangguan sehingga tidak berkembang ke


tahap lanjut yang membutuhkan perawatan intensif yang mencakup pembatasan terhadap
ketidakmampuan dengan menyediakan rehabilitasi. Apabila hewan yang dimaksud ternyata
menderita rabies berdasarkan pemeriksaan klinis atau laboratorium dari Dinas Perternakan,
maka orang yang digigit atau dijilat tersebut harus segera mendapatkan pengobatan khusus
(Pasteur Treatment) di Unit Kesehatan yang mempunyai fasilitas pengobatan Anti Rabies
dengan lengkap

2. Alur Pelaporan PUSKESMAS


Sesuai dengan Keputusan Direktur Jendral Pembinaan Kesehatan masyarakat
No.590/BM/DJ/Info/Info/96, pelaporan puskesmas menggunakan tahun kalender yaitu dari

bulan Januari sampai dengan Desember dalam tahun yang sama. Formulir pelaporan
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan/beban kerja di puskesmas.
Formulir Laporan dari Puskesmas ke kabupaten:
1.

2.

Laporan Bulanan
Data Kesakitan (LB 1)
Data obat-obatan (LB 2)
Data kegiatan gizi, KIA/KB, imunisasi termasuk pengamatan penyakit menular
(LB3)
Laporan Sentinel
Laporan bulanan sentinel hanya diperuntukkan bagi puskesmas rawat inap. Laporan ini
dilaporkan ke dinas kesehatan. Berikut adalah bentuk laporan sentinel:
Laporan bulan sentinel (LB 1S)
Laporan yang memuat data penderita penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
(PD31), penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA). Dan diare, menurut umur
dan status imunisasi. Puskesmas yang memuat LB1S adalah puskesmas yang
ditunjuk yaitu satu puskesmas dari setiap kab/kota dengan periode laporan bulan
serta dilaporkan ke dinas kesehatan kab/kota, Dinas kesehatan provinsi dan pusat
(Ditjen PPM dan PLP).
Laporan bulanan sentinel (LB 2S)
Dalam laporan ini memuat data KIA, gizi, tetanus neonatorum, dan penyakit akibat

3.

kerja.
Laporan Tahunan
Laporan tahunan meliputi :
Data dasar puskesmas (LT-1)
Data kepegawaian (LT-2)
Data peralatan (LT-3)

Alur Laporan
Laporan dikirimkan dari Puskesmas ke Dinas Kesehatan kab/kota , Dinas Kesehatan
Provinsi serta Pusat (Ditjen BUK) dalam bentuk rekapitulasi dari laporan SP2TP. Laporan
tersebut meliputi :
1. Laporan Triwulan
Hasil entri data / rekapitulasi laporan LB1
Hasil entri data / rekapitulasi laporan LB2
Hasil entri data / rekapitulasi laporan LB3
Hasil entri data / rekapitulasi laporan LB4
2. Laporan Tahunan
Hasil entri data / rekapitulasi laporan LT-1
Hasil entri data / rekapitulasi laporan LT-2

Hasil entri data / rekapitulasi laporan LT-3


Pemanfaatan data SP2TP
1. Untuk memenuhi kebutuhan administrasi pada jenjang yang lebih tinggi dalam rangka
pembinaan, perencanaan dan penetapan kebijaksanaan.
2. Dimamfaatkan puskesmas untuk meningkatkan upaya kesehatan puskesmas, melalui :
a. Perencanaan (perencanaan mikro)
b. Penggerakkan dan pelaksanaan (lokakarya mini puskesmas)
c. Pengawasan, pengendalian dan penilaian (stratifikasi).
Frekuensi Laporan

1. Laporan Triwulan
Laporan triwulan dikirim paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya dari triwulan yang
dimaksud (contoh : laporan triwulan pertama tanggal 20 April 2011, maka laporan
triwulan berikutnya adalah tanggal 20 Mei 2011). Laporan ini diberikan kepada dinasdinas terkait di bawah ini:
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
Kementrian Kesehatan RI Cq Ditjen BUK
2. Laporan Tahunan
Laporan tahunan dikirim paling lambat akhir bulan Februari di tahun berikutnya dan
diberikan kepada dinas-dinas terkait berikut ini:
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
Kementrian Kesehatan RI Cq Ditjen BUK
Mekanisme Pelaporan
Tingkat puskesmas
1. Laporan dari puskesmas pembantu dan bidan di desa disampaikan ke pelaksana
kegiatan di Puskesmas
2. Pelaksana pelaksana merekapitulasi yang dicatat baik didalam maupun diluar gedung
serta laporan yang diterima dari puskesmas ppembantu dan bidan di desa.
3. Hasil rekapitulasi pelaksanaan kegiatan dimasukkan ke formulir laporan sebanyak dua
rangkap, untuk disampaikan kepada koordinator SP2TP
4. Hasil rekapitulasi pelaksanaan kegiatan diolah dan dimanfaatkan untuk tindak lanjut
yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja kegiatan.
Tingkat Kabupaten/Kotta
1. Pengolahan data SP2TP di kab/kota menggunakan perangkat lunak yang ditetapkan
oleh Kementrian Kesehatan
2. Laporan SP2TP dari puskesmas yang diterima dinas kesehatan kab/kota disampaikan
kepada pelaksana SP2TP untuk direkapitulasi / entri data.

