Professional Documents
Culture Documents
SARS
H5N1
Ebola virus
Hanta virus
Japanese encephalitis
Pencegahan primer
Pencegahan primer adalah pencegahan yang dilakukan pada orang-orang yang berisiko
terjangkit flu burung, dapat dilakukan dengan cara:
Melakukan promosi kesehatan (promkes) terhadap masyarakat luas, terutama
hewan.
Melakukan vaksinasi terhadap hewan ternak untuk meningkatkan kekebalannya.
Vaksinasi dilakukan dengan menggunakan HPAI (H5H2) inaktif dan vaksin
rekombinan cacar ayam atau fowlpox dengan memasukan gen virus avian influenza
2.
mencegah dan menghambat timbulnya penyakit dengan deteksi dini dan pengobatan tepat.
Dengan melakukan deteksi dini maka penanggulangan penyakit dapat diberikan lebih awal
sehingga mencegah komplikasi, menghambat perjalanannya, serta membatasi ketidakmampuan
yang dapat terjadi. Pencegahan ini dapat dilakukan pada fase presimptomatis dan fase klinis.
Pada flu burung pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan screening yaitu upaya
untuk menemukan penyakit secara aktif pada orang yang belum menunjukkan gejala klinis.
Screening terhadap flu burung misalnya dilakukan pada bandara dengan memasang alat
detektor panas tubuh sehingga orang yang dicurigai terjangkit flu burung bias segera diobati
dan dikarantina sehingga tidak menular pada orang lain.
3.
Pencegahan tersier
Pencegahan tersier adalah segala usaha yang dilakukan untuk membatasi
ketidakmampuan. Pada flu burung upaya pencegahan tersier yang dapat dilakukan adalah
dengan melakukan pengobatan intensif dan rehabilitasi.
SARS
Pencegahan SARS
Prinsip control disease untuk penyakit SARS:
Penderita
Pengobatan para penderita SARS biasanya dilakukan dengan perawatan intensif
di rumah sakit, terutama jika terjadi sesak napas. Penderita akan ditempatkan di ruang
isolasi agar tidak menyebarkan virus ke mana-mana. Obat yang dipakai biasanya adalah
obat yang mengandung kortikosoid dan antivirus ribavirin. Walaupun demikian, obat ini
belum 100% efektif mengobati SARS. Dan sampai saat ini belum ada satu pun obat yang
efektif dalam mengobati SARS.
Contact Person
Untuk mencegah penularan penyakit SARS dapat dilakukan dengan cara:
1. Hindarilah bepergian atau naik kendaraan umum namun jika terpaksa maka jangan
menutup jendela atau pintu
2. Hindarilah tempat-tempat umum dan ramai khususnya di daerah dekat rumah sakit,
internet cafe, tempat-tempat nongkrong, bioskop, dan perpustakaan, jika kamu
melakukannya maka pakailah masker dan cucilah tangan anda secara bersih dan
teratur.
3. Hindarilah mengunjungi pasien dan periksa ke dokter di rumah sakit khususnya yang
ada pasien SARSnya.
4. Ajarilah anak-anak untuk cuci tangan dengan sabun dan jangan menyentuh mulut,
hidung, dan mata dengan tangan telanjang
5. Jagalah keseimbangan gizi diet Anda dan hendalah berolahraga secara teratur untuk
meningkatkan sistem kekebalan tubuh kita
6. Anak-anak yang sistem kekebalan tubuhnya melemah harus memakai masker
sepanjang waktu untuk menhindari menyebarnya cairan tubuh seperti ludah/air liur
7. Periksalah suhu badan Anda secara teratur dan tetaplah hati-hati dengan kondisi
kesehatan Anda
Lingkungan
SARS juga bisa dihindari dengan menjaga kesehatan lingkungan seperti:
1. Menjaga sirkulasi udara di kamar Anda
2. Menjaga lingkungan rumah Anda tetap sehat. Di sini ada beberapa solusi untuk
mematikan kuman yang dapat digunakan:a.
yang tersedia di pasar (dengan kandungan kimia 8-12%). Ini adalah cara paling
murah dan efektif mematikan kuman. Persiapan: Pakailah sarung tangan anti air,
Campurlah pemutih dengan air dengan ukuran 1:100 (pemutih/bleach:air/water).
3. Frekuensi: Bersihkanlah tempat-tempat yang sering dilewati orang secara teratur dan
selama masa penyebaran virus SARS, lebih baik bersihkanlah/basmilah kuman rumah
Anda setiap hari.
