You are on page 1of 17

PENDAHULUAN

Masalah kelenjar ludah merupakan masalah yang jarang terjadi, namun,


spektrumnya sangat bervariasi . Kelenjar ludah terdiri dari kelenjar ludah mayor dan
minor ;

Kelenjar parotid,

kelenjar Submandibular, dan sublingual merupakan

kelenjar ludah mayor. Sedangkan kelenjar ludah minor dapat ditemukan dimana saja
pada traktus aerodigestivus bagian atas, termasuk trakea dan sinus paranasal. Ketika
berfungsi dengan baik, kelenjar ludah jarang terlihat, tetapi ketika terkena penyakit
neoplastik, mereka dapat menjadi tantangan dalam diagnosis dan pengobatan

Pembesaran kelenjar ludah lebih jarang disebabkan oleh neoplasia


dibandingkan oleh inflamasi ataupun kondisi nonneoplastik lainnya. Kurang dari 3%
dari seluruh tumor kepala dan leher merupakan tumor kelenjar ludah. Dari seluruh
neoplasma kelenjar ludah, 85% terjadi pada kelenjar parotid, dari persentase ini, 80%
nya jinak. Sekitar 50% dari tumor submandibula dan 25% tumor kelenjar ludah minor
juga merupakan tumor jinak.Meskipun sangat jarang, tumor pada kelenjar sublingual
biasanya selalu ganas.

Klasifikasi
Tumor kelenjar ludah memiliki berbagai macam klasifikasi. Kami memilih
untuk mengklasifikasikan tumor menjadi 3, yaitu benign neoplasma, kondisi
tumorlike, dan malignant neoplasma.
Malignant neoplasma tidak akan dibahas pada makalah ini. Berikut ini adalah
klasifikasi untuk benign neoplasms and tumorlike conditions. (Kondisi tumorlike
dapat tertukar dengan benign tumor pada kelenjar ludah.)

A. Benign neoplasms
1. Adenomas
a. Pleomorphic adenoma (benign mixed tumor)
b. Monomorphic adenoma
1. Basal cell adenoma
1

2. Clear cell adenoma


3. Sebaceous lymphadenoma
c. Warthin's tumor
2. Oncocytoma
3. Oncocytic papillary cystadenoma
4. Myoepithelioma
5. Sialadenoma papilliferum
6. Inverted ductal papilloma
7. Hemangioma
8. Lymphangioma

B. Tumorlike conditions
1. Necrotizing sialometaplasia
2. Benign lymphoepithelial lesions
a. Mikulicz's syndrome
b. Sjgren's syndrome Sindrom Sjgren
3. Chronic sialadenitis and sialolithiasis
4. Sialoadenosis
5. Hyperplasia of mucous salivary glands
6. True cysts of major salivary glands
7. Vascular malformations
a. Venous malformation
b. Arteriovenous malformations
c. Lymphatic malformations
8. Granulomatous diseases
. Sarcoidosis
b. Tuberculosis
c. Actinomycosis
d. Cat-scratch fever
9. Miscellaneous Bermacam-macam
a. Lipoma
b. Heterotopic salivary glands
c. Masseter hypertrophy

Patogenesis
Untuk memahami asal usul tumor jinak kelenjar ludah diperlukan pengetahuan
tentang embriologi dan ultrastruktur dari kelenjar ludah normal. Kelenjar ludah utama
berasal dari ektoderm. Semua kelenjar ludah memulai perkembangannya dari lapisan
padat epitel oral. kemudian terus berkembang menjadi tubulus yang selanjutnya
menjadi sistem duktus kelenjar liur. Tubulus yang dilapisi sel epitel dan menjadi,
lurik, atau ekskretoris saluran diselingi.
Di kelenjar ludah baik dewasa dan lendir sel-sel serous yang dikeringkan oleh
serangkaian saluran drainase. Jalur sangat konsisten. Struktur asinar dilapisi dengan
duktus intercalate yang mengalir ke duktus striata dan akhirnya bermuara ke duktus
ekskretoris (Gbr. 61-1). pada setiap area ini, struktur selnya unik dan terdapat
perbedaan secara histologist pada neoplasma jinak kelenjar saliva.
Struktur duktus dari kelenjar parotis sangat kompleks, struktur duktus dari
kelenjar submandibular mirip meskipun sekresinya memiliki konsentrasi mukus yang
lebih tinggi. Struktur kelenjar ludah minor lebih sederhana, dengan satu unit sekretori
yang mengalir sendiri-sendiri.
Selain pemahaman morfologi selular, embriologi juga memainkan peranan
penting dalam patogenesis tumor. Selama enkapsulasi akhir dari kelenjar parotis,
misalnya, kelenjar getah bening yang terperangkap dan akan berkembang menjadi
Warthin's tumor.
Tumor lain juga memiliki asal-usul seluler tertentu.
pleomorfik adenomas

Sebagai contoh,

berasal dari sel duktus intercalate dan sel myoepithelial.