3. Hasil rekapitulasi dikoreksi, diolah, serta dimanfaatkan sebagai bahan untuk umpan
balik, bimbingan teknis ke puskesmas dan tindak lanjut untuk meningkat kinerja
program.
4. Hasil rekapitulasi data setiap 3 bualn dibuta dalam rangkap 3 (dalam bentuk soft file)
untuk dikirimkan ke dinas kesehatan Dati I, kanwil depkes Provinsi dan Deoartemen
Kesehatan.
Tingkat Provinsi
1. Pengolahan dan pemanfaatan data SP2TP di provinsi mempergunakan perangkat
lunak sama dengan kab/kota
2. Laporan dari dinkes kab/kota, diterima oleh dinas kesehatan provinsi dalam bentuk
soft file dikompilasi / direkapitulasi.
3. Hasil rekapitulasi disampaikan ke pengelola program tingkat provinsi untuk diolah
dan dimanfaatkan serta dilakukan tindak lanjut, bimbingan dan pengendalian.
Tingkat Pusat
Hasil olahan yang dilaksanakan Ditjen BUK paling lambat 2 bulan setelah
berakhirnya triwulan tersebut disampaikan kepada pengelola program terkait dan Pusat Data
Kesehatan untuk dianalisis dan dimanfaatkan sebagai umpan balik, kemudian dikirimkan ke
Dinkes Provinsi.

3. Sistem Rujukan PUSKESMAS


Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari: rujukan internal dan rujukan
eksternal.
Rujukan Internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di dalam
institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas pembantu) ke puskesmas
induk.
Rujukan Eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang pelayanan
kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat jalan ke puskesmas rawat inap)
maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum daerah).
Menurut lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari: rujukan medik dan
rujukan kesehatan.
Rujukan Medik adalah rujukan pelayanan yang terutama meliputi upaya penyembuhan
(kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif). Misalnya, merujuk pasien puskesmas dengan

penyakit kronis (jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus) ke rumah sakit umum
daerah. Jenis rujukan medik:
a. Transfer of patient. Konsultasi penderita untuk keperluan diagnostik, pengobatan,
tindakan operatif dan lain-lain.
b. Transfer of specimen. Pengiriman bahan untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih
lengkap.
c. Transfer of knowledge/personel. Pengiriman tenaga yang lebih kompeten atau ahli
untuk meningkatkan mutu layanan pengobatan setempat. Pengiriman tenaga-tenaga
ahli ke daerah untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan melalui ceramah,
konsultasi penderita, diskusi kasus dan demonstrasi operasi (transfer of knowledge).
Pengiriman petugas pelayanan kesehatan daerah untuk menambah pengetahuan dan
keterampilan mereka ke rumah sakit yang lebih lengkap atau rumah sakit
pendidikan, juga dengan mengundang tenaga medis dalam kegiatan ilmiah yang
diselenggarakan tingkat provinsi atau institusi pendidikan (transfer of personel).
Rujukan Kesehatan adalah hubungan dalam pengiriman dan pemeriksaan bahan ke
fasilitas yang lebih mampu dan lengkap. Rujukan ini umumnya berkaitan dengan
upaya peningkatan promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan (preventif).
Contohnya, merujuk pasien dengan masalah gizi ke klinik konsultasi gizi (pojok gizi
puskesmas), atau pasien dengan masalah kesehatan kerja ke klinik sanitasi puskesmas
(pos Unit Kesehatan Kerja).

Sejak tanggal 1 Januari 2014, sistem kesehatan Indonesia mulai memberlakukan


sistem BPJS kesehatan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial kesehatan), BPJS ini sistem
rujukan terstruktur dan berjenjang dalam rangka menyongsong jaminan kesehatan nasional
(Regionalisasi Sistem Rujukan).
Regionalisasi sistem rujukan adalah pengaturan sistem rujukan dengan penetapan
batas wilayah administrasi daerah berdasarkan kemampuan pelayanan medis, penunjang dan
fasilitas pelayanan kesehatan yang terstruktur sesuai dengan kemampuan, kecuali dalam
kondisi emergensi.
Tujuan:
Mengembangkan regionalisasi sistem tujukan berjenjang di provinsi dan kabupaten/
kota
Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan rujukan RS
Meningkatkan pemerataan pelayanan kesehatan rujukan sampai ke daerah terpencil
dan daerah miskin
Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan rujukan RS
Manfaat:
Pasien tidak berkumpul dan menumpuk di RS besar tertentu
Pengembangan seluruh RS di provinsi dan kabupaten/ kota dapat direncanakan secara
sistematis, efisien dan efektif
Pelayanan rujukan dapat lebih dekat ke daerah terpencil, miskin, dan daerah
perbatasan karena pusat rujukan lebih dekat
Regionalisasi rujukan dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga kesehatan
terutama