Anthrax
Rabies
Rift Valley fever
Marburg virus
tuberkulosis
Tularemia
Plague
Leptospirosis
Polio
Yang sering terdapat di Indonesia : Malaria, TB, Polio, Leptospirosis, Anthrax, Rabies
Malaria
d. Pengendalaian
secara
kimiawi
adalah
pengendalian
serangga
mengunakan
rujukan pada
ada virus polio liar masuk ke dalam usus bayi/anak tersebut, maka virus polio liar
tersebut akan diikat dan dimatikan oleh zat kekebalan yang dibentuk di usus dan di
dalam darah , sehingga tidak dapat berkembang biak, tidak membahayakan bayi / anak
tersebut, dan tidak dapat menyebar ke anak-anak sekitarnya.
Tuberkulosis
Leptospirosis
Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman golongan Leptospira yang
menyerang hewan namun dapat juga ditularkan ke manusia. Leptospirosis terutama
ditularkan lewat kulit yang terluka, namun juga dapat ditularkan lewat mulut, mata dan
hidung. Leptospirosis terutama ditularkan lewat air, makanan-minuman, tanah, lumpur
yang terkontaminasi dengan air seni hewan yang sakit. Kuman Leptospira dapat bertahan
hidup cukup lama dalam air, lumpur, tanah lembab dan tanaman. Tikus adalah sumber
penularan utama, hewan lain yang berpotensi menularkan Leptospirosis ialah kucing,
anjing, sapi, domba dan babi
Langkah-langkah pencegahan dapat berupa :
Khusus bagi para pekerja yang sering kontak dengan air, ada beberapa hal tambahan yang
mudah-mudahan membantu mencegah kena tular penyakit ini:
Pakai pelindung berupa sarung tangan, sepatu kedap air, masker, jubah.
Anthrax
Pada manusia, spora anthrax dapat masuk baik Icwat mulut karena makan bahan
makanan (daging) yang tercemar ataupun lewat kulit yang terluka atau bekas gigitan
serangga. Oleh karena itu, ternak yang terkena penyakit anthrax dilarang keras untuk
dipotong dan dikonsumsi
Pencegahan
Hindari kontak langsung dengan bahan atau makanan yang berasal dari hewan yang
dicurigai terkena antraks.
Cuci tangan dengan sabun sebelum makan
Cuci sayuran/ buah-buahan sebelum dimakan
Memasak daging sampai matang sempurna
jalan
8. Anjing harus diikat dengan rantai yang panjangnya tidak boleh lebih dari 2 meter.
Anjing yang hendak dibawa keluar halaman harus diikat dengan rantai tidak lebih
dari 2 meter dan moncongnya harus menggunakan berangus (beronsong).
9. Menangkap dan melaksanakan observasi hewan tersangka menderita rabies, selama
10 sampai 14 hari, terhadap hewan yang mati selama observasi atau yang dibunuh,
maka harus diambil spesimen untuk dikirimkan ke laboratorium terdekat untuk
diagnosa.
10. Mengawasi dengan ketat lalu lintas anjing, kucing, kera dan hewan sebangsanya
yang bertempat sehalaman dengan hewan tersangka rabies.
11. Membakar dan menanam bangkai hewan yang mati karena rabies
sekurang-
kurangnya 1 meter.
Pencegahan Sekunder
Pertolongan pertama yang dapat dilakukan untuk meminimalkan resiko tertularnya
rabies adalah mencuci luka gigitan dengan sabun atau dengan deterjen selama 5-10 menit
dibawah air mengalir/diguyur. Kemudian luka diberi alkohol 70% atau Yodium tincture.
Setelah itu pergi secepatnya ke Puskesmas atau Dokter yang terdekat untuk mendapatkan
pengobatan sementara sambil menunggu hasil dari rumah observasi hewan.
Resiko yang dihadapi oleh orang yang mengidap rabies sangat besar. Oleh karena itu,
setiap orang digigit oleh hewan tersangka rabies atau digigit oleh anjing di daerah endemic
rabies harus sedini mungkin mendapat pertolongan setelah terjadinya gigitan sampai dapat
dibuktikan bahwa tidak benar adanya infeksi rabies.
Pencegahan Tersier
Tujuan dari tiga tahapan pencegahan adalah membatasi atau
menghalangi
bulan Januari sampai dengan Desember dalam tahun yang sama. Formulir pelaporan
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan/beban kerja di puskesmas.
Formulir Laporan dari Puskesmas ke kabupaten:
1.
2.
Laporan Bulanan
Data Kesakitan (LB 1)
Data obat-obatan (LB 2)
Data kegiatan gizi, KIA/KB, imunisasi termasuk pengamatan penyakit menular
(LB3)
Laporan Sentinel
Laporan bulanan sentinel hanya diperuntukkan bagi puskesmas rawat inap. Laporan ini
dilaporkan ke dinas kesehatan. Berikut adalah bentuk laporan sentinel:
Laporan bulan sentinel (LB 1S)
Laporan yang memuat data penderita penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
(PD31), penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA). Dan diare, menurut umur
dan status imunisasi. Puskesmas yang memuat LB1S adalah puskesmas yang
ditunjuk yaitu satu puskesmas dari setiap kab/kota dengan periode laporan bulan
serta dilaporkan ke dinas kesehatan kab/kota, Dinas kesehatan provinsi dan pusat
(Ditjen PPM dan PLP).