Oncocytomas timbul dari sel duktus striata dan tumor mucoepidermoid dan karsinoma
sel skuamosa berkembang di dalam duktus ekskretoris.

PEMBAHASAN
BENIGN NEOPLASMA

I.

MONOMORFIK ADENOMAS
Monomorphic adenoma adalah tumor
jinak dari kelenjar ludah yang juga timbul
dari ductal epithelium.. Tumor ini biasanya
terjadi pada kelenjar parotis dan kelenjar
ludah minor pada bibir atas.
Mereka juga ditemukan di daerah
lain kelenjar saliva minor, seperti pada

palatum keras dan lunak dan mukosa bukal;


tumor ini hanya mewakili 1-3% dari seluruh neoplasma kelenjar ludah. (Batsakis,
1991)
Tidak ada predileksi seks dan rata-rata pasien berusia diatas 60 tahun. Seperti
kebanyakan tumor jinak, monomorfik adenomas muncul secara asimptomatis, massa
yang lambat tumbuh. Jarang ditemukan keterlibatan dengan nervus fasial. Secara
histologist, tumor ini dapat dibedakan dengan pleomorphic adenoma dari tidak adanya
chondromyxoid stroma dan adanya pola epitel yang seragam.
Monomorphic adenoma dibagi menjadi :
1. Basal cell adenoma
2. Clear cell adenoma
3. Sebaceous lymphadenoma

Basal cell adenomas. Basal cell adenomas


merupakan

tipe

monomorphic

jaringan

adenoma..

predominan
Rata-rata

dari
pasien

berusia 60 tahun. Sebagian besar tumor ini juga


terjadi pada kelenjar parotid atau di dalam
kelenjar ludah minor pada bibir atas. Tumor nya

padat dan berbatas tegas. Potongan permukaan berwarna abu-abu-putih, abu-abu


merah, atau pink-coklat. Tumor yang timbul di kelenjar parotis biasanya memiliki
kapsul, sedangkan yang timbul di bibir tidak.
Secara histologis, pola pertumbuhan yang padat lebih sering terjadi pada
tumor parotis, terdiri dari sel-sel isomorfik dengan inti gelap dan mitosis jarang.
Epitelnya dibatasi dari sekitar stroma oleh deretan sel-sel perifer. Hal ini membentuk
suatu membran basal yang utuh dan membantu membedakan tumor ini dari adenoma
pleomorfik. Adenoma yang timbul di bibir bagian atas biasanya memiliki pola tubular
atau canalicular.
Secara klinis, adenoma sel basal mungkin dikira sebagai pembesaran kelenjar
getah bening, sebaceous cysts, mucoceles, lipomas, nasolabial cysts, atau
pleomorphic adenomas.
Secara histologis, tumor ini harus dibedakan dari karsinoma adenoid kistik.
Basal cell adenomas tidak selalu berkapsul; tidak menyerang jaringan di sekitarnya,
tetapi biasanya menunjukkan pola batasan. Stroma nya juga lebih vaskular. Karena
basal cell adenomas adalah tumor jinak, perawatannya dilakukan dengan eksisi.

Clear cell adenomas. Clear cell adenomas juga memiliki kecenderungan untuk terjadi
pada kelenjar parotid. Mereka tumbuh lambat, tanpa gejala, padat, dan berbatas tegas.
Potongan permukaan berwarna abu-abu-putih atau kuning.
Secara histologis, tumor ini terdiri dari dua jenis sel seragam : lapisan
eosinofilik gelap yang merupakan epitel ductus dan lapisan luar sel yang jelas yang
kaya glikogen. Tumor ini harus dibedakan dari karsinoma sel acinic dan
mucoepidermoid carcinomas. Kedua keganasan ini mungkin memiliki banyak ciri
clear cells, tetapi mereka tidak memiliki arsitektur sitoplasmik yang teratur dan sedikit
glikogen.
Banyak laporan yang bertentangan mengenai perilaku clear cell adenomas.
Karena jumlah infiltrasi terisolasi, kekambuhan, dan kemungkinan metastasis,
beberapa orang menyebutnya sebagai low-grade carcinomas. Pengobatan dengan
eksisi surgical.