RS

pusat

rujukan regional
Alur sistem rujukan regional
a. Pelayanan kesehatan rujukan
menerapkan

pelayanan

berjenjang yang dimulai dari


Puskesmas, kemudian kelas
C, kelas D selanjutnya RS
kelas B dan akhirnya ke RS
b.

kelas A.
Pelayanan
rujukan
rujukan

dapat
rawat

kesehatan
berupa
jalan

dan

rawat inap yang diberikan berdasarkan indikasi medis dari dokter disertai surat rujukan,
dilakukan atas pertimbangan tertentu atau kesepakatan antara rumah sakit dengan pasien
atau keluarga pasien.
c. RS kelas C/D dapat melakukan rujukan ke RS kelas B atau RS kelas A antar atau lintas
kabupaten/ kota yang telah ditetapkan
NOTE:
RS kelas E, RS yang hanya untuk satu penyakit saja
RS kelas D, RS pembantu, biasanya terdapat 2 spesialis
RS kelas C, tingkat kabupaten/ kota, terdapat minimal 4 spesialis di bidang spesialis
utama
RS kelas B, tingkat provinsi, terdapat dokter spesialis di semua bagian bidang
spesialis
RS Kelas A: pusat rujukan nasional, terdapat dokter spesialis di semua bagian bidang
spesialis dan subspesialis

4. Faktor yang Mempengaruhi New Emerging Diseases


Migrasi penduduk
Migrasi penduduk merupakan faktor terbesar tersebarnya pandemic. Hal ini terjadi
disebabkan oleh peningkatan protektif dan pengelolaan kawasan rawan terkena penyakit
menular contohnya jalur-jalur masuk penduduk asing baik melalui udara, laut atau darat,
maka haruslah diadakan langkah penanggulangan pandemi global mengingat bangsa
Indonesia masih sangat kurang dalam hal manajemen kawasan yang di indikasi masuknya
virus dari luar terutama proteksi terhadap penduduk sendiri.
Product and Lifestyle
Tantangan global seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi maka
perubahan pola penyakit dari akut ke kronik atau dari menular ke tidak menular semakin
dirasakan terutama untuk negara berkembang. Dari tahun ke tahun jumlah kasus kanker paruparu, serviks, payudara, diabetes mellitus, hipertensi, dll semakin meningkat. Masyarakat
yang cenderung serba instan dengan produk yang ada maka akan merubah pola perilaku
masyarakat itu sendiri. Peran pemerintah dalam mengawasi dan memberikan proteksi
terhadap produk-produk yang membahayakan baik dari makanan maupun alat kosmetik.
Prosperity
migrasi penduduk sangat mempengaruhi proses pembangunan dan pemerataan,
seakan-akan ditekankan pembangunan hanya terjadi di wilayah perkotaan, semakin

banyaknya masyarakat yang berminat melakukan urbanisasi maka semakin memperlambat


proses pembangunan dan pemerataan.
Environmental Issue and Degradation
Hal ini berkaitan erat dengan pemanasan global sampai sanitasi lingkungan dan
kesediaan air bersih merupakan isu terpenting pada masa ini. Perubahan iklim dan tidak
menentunya arah angin maupun cuaca tidak lain efek dari perubahan lingkungan itu sendiri.
Struktur lingkungan semakin mengalami degradasi.
Healthy Child
angka kematian anak terus ditekan, kasus gizi buruk semakin dikurangi, kemudian
peningkatan nutrisi anak bangsa sedang diupayakan pemerintah, keterbelakangan mental
terutama anak-anak terlantar, anak jalanan, kekerasan orang tua, pendidikan anak yang
terabaikan, dll. Anak-anak adalah generasi harapan bangsa maka peran semua pihak dalam
mendorong peningkatan kecerdasan bangsa.
New information and communication technologies will help gov, make more effective
decision for health
Peran pemerintah dalam meng-update isu-isu terbaru mempermudah masyarakat
dalam menerima informasi yang tepat dan cepat sehingga masyarakat lebih mudah
memperhatikan masalah kesehatannya, system informasi kesehatan harus ditingkatkan yang
ditunjang dengan teknologi komunikasi dalam mempercepat akses pemerataan pembangunan
terutama di bidang kesehatan.
Habitats, Urbanization and Rural Deprvation
tekanan-tekanan yang dihadapi masyarakat miskin dengan berbagai masalah yang
dihadapi membuatnya melakukan perpindahan untuk mencari kehidupan baru. Semakin
banyaknya masyarakat yang melakukan urbanisasi memberikan dampak tersendiri bagi
kemajuan suatu daerah. Semakin banyak populasi suatu daerah semakin sulit untuk
melakukan pencegahan penyakit infeksi
Ageing
Lost Generation merupakan salah satu tantangan terbesar untuk bangsa Indonesia,
dekadensi moral dan kurangnya perhatian keluarga masyarakat dan pemerintah dalam
memberikan kontribusi dalam pembentukan akhlak dan moral anak, keterbelakangan mental
dan kondisi lingkungan yang keras dengan kehidupan, untuk penduduk Sulawesi Selatan
dikhawatirkan terjadinya hal deikian terutama kalangan mahasiswa yang sering tawuran dan
aksi anarkis.