Laporan bulanan sentinel (LB 2S)
Dalam laporan ini memuat data KIA, gizi, tetanus neonatorum, dan penyakit akibat
3.
kerja.
Laporan Tahunan
Laporan tahunan meliputi :
Data dasar puskesmas (LT-1)
Data kepegawaian (LT-2)
Data peralatan (LT-3)
Alur Laporan
Laporan dikirimkan dari Puskesmas ke Dinas Kesehatan kab/kota , Dinas Kesehatan
Provinsi serta Pusat (Ditjen BUK) dalam bentuk rekapitulasi dari laporan SP2TP. Laporan
tersebut meliputi :
1. Laporan Triwulan
Hasil entri data / rekapitulasi laporan LB1
Hasil entri data / rekapitulasi laporan LB2
Hasil entri data / rekapitulasi laporan LB3
Hasil entri data / rekapitulasi laporan LB4
2. Laporan Tahunan
Hasil entri data / rekapitulasi laporan LT-1
Hasil entri data / rekapitulasi laporan LT-2
1. Laporan Triwulan
Laporan triwulan dikirim paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya dari triwulan yang
dimaksud (contoh : laporan triwulan pertama tanggal 20 April 2011, maka laporan
triwulan berikutnya adalah tanggal 20 Mei 2011). Laporan ini diberikan kepada dinasdinas terkait di bawah ini:
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
Kementrian Kesehatan RI Cq Ditjen BUK
2. Laporan Tahunan
Laporan tahunan dikirim paling lambat akhir bulan Februari di tahun berikutnya dan
diberikan kepada dinas-dinas terkait berikut ini:
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
Kementrian Kesehatan RI Cq Ditjen BUK
Mekanisme Pelaporan
Tingkat puskesmas
1. Laporan dari puskesmas pembantu dan bidan di desa disampaikan ke pelaksana
kegiatan di Puskesmas
2. Pelaksana pelaksana merekapitulasi yang dicatat baik didalam maupun diluar gedung
serta laporan yang diterima dari puskesmas ppembantu dan bidan di desa.
3. Hasil rekapitulasi pelaksanaan kegiatan dimasukkan ke formulir laporan sebanyak dua
rangkap, untuk disampaikan kepada koordinator SP2TP
4. Hasil rekapitulasi pelaksanaan kegiatan diolah dan dimanfaatkan untuk tindak lanjut
yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja kegiatan.
Tingkat Kabupaten/Kotta
1. Pengolahan data SP2TP di kab/kota menggunakan perangkat lunak yang ditetapkan
oleh Kementrian Kesehatan
2. Laporan SP2TP dari puskesmas yang diterima dinas kesehatan kab/kota disampaikan
kepada pelaksana SP2TP untuk direkapitulasi / entri data.
3. Hasil rekapitulasi dikoreksi, diolah, serta dimanfaatkan sebagai bahan untuk umpan
balik, bimbingan teknis ke puskesmas dan tindak lanjut untuk meningkat kinerja
program.
4. Hasil rekapitulasi data setiap 3 bualn dibuta dalam rangkap 3 (dalam bentuk soft file)
untuk dikirimkan ke dinas kesehatan Dati I, kanwil depkes Provinsi dan Deoartemen
Kesehatan.
Tingkat Provinsi
1. Pengolahan dan pemanfaatan data SP2TP di provinsi mempergunakan perangkat
lunak sama dengan kab/kota
2. Laporan dari dinkes kab/kota, diterima oleh dinas kesehatan provinsi dalam bentuk
soft file dikompilasi / direkapitulasi.
3. Hasil rekapitulasi disampaikan ke pengelola program tingkat provinsi untuk diolah
dan dimanfaatkan serta dilakukan tindak lanjut, bimbingan dan pengendalian.
Tingkat Pusat
Hasil olahan yang dilaksanakan Ditjen BUK paling lambat 2 bulan setelah
berakhirnya triwulan tersebut disampaikan kepada pengelola program terkait dan Pusat Data
Kesehatan untuk dianalisis dan dimanfaatkan sebagai umpan balik, kemudian dikirimkan ke
Dinkes Provinsi.
penyakit kronis (jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus) ke rumah sakit umum
daerah. Jenis rujukan medik:
a. Transfer of patient. Konsultasi penderita untuk keperluan diagnostik, pengobatan,
tindakan operatif dan lain-lain.
b. Transfer of specimen. Pengiriman bahan untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih
lengkap.
c. Transfer of knowledge/personel. Pengiriman tenaga yang lebih kompeten atau ahli
untuk meningkatkan mutu layanan pengobatan setempat. Pengiriman tenaga-tenaga
ahli ke daerah untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan melalui ceramah,
konsultasi penderita, diskusi kasus dan demonstrasi operasi (transfer of knowledge).