Sebaceous lymphadenomas. Sebaceous lymphadenomas adalah tumor jinak kelenjar


liur yang langka . Mereka berasal dari kelenjar sebasea normal yang timbul dari blind
ends ductus intralobular ataupun dari kelenjar ludah normal. Suatu lymphadenoma
5

sebaceous jarang timbul dari jaringan kelenjar ludah minor. Tidak ada laporan kasus
keganasan yang terjadi. Tumor ini tumbuh lambat, tanpa gejala, dan biasanya terjadi
pada kelenjar parotid. Kelenjar sebaceous ektopik di bibir dan oropharynx dianggap
ada pada 80% populasi. Biasanya ditemukan pada usia pertengahan dan orang orang
tua .
Secara mikroskopis tumor ini terdiri dari kista dilapisi dengan epitel skuamosa
dan sel sebaceous. Stroma lymphoid sekitarnya mungkin atau mungkin saja tidak
mengandung pusat germinal . Bedah eksisi adalah pengobatan pilihan.

II.

PLEOMORPHIC ADENOMA (MIXED TUMOR)


Pleomorfic

adenoma

terdiri

dari

komponen mixedepithelial (kiri) dan komponen


mesenkimal (kanan). Komponen mesenkimal
sering menunjukkan gambaran myxofibrous
dan

pada

beberapa

contoh

gambar

memperlihatkan diferensiasi chondromatous.


Definisi
Pleomorphic adenoma

merupakan sebuah

tumor jinak kelenjar

saliva.

Pleomorphic adenoma merupakan jenis tumor yang paling sering terjadi dan paling
sering mengenai kelenjar parotid. Nama pleomorpic diambil dari penampilan yang
bervariasi dari tumor ini(architectural pleomorphism) bila dilihat secara mikroskopis.
Pleomorphic adenoma dikenal juga sebagai Mixed tumor.

A. Gambaran Klinis
Tumor biasanya bersifat soliter dan menunjukkan
pertumbuhan yang lambat, nyeri,dan membentuk
sebuah massa nodular yang keras. Nodul yang

letaknya soliter secara umum berkembang dari nodul utama.biasanya bersifat mobile
kecuali bila ditemukan di bagian palatum dan dapat menyebabkan atrofi ramus
mandibula jika lokasinya pada kelenjar parotid. Jika ditemukan pada bagian bawah
kelenjar parotid maka dapat menyebabkan gangguan pada ear lobe. Walaupun
diklasifikasikan sebagai tumor jinak, namun pleomorphic adenoma memiliki
kemampuan untuk tumbuh meluas dan mengalami malignat transformation menjadi
carcinoma ex-pleomorphic adenoma. Meskipun tumor jinak bersifat aneuploid,
namun dapat terjadi rekurensi setelah reseksi, jenis tumor ini menginvasi jaringan
normal disekitarnya dan bermetastase ke daerah yang lebih luas setelah kurun waktu
10 tahun.

B. Gambaran histologist

Fig. 1. Epithelial cell types present in pleomorphic adenomas. A: plasmacytoid cells (H&E, x200); B: fusiform cells
(H&E,x200);

C: cuboidal cells (H&E, x400); D: basaloid cells (arrows, H&E, x200); E: squamous cells (H&E, x100); F: clear cells
(H&E,x400

Fig. 2. Morphological patterns of the epithelial component. A: trabecular (left) and solid (right) (H&E, x100); B:
ductal (H&E, x100);
C:cystic (H&E, x50).

Secara histologis, menunjukkan tampilan yang sangat bervariasi. Secara klasik


biphasic dan karakteristiknya merupakan campuran dari polygonal epithelial dan
spindle-shaped myoepithelial elements pada variasi dasar stroma, mungkin mukoid,
myxoid, kartilago atau hyaline. Elemen dari epitel mungkin disusun didalam struktur
seperti duktus, helaian, kumpulan atau jalinan helaian dan terdiri dari polygonal,
spindle atau stellate-shaped cells (hence pleiomorphism).Disini terkadang dapat
terlihat squamous metaplasia dan epithelial pearl. Tumor tidak diselubungi, namun
disekitarnya dikelilingi oleh sebuah pseudokapsul fibrosa dengan ketebalan yang
bervariasi. Tumor dapat meluas ke kelenjar parenkim normal melalui struktur seperti
jari yang disebut pseudopodia, namun ini bukan merupakan sebuah tanda malignansi.