Violence

Food Consumption
Pada suatu kelompok masyarakat, anak balita merupakan kelompok yang paling
rawan terjadinya kekurangan gizi. Kekurangan gizi dapat terjadi dari tingkat ringan sampai
tingkat berat dan terjadi secara perlahan-lahan dalam waktu cukup lama. Keadaan gizi atau
status gizi masyarakat menggambarkan tingkat kesehatan yang diakibatkan oleh
keseimbangan antara kebutuhan dan asupan zat-zat gizi yang dikonsumsi seseorang. Anak
yang kurang gizi akan menurun daya tahun tubuhnya sehingga mudah terkena penyakit
infeksi, sebaliknya anak yang menderita penyakit infeksi akan mengalami gangguan nafsu
makan dan penyerapan zat-zat gizi sehingga menyebabkan kurang gizi. Anak yang sering
terkena infeksi dan gizi kurang akan mengalami gangguan tumbuh kembang yang akan
mempengaruhi tingkat kesehatan, kecerdasan dan produktifitas di masa dewasa.
Bio-Terorism
bio-terorism merupakan kejahatan kemanusiaan yang melanggar nilai-nilai humanity.
Di Indonesia banyak kasus bom bunuh diri misalnya di Hotel JW Marriot. Terakhir kejahatan
yang dilakukan tentara Israel sangat tragis dengan penggunaan racun pada aktifis yang berada
pada kapal Mavi Marmara di perairan internasional Laut Merah.
International Traveling/Migration/Mobility
perpindahan penduduk yang sangat cepat seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi modern jaman sekarang sangat memungkinkan manusia untuk
lebih mudah mengadakan perjalanan keliling negara, akses komunikasi yang serba cepat dan
sisitem informasi yang mutakhir, perpindahan penduduk merupakan tantangan global
terutama kaitannya dengan dampak kesehatan.
Weak Surveillance System
tidak bisa dipungkiri untuk negara berkembang terutama di Indonesia sendiri system
pencatatan dan pelaporannya pun masih minim dan jauh dari nilai-nilai efektifitas misalnya
dalam hal surveillans epidemiologi pun masih sangat lemah dan banyak kekeliruan ditambah
lagi masih ada sebagian besar yang menggunakan system manual.

5. Apa yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah untuk mencegah NED


dan Mengapa sampai saat ini pemerintah tetap gagal dalam mencegah
NED?
Yang seharusnya dilakukan pemerintah:
Seleksi selektif imigran yang akan ke Indonesia terutama negara dengan tingkat
penyakit menular tinggi
Cek kesehatan sebelum melakukan perjalanan antara kota maupun provinsi agar tidak
terjadi persilangan penyakit
Permasalahan NED
Kurangnya pengawasan kesehatan ketat pada perhentian transportasi (bandara,
stasiun, terminal) bagi orang luar yang akan masuk ke indoneisa, atau orang yang
berasal dari daerah pandemi yang datang ke daerah non pandemi.
Beragamnya struktur organisasi di masing- masing daerah yang mengakibatkan
ketidakjelasan kedudukan otoritas veterier dan termajinalkannya kompetensi
kesehatan hewan
Belum sinkronnya kebijakan dan prioritas program pengendalian penyakit
Belum optimalnya koordinasi pelaksanaan pengendalian penyakit menular di daerah
Belum optimalnya peran serta aparat kecamatan dan desa serta masyarakat luas dalam
menunjang program pengendalian penyakit menular
Belum optimalnya kapasitas laboratorium, sehingga peneguhan diagnosa dan respon
dini terhadap penyakit berjalan lambat
Belum optimalnya pelaksanaan surveilans sehingga deteksi dini berjalan lambat,
pemetaan penyakit belum dilakukan secara lengkap maupun monitoring dan evaluasi
belum memberikan gambaran yang seutuhnya mengenal program pengendalian
penyakit zoonosis

You might also like