Pengiriman petugas pelayanan kesehatan daerah untuk menambah pengetahuan dan
keterampilan mereka ke rumah sakit yang lebih lengkap atau rumah sakit
pendidikan, juga dengan mengundang tenaga medis dalam kegiatan ilmiah yang
diselenggarakan tingkat provinsi atau institusi pendidikan (transfer of personel).
Rujukan Kesehatan adalah hubungan dalam pengiriman dan pemeriksaan bahan ke
fasilitas yang lebih mampu dan lengkap. Rujukan ini umumnya berkaitan dengan
upaya peningkatan promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan (preventif).
Contohnya, merujuk pasien dengan masalah gizi ke klinik konsultasi gizi (pojok gizi
puskesmas), atau pasien dengan masalah kesehatan kerja ke klinik sanitasi puskesmas
(pos Unit Kesehatan Kerja).
RS
pusat
rujukan regional
Alur sistem rujukan regional
a. Pelayanan kesehatan rujukan
menerapkan
pelayanan
kelas A.
Pelayanan
rujukan
rujukan
dapat
rawat
kesehatan
berupa
jalan
dan
rawat inap yang diberikan berdasarkan indikasi medis dari dokter disertai surat rujukan,
dilakukan atas pertimbangan tertentu atau kesepakatan antara rumah sakit dengan pasien
atau keluarga pasien.
c. RS kelas C/D dapat melakukan rujukan ke RS kelas B atau RS kelas A antar atau lintas
kabupaten/ kota yang telah ditetapkan
NOTE:
RS kelas E, RS yang hanya untuk satu penyakit saja
RS kelas D, RS pembantu, biasanya terdapat 2 spesialis
RS kelas C, tingkat kabupaten/ kota, terdapat minimal 4 spesialis di bidang spesialis
utama
RS kelas B, tingkat provinsi, terdapat dokter spesialis di semua bagian bidang
spesialis
RS Kelas A: pusat rujukan nasional, terdapat dokter spesialis di semua bagian bidang
spesialis dan subspesialis
Violence
Food Consumption
Pada suatu kelompok masyarakat, anak balita merupakan kelompok yang paling
rawan terjadinya kekurangan gizi. Kekurangan gizi dapat terjadi dari tingkat ringan sampai
tingkat berat dan terjadi secara perlahan-lahan dalam waktu cukup lama. Keadaan gizi atau
status gizi masyarakat menggambarkan tingkat kesehatan yang diakibatkan oleh
keseimbangan antara kebutuhan dan asupan zat-zat gizi yang dikonsumsi seseorang. Anak
yang kurang gizi akan menurun daya tahun tubuhnya sehingga mudah terkena penyakit
infeksi, sebaliknya anak yang menderita penyakit infeksi akan mengalami gangguan nafsu
makan dan penyerapan zat-zat gizi sehingga menyebabkan kurang gizi. Anak yang sering
terkena infeksi dan gizi kurang akan mengalami gangguan tumbuh kembang yang akan
mempengaruhi tingkat kesehatan, kecerdasan dan produktifitas di masa dewasa.
Bio-Terorism
bio-terorism merupakan kejahatan kemanusiaan yang melanggar nilai-nilai humanity.
Di Indonesia banyak kasus bom bunuh diri misalnya di Hotel JW Marriot. Terakhir kejahatan
yang dilakukan tentara Israel sangat tragis dengan penggunaan racun pada aktifis yang berada
pada kapal Mavi Marmara di perairan internasional Laut Merah.
International Traveling/Migration/Mobility
perpindahan penduduk yang sangat cepat seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi modern jaman sekarang sangat memungkinkan manusia untuk
lebih mudah mengadakan perjalanan keliling negara, akses komunikasi yang serba cepat dan
sisitem informasi yang mutakhir, perpindahan penduduk merupakan tantangan global
terutama kaitannya dengan dampak kesehatan.
Weak Surveillance System
tidak bisa dipungkiri untuk negara berkembang terutama di Indonesia sendiri system
pencatatan dan pelaporannya pun masih minim dan jauh dari nilai-nilai efektifitas misalnya
dalam hal surveillans epidemiologi pun masih sangat lemah dan banyak kekeliruan ditambah
lagi masih ada sebagian besar yang menggunakan system manual.