C. Diagnosis
Diagnosis dari tumor kelenjar saliva yaitu dengan pemeriksaan sampel
jaringan dan pemeriksaan radiografi. Prosedur pemeriksaan sampel jaringan ini terdiri
dari fine needle aspiration (FNA) dan core needle biopsy (bigger needle comparing to
FNA). Kedua prosedur ini dapat dilakukan pada pasien rawat jalan. Pemeriksaan
pelengkap lainnya yang dapat dilakukan untuk pemeriksaan sampel jaringan adalah
ultrasound ,CT scan, dan MRI.

Fine needle aspiration biopsy (FNA), dilakukan ditangan praktisi yang


berpengalaman, dapat mendeteksi tumor dengan tingkat sensitivitas 90%. FNA dapat
juga membedakan tumor kelenjar saliva berdasarkan metastasenya.
Core needle biopsy dapat dilakukan pada pasien rawat jalan. Prosedurnya
lebih invasive namun lebih akurat dibandingkan dengan FNA dengan tingkat akurasi
lebih dari 97%. Lagipula core needle biopsy memberikan gambaran histology tumor
yang lebih akurat.
Pada studi yang mempelajari tentang penggambaran, ultrasound dapat
menentukan jenis dan karakteristik tumor parotid superficial. Tipe yang jelas dari
tumor kelenjar saliva memiliki karakteristik sonography yang jelas pada ultrasound.
Selain itu ultrasound juga sering digunakan sebagai petunjuk untuk melakukan FNA
atau core needle biopsy.
CT secara langsung menyediakan bilateral visualisasi dari tumor kelenjar
saliva dan menyediakan informasi tentang seluruh dimensi dan seluruh invasi
jaringan. CT merupakan prosedur yang sempurna untuk mendemonstrasikan invasi
tulang. MRI menyediakan gambaran superior soft tissue seperti perineural invasi jika
dibandingkan dengan hanya melakukan CT saja.

Treatment
Secara keseluruhan, prosedur utama yang dilakukan untuk pengobatan tumor
kelenjar saliva adalah reseksi bedah. Namun needle biopsy terlebih dahulu
diutamakan sebelum prosedur bedah dilakukan untuk mendiagnosa suatu tumor.
Lebih detail lagi mengenai tehnik bedah mana yang akan dipakai dan terapi supportif
yang akan dilakukan berdasarkan pertimbangan jenis tumornya apakah jinak atau
ganas.
Secara umum, tumor jinak kelenjar parotid diobati dengan superficial atau
total parotidektomi dengan prediksi masih memiliki resiko insiden rekurensi yang
tinggi. Nervus fasialis harus dilindungi bila memungkinkan. Tumor jinak dari kelenjar
submandibularis diobati dengan simple eksisi dengan perlindungan terhadap
9

percabangan mandibula dari Nervus Trigeminus, Nervus hipoglossus, dan Nervus


Lingualis. Dengan prosedur yang sama, tumor jinak kelenjar saliva minor diobati.
Tumor ganas kelenjar saliva biasanya memerlukan reseksi yang luas pada
daerah yang terkena tumor. Namun jika complete resection gagal, radioterapi
tambahan harus dilakukan untuk menambah control secara local. Pengobatan secara
bedah memiliki komplikasi seperti kerusakan Nervus cranial, Sindrom Freys,
masalah kosmetik, dan lain-lain.

III.

DUCTAL PAPILLOMAS
Ductal papilloma jarang terjadi dan merupakan tumor jinak. Tumor kelenjar

ludah papillary dikenal sebagai inverted ductal papilloma, intraductal papilloma, dan
sialedenoms papilliferum. Tumor ini menunjukkan adenomas dengan tampilan
papilla yang unik dan biasanya berhubungan dengan sistem ductus saliva excretory,
bersifat non-agresive dan biasanya terdapat pada glandula saliva minor. Tumor ini
terjad pada umur pertengahan dan jarang terjadi pada anak-anak. Ketiga tipe dari
ductal papillomas memiliki cirri klinis yang jelas dan bentuk histology mengikuti
perbedaan dari setiap tipenya.

10

Inverted Ductal Papilloma

Definisi
Inverted ductal papilloma adalah proliferasi papilla pada hubungan dari ductus
glandula saliva dan epitel permukaan mukosa mulut dan pola pertumbuhan
endophityc yang berbentuk massa nodular.

Sinonim
Epidermoid papillary adenoma

Epidemiologi
Insidensi sebenarnya tidak diketahui, tetapi sebenarnya sangat jarang ditemukan
kasusnya. Lesi ini terjadi biasanya pada orang dewasa umur 28-77 tahun dan lebih
banyak pada laki-laki.

Lokalisasi
Biasanya terjadi pada glandula saliva minor yang berlokasi pada bibir bawah diikuti
dengan vestibulum mandibula atau mukosa bukal. Laporan lainnya pada palatum dan
dasar mulut.

Gejala klinis
Nyeri, pembengkakan submukosa nodular kadang-kadang dengan dilatasi lubang atau
permukaan. Lesi ini bisa terjadi setelah beberapa bulan atau beberapa tahun.

11

Makroskopi
Lesi berukuran 0,5-1,5 cm, masa noduler yang berbentuk papilla dan occasional
cystic.

Histopatologi
Merupakan
Masa
adalah

neoplasma

epithelial
lanjutan

unencapsulated.

endophytic

deraceted

epithelial

mukosa.

Epithelium mukosa mempunyai lubang


sentral seperti permukaan mukosa yang
terbuka. Garis tepi dari masa epiteliel
menunjukkan

pelebaran,

lunak

pada

connective tissue stroma. Proliferasi epithelium pada proyeksi papilla meluas pada
kavitas luminal dan tersusun atas epidermoid dan sel basal dan terlihat epitel
kolumner pada permukaan papilla. Kumpulan acinar atau individual mucocytes bisa
ditemukan pada lapisan sel epitel kolumner atau di bawah komponen epidermoid. Sel
epitel merupakan sel yang lunak dan kecil.

Differential diagnosis
Inverted ductal papilloma berbeda dari mucoepidermoid carcinoma. Inverted ductal
papilloma tidak multicystic, multinoduler, dan bentuk pertumbuhan infiltratif dari
karsinoma mucoepidermoid. Bentuk papilla ini jarang ditemukan pada karsinoma
mucoepidermoid.

Intraductal papilloma

12

Definisi
Intraductal papilloma merupakan sebuah proliferasi papilla luminal dari duktus
epithelium yang berasal dari sebuah segmen interlobular atau duktus ekskretori dan
menyebabkan dilatasi unikistik.

Epidemiologi
Intraductal papilloma sangat jarang terjadi.predileksi usia antara 8-77 tahun dengan
sebagian besar kasus terjadi pada dekade ke-6 atau ke-7 kehidupan.

Lokalisasi
Lebih sering terjadi pada kelenjar saliva minor daripada kelenjar saliva
mayor.Intraductal papillomas paling sering ditemukan pada bagian bibir dan mukosa
bukal. Tumor juga ditemukan pada bagian palatum dan lidah.jika dari seluruh kelenjar
saliva mayor yang paling sering diemukan pada kelenjar parotid, namun kasus pada
kelenjar submandibular dan sublingual juga ditemukan.

Gejala klinis
Intraductal papillomas pada kelenjar saliva mayor maupun minor dapat menimbulkan
gejala nyeri dan pembengkakan. Durasinya bervariasi dari minggu sampai bertahuntahun.

Gambaran makroskopis
Intraductal papillomas berbentuk nodule unikistik yang berukuran 0,5-2,0cm. Lumina
mengandung granul,jaringan yang rusak dan musin.

Histopatologi
Intraductal papillomas seluruhnya dibatasi oleh encapsulated unicystic cavity.
Sebagian atau seluruh lumen diisi oleh banyak percabangan elemen-elemen papilla
yang terdiri dari inti jaringan fibrovaskular yang ditutupi oleh sel kolumner atau
kuboid. Mucocytes menyelingi sepanjang lapisan epitel elemen papilla. Mukosa disini
dapat mengandung sedikit atau banyak sel.Pada beberapa temuan terdapat sebuah
dense fibrous connective tissue wall disekitarnya. Cytologic atypia dan gambaran
mitotic hamper seluruhnya menghilang.

13

Diagnosa Banding
Dalam membedakan Intraductal papillomas dengan papillary cystadenomas , secara
morfologi terdapat gambaran multikistik dari ukuran kecil sampai sedang. Pada
papillary cystadenoma, pertumbuhan intraluminal sering digambarkan oleh proyeksi
multiple papilla dengan variasi jenis sel, namun biasanya pertumbuhan papilla
memenuhi lumen sampai batas-batas tertentu.

Prognosis dan prediksi


Eksisi yang dilakukan sebagai tindakan kuratif didukung oleh follow up yang adekuat
(2-5 tahun).

Sialadenoma papilliferum

Definisi
Sialadenoma papilliferum merupakan suatu proliferasi papilla exophytic dan
endophytic dari permukaan mukosa dan duktus epitel saliva.

Epidemiology
14

Sialadenoma papilliferum adalah neoplasma yang jarang terjadi. Terjadi pada rentang
usia 31-87 tahun (rata-rata usia 59) dengan perbandingan lelaki dan wanita 1,5:1.

Lokalisasi
Kebanyakan kasus terjadi pada kelenjar saliva minor. Sangat jarang ditemukan
keterlibatan kelenjar saliva mayor, kalaupun ada biasanya pada kelenjar parotis. Lebih
dari 80% neoplasma terjadi pada palatum lunak dan atau keras. Kemudian diikuti oleh
buccal mukosa sebagai tempat kedua terbanyak. Tempat lainnya adalah pada bibir
bagian atas, retromolar pad, dan faucial pillar.

Gambaran klinis
Sialadenoma papilliferum bermanifestasi sebagai lesi yang tidak sakit. Pertumbuhan
papilla sering di interpretasikan sebagai squamous papilloma. Durasi dari bulan
hingga beberapa tahun.

Makroskopis
Banyak ditemukan papilla berbatas atau bentuk verucoid, sessile sampai bentuk
peduncle. Secara umum, ukuran tumor biasanya berkisar dari 0,5-1,5 cm.

Histopathology
Neoplasma ini terdiri dari suatu pola biphasic dengan komponen kelenjar berisi
kumpulan kista dan ruangan seperti duktus dibawah proliferasi papilla atau veruca
dari epitel squamous. Perluasan papilla epitel squamous ini di dukung oleh inti
fibrovaskular dan menambah ukuran mukosa yang berdekatan. Pada atau di dekat
dasar lesi terdapat perubahan epitel squamous menjadi epitel duktus kolumnar, yang
membatasi elemen yang berproliferasi. Elemen-elemen ini terdiri dari duktus yang
kecil dan ecstatic, beberapa memperlihatkan pembesaran. Duktus dan papilla dibatasi
oleh dua baris sel yang merupakan lapisan basal terdiri dari sel kuboid dan sel
kolumnar.

15

Differential Diagnosis
Differential diagnosis biasanya mengacu pada tiga lesi: squamous papilloma, inverted
ductal papilloma, dan mucoepidermoid carcinoma. Squamous papilloma tersusun
secara keseluruhan oleh epitel squamous serta sedikit terdapat pola pertumbuhan
endophytic dan diferensiasi kelenjar. Inverted ductal papilloma berbeda dengan
sialadenoma papilliferum, kelenjarnya tidak kompleks, dan berbatas tegas dengan
bentuk tumpul. Pola invasive dan variasi campuran epidermoid, intermediate,
mucous, dan clear cells ditemukan pada mucoepidermoid carcinoma.

Prognosis dan prediksi


Angka rekurensi untuk sialadenoma papilliferum adalah 10-15%, berdasarkan 20
laporan kasus dengan followup yang adekuat. Oleh karena itu, tipe ini merupakan tipe
dengan resiko rekurensi yang paling besar dibandingkan tipe ductal papilloma
lainnya. Bedah eksisi lengkap merupakan treatment pilihan.

16

PENUTUP

Kesimpulan
1. Pembesaran kelenjar ludah lebih jarang disebabkan oleh neoplasia
dibandingkan oleh inflamasi ataupun kondisi nonneoplastik lainnya
2. Untuk memahami asal usul tumor jinak kelenjar ludah diperlukan pengetahuan
tentang embriologi dan ultrastruktur dari kelenjar ludah normal.
3. Klasifikasi Benign Neoplasma
1. Adenomas
a. Pleomorphic adenoma (benign mixed tumor)
b. Monomorphic adenoma
1. Basal cell adenoma
2. Clear cell adenoma
3. Sebaceous lymphadenoma
c. Warthin's tumor
2. Oncocytoma
3. Oncocytic papillary cystadenoma
4. Myoepithelioma
5. Sialadenoma papilliferum
6. Inverted ductal papilloma
7. Hemangioma
8. Lymphangioma

17

You might also like